Anda di halaman 1dari 3

Janji Biru

Biru kembali berulah lagi. Kali ini ia membawa seekor anak tikus ke sekolah. Biru
menakut-nakuti semua anak perempuan yang ada di kelasnya, hingga salah satu dari anak
perempuan tersebut menangis. Sinta menangis karena Biru dengan sengaja memasukan anak
tikus tersebut ke dalam tasnya. Kejadian itu pun diketahui oleh Bu Aruni. Biru pun dibawa ke
kantor.
“Kamu lagi kamu lagi, sampai bosan Ibu memarahimu! Apa kamu tidak menyadari perbuatan
yang kamu lakukan itu merupakan perbuatan yang salah?” ucap Bu Aruni.
Biru hanya terdiam saja tak mampu memberikan alasan apa-apa. Bu Aruni pun memberi
hukuman pada Biru atas perbuatannya. Biru diminta untuk membersihkan toilet sekolah sampai
bersih.
“Sudah! Sekarang kamu pergi ke toilet lalu bersihkan ! “ kata Bu Aruni tegas.
“Wuuuuuuu….. makanya kamu jangan suka jahil, dasar anak nakal !” ucap salah satu teman
Biru.
Biru pun pergi ke toilet dan segera membersihkannya. Dari raut wajahnya tidak terlihat
ada rasa menyesal setelah dimarahi oleh Bu Aruni. Setelah semua hukumannya selesai, Biru
pun kembali ke kelas.
“Bu, saya sudah membersihkan semua toilet hingga bersih” ucap Biru dengan senang.
“Apakah kamu akan mengulangi perbuatanmu lagi?”
“Tidak bu” kata Biru sambil tersenyum.
Tak terasa jam pulang sekolah pun tiba. Biru bersama dua temannya yaitu Yusuf dan
Isman pulang bersama-sama. Sambil berjalan kaki di tengah teriknya panas matahari, Biru dan
temannya itu berjalan menyusuri gang demi gang untuk menuju ke rumahnya. Di tengah
perjalanan Biru melihat pohon mangga yang sangat lebat buahnya. Tanpa berfikir panjang Biru
pun berniat untuk memetik buah mangga tersebut.
“Wah….. sepertinya segar sekali makan buah mangga panas-panas begini” ucap Biru.
“Jangan ! pemilik pohon mangga itu adalah Pak Rudi. Dia galak sekali apabila ada orang yang
mengambil buahnya. Kalo pun kamu mau sebaiknya kamu minta saja secara baik-baik” Isman
menasehati Biru.
“Sudahlah Man, mumpung sepi, kita ambil saja supaya cepat”
Biru pun mulai memanjat pohon mangga tersebut untuk mengambil beberapa buahnya.
Belum juga dia mendapat buahnya, pemiliknya pun keluar dari rumah karena merasa ada yang
bergoyang-goyang diatas pohon mangganya.
“Heyyyyyy kamu ! Sedang apa kamu di atas pohon manggaku !” ucap Pak Rudi kesal.
“Tidak Pak. Saya hanya disuruh mengambil beberapa buah saja oleh temanku”
“Jangan bohong kamu ! Disini tidak ada siapa-siapa lagi selain kamu !”
Betapa kagetnya Biru karena Yusuf dan Isman sudah pergi meninggalkannya. Bukannya
meminta maaf, Biru malah langsung loncat dan berlari meninggalkan pohon mangga Pak Rudi.
Biru berlari dengan sangat kencang menjauh dari rumah Pak Rudi. Setelah merasa cukup jauh
dari rumah Pak Rudi, Biru berhenti sejenak untuk beristirahat. Wajah Biru terlihat sangat
kecapean karena harus berlari sangat jauh. Ketika sedang beristirahat, terlihat kedua temannya
tadi berjalan melintas di depan Biru. Sontak Biru pun langsung menghampiri keduanya.
“Hey kenapa kalian tadi meninggalkanku begitu saja?” ucap Biru kesal.
“Sudah ku bilang kan kamu jangan ambil buah mangga itu, tapi kamu tetap saja bersikukuh
mengambilnya, sekarang kamu tahu kan akibatnya!” Kata Yusuf.
