Anda di halaman 1dari 13

NAMA : ANNISA FITRIYANI

NIM : 1808036025
I. BESARAN
Besaran fisika adalah sifat benda atau gejala alam yang dapat diukur.
Panjang, massa, lama waktu pertandingan bola, suhu udara, kekerasan benda,
kecepatan mobil, terang cahaya, energi yang tersimpan dalam bensin, arus listrik yang
mengalir dalam kabel, tegangan listrik PLN, daya listrik lampu ruangan, dan massa
jenis air adalah contoh sifat-sifat benda yang dapat diukur.
Besaran dikelompokkan menjadi dua yaitu besaran pokok dan besaran
turunan. Besaran pokok merupakan besaran yang satuannya telah ditentukan terlebih
dahulu dan tidak diturunkan dari besaran-besaran lain. Sedangkan besaran turunan
adalah besaran yang diturunkan dari satu atau lebih besaran pokok.
A. BESARAN POKOK.
Berdasarkan sejumlah pertemuan para ahli fisika seluruh dunia, akhirnya
ditetapkan tujuh besaran pokok dalam fisika. Terdapat tujuh besaran pokok yang
ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Besaran-besaran pokok.
Besaran Pokok Satuan Singkatan Satuan Dimensi
Panjang meter m [L]
Massa kilogram kg [M]
Waktu sekon s [T]
Kuat Arus ampere A [I]
Suhu kelvin K []
Jumlah zat mol mol [N]
Intensitas cahaya kandela cd [J]

B. BESARAN TURUNAN
Semua besaran turunan merupakan kombinasi dari besaran-besaran pokok.
Karena jumlah besaran fisika sangat banyak maka boleh dikatakan bahwa hampir
semua besaran fisika merupakan besaran turunan. Besaran pokok hanyalah himpunan
yang sangat kecil daripada himpunan besar besaran fisika seperti diilustrasikan pada
Gambar 1.1
Beberapa contoh besaran turunan yang sudah sering kita dengar atau kita
gunakan adalah luas (kombinasi dua buah besaran pokok panjang), massa jenis
(kombinasi besaran pokok massa dan besaran turunan volum) sedangkan besaran
turunan volum merupakan kombinasi tiga besaran pokok panjang, dan kecepatan
merupakan kombinasi besaran pokok panjang dan besaran pokok waktu.
1.1 Kerangka Acuan & Vektor Posisi.
a) Kerangka acuan
Galilei harus meringkuk di rumahnya sendiri sampai akhir hayatnya dikarenakan
berpendapat bahwa Bumi bergerak mengelilingi Matahari. Sementara pihak Gereja
berpandangan bahwa Bumi merupakan pusat alam semesta, oleh karenanya Diperlukan
kerangka acuan yang disepakati sebelum membicarakan gerak. Mataharilah yang
bergerak mengelilingi Bumi. Perdebatan semacam ini bukan hanya terjadi antara Galilei
dan Gereja, akan tetapi hampir setiap peradaban mengenal perdebatan agung semacam
itu. Namun, kita akan melihat bahwa perdebatan semacam itu sebenarnya tidak perlu
terjadi karena gerak memang bersifat nisbi.
Contoh-contoh tersebut memperlihatkan bahwa diperlukan kerangka acuan yang
disepakati sebelum membicarakan gerak. Kesepakatan tersebut adalah tentang kerangka
acuan untuk menentukan posisi benda yang bergerak. Kesepakatan mengenai kerangka
acuan menyangkut penentuan titik nol (titik pangkal) dan sumbu koordinat.
b) Vektor posisi
Posisi suatu benda adalah besaran vektor, sehingga biasa disebut vektor
posisi. Ujung vektor posisi menunjukkan titik atau posisi yang dimaksud oleh vektor
posisi itu. Ciri khas vektor posisi adalah sifatnya yang bergantung pada titik pangkal.
Dua vektor posisi yang arah dan besarnya sama tidak harus menunjuk posisi yang
sama. Kedua vektor posisi itu menunjuk ke posisi yang sama apabila titik pangkalnya
sama. Sebaliknya, sebuah titik atau posisi dapat pula ditunjuk oleh dua vektor posisi
yang berbeda titik pangkalnya.
Suatu vektor posisi r apabila dinyatakan dalam basis-basisnya atau
komponen-komponennya atau boleh disebut dinyatakan dalam vektor-vektor
satuannya, dalam ruang ℝ3 dapat dituliskan sebagai :

Dengan Xi, Yj dan Zk disebut sebagai komponen vektor posisi r.


c) Perpindahan versus jarak
Perpindahan merupakan besaran vektor yang menunjukkan perubahan posisi
dari satu waktu ke waktu yang lain. Dengan kata lain, perpindahan adalah selisih
vektor antara posisi akhir dan posisi awal, yang terkait dengan suatu selang waktu.
Sebagai gambaran, apabila pada saat t1 benda berada dikemudian pada saat t2 benda
berada pada r2 , maka dapat dilihat pada gambar, bahwa secara vektor, posisi r2 dapat
diperoleh dari penjumlahan vektor secara poligon r2 = r1+Δr. Dengan demikian,
Perpindahan Δr dapat dituliskan sebagai

Sementara jarak adalah panjang lintasan yang ditempuh oleh benda dari
posisi 𝐫 menuju posisi 𝐫. Jarak adalah besaran skalar. Jarak dapat dihitung dengan
menggunakan metode integral kurva. Andaikan benda berpindah dari posisi 𝐫 menuju
posisi 𝐫+𝑑𝐫. Vektor 𝑑𝐫 adalah vektor perpindahan yang besarnya mendekati nol.
Dengan kata lain,benda mengalami perpindahan yang sangat kecil nilainya. Maka,
jarak yang ditempuh benda untuk perpindahan yang sangat kecil tersebut tidak lain
adalah panjang vektor 𝑑𝐫.

1.2 Kecepatan Rata-Rata,Kecepatan Sesaat dan Kelajuan


a) Kecepatan Rata-Rata versus Kelajuan Rata-Rata
Kecepatan rata-rata adalah nisbah (perbandingan) antara perubahan posisi
benda dengan selangwaktu bendater sebut untuk berubah posisinya. Kecepatan rata-
rata benda titik itu dalam selang waktu antara 𝑡1 dan 𝑡2 adalah nisbah antara
perpindahan Δ𝐫t1 → t2 dengan selang waktu Δ𝑡=𝑡2−𝑡1, atau dapat dituliskan
b) Kecepatan Sesaat
Sekarang ditinjau kecepatan rata-rata benda tersebut diatas dalam selang
waktu antara 𝑡 dan 𝑡+Δ𝑡. Posisi pada masing-masing waktu itu adalah 𝐫(𝑡) = 𝑥(𝑡)̂𝐢 +
𝑦(𝑡)̂𝐣 + 𝑧(𝑡)̂ 𝐤 dan 𝐫(𝑡+Δ𝑡)=𝑥(𝑡+Δ𝑡)̂𝐢+𝑦(𝑡+Δ𝑡)̂𝐣+𝑧(𝑡+Δ𝑡)̂ 𝐤. Oleh karena itu, kecepatan
rata-rata dapat dinyatakan

Kecepatan sesaat adalah kecepatan rata-rata dengan selang waktu antara 𝑡 dan 𝑡+Δ𝑡
untuk Δ𝑡 yang sangat kecil (menuju nol). Jadi kecepatan sesaat benda itu adalah

1.3 Percepatan Rata-rata & Percepatan Sesaat


a) Percepatan rata-rata
Percepatan rata-rata adalah perubahan kecepatan dalam selang waktu
tertentu. Tinjau suatu benda yang memiliki kecepatan 𝐯(𝑡1) saat 𝑡1, dan pada saat 𝑡2
kecepatannya 𝐯(𝑡2). Percepatan rata-rata pada selang waktu 𝑡 dan 𝑡 adalah nisbah
antara Δ𝐯t1→ t2 dengan Δ𝑡=𝑡2−𝑡1.

