Anda di halaman 1dari 29

0

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATERI TEKS PERSUASIF DENGAN


MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN APLIKASI
CANVA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA KELAS
VIII

Skripsi
diajukan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Rohimatun Nafisah
NIM : 18210160
S-1 Pendidikan Bahasa Indonesia

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) SILIWANGI
CIMAHI
2021
1

BAB II
LANDASAN TEORI

A Pengembangan Bahan Ajar

1. Definisi Penelitian Pengembangan

Penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D)

merupakan suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu

produk baru atau menyempurnakan produk yang ada yang dapat

dipertanggungjawabkan (Sugiono, 2015:34). Menurut Sukmadinata (2012:11)

Penelitian Pengembangan atau research and development (R&D) adalah sebuah

strategi atau metode penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktik.

Seals dan Richey (2011:11) dalam dahlan (2012:15) mengatakan bahwa penelitian

pengembangan sebagai suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan,

pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran yang harus

memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan efektifitas. Penelitian dan

pengembangan atau Research and Development (R&D) atau sering disebut

“pengembangan” adalah strategi atau metode penelitian yang cukup ampuh untuk

memperbaiki praktik pembelajaran. Lebih reall dengan demikian, penelitian

pengembangan penting untuk dilakukan dalam upaya memecahkan masalah

pembelajaran dengan produk tertentu (Tegeh & Kirna (2013:16).

2. Definisi Bahan Ajar

Bahan ajar adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang

memperhatikan fungsi pendidikan. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran

mengandung squencing yang mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi


2

pembelajaran, dan synthesizing yang mengacu pada upaya untuk menunjukkan

kepada mahasiswa keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang

terkandung dalam materi pembelajaran. Bahan ajar mengandung penjelasan

sasaran belajar yang tersusun secara sistematis, membuat siswa berpartisipasi

menuju belajar secara tuntas serta perbedaan individu mahasiswa dengan segala

heterogenitasnya diberi peluang (Martin, 2012:36).

3. Manfaat Bahan Ajar

Depdiknas (2012:17) menyatakan bahwa “tujuan penyusunan bahan ajar,

yakni: (1) menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan

mempertimbangkan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah;

(2) membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar; dan

(3) memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran”.

4. Jenis Bahan Ajar

Bahan ajar yang biasa digunakan yaitu berupa: bahan ajar cetak, audio,

audio visual, multimedia interaktif, dan bahan ajar yang berbasis web. Bahan ajar

cetak meliputi; buku teks atau buku ajar, modul, handout, LKS, brosur dan leaflet.

Bahan ajar audio berupa radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan

ajar audio visual meliputi video compact disk, film. Menurut Purnama (2013:16)

yang dilansir dalam Kompasiana menyatakan bahwa Terdapat beberapa jenis

bahan ajar seperti bahan ajar cetak, bahan ajar visual, bahan ajar audio visual,

bahan ajar multimedia, dan benda riil. bahan ajar paling sering didengar adalah

Modul.
3

B. Teks Persuasi

1. Pengertian Teks Persuasi

Pengertian Teks Persuasi Berorientasi Bambang Soedibjo (2012:28)

menyatakan, “Persuasi adalah suatu seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan

seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu yang

akan datang. Karena tujuan terakhir persuasi adalah agar pembaca atau pendengar

melakukan sesuatu.” Sejalan dengan pendapat Keraf tersebut, menurut Putri

(2013, hlm. 2) menyatakan, “Teks persuasi adalah teks yang berisi ajakan atau

bujukan. Secara tidak langsung teks persuasi menyampaikan ajakan kepada

pembaca atau pendengar. Teks persuasi menyajikan fakta dan pendapat untuk

pembaca mengikuti bujukan atau imbauan.” Senada dengan dua pendapat diatas,

menurut Kosasih (2017, hlm. 176) menyatakan bahwa: Teks persuasif adalah teks

berisi ajakan atau bujukan. Pernyataan-pernyataan di dalam teks mendorong

seseorang untuk mengikuti harapan atau keinginan-keinginan penulis. Sebagai

tulisan yang bersifat ajakan, pernyataan-pernyataan di dalam teks tersebut

cenderung ‘mempromosikan’ sesuatu yang diperlukan pembaca. Sementara itu

Hasanudin (2013: 26) menyatakan, bahwa persuasi sugesti yaitu suatu usaha

membujuk atau mempengaruhi orang lain untuk menerima suatu keyakinan atau

pendirian tertentu tanpa memberi suatu dasar kepercayaan yang logis pada orang

yang ingin dipengaruhi. Dari pernyataan para pakar di atas, maka dapat di

simpulkan teks persuasi adalah teks yang bertujuan untuk mengajak, menyuruh,
4

atau membujuk pembacanya melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

disampaikan oleh penulis.

