Anda di halaman 1dari 8

Guru adalah sosok pemain drama terhebat, ia mampu membalut semua rasa sedihnya dan

menunjukkan kebahagiaan, tak jarang ia bersikap tidak terjadi apa apa dan hanya focus
pada tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, pengalaman adalah guru terbaik dan mejadi
guru adalah pengalaman terbaik.

Terimalah persembahan drama dari OSIM MAN 1 DELI SERDANG.

PERJUANGAN GURU DIMASA PANDEMI

Muhammad Raihan berperan sebagai Umar Bahkri.

Putri Dalimunte berperan sebagai Ibu Iyem.

Desi Rahmayani berperan sebagai Ibu Sumarni.

Muhammad Mukhlif berperan sebagai Pak Ucok.

Tiara Amanda Putri berperan sebagai Ibu Butet.

Yuan Setiawan berperan sebagai Bapak Chandra.

Anis Adelia berperan sebagai Ibu Tuti.

Fahri berperan sebagai Burhan.

Mutiara berperan sebagai Siti.

Diana berperan sebagai Marni.

Reniar berperan sebagi Rohana.

Chaidar Fattah berperan sebagai Didit.

Arya berperan sebagai Aryan.

Ila Aprila berperan sebagai Suci.

Ali Hasbi berperan sebagai Asep.

Dimasa pandemi COVID-19 yang sedang meningkat membuat semua sekolah didaring kan
atau dirumahkan. Disuatu sekolah SMA PELITA BANGSA, semua guru guru sibuk dan
berupaya agar anak- anak tetap mendapatkan pembelajaran yang efisien tanpa melalui
Daring. Disuatu ruangan Umar Bakhri dan guru- guru yang lain sedang berkumpul.
Umar Bakhri : Bagaimana ini Ibu Iyem dan Ibu Sumarni kalau sekolah membuat progam
KBM seperti mendatangi rumah murid-murid yang lain?.(Ucap Umar Bakhri).

Ibu Sumarni : Kalau menurut saya pribadi saya setuju saja pak! Kasihan anak-anak tidak
mendapatkan pemebelajaran efisien. (Ucap Ibu Sumarni yang jelas khawatir tentang
pendidikan anak-anak murid yang lain)

Bu iyem : “Tapi Pak, Bu. Covid 19 sedang naik drastis, takutnya kita yang dari luar ini malah
membawa virus kepada anak- anak yang lain” ujar Bu Iyem.

Umar Bakhri : “Kita tetap menggunakan Masker, dan jangan lupa Disinfektan dan
Handsinitidzer” Jelas Umar Bakhri.

Bu Iyem : “Baiklah kalau begitu pak” ucap Bu Iyem sambil menganggukan kepalannya.

Bu Sumarni : “Kapan bias dilaksanakan pak?” Tanya Ibu Sumarni kepda Umar Bakhri.

Umar Bakhri : “Minggu depan sudah bias dimulai Ibu-Ibu” Jelas Umar Bakhri.

Pak Umar Bakhri dan guru guru yang lain meninggalkan ruangan tersebut. Mereka pun
dikembalikan sibuk dengan segala urusan mereka dan ditambah lagi sekolah akan
mengadakan KBM mendatangi rumah murid-murid yang lain.

Para Wali kelas pun menginfokan melalui Via Whatshap grup-grup kelas bahwasannya
minggu depan akan ada KBM mendatangi rumah murid-murid.

RUMAH KELUARGA PAK UCOK:

Hiduplah keluarga Pak Ucok dan Ibu Butet, mereka memiliki 2 orang anak. Pak Ucok yang
berkerja sebagai karyawan swasta sedangkan Ibu Butet hanyalah seorang Ibu Rumah
Tangga. Dan anak yang pertama yang bernama Burhan berumur 16 tahun dan masih duduk
dibangku kelas 2 SMA sedangkan anak kedua yang bernama Siti berumur 14 tahun dan
masih duduk dibangku kelas 3 SMP.

Pak Ucok yang sibuk tengah mencari baju kerjanya, sedangkan Ibu Butet masih
membersihkan Rumah.

Pak Ucok : “Dek dimana bajuku ditarok” Ucap Pak Ucok.

