Jika dilihat dari beberapa ciri pasar oligopoli, industri penerbangan di Indonesia bisa disebut sebagai

industri dengan struktur pasar oligopoli. Seperti yang kita ketahui, dalam industri penerbangan di
Indonesia hanya mempunyai kurang dari 10 persen produsen, juga produk/jasa yang disediakan
bersifat homogen. Kemudian untuk harga jual dari masing-masing produsen terlihat tidak jauh
berbeda, pun cara pemasaran mereka membutuhkan cara pemasaran yang matang. Selain itu,
perubahan aturan dari sebuah perusahaan produsen sedikit banyak akan mempengaruhi produsen
lainnya. Kita tentu tidak asing lagi dengan Garuda Group dan Lion Air, dan mungkin beberapa
maskapai lain seperti Batik Air dan Sriwijaya Air. Beberapa yang sudah saya sebutkan mungkin bisa
menjadi opsi tersendiri ketika kita hendak melakukan perjalanan jalur udara. Namun jika
kemungkinan ada perusahaan baru muncul, mungkin akan susah bersaing karena dalam struktur
pasar oligopoli produsen baru akan kesulitan masuk ke pasar tersebut.

Kemudian ketika pandemi Covid-19 berlangsung, tentunya hal ini sangat berimbas kepada industri
penerbangan. Hal ini disebabkan oleh aturan pemerintah untuk menerapkan karantina wilayah
sehingga menjadikan perjalanan domestik dan internasional mulai dibatasi. Oleh karena industri
penerbangan ini hanya mempunyai produk/jasa yang homogen, maka dari itu mereka tidak bisa
berbuat apa-apa. Jasa yang mereka jual dengan kondisi tersebut bisa dikatakan tidak laku dalam
jangka waktu yang belum bisa ditentukan. Meskipun tidak banyak pesaing, namun mereka benar-
benar kehilangan pasar secara tiba-tiba akibat pandemi Covid-19. Perusahaan juga dengan terpaksa
melakukan PHK kepada beberapa karyawan. Namun ketika Covid-19 mereda, industri penerbangan
di Indonesia kembali normal. Mereka kemudian menjalankan pasar seperti pada saat belum
berlangsungnya pandemi Covid-19.

Sumber:

https://money.kompas.com/read/2022/10/16/235159426/pasar-oligopoli-pengertian-jenis-ciri-ciri-
dan-contohnya?page=all