Dasar-dasar Teks Persuasi Berorientasi Sugesti Hasanudin (2013:21)

mengemukakan. “Tiga syarat yang harus dipenuhi untuk mengadakan persuasi

berorientasi sugesti.” diantaranya: 1) watak dan kredibilitas pembicara; 2)

kemampuan pembicara mengendalikan emosi para hadirin/pembaca; 3) bukti-

bukti atau fakta-fakta yang diperlukan untuk membuktikan suatu kebenaran.

Teknik-teknik Persuasi Berorientasi Sugesti Hasanudin (2013:24)

mengemukakan. “Metode-metode yang bisa dipergunakan dalam persuasi”

diantaranya:

a. Rasionalisasi, rasionalisasi yaitu suatu argumentasi semu, suatu proses

pembuktian mengenai suatu kebenaran dalam bentuknya yang agak lemah,

dan biasanya dipergunakan dalam persuasi. Rasionalisasi sebagai sebuah

teknik persuasi dapat dibatasi sebagai: suatu proses penggunaan akal untuk

memberikan suatu dasar pembenaran kepada suatu persoalan, dimana dasar

atau alasan itu tidak merupakan sebab langsung dari masalah itu;

b. Identifikasi , karena persuasi berusaha menghadiri situasi konflik dan sikap

ragu-ragu, maka pembicara harus menganalisa hadirinnya dan seluruh

situasi yang dihadapinya dengan seksama;

c. Sugesti, sugesti yaitu suatu usaha membujuk atau mempengaruhi orang lain

untuk menerima suatu keyakinan atau pendirian tertentu tanpa memberi

suatu dasar kepercayaan yang logis pada orang yang ingin dipengaruhi;
5

d. Konformitas, konformitas yaitu suatu keinginan atau suatu tindakan untuk

membuat diri serupa dengan sesuatu hal yang lain. Konformitas adalah suatu

mekanisme mental untuk menyesuaikan diri atau mencocokkan diri dengan

suatu yang diinginkannya itu. Sikap yang di ambil pembicara untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan supaya tidak timbul keterangan adalah

juga menyangkut konformitas.

Kompensasi, kompensasi yaitu suatu tindakan atau suatu hasil dari usaha

untuk mencari suatu pengganti (substitute) bagi sesuatu hal yang tak dapat

diterima, atau suatu sikap atau keadaan yang tidak dapat diperhatikan; 6)

penggantian (displacement), penggantian yaitu suatu proses yang berusaha

menggantikan suatu maksud atau hal yang mengalami rintangan dengan suatu

maksud atau hal lain yang sekaligus juga menggantikan emosi kebencian asli, atau

kadang-kadang emosi cinta kasih yang asli; 7) proyeksi, proyeksi yaitu suatu

teknik untuk menjadikan sesuatu yang tadinya adalah subyek menjadi objek.

2. Langkah-langkah Penyimpulan Teks Persuasi

Berorientasi Sugesti Kosasih (2017:18) mengemukakan langkah-langkah

sistematis penyimpulan teks persuasi, diantaranya:

a. membaca keseluruhan teks;

b. mencatat bagian-bagian penting;

c. memahami bagian penting antar hubungan teks;

d. merumuskan simpulan akhir.


6

Langkah-langkah Penyusunan Teks Persuasi Berorientasi Sugesti Kosasih

(2017:19) mengemukakan langkah-langkah penyusunan teks persuasi,

diantaranya:

1) tentukan tama;

2) susunan perincian;

3) pengumpulan bahan;

4) pengembangan teks.