Mendengar jawaban dari Yusuf, Biru pun merasa kesal dan segera bergegas pulang ke
rumahnya. Sedangkan Yusuf dan Isman pun demikian. Sambil berjalan Isman berkata, “Aneh ya
si Biru itu, sudah berkali-kali berbuat nakal tetap saja dia tidak kapok juga !”
“Biarlah itu menjadi urusannya, yang penting kita sebagai temannya sudah memberitahu
bahwa perbuatan yang dilakukan Biru itu tidak benar” kata Yusuf.
Hari pun berlalu, keesokan harinya seperti biasa Biru pergi ke sekolah. Hari ini Biru
datang lebih cepat karena ia lupa belum mengerjakan PR matematika. Biru segera bergegas
masuk ke kelas dan segera membuka bukunya. Biru mulai membaca soal demi soal ternyata dia
tidak mengetahui cara menyelesaikan soal tersebut. terpaksa Biru harus mencari jalan pintas,
akhirnya ia mencari contekkan. Namun pada saat itu tak satupun temannya yang mau
meberikan contekkan. Hasilnya Biru hanya bisa pasrah saja, dia tidak mengerjakan PR
matematika yang diberikan Bu Aruni.
Bel pun berbunyi semua siswa sudah bersiap untuk melaksanakan pembelajaran. Terlihat dari
raut wajahnya Biru terlihat sangat panik, karena hanya dia saja yang belum mengerjakan PR.
Jam pertama pun dimulai, Bu Aruni mulai masuk ke kelas. Seperti biasa Bu Aruni meminta siswa
untuk mengumpulkan PRnya.
“Baik, sekarang kumpulkan dulu PRnya!” ucap Bu Aruni.
“Iya Bu…… !!!” jawab para siswa.
“Ada yang tidak mengerjakan PR?” kata Bu Aruni bertanya.
Mendengar pertanyaan Bu aruni, semua mata siswa tertuju pada Biru. Biru pun hanya
bisa pasrah saja dan sudah tau dia bakal dimarahi lagi oleh Bu Aruni.
“Apakah benar kamu tidak mengerjakan PR?” tanya Bu Aruni pada Biru.
“Iya Bu, saya lupa mengerjakannya” jawab Biru.
Bu Aruni hanya bisa menggelengkan kepala, karena setiap hari ada saja ulah yang
dilakukan oleh Biru. Tanpa bertanya-tanya Bu Aruni meminta Biru untuk berdiri di depan kelas.
Maksdunya yaitu agar Biru merasa jera dan mau berubah.
“Anak-anak, ingat apa yang dilakukan Biru itu merupakan perbuatan yang salah. PR itu
merupakan kewajiban kita sebagai siswa untuk dikerjakan di rumah. Jangan sampai kejadian ini
terulang lagi pada siswa lain” ucap Bu Aruni.
Tak terasa jam istirahat pun datang. Siswa dengan senangnya beristirahat. Sedangkan
Biru harus ikut dengan Bu Aruni ke kantor. Bu Aruni menasehati Biru sekali lagi.
“Biru, kamu itu kenapa? Setiap hari ada saja perbuatan buruk yang kamu lakukan !” tanya Bu
Aruni.
Biru hanya diam saja tak bisa berkata-apa.
“Jika kamu terus begini, Ibu tidak segan untuk memanggil orangtuamu agar mereka tahu
kelakuanmu yang sesungguhnya” ucap Bu Aruni.
“Jangan Bu, nanti Ibu saya kecewa” jawab Biru.
“Ya makannya kamu rubahlah sikapmu, kamu tidak boleh lagi jail terhadap temanmu, kamu tak
boleh lagi malas-malasan. Mulai dari sekarang Ibu ingin lihat perubahanmu, Ibu akan pantau
terus. Jika tidak ada perubahan sampai bulan depan dengan terpaksa Ibu akan memanggil
orangtuamu. Sekarang silahkan kamu kembali lagi ke kelas” ucap Bu Aruni.
Biru pun akhirnya menyadari kesalahannya. Biru berjanji, mulai dari sekarang dia akan
merubah perilakunya baik itu di sekolah ataupun di rumah. Dia tidak akan jahil dan tidak akan
malas lagi. Dia akan selalu mendengarkan nasehat dari guru karena tidak ingin membuat
orangtuanya kecewa. Teman-temannya pun merasa senang karena Biru mau berubah menjadi
lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai