Anda di halaman 1dari 3

 ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

Asfiksia neonatorum adalah kondisi di mana bayi tidak mendapatkan oksigen yang cukup dalam
proses persalinan hingga persalinan selesai. Kondisi ini tergolong serius karena dapat
mengakibatkan kematian. Kondisi ini dapat pula menyebabkan gangguan perkembangan bayi
hingga saat dewasa nanti.

Asfiksia neonatorum kadang disebut juga dengan asfiksia perinatal.

Beberapa tanda dan gejala Asfiksia neonatorum yang diperlihatkan bayi adalah sebagai berikut:

 Kulit bayi tampak pucat atau kebiruan


 Bibir kebiruan
 Otot-otot di dada terlihat berkontraksi untuk membantu pernapasan
 Denyut jantung terlalu cepat atau terlalu lambat
 Bayi tampak lunglai
 Bayi terdengar merintih

Asfiksia neonatorum merupakan suatu kondisi yang serius dan membutuhkan penanganan
segera. Bila terlambat ditangani, otak akan kekurangan oksigen (hipoksia). Hal ini bisa
menyebabkan kerusakan permanen pada otak.

Ada tidaknya asfiksia neonatorum dapat langsung diketahui oleh dokter sesaat setelah bayi lahir
dengan menghitung skor APGAR. Ini merupakan pengecekan dokter untuk Appearance (apakah
bayi tampak biru atau tidak), Pulse (menilai denyut jantung bayi), Grimace (menilai respon bayi
bila diberi rangsangan), Activity (melihat kontraksi otot bayi), dan Respiration (menilai bunyi
napas bayi, terdengar atau tidak).

Masing-masing komponen tersebut diberi skor 0, 1, atau 2. Semakin baik kondisi bayi, skor
APGAR semakin tinggi.  Seorang bayi dianggap mengalami asfiksia neonatorum bila skor
APGARnya di bawah 7.

 KETUBAN PECAH DINI

Ketuban pecah dini atau premature rupture of membranes (PROM) adalah kondisi di


mana kantung ketuban pecah sebelum waktu persalinan dimulai. Kondisi ini dapat
terjadi baik sebelum janin matang dalam kandungan (sebelum minggu ke-37 masa
kehamilan), maupun setelah janin matang.
Semakin awal terjadinya pecah ketuban pada masa kehamilan, maka semakin
serius kondisi tersebut. Tanda bahaya kehamilan ini perlu ditangani sesegera
mungkin untuk menghindari terjadinya komplikasi pada ibu dan calon bayi.

Ciri-Ciri Ketuban Pecah Dini


Ibu hamil akan merasakan air ketuban yang keluar dari vagina ketika ketuban pecah.
Air yang keluar ini dapat mengalir secara perlahan atau keluar dengan deras.
Berbeda dengan urine, bocornya air ketuban tidak dapat ditahan sehingga akan
tetap mengalir keluar walaupun sudah berusaha menahannya.
Untuk lebih memastikan apakah cairan tersebut urine atau air ketuban, Anda dapat
menggunakan pembalut untuk menyerap cairan yang keluar. Selanjutnya lihat dan
cium bau pembalut tersebut. Air ketuban memiliki ciri-ciri tidak berwarna dan tidak
berbau pesing seperti urine, tetapi cenderung berbau manis.
Selain bocornya air ketuban, ketuban pecah dini dapat disertai dengan beberapa
gejala berikut:

 Panggul terasa tertekan.


 Keputihan atau vagina terasa lebih basah daripada biasanya.
 Perdarahan melalui vagina.

Segera hubungi dokter, apabila Anda merasakan ketuban Anda pecah.

Penyebab Ketuban Pecah Dini


Sebenarnya pecah ketuban merupakan hal alami yang terjadi ketika ibu hamil akan
melahirkan. Tetapi pecahnya ketuban yang tidak diikuti tanda-tanda akan
melahirkan, terlebih bila terjadi sebelum janin matang, bukanlah hal yang normal.
Kondisi ini disebut sebagai ketuban pecah dini.
Belum diketahui penyebab dari ketuban pecah dini. Namun, ada beberapa kondisi
yang berisiko menimbulkan ketuban pecah dini, yaitu:

 Infeksi pada rahim, mulut rahim, atau vagina.


 Kantung ketuban meregang secara berlebihan, karena air ketuban terlalu
banyak (polihidramnion). Pada kasus tertentu, ketuban pecah dini juga bisa
terjadi pada ibu hamil yang mengalami kekurangan air ketuban
(oligohidramnios).
 Mengalami perdarahan melalui vagina pada trimester kedua dan ketiga
kehamilan.
 Ibu hamil dengan berat badan yang kurang, atau mengalami kekurangan gizi.
 Sedang hamil anak kembar.
 Jarak antar kehamilan kurang dari enam bulan.
 Merokok atau menggunakan NAPZA pada saat hamil.
 Pernah menjalani operasi atau biopsi pada mulut rahim.
 Pernah melahirkan bayi prematur.
 Pernah mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya.

Diagnosis Ketuban Pecah Dini


Dokter dapat mendiagnosis ketuban pecah dini dari keluhan yang dirasakan pasien
dan melalui pemeriksaan fisik. Dalam pemeriksaan fisik, dokter terutama akan
memeriksa bagian dalam mulut rahim untuk memastikan pecahnya ketuban. Bila
diperlukan, dokter juga akan melakukan pemeriksaan tambahan berupa:

 Tes pH, untuk memeriksa tingkat keasaman cairan vagina. Apabila ketuban
sudah pecah, maka tingkat keasaman cairan vagina akan lebih tinggi
(harusnya kondisinya lebih basa).
 USG, pencitraan dengan USG kehamilan dapat dilakukan untuk memeriksa
kondisi janin dan rahim, serta melihat jumlah air ketuban yang masih tersisa.

Pengobatan Ketuban Pecah Dini


Setelah ketuban pecah, dokter akan memeriksa apakah janin Anda sudah siap
dilahirkan, karena menunda kelahiran setelah ketuban pecah berisiko menimbulkan
infeksi. Apabila belum ada tanda-tanda akan melahirkan, maka dokter
kandungan akan menyarankan induksi untuk mempercepat persalinan.
Namun apabila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 34
minggu, paru-paru janin belum terbentuk sempurna sehingga belum siap untuk
dilahirkan. Dalam kondisi ini, dokter akan memberikan obat kortikosteroid untuk
mempercepat pematangan paru-paru janin, agar dapat secepatnya dilahirkan. Untuk
mencegah infeksi, dokter juga akan memberikan antibiotik. Setelah janin dirasa
sudah siap untuk dilahirkan, baru dokter akan melakukan prosedur induksi.

Komplikasi Ketuban Pecah Dini


Ketuban pecah dini dapat menyebabkan sejumlah komplikasi. Berikut adalah
komplikasi yang dapat terjadi:

 Infeksi pada selaput yang menyelimuti janin atau chorioamnionitis


Chorioamnionitis berisiko menimbulkan infeksi serius pada ibu dan janin,
seperti pneumonia, meningitis, hingga sepsis.
 Tali pusat tertekan atau kompresi tali pusat
Kurangnya cairan ketuban akibat ketuban pecah dini dapat membuat tali
pusat tertekan oleh janin. Pada beberapa kasus, tali pusat bahkan keluar dari
rahim dan turun menuju vagina. Kompresi tali pusat dapat menyebabkan
cedera otak serius dan bahkan kematian.
 Bayi terlahir prematur
Bayi yang terlahir prematur berisiko mengalami kelainan pada saraf,
gangguan pernapasan, dan kesulitan dalam belajar di kemudian hari.
Walaupun jarang, ketuban pecah dini dapat terjadi sebelum kehamilan
berusia 24 minggu dan dapat menyebabkan kematian janin. Bayi yang terlahir
sebelum minggu ke-24 dan berhasil bertahan hidup, berisiko mengalami
gangguan perkembangan, penyakit paru kronis, hidrosefalus, dan lumpuh
otak (cerebral palsy).

Anda mungkin juga menyukai