C. Model Discovery Learning

1. Pengertian Model Discovery Learning

Pengertian Model Discovery learning Model pembelajaran merupakan

bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan oleh

guru. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik

pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah

apa yang disebut model pembelajaran. Dapat ditarik kesimpulan bahwa model

pembelajaran merupakan satu kesatuan dari penerapan suatu pendekatan, metode,

dan teknik pembelajaran. Kegiatan belajar-mengajar hendaknya tidak hanya

berfokus pada guru, tetapi juga harus melibatkan siswa. Artinya pembelajaran

harus melibatkan kemampuan siswa secara maksimal untuk menggali dan

mengidentifikasi sehingga mereka dapat menemukan pengetahuan dengan sendiri.

Pembelajaran ini disebut pembelajaran penemuan (Discovery Learning). Hal

sependapat juga dikemukakan oleh Bruner (2016:21) mengenai model Discovery

learning diakses pada tanggal 3 Maret 2018] discovery learning merupakan


7

sebuah metode pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa untuk

memahami struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan

keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran

sejati terjadi melalui personal discovery.

Berbagai pendapat telas dijelaskan oleh beberapa ahli mengenai

pembelajraran penemuan, sejalan dengan hal tersebut Agus N. Cahyo, (2013, hlm.

100) mengatakan “Discovery learning adalah metode mengajar yang mengatur

pengejaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang

sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, tetapi menemukan

sendiri. Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Discovery

learning merupakan pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung

kepada siswa melalui praktek atau percobaan sehingga siswa akan menemukan

sendiri informasi yang sedang diajarkan dan dapat menarik suatu kesimpulan dari

informasi tersebut. Sehingga pemahaman suatu konsep informasi akan bertahan

lama dikarenakan siswa menemukan sendiri informasi tersebut.

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Discovery learning

Langkah-langkah operasional implementasi dalam proses pembelajaran

dalam mengaplikasikan Discovery learning dikelas ada beberapa prosedur yang

disebutkan oleh Menurut Syah (2014, hlm. 244) dilaksanakan dalam kegiatan

belajar mengajar secara umum anatara lain sebagai berikut:

a. Stimulasi/Pemberian Rangsangan Pertama pada tahap ini siswa dihadapkan

pada sesuatu yang menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk


8

tidak memberikan generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki

sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan

mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar

lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

b. Pernyataan/Identifikasi Masalah Setelah dilakukan stimulasi langkah

selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan

dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan

dalam bentuk hipotesis. Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan

sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberi

kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan

yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun

siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

c. Pengumpulan data Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi

kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi

sebanyakbanyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya

hipotesis pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau

membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian siswa diberi

kesempatan untuk mengumpulkan barbagai informasi yang relevan,

membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber,

melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini

adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu ynag


9

berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara

tidak sengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang

telah dimiliki.

d. Pengolahan Data Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan

sebagainya,semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan

bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat

kepercayaan tertentu. Pengolahan data disebut juga dengan

pengkodean/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan

generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan

pengetahuan baru tentang alternatif jawaban atau penyelesaian yang perlu

mendapat pembuktian secara logis.

e. Pembuktian Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat

untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi

dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil pengolahan data.

Pembuktian menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan

dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kepada siswa untuk

menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-

contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

f. Menarik kesimpulan/Generalisasi Ditahap ini adalah proses menarik sebuah

kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua

kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang

mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus


10

memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya

penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas

yang mendasari pengalamanpengalaman itu.

Sedangkan pendapat lain dikemukakan oleh Kurniasih dan Sani (2014,

hlm. 68-71) mengenai langkah-langkah discovery learning yaitu sebagai berikut:

1) Menentukan tujuan pembelajaran

2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa

3) Memilih materi pelajaran

4) Menentukan topic-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif

5) Mengembangkan bahan-bahan belajar berupa contoh-contoh, ilustrasi,

tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya

langkah-langkah pembelajaran akan mempermudah guru dalam melaksanakan

pembelajaran di kelas sesuai dengan tahapan.

3. Kelebihan-kelebihan Discovery learning

Discovery learning menuntut siswa untuk berperan aktif, sehingga di dalam

kelas yang menjadi peran utama adalah siswa. Selain itu discovery learning

mempunyai berbagai macam kelebihan. Berikut beberapa kelebihan belajar-

mengajar discovery yang dikemukakan oleh Nana Syaodih (2015:184), yaitu:

a. Dalam penyampaian bahan discovery, digunakan kegiatan dan pengalaman

langsung. Kegiatan dan pengalaman tersebut akan lebih menarik perhatian

anak didik dan memungkinkan pembentukan konsep-konsep abstrak yang

mempunyai makna.
11

b. Dalam discovery lebih realistis dan mempunyai makna. Sebab, para anak

didik dapat bekerja langsung dengan contoh-contoh nyata.

c. Discovery merupakan suatu model pemecahan masalah. Para anak didik

langsung menerapkan prinsip dan langkah awal dalam pemecahan

masalah.

d. Dengan sejumlah transfer secara langsung, maka kegiatan discovery

strategi akan lebih mudah diserap oleh anak didik dalam memahami

kondisi tertentu yang berkenaan dengan aktivitas pembelajaran.

e. Discovery banyak memberikan kesempatan bagi para anak didik untuk

terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar.

Kegiatan demikian akan banyak membangkitkan motivasi belajar, karena

disesuaikan dengan minat dan kebutuhan mereka sendiri. Sedangkan kelebihan

model discovery learning menurut Roestiyah (2012:20) mengatakan

1) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak

kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam psroses kognitif/pengenalan

siswa

2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual

sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut

3) Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa

4) Mampu memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembang dan maju

sesuai dengan kemampuan masing-masing

5) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi

yang kuat untuk belajar lebih giat


12

6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri

sendiri dengan proses penemuan sendiri

7) Strategi itu berpusat pada siswa, tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman

belajar saja, membantu bila diperlukan. Dari uraian tersebut dapat

disimpulkan bermacam kelebihan dari metode discovery learning yang akan

membantu anak untuk aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar

4. Kelemahan Discovery learning

Saat penerepan dan saat proses pembelajaran guru dituntut untuk royalitas

memberikan perhatian terhadap peserta didik dalam mengarahkan dan membina

peserta didik. Pada dasarnya kurikulum 2013 juga menuntut guru untuk aktif

dalam pembelajaran discovery learning, karena disini walaupun siswa yang harus

lebih aktif tetap saja guru perlu mengarahkan dan mengikuti kegiatan yang diikuti

oleh siswanya, bukan hanya berrlehaleha dan membiarkan siswanya begitu saja.

Walau demikian, masih ada pula kelemahan dari metode discovery learning yang

perlu diperhatikan menurut Roestiyah (2018:20) mengatakan [http://punyaiftitah.

blogspot.co.id/2014/12/discovery-learning. html diakses pada tanggal 29 Juli

2016] sebagai berikut:

a. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.

Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau

berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis

atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.


13

b. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena

membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori

atau pemecahan masalah lainnya.

c. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar

berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara

belajar yang lama.

d. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,

sedangkanmengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara

keseluruhan kurang mendapat perhatian.

e. Pada beberapa disiplin ilmu, kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang

dikemukakan oleh para siswa

f. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan

ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru

Berikut beberapa kelemahan dalam penerapan menggunakan discovery

menurut Takdir Ilahi (2012:2), yaitu:

1) Berkenaan dengan waktu, belajar mengajar menggunakan discovery

memakan waktu lebih lama dibandingkan dengan metode langsung. Hal ini

disebabkan untuk kita memahami strategi ini, dibituhkan tahapan-tahapan

yang panjang dan kemampuan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.

2) Bagi anak didik yang berusia muda, kemampuan berpikir rasional mereka

masih terbatas. Dalam belajar discovery sering menggunakan empirisnya

yang sanagt subjektif untuk memperkuat pelaksanaan prakonsepnya. Hal ini

disebabkan usia mereka yang muda masih membutuhkan kematangan dalam


14

berpikir rasional mengenai suatu konsep dan teori. Kemampuan berfikir

rasional dapat mempermudah pemahaman discovery yang memerlukan

kemampuan intelektualnya.

3) Kesukaran dalam menggunakan faktor subjektiftas ini menimbulkan

kesukaran dalam memahami suatu persoalan yang berkenaan dengan

pengajaran discovery

4) Faktor kebudayaan dan kebiasaan. Belajar discovery menuntut kemandirian,

kepercayaan kepada diri sendiri, dan kebiasan bertindak sebagai subjek.

Tuntutan terhadap pembelajaran discovery, sesungguhnya membutuhkan

kebiasaan yang sesuai dengan kondisi anak didik.

Tuntutan-tuntutan tersebut, setidaknya akan memberikan keterpaksaan

yang tidak biasa dalam proses pembelajaran. Dari uraian diatas dapat disimpulkan

bahwa model discovery learning juga memiliki banyak kelemahannya. Sehingga

keberhasilan proses pembelajaran dikelas tergantung pada kondisi kelas, kondisi

peserta didik dan faktor yang lainnya.

D. Aplikasi Canva Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis

Kegiatan menulis bukanlah hal yang mudah bagi siswa. Membutuhkan

proses panjang untuk menjadi seorang penulis handal. Untuk menjadi seorang

penulis pun membutuhkan pengalaman terus menerus dalam berlatih. Terutama

dalam memperbanyak referensi bacaan dan juga berlatih menulis dalam berbagai

genre. Saat ini, kemampuan membaca siswa pun mengalami penurunan. Hal

inilah yang menjadi pemicu kurangnya minat siswa untuk menulis walaupun
15

hanya satu paragraf. Keadaan ini pun banyak dialami siswa, menulis menjadi hal

yang paling sulit. Siswa masih harus memikirkan kosa kata yang tepat dan juga

tata bahasa yang benar. Belum lagi ditambah dengan kurang menariknya kegiatan

menulis yang disajikan oleh guru. Menurut Nurjamal dalam Sumirat, Darwis

(2011:69) menerangkan bahwa menulis merupakan sebuah keterampilan

berbahasa seseorang yang didalamnya mengemukakan sebuah gagasan, perasaan,

dan juga pemikiran-pemikiran yang dimiliki kepada orang ataupun pihak lainnya

dengan menggunakan sebuah media tulisan.

Media tulisan salah satunya juga bisa menggunakan aplikasi baik dari

komputer ataupun gawai. Menurut Rachmad Hakim S., aplikasi adalah perangkat

lunak yang digunakan untuk tujuan tertentu, seperti mengolah dokumen, mengatur

windows, permainan (game) dan sebagainya. Adapun aplikasi yang digunakan

sebagai media menulis adalah Canva. Canva adalah sebuah alat untuk desain

grafis yang menjembatani penggunanya agar dapat dengan mudah merancang

berbagai jenis desain kreatif secara daring. Mulai dari mendesain kartu ucapan,

poster, brosur, infografik, hingga presentasi. Aplikasi ini pun dapat dengan mudah

di download melalui playstore yang tersedia di gawai android ataupun iPhone. Di

masa pandemi Corona saat ini, penggunaan aplikasi Canva sangatlah tepat.

Harapannya agar siswa dapat dengan mudah belajar menulis melalui

pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan menggunakan aplikasi ini. Walaupun tanpa

tatap muka, kegiatan ini akan tetap berjalan dengan baik karena rata-rata siswa

sudah mempunyai gadget yang mumpuni. Adapun materi yang disajikan pada

pembelajaran menulis kali ini yaitu kompetensi dasar kelas sembilan semester asal
16

mengenai ucapan selamat (congratulation) dan harapan (hope). Di dalam aplikasi

ini banyak sekali pilihan ucapan selamat yang dapat dipilih siswa. Siswa dapat

dengan mudah memilih sesuai dengan tulisan yang diinginkan. juga dapat dengan

cepat menuliskan sebuah kartu dengan menggunakan template yang disediakan.

Cara penggunaannya pun sangat mudah. Pertama, masuk terlebih dahulu ke

aplikasi Canva. Bisa diunduh melalui playstore ataupun google. Kedua, pilih jenis

template kartu ucapan yang diinginkan. Ada berbagai template yang diberikan.

Ketiga, mengedit tulisan yang sudah ada dengan kata yang diinginkan. Tulisan

bisa diubah bisa juga tidak. Keempat, mengganti gambar yang diinginkan.

Kelima, atur warna dan tata letak tulisan. Keenam, mengunduh dan langsung

dikirimkan ke Whatsapp guru untuk diperiksa dan dinilai.


17

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATERI TEKS PERSUASIF DENGAN


MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN APLIKASI
CANVA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA KELAS
VIII

Skripsi
diajukan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Rohimatun Nafisah
NIM : 18210160
S-1 Pendidikan Bahasa Indonesia
18

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) SILIWANGI
CIMAHI
2021
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah R&D atau

Research and Development. Metode penelitian dan pengembangan atau dalam

bahasa Inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk

tersebut. Pengertian penelitian pengembangan menurut Borg and Gall “research

and development is a powerful strategy for improving practice. It is a process

used to develop and validate educational products.” Pengertian tersebut dapat

dijelaskan bahwa “penenelitian dan pengembangan merupakan strategi yang kuat

untuk meningkatkan praktek. Itu adalah proses yang digunakan untuk

mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.”

Produk pendidikan yang dimaksud dalam penelitian dan pengembangan

mengandung empat pengertian pokok. Pertama, produk tersebut tidak hanya

meliputi perangkat keras, seperti modul, buku teks, video dan film pembelajaran

atau perangkat keras yang sejenisnya, tetapi juga perangkat lunak seperti

kurikulum, evaluasi, model pembelajaran, prosedur dan proses pembelajaran, dan

lain-lain. Kedua, produk tersebut dapat berarti produk baru atau memodifikasi
19

produk yang sudah ada. Ketiga, produk yang dikembangkan merupakan produk

yang betul-betul bermanfaat bagi dunia pendidikan. Keempat, produk tersebut

dapat dipertanggungjawabkan, baik secara praktis maupun keilmuan

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian pengembangan yang

bertujuan untuk mengembangkan proses dan hasil pengembangan bahan ajar

materi menulis teks persuasif dengan mengunakan model discovery learning

berbantuan aplikasi Canva untuk meningkatkan kemampuan menulis kreatif

siswa. Tahapan penelitian mengikuti tahapan pengembangan diri Borg and Gall

seperti pada gambar

Validas produk yang ke satu dilakukan oleh:

1. Dua orang dosen pembimbing sebagai ahli dalam mengembangkan proses

dan hasil pengembangan bahan ajar materi menulis teks persuasif dengan
20

mengunakan model discovery learning berbantuan aplikasi Canva untuk

meningkatkan kemampuan menulis kreatif siswa

2. Guru pendamping dalam pelaksanaan penelitian mengembangkan materi

menulis teks persuasif menggunakan model discovery learning

Sedangkan validasi produk yang kedua dilakukan oleh

1. Pengguna dalam hal ini mengembangkan pengembangan bahan ajar materi

menulis teks persuasif dengan mengunakan model discovery learning

berbantuan aplikasi Canva untuk meningkatkan kemampuan menulis

kreatif siswa

2. Audience dalam hal ini materi menulis teks persuasif dari hasil kuesioner

yang diberikan

Komponen yang divalidasi meliputi :

1. Hasil tulisan teks persuasif

2. Penggunaan model discovery learning berbantuan aplikasi Canva

Kreteria validitas produk megacu pada kreteria dari hasil tes menulis teks persuasi

seperti pada table berikut:

Tabel 1
Kriteria Validitas Produk
Skor Kriteria Interpretasi

91-100 Very Valid Produk bisa langsung


dipergunakan tanpa
perbaikan
81-90 Valid Produk dapat langsung
dipergunakan dengan
sedikit perbaikan
71-80 Quite Valid Produk dapat langsung
dipergunakan dengan
banyak perbaikan
60-70 Invalid Produk tidak dapat
21

digunakan

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk uji coba terbatas adalah siswa kelas VIII-A MTs Cipongkor yang

berlokasi di Cipongkor

b. Untuk uji coba lebih luas adalah terdiri dari 4 kelas yaitu VIII-B, VIII-C,

VIII-D, VIII-E MTs dan SMP Negeri yang berlokasi di Kabupaten

Cipongkor

Deskripsi subjek dan lokasi penelitian adalah sebagai berikut

a. Subjek dan lokasi ujicoba terbatas

b. Subjek dan lokasi Ujicoba

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian MTs Muslimin Cipongkor beralamat di Jl. PLTA Saguling

Kp Babapakn RT 04 RW 01Sarinangen Kecamatan Cipongkor Kabupaten

Bandung Barat

C. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini berupa

1. Instrumen Alat
22

Berupa tes menulis teks prosedur, tes dilakukan 2 kali pertes maupun

postes

2. Pengumpulan Data (Cara)

a. Wawancara dilakukan kepada guru Bahasa Indonesia dan siswa

Wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan-tujuan tertentu.

Pada model ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to

face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan

mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian.

Penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara dengan

menggunakan pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan

yang akan ditanyakan kepada sumber informasi yang telah disiapkan

sebelumnya. Teknik wawancara bertujuan untuk mendapatkan

informasi yang sangat lengkap dan mendalam karena peneliti

memberikan kesempatan dan kebebasan kepada sumber informasi

untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti sesuai

dengan kondisi yang sebenarnya. Narasumber.wawancara

melibatkan kedua belah pihak yakni, yang mewawancarai dan yang

diwawancarai yang dianggap dapat memberikan jawaban yang tepat.

b. Lembar Observasi

Untuk memperoleh data Kegiatan pengamatan pada sebuah objek

secara langsung dan detail untuk mendapatkan informasi yang benar

terkait objek tersebut. Pengujian yang diteliti dan diamati bertujuan

untuk mengumpulkan data atau penilaian. Model pengamatan harus


23

dilakukan secara sistematis guna mendapatkan informasi yang

akurat. Kegiatan pengamatan yang dilakukan memiliki karakteristik

tersendiri yaitu objektif, faktual dan sistematik. Tak hanya dilakukan

sendiri, observasi bisa melibatkan lebih banyak orang. Klasifikasi

observasi terbagi menjadi beberapa jenis yaitu observasi partisipasi,

observasi sistematis dan observasi eksperimental.

c. Studi dokumentasi

terhadap guru dan siswa .untuk memperoleh data

Studi dokumentasi atau yang biasa disebut dengan kajian dokumen

merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan

kepada subjek penelitian dalam rangka memperoleh informasi terkait

objek penelitian. Dalam studi dokumentasi, peneliti biasanya

melakukan penelusuran data historis objek penelitian serta melihat

sejauhmana proses yang berjalan telah terdokumentasikan dengan

baik. Berikut adalah penjelasan seputar pengertian Studi

Dokumentasi, Kekurangan dan kelebihannya.

d. Pemberian angket atau kuesioner kepada siswa.untuk memperoleh

data

e. Lembar Validasi digunakan untuk

Uji validitas adalah pengujian yang dilakukan guna untuk

mengetahui seberapa cermat suatu instrumen dalam mengukur apa

yang ingin diukur. Pengambilan keputusan. Apabila nilai korelasi


24

diatas 0,30 maka sampel dalam penelitian dianggap sudah

mencukupi dan layak untuk dianalisis lebih lanjut

D. Prosedur Penelitian

10 langkah dalam prosedur penelitian adalah sebagai berikut

1. Mengidentifikasi Masalah

2. Membuat Hipotesa

3. Studi Literature

4. Mengidentifikasi dan Menamai Variabel

5. Membuat Definisi Operasional

6. Memanipulasi dan Mengontrol Variabel

7. Menyusun Desain Penelitian

8. Mengidentifikasi dan Menyusun Alat Observasi dan Pengukuran

9. Membuat Kuesioner dan Jadwal Interview

10. Melakukan Analisa Statistik

Prosedur penelitian terdiri dari

1. Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan langkah awal dari suatu

penelitian, pada tahap ini dilakaukan beberapa kegiatan, yaitu:

a. menentukan sekolah yang direncanakan,

b. menetapkan waktu penelitian berdasarkan materi yang akan diteliti,

c. permohonan ijin penelitian,


25

d. penyusunan instrumen penelitian dan

e. melakukan uji validasi instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian meliputi:

a. memberikan tes tulis kepada siswa dan mengelompokkan dalam tiga

kategori kemampuan siswa yaitu tinggi, sedang dan rendah,

b. melakukan wawancara kepada subjek penelitian.

3. Tahap Evaluasi

Data yang diperoleh selama penelitian kemudian dianalisis untuk mengetahui

hasil dari penelitian.

a. Data Reduction (Reduksi Data),

b. Data Display (Penyajian Data)

c. Conclusion verification (Penarikan Kesempulan).

Setelah data dianalisis kemudian dilakukan punyususan hasil penelitian

berdasarkan data yang telah diperoleh dari penelitian tersebut.

E. Prosedur Pengolahan Data

Seluruh data dalam penelitian ini di olah menggunakan SPSS untuk

menghitung data statistic validitas, realibitas, dan uji t dan Mikrosoft excel untuk

pengumpulan data hasil angket,untuk memudahkan pengolahan sebelum ke export

ke SPSS. Prosedur pengolahan data sebagai berikut.

1. Statistika deskriptif untuk menggambarkan tahap pengembangan, respon

dan kendala pada saat pengembangan


26

2. Statistika inferensial untuk melihat keefektifan produk pada kemapuan

yang akan ditingkatkan

3. Processing. Tahap ini merupakan proses pengolahan dari data yang sudah

dimasukkan yang dilakukan oleh alat pemroses (processing device), yang

dapat berupa proses menghitung, membandingkan, mengklasifikasikan.

mengurutkan, mengendalikan atau mencari di storage. proses

menghasilkan output dari hasil pengolahan data ke alat output


27

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. (2013). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.


Jakarta: Rineka Cipta Gintings,

Abdorrakhman. (2012). Esensipraktis dan pembelajaran. Bandung: Humaniora.


Heriawan,

Adang dkk. (2012). Metodologi pembelajaran. Banten: LP3G. Huda, Miftahul.


(2014). Model-model pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Iskandarwassid & Sunendar, Dadang. (2015). Strategi pembelajaran bahasa.


Bandung: Rosdakarya.

Ismawati, Esti. (2012). Telaah kurikulum dan pengembangan bahan ajar.


Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Istarani (2011). Model pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.


Kemendikbud. (2017). Buku siswa kelas VIII. Pusat Kurikulum dan
Pembukuan. Balitbang, Kemendikbud.

Keraf, Gorys (2011). Argumentasi dan narasi. Jakarta: Gramedia. Kunandar.


(2014). Penilaian autentik. Jakarta: Rajawali Pers.

Mulyasa, H. E. (2013). Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013.


Bandung: RosdaKarya.

Ngalimun. (2016). Strategi dan model pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja


Pressindo.

Noviani, Intan. (2017). Pembelajaran menyajikan teks persuasi dengan media


poster melalui metode inkuiri pada siswa kelas VIII SMP 14 Bandung tahun
pelajaran 2016/2017.
28

Skripsi. Tidak diterbitkan. Nugrahawat, Pety. (2016). Pembelajaran memproduksi


teks prosedur kompleks berdasarkan kaidah kebahasaan dengan
menggunakan metode picture and picture pada siswa kelas X SMK 3
Bandung tahun pelajaran 2015/2016. Skripsi. Tidak diterbitkan.

Nurjamal, dkk. (2014). Terampil berbahasa. Bandung: Alfabeta. Priyatni, Endah


Tri. (2015). Desain pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013.
Jakarta: Bumi Aksara.

Semi, Altar. (2012), Dasar-dasar keterampilan menulis. Bandung:Angkasa.

Sugiyono. (2017). Metodepenelitian: kuantitatif, kualitatif, dan R&D.


Bandung:Alfabeta. Suparno, Yunus Muhamad. (2008). Keterampilan dasar
menulis. Jakarta; Universitas Terbuka.

Balim, A. G. 2013. “The Effect of Discovery Learning on Students Success an


Inquiry Skills”. Eurasian Journal of Educational Research/ Issue 35, 1- 21.

Hamiyah, N. dan M. Jauhar. 2014. Strategi Belajar-Mengajar di Kelas. Jakarta:


Prestasi Pustaka

Supriyanto, B. 2014.“Penerapan Discovery Learning untuk Meningkatkkan Hasil


Belajar Siswa Kelas VIB Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan
Keliling dan Luas Lingkaran di SDN Tanggul Wetan 02 Kecamatan
Tanggul Kabupaten Jember”.Pancaran. Vol.3 No.2, 165-174.

Anda mungkin juga menyukai