Ibu Butet : “Ih, dilipatan pakaian itu loh Bang! Masaan ga Nampak” Omel Ibu Butet yang
tengah menyapu ruang tengah.

Pak Ucok pun kembali mencari bajunya dilipatan pakaian tersebut. Ia mencari-cari bajunya
yang tak kunjung ketemu sehingga ia frustasi.

Pak Ucok : “ Ih, ga ada loh dek” ucap Pak Ucok kepada Istrinya.
Ibu Butet yang masih menyapu ruang tengah terganggu mendengarkan pengomongan
suaminya yang sedari tadi sedang mencari baju kerjanya yang tak kunjung ketemu akhirnya
geram.

“TAAKKK”

Ibu butet menjatuhkan sapu ke lantai hingga menimbulkan suara

Ibu Butet : “ Ada loh bang, kalau ada tidur abang yang diluar” ancam Ibu Butet.

Pak Ucok pun terseontak kaget mendengarkan penuturan dari istrinya. Ibu butet pun
meninggalkan kegiatan bersih bersihnya dan mencari Baju kerja suaminya.

Ibu Butet : “Ini apa? Pulak abang carinya pakai mulut bukan pakai mata, ya ga ketemulah”
Omel Ibu butet.

Pak Ucok pun hanya biasa tertawa cengengesan, ia pun segara memakai baju kerjanya.
Setelah selesai memakai baju kerja nya ia berpamitan kepada istrinya.

Pak Ucok : “Abang pergi kerja dulu yah dek, assalammualaikum” Pamit Pak Ucok KEPADA
Istrinya, tidak lupa pula ia menyalim tangan suaminya.

Sementara itu di ruang tengah Burhan yang sedang bermain game Mobil purba di
Handphonenya sedangkan adiknya, siti tengah sibuk dengan buku mata pelajarannya.

Burhan : “Maju lah cok, maju” Omel Burhan yang tengah asik dengan Handphonenya.

Ibu Butet yang baru saja selesai dengan membereskan rumah melihat anak laki lakinya yang
berisik dengan gamennya pun muak mendengarkannya. Berbanding terablik dengan adiknya
yang fokus.

Ibu butet pun menjewer telinga Burhan dengan kuat.

Burhan : “Aduh…aduhhh. Sakit maaa sakittt…! Putus nanti telingaku mamak buat. Apaa lagi
salah ku maakkkkk” Ucap Burhan yang merengek kesakitan.

Ibu Butet : “Kalau kau lah yah Burhan! bukannya belajar malah main game kau! ngga kau
tengok adek mu itu rajin belajar! Contoh dia Burhan!!” Omel Bu Butet.

TING…TING

Burhan pun segera membuka Handphonenya dan melihat siapa yang meng ngechatnya.
Burhan pun mengeyeritkan dahinya melihat grup Whatshap kelasnnya bahwasannya guru-
guru akan melakukan KBM mendatangi rumah muridnya dan berkumpul.

Burhan : “ MAAAAK, Ibu Iyem dan Ibu Sumarni bakalan datang kerumah muridnya” Jelas
Burhan.

Bu Butet “Lah! Mau ngapain?” Tanya Bu Butet.


Burhan : “katanya sih bakalan ada KBM datang kerumah murid dan berkumpul tapi
menggunakan Sesi, Mak!” jelas Burhan.

Bu Butet : “Baguslah! Biar ga main Handphone aja kau dirumah!” ucap Ibu Butet.

Burhan : “AHAYY, bakalan ketemu ayang Rohana dong” riang Burhan

Siti : “Dasar manusia jamet, alay” Sindir Siti.

Seminggu kemudian dipagi yang cerah, Umar Bakhri, Ibu Sumarni datang kelokasi. Mereka
membawa buku serta alat-alat untuk mengajar Karena mereka akan mengajar anak-anak di
Perumahan tersebut supaya lebih mudah memahami pelajaran dengan progam KBM
mereka.

“TOKK”

“TOKK”

Umar bakhri yang mengetuk pintu rumah muridnya, Burhan.

“Assalammualaikum Bu” salam Umar Bakhri yang berada didepan pintu rumah Burhan.