b) Percepatan sesaat
Percepatan sesaat adalah percepatan rata-rata dengan selang waktu antara 𝑡 dan 𝑡 + Δ𝑡
untuk Δ𝑡 yang sangat kecil (menuju nol).
II. JENIS-JENIS GERAK
1.1 Gerak Lurus
a) Gerak Lurus Beraturan
Jika suatu benda titik bergerak dengan kecepatan tetap, maka benda titik
tersebut dikatakan bergerak lurus beraturan (GLB). Frase memiliki kecepatan tetap
berarti baik arah maupun besarnya kecepatan tetap. Hal ini dikarenakan kecepatan
merupakan besaran vektor. Akibatnya lintasan benda itu berupa garis lurus dan
besarnya kecepatan tetap. Untuk lebih mudahnya, kita pilih untuk lintasan benda itu
adalah sumbu-𝑥. Dalam hal gerak lurus beraturan, kecepatan benda itu konstan.

b) Gerak Lurus Berubah Beraturan


Jika suatu partikel bergerak dengan percepatan tetap, maka partikel tersebut
dikatakan bergerak lurus berubah beraturan (GLBB). Contoh yang sangat sering
dijumpai adalah gerak jatuhnya benda di sekitar permukaan Bumi oleh pengaruh
gravitasi Bumi. Gerak jatuhnya benda tersebut boleh dikatakan memiliki percepatan
konstan yaitu percepatan gravitasi (𝑔) yang mempunyai nilai sekitar 9,8m/s.
Sebenarnya, percepatan gravitasi Bumi 𝑔 yang dialami oleh benda titik tidak tetap.
Besarnya percepatan tersebut bergantung pada jarak benda dari titik pusat Bumi.
Akan tetapi, karena ketinggian benda yang ditinjau dari permukaan bumi jauh lebih
kecil daripada jejari Bumi, maka percepatan gravitasi yang dialami oleh benda
tersebut dianggap tidak berubah. Untuk peristiwa jatuhnya meteor kepermukaan
Bumi,kita tidak dapat menggunakan anggapan tersebut, karena jarak yang ditinjau,
yaitu ketinggian meteor dari Bumi, tidak dapat diabaikan terhadap jejari Bumi.

c) Gerak Osilasi
Jika sebuah benda bergerak sepanjang sumbu-𝑥 sedemikian rupa sehingga
koordinatnya sebagai fungsi waktu dituliskan oleh 𝑥(𝑡) = 𝑥 sin (𝜔𝑡+𝜃) dengan 𝜔
adalah tetapan yang dinyatakan dalam rad/sekon dan 𝜃 suatu tetapan yang dinyatakan
dalam satuanradian, maka benda itu dikatakan mengalami gerak getaran atau osilasi
selaras. Tetapan 𝜔 disebut sebagai frekuensi sudut, sedangkan 𝜃 disebut fase awal.
Kecepatan benda itu diberikan oleh

1.2 Gerak Pada Bidang


a) Gerak Parabola
Seseorang melempar sebuah benda dari suatu titik diatas permukaan Bumi. Selanjutnya
kita pilih suatu sistem koordinat atau kerangka acuan sedemikian rupa sehingga titik
tempat melempar benda tersebut memiliki koordinat (𝑥,𝑦,𝑧) dengan kecepatan awal
𝐯=𝑣̂𝐢+𝑣̂𝐣+𝑣̂ 𝐤. Dengan anggapan tersebut diatas, percepatan gravitasi secara vektor
ditulis sebagai 𝐠 = −𝑔̂ 𝐤. Oleh karena itu,benda akan mengalami percepatan 𝑑𝐫.

b) Gerak Melingkar
Suatu benda dikatakan mengalami gerak melingkar jika lintasannya berbentuk
lingkaran. Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada suatu bidang yang
memiliki jarak yang sama dari sebuah titik tertentu (titikpusat) dibidang yang sama.
Jika bidang yang dimaksud adalah bidang-𝑥𝑦 dan pusat lingkaran itu adalah titik
dengan posisi 𝐫 = 𝑥̂𝐢+𝑦̂𝐣, maka titik-titik dengan posisi 𝐫 yang terletak pada lingkaran
dengan jari-jari 𝑅 memenuhi persamaan |𝐫−𝐫|= 𝑅. Jika 𝐫 = 𝑥̂𝐢+𝑦̂𝐣 maka|𝐫−𝐫 |=
(𝑥−𝑥)+(𝑦−𝑦). Sebagai contoh gerak bulan mengitari bumi, atau gerak satelit buatan
mengitari bumi,gerak melingkar sepeda motor dalam tong setan, dan masih banyak
lagi.
 GMB

 GMBB
|𝐫(𝑡)|= 𝐫(𝑡)⋅𝐫(𝑡) = 𝑥(𝑡)+𝑦(𝑡) = 𝑅.
III. DINAMIKA
1.1 Hukum Newton tentang Gerak
Newton merumuskan hukum-hukum gerak yang sangat luar biasa. Newton
menemukan bahwa semua persoalah gerak di alam semesta dapat diterangkan dengan hanya
tiga hukum yang sederhana.

 Hukum Newton I
Semua benda cenderung mempertahankan keadaannya: benda yang diam tetap diam
dan benda yang bergerak, tetap bergerak dengan kecepatan konstant

 Hukum Newton II
Sebelum mengungkapkan hokum Newton II mari kita definisikan besaran yang
namanya momentum yang merupakan perkalian dari massa dan kecepatan, yaitu
p=mv
Khusus untuk benda yang tidak mengalami perubahan massa selama bergerak maka
sehingga dt/dm = 0
F=ma
Persamaan (4.2) atau (4.3) merupakan hukum II Newton dalam bentuk paling umum.
Ke dua persamaan tersebut diterapkan untuk kasus di mana massa benda berubah-ubah
selama gerak atau tidak berubah. Massa benda yang berubah selama gerak dijumpai pada
roket atau benda yang bergerak mendekati laju cahaya di mana efek relativitas sudah mulai
muncul. Pada kecepatan tersebut massa benda bergantung pada kecepatanya. Untuk kondisi
di mana massa benda tidak berubah terhadap waktu, maka persamaan (4.4) dapat langsung
diterapkan.

 Hukum Newton III


Hukum ini mengungkapkan keberadaan gaya reaksi yang sama besar dengan gaya
aksi, tetapi berlawanan arah. Jika benda pertama melakukan gaya pada benda kedua (gaya
aksi), maka benda kedua melakukan gaya yang sama besar pada benda pertama tetapi
arahnya berlawanan (gaya reaksi).
Jika kamu mendorong dinding dengan tangan, maka pada saat bersamaan dinding
mendorong tanganmu dengan gaya yang sama tetapi berlawanan arah. Bumi menarik tubuh
kamu dengan gaya yang sama dengan berat tubuhmu, maka pada saat bersamaan tubuh
kamu juga menarik bumi dengan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah.

1.2 Kerangka Acuan Inersia


Suatu kerangka acuan inersia bertranslasi dengan suatu kecepatan konstan, yang
berarti kerangka acuan itu tidak berotasi (hanya bertranslasi) dan pusat koordinatnya bergerak
dengan kecepatan konstan di sepanjang sebuah garis lurus (dengan kecepatan tetap, tanpa
adanya komponen percepatan). Dalam kerangka acuan inersia, berlaku hukum pertama
Newton (inersia) dan juga hukum gerak Newton.

Beberapa cara untuk mendeskripsikan secara singkat suatu kerangka acuan inersial.
Suatu kerangka acuan inersial adalah suatu kerangka acuan yang [2];

 bergerak dengan kecepatan konstan.


 tidak bergerak dipercepat.
 dimana hukum inersia berlaku.
 dimana hukum gerak Newton berlaku.
 dimana tidak terdapat gaya-gaya fiktif.

1.3 Massa Inersia dan Massa Gravitasi


Newton mengemukakan dua konsep massa,massa gravitasi dan massa lembam
(inersial). Massa gravitasi (𝑚) adalah sifat benda yang bertanggung jawab atas bekerjanya
gaya gravitasi baikyang dikerjakan pada benda lai n mau punyang dialaminya karena benda
lain. Massa gravitasi ini muncul pada ung kapan gaya gravitasi Newton pada hukum
gravitasinya. Sementara massa inersial (m) adalah sifat benda yang merupakan ukuran
keengganan atau perlawananan (resistansi) terhadap percepatan. Konsep massa inersial
muncul dalam hukum Newton tentang gerak. Setiap benda memiliki dua jenis massa itu.
Awalnya Newton membedakan massa inersial dari massa gravitasi.

1.4 Momentum dan Impuls


a) Momentum
Momentum merupakan istilah fisika mengacu pada kuantitas gerak dan
massa yang dimiliki suatu objek. Definisi momentum diartikan sebagai besaran yang
dihasilkan dari perkalian antara besaran skalar massa benda dengan besaran vektor
kecepatan geraknya.
Jadi momentum termasuk besaran vektor (besaran yang dipengaruhi oleh
arah). Arah momentum searah dengan arah kecepatan. Momentum sebuah partikel
dapat dipandang sebagai ukuran kesulitan untuk mendiamkan benda.
p=m.v
b) Impuls
Bekerjanya gaya tersebut terhadap bola dalam waktu yang sangat singkat
itulah yang disebut impuls. Lebih sederhananya, impuls adalah perkalian gaya (F)
dengan selang waktu (t). Impuls bekerja di awal sehingga membuat sebuah benda
bergerak dan mempunyai momentum. Secara matematis impuls dapat dirumuskan :
I = F Δt
IV. KONSEP KERJA DAN ENERGI
a) Usaha
Sebuah benda dikatakan melakukan usaha jika ada gaya yang dilakukan pada benda
tersebut atau benda tersebut memberikan gaya yang menyebabkan benda
tersebut berubah posisinya.Berikut ini gambar untuk menjelaskan usaha yang
dilakukan terhadap benda yang arahnya horisontal.

Usaha (W) dapat dituliskan dalam bentuk matematis, yaitu hasil kali antara gaya (F)
dan perpindahan (s).
W=Fxs W = Usaha, satuannya joule ( J )
F = Gaya, satuannya newton ( N )
s = jarak / perpindahan, satuannya meter
b) Energi
Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Bentuk-
bentuk energi antara lain :

 energi nuklir
 energi kimia
 energi listrik
 energi cahaya
 energi bunyi, dan lain-lain.

Contoh perubahan energi antara lain sebagai berikut.


a. Energi listrik menjadi energi panas, misalnya pada setrika listrik, kompor listrik,
dan solder
listrik.
b. Energi listrik menjadi energi cahaya, misalnya pada lampu.
c. Energi listrik menjadi energi kimia, misalnya pada penyetruman (pengisian) aki.
d. Energi cahaya menjadi energi kimia, misalnya fotosintesis.

a. Energi Mekanik
Energi mekanik adalah energi yang dimiliki suatu benda yang berkaitan dengan gerak.
Energi mekanik terdiri atas energi potensial dan energi kinetik.
Keterangan :
Em = Energi Mekanik
Ep = Energi Potensial
Ek = Energi Kinetik

b. Energi Potensial
Energi potensial adalah energi yang disebabkan oleh posisi benda. Semakin besar
ketinggian posisi suatu benda, maka energi potensial benda juga semakin besar.

Keterangan:
Ep = energi potensial (Joule)
m = massa (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s2)

h = ketinggian (m)

c. Energi Kinetik
Energi kinetik dapat didefinisikan sebagai energi yang dimiliki sebuah benda karena
kelajuan-nya. Energi kinetik dapat dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:
Ek = energi kinetik (Joule)
m = massa (kg)
v = kelajuan (m/s)
V. KONSEP ROTASI BENDA TEGAR
a) Momen Inersia
Secara umum, Momen Inersia setiap benda tegar bisa dinyatakan
sebagai berikut :

Benda tegar bisa kita anggap tersusun dari banyak partikel yang tersebar di
seluruh bagian benda itu. Setiap partikel-partikel itu punya massa dan tentu saja
memiliki jarak r dari sumbu rotasi. jadi momen inersia dari setiap benda merupakan
jumlah total momen inersia setiap partikel yang menyusun benda itu.
b) Energi Kinetik
Pengertian energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena
gerakannya. Energi ini sangat dipengaruhi oleh dua hal yaitu massa benda dan
kecepatannya.
Energi ini sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari manusia sehingga jika kita
mencari contohnya sangat banyak di sekitar kita.
Energi kinetik sebuah benda memiliki definisi sebagai usaha yang diperlukan untuk
menggerakkan sebuah benda dengan massa tertentu dari keadaan diam hingga
mencapai kecepatan tertentu.
EK = ½ m v2
c) Hukum Kekekalan Momentum Sudut
Hukum kekekalan momentum sudut menyatakan bahwa jika resultan momen
gaya pada sebuah benda tegar yang bergerak rotasi bernilai nol maka momentum
sudut benda tegar yang bergerak rotasi selalu konstan. Rumus hukum kekekalan
momentum sudut dapat diturunkan secara matematis dengan memodifikasi rumus
hukum II Newton versi momentum sudut.

Rumus hukum II Newton versi momentum sudut ini merupakan analogi


rotasional dari rumus hukum II Newton versi momentum.
Jika resultan momen gaya bernilai nol maka rumus di atas berubah menjadi :

Keterangan :

VI. KONSEP FLUIDA


a) Tekanan Hidrostatik
Tekanan Hidrostatis adalah tekanan yang diberikan oleh air ke semua arah pada titik
ukur manapun akibat adanya gaya gravitasi. Tekanan hidrostatis akan meningkat
seiring dengan bertambahnya kedalaman diukur dari permukaan air.

 Rumus tekanan hidrostatis diformulasikan dengan:

dimana:

adalah berat jenis air (untuk air tawar, );


g adalah besar percepatan gravitasi (percepatan gravitasi di permukaan bumi sebesar
g = 9,8 m/s2 ;
h adalah titik kedalaman yang diukur dari permukaan air.
Jadi semakin besar jarak titik ukur dengan permukaan air, maka akan
semakin besar tekanan hidrostatis pada titik tersebut. Fenomena ini dapat dilihat pada
gambar dibawah dimana semakin besar ketinggian air, maka akan semakin besar pula
tekanan hidrostatis di dasar bejana. Akibatnya, air akan muncrat lebih jauh pada
bejana sebelah kanan karena tekanan yang lebih tinggi dibandingkan bejana di
sebelah kiri.

Rumus diatas digunakan untuk mengetahui nilai tekanan hidrostatis pada bejana
tertutup (contohnya: tekanan pada titik tertentu pada air di dalam botol tertutup, tangki
air atau tong air yang tertutup).

Jika kita ingin menghitung besar total tekanan pada suatu titik di bawah permukaan air
pada tempat terbuka seperti pada danau dan laut dan segala kontainer/wadah terbuka,
maka kita perlu menambahkan besar tekanan atmosfer pada perhitungan. Sehingga,
total tekanan hidrostatis pada kondisi terbuka adalah sama dengan tekanan hidrostatis
air pada titik tersebut ditambah besar tekanan yang bekerja pada permukaan air yang
dirumuskan dengan:

dimana adalah tekanan atmosfer (tekanan atmosfer pada permukaan laut sebesar
).
Agar dapat lebih memahami prinsip tekanan, perhatikan gambar diatas.

 Tekanan total yang diterima oleh si pemancing adalah sebesar tekanan atmosfer (kita
senantiasa menerima tekanan atmosfer setiap saat), sehingga: .
 Tekanan total yang diterima penyelam bertangki kuning adalah sebesar tekanan
atmosfer ditambah tekanan hidrostatis pada kedalaman h2, sehingga:
.
 Tekanan total yang diterima penyelam bertangki merah adalah sebesar tekanan
atmosfer ditambah tekanan hidrostatis pada kedalaman h3, sehingga:
.

Karena , maka .

b) Hukum Pascal

Hukum Pascal adalah hukum yang menyatakan bahwa tekanan yang dikenakan pada
zat cair di dalam sebuah ruang tertutup akan diteruskan ke semua arah dengan sama
besar dan sama rata. Hal ini memiliki arti bahwa tekanan yang menekan wadah
besarnya sama di segala tempat.

Pernyataan hukum pascal dapat dijelaskan dengan meneliti perilaku zat cair didalam
suatu bejana berhubungan. Jika pada pengisap I diberi gaya tekan F1 maka tekanan yang
didapat akan diteruskan ke pengisap II dengan sama besar, sehingga berlaku:

p1 =p2
c) Persamaan Kontinuitas

Apabila suatu fluida ideal bergerak atau mengalir didalam suatu pipa, maka
massa fluida yang masuk ke dalam pipa akan sama dengan yang keluar dari pipa selama
selang waktu tertentu. Jika tidak demikian, maka akan terjadi pemambahan atau
pengurangan massa pada bagian tertentu si dalam pipa. Dalam hal ini berarti telah
terjadi pemampatan atau perenggangan fluidaatau dengan kata lain tidak dapat lagi di
sebut tak termampatkan. Untuk lebih jelas kita akan meninjau gambar di bawah ini
untuk melihat kuantisasi rumus yang di dapatkan.
Suatu jenis fluida yang bermassa jenis  memasiki pipa yang berluas
penampang A1 dengan kecepatan v1 dan keluar pada pipa berluas penampang A2
dengan kecepatan v2.

d) Hukum Archimedes
Hukum Archimedes adalah hukum yang menyatakan bahwa setiap benda
yang tercelup baik keseluruhan maupun sebagian dalam fluida, maka benda tersebut
akan menerima dorongan gaya ke atas (atau gaya apung). Besarnya gaya apung yang
diterima, nilainya sama dengan berat air yang dipindahkan oleh benda tersebut (berat
= massa benda x percepatan gravitasi) dan memiliki arah gaya yang bertolak
belakang (arah gaya berat kebawah, arah gaya apung ke atas).

Sesuai dengan bunyi hukum Archimedes di atas, maka besarnya gaya apung
(B) dapat dihitung dengan rumus hukum archimedes:

Dimana adalah massa jenis air, adalah gravitasi bumi (10 m/s2),
adalah volume air yang dipindahkan oleh benda yang tercelup.
Besarnya gaya apung (B), dapat pula langsung dicari dengan formula berikut:

Dimana, adalah berat air yang dipindahkan benda yang


tercelup. Berarti, semakin banyak volume yang tercelup atau semakin banyak air
yang dipindahkan, maka benda akan mendapat gaya apung yang semakin besar.

Untuk benda yang tercelup seluruhnya, hukum Archimedes dapat


diformulasikan sebagai berikut:

Dimana w merupakan berat (berat = massa x percepatan gravitasi).

Anda mungkin juga menyukai