Tak lama kemudian Ibu Butet yang mendengar ketukan pintu pun langsung
membukakannya.

“waalaikummussalam, eh pak umar udah datang. Silahkan masuk pa, bu, anak-anak sudah
didalam pak” jawab Ibu Butet yang mempersilahkan Pak Umar Bakhri dan Ibu Sumarni.

Mereka pun masuk kedalam Rumah tersebut dan Ibu Butet mempersilahkan untuk mereka
duduk terlebih dahulu, Tak lupa Ibu Butet menyuduhkan Teh dan makanan lainnya.

Bu Butet : “Silahkan Pak, Bu diminum” Ucap Bu Butet.

Pak Umar Bakhri, Bu Sumarni dan Bu Iyem pun meminum teh yang sudah sisuduhi oleh Ibu
Butet.

Sementara itu Terdengar suara ricuh dari ruang TV, siapa lagi kalau bukan Burhan dan
teman temannya yang sedang asik menonton TV serial Boboboy musim 20.

Umar bakhri : “Ya sudah kalau begitu bu saya pamit undur diri yah bu, saya juga ada jadwal
kunjung dirumah siswa yang lain” pamit Pak Umar Bakhri kepada yang lain.

Bu Butet : “Baik lah kalau begitu Pak” ucap Bu Butet. “Nah anak anak ini buk sumarni sudah
datang jangan ribut kelen” . ( tatap tajam buk butet kepada anak anak )

Anak-anak:”Iya buk…..” ( jawab anak-anak dengan kompak )

Ibu Sumarni mengambil posisi ternyaman untuk mengajar. Kedua guru itu menyapa anak-
anak muridnya dengan penuh semangat 45.

“Masih semangatkan belajarnya?” Tanya Ibu Iyem.


“MASIH BUKKKK” teriak anak- anak.

“Kali ini kita akan membahas materi tentang Sistem Peredaran Darah Manusia, buka buku
Biologi halaman 135” Jelas Bu Sumarni yang menyuruh anak-anak untuk membuka Bukunya.

Ibu Sumarni pun menjelaskan tetapi Ia mendengar dari salah satu muridnya dibelakang
berbicara dan membuat Ibu Sumarni terganggu.

“Han, nanti malam mabar yok!” ucap Didit yang berbincang oleh Burhan dibelakang.

“Yok lah, asik turun-turun aja rank awak cok” Omel Burhan kepada Didit.

“Betol nih? Nanti kau ngebucin jamet sama Rohana!” Kesal Didit

“Ngga loh!, kali ini betol-betol awak” Ucap Burhan yang berusaha meyakinkan Didit.

“Betul—“ ucapan Didit terpotong.

“Yang belakang situ” Dehem Ibu Sumarni.

Burhan dan Didit yang menyadari bahwsannya kalau mereka sedang ditegur pun terdiam.

“Ulangin yang ibu jelasin tadi!” Ucap Bu Sumarni yang kesal.

Mereka berdua hanya bisa tersenyum cengengesan dan mengaruk tengkuknya yang tidak
gatal.

“Maaf bu, ngga tau kami bu” ucap mereka dengan serentak.

“Lain kali dengerin yah!” kali ini bukan Ibu Sumarni yang menjawab melainkan Marni salah
satu muridnya.

Mereka semua yang sedang berkumpul itu pun tertawa dengan puas mendengar penuturan
Marni. (TERTAWAA SEMUAAA)

“Sudah-sudah, ibu ngga mau lagi yah kalau ibu ngejelasin kalian berbicara dibelakang” jelas
Ibu Sumarni.

Burhan dan Didit pun menganggukkan kepalanya.

Beberapa hari kemudian Pak Umar dan guru-guru mendatangi rumah pak Chandra dan Ibu
Tuti yang berada dibawah jembatan, Ibu Iyem yang ingin ikut mengunjungi rumah murid
pada saat itu terkena kendala diperjalanan. Ibu iyem yang sedang berjalan dengan penuh
semangat di kejutkan oleh suara yang ada di belakangnya.

Pengendara: “awas awas awasss minggir minggirr minggirrrr rem blongggg”

Tak sengaja Bu iyem pun tersenggol sepeda tersebut dan terjatuh bersamaan dengan si
pengendara sepeda.

warga yang melihat kejadian tersebut pun langsung menghampiri bu iyem dan si
pengendara sepeda untuk menolong mereka. Lalu para warga membawa mereka ke pinggir
jalan.
(Dan salah satu warga ada yang bertanya) TIDAK DIBACA

Warga : “ ada yang sakit buk ? ada yang bisa kami hubungi? “

Bu iyem yang sudah lemas mengulurkan handphone dari kantong celananya . ia


menyebutkan nama salah satu kontak dari handphonenya yaitu pak umar.

Warga : “ halo dengan pak umar? “

Pak Umar : “ iya halo …. , ini dengan saya sendiri , ini siapa ya ? buk iyem bukan?

Warga : “ iya pak , begini... buk iyem tadi tertabrak oleh pengendara sepeda , bu iyem
terluka. (warga langsung mengirim lokasi kejadian tersebut kepada pak umar)

Mendengar hal tersebut pak umar langsung bergegas mendatangi bu iyem.Pak Umar pun
tiba ditempat kejadian.

Pak Umar:” Gimana kondisi nya bu?”. Tanya Pak Umar yang mencemaskan kondisi Bu Iyem.

Buk iyem : “ tidak apa pak hanya luka memar sedikit. Oh iya pak, bagaimana dengan
pembelajaran anak murid pak, mereka tetep belajar kan?”

Pak Umar:” Mereka tetap belajar kok bu, Ibu tidak perlu mencemaskan mereka.”

Setelah bu Iyem sudah mendingan, Pak Umar pun membawa bu Iyem kembali kerumahnya.

beberapa hari kemudian bu sumarni dan pak umar tidak sengaja bertemu dengan salah
satu muridnya dan bu sumarni menanyakannya mengapa dia tidak datang kerumah burhan
untuk belajar

Bu Sumarni :” Nak, apa yang sedang kamu lakukan? Mengapa kamu tidak datang dirumah
Burhan, Nak?” Tanya Bu Sumarni.

Suci: “Anu bu, saya gapunya ongkos untuk pergi kerumah Burhan, dan tidak di izinkan oleh
orang tua saya”

Ibu Sumarni dan Pak Umar pun tersontak kaget mendengar penuturannya suci.

Pak Umar: “Boleh bapak dan ibu bertemu orang tuamu nak?”

Suci:”Ada apa ya, Pak?”

Pak Umar: “Bapak dan Ibu ada keperluan kepada orang tuamu, ada hal yang mau
dibicarakan.”

Suci:” Boleh pak silahkan, sebentar ya pak, saya panggil orang tua saya dulu.”

Pak Umar: “ Iya nak, Bapak tunggu yaa”.

Kemudian Suci memanggil orang tuanya, untuk menemui Pak Umar dan Bu Sumarni.

Suci:” Pak, Bu. Diluar ada Bapak Umar dan Bu Sumarni, ada hal yang ingin dibicarakan sama
Bapak dan Ibu.
Pak candra dan buk tuti pun segera keluar untuk menemui pak umar dan buk sumarni.

Pak Umar : ‘’Assalamu’alaikum pak,bu’’.

Pak Chandra dan Bu Tuti menjawab salam dari Pak Umar. .

“Wa’alaikumussalam Pak, Buk”.

Pak Umar: “ Jadi gini pak, buk. Ada hal yang mau saya sampaikan kepada bapak dan ibu
mengenai anak bapak yang tidak hadir pada Program KBM, Kalo boleh tau alasan bapak dan
ibu kenapa tidak mengizinkan Suci mengikuti kegiatan belajar dirumah Burhan.”

Lalu pak Chandra dan Bu Tuti memberikan penjelasan kepada Pak Umar dan Bu Sumarni
tentang mereka yang tidak mengizinkan anaknya mengikuti kegiatan belajar dirumah
Burhan.

Pak Chandra: “ Bukannya saya tidak mengizinkan anak saya belajar, tetapi keadaan yang
tidak mendukung anak kami untuk mengikuti kegiatan belajar dirumah Burhan. Keadaannya
juga dimasa pandemic ini suci menambah kegiatan mencari rongsokan.”

Bu Tuti:” Alah mas..mas… mbok biar aja suci kerja cari rongsokan, kan dia juga yang harus
makan. Dengan belajar tidak menjamin mereka menjadi orang kantoran, ujung-ujungnya
Suci juga bakalan di dapur toh.”Ucap Bu Tuti dengan nada marah.

Bu Sumarni:” Tapi bu, anak anak berhak untuk belajar juga.”

Bu Tuti:” Memangnya kalo Suci belajar bisa otomatis kenyang, gak perlu cari duit?”Ucap bu
Tuti dengan nada nyolot.

Bu Sumarni:” Memang dengan bisa belajar tidak membuat Suci merasa kenyang dan tidak
perlu cari uang bu, tapi dengan belajar akan membuat Suci bisa memiliki kehidupan yang
lebih baik dari kehidupan ibu-ibu yang sekarang.”

Pak Umar:” Masa ibu pengen anaknya jadi pemulung dan pengemis juga nanti kalo sudah
besar? Tentu tidak kan?”

Pak Chandra:” Bener lho mak, apa yang dibilang sama pak Umar dan Bu Sumarni yang tadi.
Kalo dengan belajar tentu anak-anak kita nanti hidupnya lebih enak. Gak dibohongin orang
terus, biarlah anak anak belajar, toh mencari uang kan sudah menjadi tugas kita sebagai
orang tua.”

Buk tuti pun merenungi apa yng telah dikatakan oleh suaminya ,dan diapun menyetujui
pendapat suaminya. Akhirnya Pak Chandra dan Ibu Tuti mengizinkan Suci mengikuti
pembelajaran dirumah Burhan.

Bu Tuti:” Yaudala mas kalok gitu, gapapa Suci ikut belajar dirumah Burhan demi masa depan
Suci juga kan”

Bu Tuti : “Maafin Mamak yah Suci karena tidak mengizinkan mu untuk belajar dan malah
mama suruh kamu untuk mencari rongsokkan”
Suci : “Mamak ngga perlu minta maaf, Suci ngerti kok kondisi kita bagaimana. Jadi jangan
salahin diri mamak dan bapak”

Pak Umar dan Ibu Sumarni turut bahagia, akhirnya Suci bisa bersekolah lagi. Bu Tuti pun
memeluk putrinya dan diikuti oleh Pak Chandra pun ikut memeluk Asep.

SEMINGGU KEMUDIAN

Suci pun akhirnya bisa dapat belajar bersama di rumah Burhan tanpa ada kendala lagi.
Senyuman Suci terus berseri karena ia baahagia bisa belajar dan bisa bertemu dengan
Teman-temannya lain.

SELAMAT TINGGAL COVID-19.

Mungkin ini drama tentang Perjuangan Guru Dimasa Pandemi. Jadi teman-teman sekalian,
pembelajaran yang dapat kita ambil dari kisah ini, Seorang guru bukan hanya sebatas
memberikan pelajaran ilmu, melainkan membimbing serta memberikan perhatian dan kasih
sayang kepada murid muridnya. Mereka juga merupakan sosok pahlawan tanpa tanda jasa,
bukan karena mereka tidak memiliki jasa. Namun, justru jasanya yang sangat besar dan
kerap kali tidak mendapatkan perhatian yang semestinya.

Bahkan dengan jasanya yang cukup besar tersebut, seorang guru tidak pernah meminta
balasan atau mengeluhkan apa yang kita perbuat.

Bahagiamu, sedihmu,marahmu, dan senyummu akan selalu kami ingat menjadi masa-masa
yang indah, saat kami masih duduk dibangku sekolah dan rapuh dengan segala hal. Lalu
engkau hadir menjadi pelita, mengajari kami banyak ilmu umtuk kelak mampu bertahan
hidup. Terimakasih sudah menjadi inspirasi!

TERIMAKASIH UNTUK SEMUA GURU GURU, KAMI DARI OSIM MAN 1 DELI SERDANG
MENGUCAPKAN.

SELAMAT HARI GURU NASIONAL 2022

Anda mungkin juga menyukai