Anda di halaman 1dari 7

TEORI STEWARDSHIP DAN TEORI STAKEHOLDER

Oleh:

Dian Aprina Purba

Email: dianaprina94@gmail.com

Universitas sumatera utara

Abstrak
Teori stewardship dan teori stakeholder merupakan teori yang membahas tentang penatalayanan
dalam perusahaan dan memberikan kepuasan bagi para pemegang saham guna menciptakan nilai
perusahaan yang baik. Dalam hal ini manajemen diharapkan agar lebih mengutamakan
kepentingan perusahaan dan para pemegang saham dibandingkan dengan kepentingan
pribadinya.

Penerapan teori stewardship dan teori stakeholder mendukung terlaksananya misi dari G-20
yang telah dilaksanakan guna memperbaiki kedaan ekonomi dunia akibat dampak dari Covid-19.

Kata kunci: Teori Stewardship, Teori Stakeholder, G-20

PENDAHULUAN
Kondisi Negara-negara di dunia semenjak terjadinya pandemic covid-19 mengalami inflasi yang
cukup serius, banyaknya usaha-usaha yang gulung tikar dan tingkat daya beli masyarakat yang
menurun mengakibatkan terjadi inflasi. Seperti yang kita ketahui Negara-negara di dunia baru
mengadakan G-20 yang dimana Indonesia sebagai tuan rumah, adapun Negara-negara membahas
tentang cara agar dapat keluar dari ancaman inflasi, adapun tema yang diangkat pada
penyelenggaraan G-20 yaitu “Recover Together, Recover Stronger”dimana melalui tema
tersebut, Indonesia ingin mengajak seluruh dunia untuk bahu membahu , saling mendukung
untuk pulih bersama serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan (www.bi.go.id).

Untuk mewujudkan tema dari G-20 yang baru diselenggarakan di Bali, Negara-negara harus
turut serta memberikan pelayanan public yang baik di Negara-negara mereka, pelayanan
merupakan dasar dari teori stewardship yang mengemukakan bahwa perilaku dapat dibentuk
agar selalu dapat diajak kerja sama dalam organisasi, mengutamakan kepentingan kolektif atau
bersama daripada kepentingan pribadi dan selalu bersedia untuk melayani ( Davis et al, 1997).

Disamping itu untuk mewujudkan misi dari G-20 tersebut Negara-negara harus mengetahui
tantangan-tantangan dalam dunia bisnis saat ini. Di antaranya” Teori Stakeholder” stakeholder
memiliki kriteria kepuasan yang berbeda-beda terhadap perusahaan (Certo 2006). Penekanan
berlebihan pada kebutuhan satu kelompok stakeholders dapat memberikan penilaian negative
pada reputasi perusahaan( Lindgreen et al. 2009). Hal ini disebabkan karena stakeholder
termasuk didalamnya masyarakat dapat memberikan dampak terhadap citra dan reputasi
perusahaan yang akan berimbas pada pendapatan perusahaan (Harisson dan St. Jhon 1996).
Sehingga peningkatan reputasi perusahaan dapat terwujud apabila perusahaan dapat
menyesuaikan diri dengan kepentingan seluruh stakeholdernya (Dickinson et al. 2010).

PEMBAHASAN
Tujuan diadakan G-20 yaitu Dalam jalur keuangan yang dipimpin oleh Kementerian keuangan
dan Bank Indonesia, Presidensi G20 Indonesia akan membawakan enam agenda prioritas, yaitu
Exit Strategi (jalan keluar) untuk mendukung pemulihan yang adil, Pembahasan scarring effect
(dampak pandemi) untuk mengamankan pertumbuhan masa depan, Sistem Pembayaran di Era
Digital, Keuangan Berkelanjutan, Inklusi Keuangan: Digital & UKM, dan Perpajakan
Internasional. Untuk mencapai tujuan akhir dari pelaksanaan G-20 pemerintah disetiap Negara
diharapkan menggunakan prinsip teori Stakeholder guna meningkatkan reputasi perusahaan
dimata para stakeholdernya dan dapat mewujudkan saling mendukung untuk pulih bersama serta
tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan.

Teori stewardship
Teori stewardship adalah alternatif teori keagenan dan menawarkan prediksi yang berlawanan
mengenai penataan papan efektif. Teori agensi adalah teori tentang hubungan prinsipal dan agen,
yang berasal dari teori organisasi, teori ekonomi, sosiologi, dan teori keputusan (Harryanto et
al,2014). untuk menjawab masalah keagenan. Teori tersebut menyatakan bahwa manajer bukan
lagi sebagai agen, melainkan pelayan yang bertindak demi kepentingan terbaik pemegang saham
(Forsyth, 2016; Krisnawati et al., 2014). Manajer tidak termotivasi oleh tujuan individu, dan
bertindak sebagai pengurus prinsipal untuk mengejar tujuan perusahaan. Davis dkk. (1997),
berpendapat bahwa keseimbangan hubungan dapat dicapai ketika tujuan manajer sesuai dengan
kepentingan semua pemangku kepentingan. Davis dkk. lebih lanjut berpendapat bahwa manajer
dapat mencapai tujuan mereka dengan melayani dengan baik untuk pencapaian kinerja
perusahaan dan memuaskan semua pemangku kepentingan. Konsekuensinya, kinerja perusahaan
dapat dicapai dengan pencapaian kinerja individu yang sesuai dengan tujuan perusahaan.

Seorang pelayan adalah pro-organisasi, termotivasi secara intrinsik, mengidentifikasi dengan


organisasi tempat mereka bekerja dengan bertindak atas namanya, dan menerima visi, misi, dan
tujuannya (Davis et al., 1997; Krzeminska dan Zeyen, 2017). Theory pengelolaan organisasi
difokuskan pada harmonisasi antara pemilik modal (principles) dengan pengelola modal
(steward) dalam mencapai tujuan bersama. (Sugiyono, 2018). Pada Stewardship Theory, model
of man ini didasarkan pada pelayan yang memiliki perilaku dimana dia dapat dibentuk agar
selalu dapat diajak bekerjasama dalam organisasi, memiliki perilaku kolektif atau berkelompok
dengan utilitas tinggi daripada individunya dan selalu bersedia untuk melayani (Raharjo, 2007).
Stewardship didefinisikan oleh Hernandez (2008) sebagai sikap dan perilaku yang menempatkan
kepentingan jangka panjang kelompok di atas tujuan pribadi yang melayani kepentingan pribadi
seseorang. Ini ada sejauh aktor organisasi mengambil tanggung jawab pribadi atas dampak
tindakan organisasi terhadap kesejahteraan stakeholder . Hernandez (2008) memberi kesan
bahwa para pemimpin mendorong Stewardship pada pengikut mereka melalui berbagai
relasional, motivasi, dan perilaku kepemimpinan yang mendukung secara kontekstual
(Hernandez, 2008).

Donaldson dan Davis (1991) mengasumsikan bahwa teori stewardship adalah suatu hubungan
yang kuat antara kepuasan dan kesuksesan organisasi. Kesuksesan organisasi menggambarkan
maksimalisasi utilitas kelompok principal dan manajemen. Maksimalisasi utilitas kelompok ini
pada akhirnya akan memaksimumkan kepentingan individu yang ada dalam kelompok organisasi
tersebut (Haliah, 2015). Dalam teoti stewardship ini memandang bahwa manjer adalah ujung
tombak dari kesuksesan suatu perusahaan yang mana keberhasilan manajemen dalam mencapai
tujuan perusahaan dapat memberikan kepuasan pada pemegang saham dan pengelolaan yang
baik di dalam organisasi. Teori ini menegaskan bahwa jika tercapai tujuan organisasi secara
efektif dan efesien akan memberikan kesejahteraan pada stakeholdernya sehingga akan
berpengaruh pada organisasi itu sendiri .

Teori Stakeholder
Stakeholders memiliki kriteria kepuasan yang berbeda-beda terhadap perusahaan (Certo dan
Certo, 2006). Penekanan berlebihan pada kebutuhan satu kelompok stakeholders dapat
memberikan penilaian negatif pada reputasi perusahaan (Lindgreen, et.al, 2009). Hal ini
disebabkan karena stakeholder termasuk di dalamnya masyarakat dapat memberikan dampak
terhadap citra dan reputasi perusahaan yang akan berimbas pada pendapatan perusahaan
(Harrison dan St John, 1996). Sehingga, peningkatan reputasi perusahaan dapat terwujud apabila
perusahaan dapat menyesuaikan diri dengan kepentingan seluruh stakeholdernya (Dickinson, et.
al, 2010).

Teori pemangku kepentingan menyatakan bahwa kewajiban bisnis melampaui tugas tradisional
terhadap pemegang saham tetapi meluas ke kelompok lain, termasuk pelanggan, karyawan,
pemasok, pemodal, pesaing, media, dan komunitas tetangga (Camilleri, 2015; Rojas et al., 2017 )
. ; Skilton dan Purdy, 2017). Freeman adalah salah satu akademisi pertama yang menolak
persepsi Friedman bahwa perusahaan hanya memiliki tanggung jawab sosial terhadap pemegang
sahamnya dan sebaliknya berpendapat bahwa manajer sebenarnya "memikul hubungan fidusia
dengan pemangku kepentingan" (Freeman, 2002) . Tanpa keterlibatan, pengetahuan,
keterampilan, bakat, dan loyalitas pemangku kepentingan, organisasi tidak dapat mencapai
tujuannya (Nikolova dan Arsiÿ, 2017).

Menurut Wheelen dan Hunger (dalam Wibisono, 2007:90) stakeholders adalah pihak-pihak atau
kelompokkelompok yang berkepentingan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap
eksistensi atau aktivitas perusahaan dan karenanya kelompok tersebut mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh perusahaan. Freeman (2002), lebih lanjut berpendapat bahwa, dari perspektif
hukum, ada lebih banyak kelompok (pemangku kepentingan) yang memiliki saham di korporasi
dengan kontrak dan harapan yang mengikat secara hukum ditempatkan pada organisasi. Dia juga
menggugat aspek laissez-faire dari teori ekonomi bahwa pasar bebas mengatur dirinya sendiri
dan tidak memerlukan intervensi dari pemerintah. Oleh karena itu, teori pemangku kepentingan
memastikan bahwa pengaturan tindakan perusahaan terhadap semua pemangku kepentingannya,
termasuk pemegang saham, adalah legal (Camilleri, 2015; Claydon, 2011). Stakeholder memiliki
berbagai kepentingan dan kadang-kadang tidak sesuai yang bersaing untuk sumber daya
organisasi. Sebaliknya, perusahaan tidak mungkin memenuhi tanggung jawab beberapa
pemangku kepentingan utama; karenanya, diperlukan strategi manajemen pemangku
kepentingan (Nikolova dan Arsiÿ, 2017).

Pengungkapan informasi keuangan, sosial, dan lingkungan merupakan dialog antara perusahaan
dengan stakeholder-nya dan menyediakan informasi mengenai aktivitas perusahaan yang dapat
mengubah persepsi dan ekspektasi (Adam dan McNicholas, 2007). Istilah stakeholder
diperkenalkan pertama kali oleh Standford Research Institute (SRI) di tahun 1963 (Freeman,
1984). Menurut Freeman (1984: 46), stakeholder didefinisikan sebagai sebuah organisasi, grup
atau individu yang dapat dipengaruhi dan mempengaruhi tujuan organisasi tersebut.

Menurut Kasali (2005), karyawan dan konsumen merupakan stakeholders tradisional karena saat
ini sudah berhubungan dengan organisasi sedangkan stakeholders masa depan adalah
stakeholders pada masa yang akan datang dan diperkirakan akan memberikan pengaruhnya pada
organisasi seperti mahasiswa, peneliti dan konsumen potensial. Stakeholders proponents
merupakan stakeholders yang berpihak kepada perusahaan, stakeholders opponents merupakan
stakeholders yang tidak memihak perusahaan, sedangkan stakeholders yang tak peduli lagi
terhadap perusahaan disebut stakeholders uncommitted. Silent majority stakeholders dan vocal
minority stakeholders dilihat dari aktivitas stakeholders dalam melakukan komplain atau
mendukung perusahaan, tentu ada yang menyatakan pertentangan atau dukungannya secara aktif
(vocal) namun ada pula yang menyatakan secara pasif (silent) (Hadi, 2011). Selain itu Certo dan
Certo (2006) dalam Lesmana dan Tarigan (2014: 108) membagi stakeholder pada perusahaan
beserta kriteria kepuasan yang hendak dipenuhi oleh perusahaan sebagai berikut.
Tabel 1

Stakeholder pada Perusahaan dan Kriteria Kepuasan

Stakeholder Kriteria Kepuasan Stakeholder


Pemerintah Perpajakan, PPN, Undang-Undang, Pekerjaan, Pelaporan jujur,
Pelanggan Keragaman, Legalitas, Eksternalitas, Tingkat upah, Keaman
Supplier Penyedia produk dan jasa yang digunakan dalam produk akhir
Kreditor untuk pelanggan, peluang bisnis yang a
Masyaraka Pekerjaan, Keterlibatan, Perlindungan lingkungan, Saham,
Serikat Pekerja Kualitas, Perlindungan pekerja, pekerjaan
Pemilik Profitabilitas, Umur panjang, Pangsa pasar, Berdiri pasar,
Investor Perencanaan suksesi, Meningkatkan m
Sumber: Certo dan Certo (2006: 365-72)

Dalam teori Stakeholder, perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk
kepentingannya sendiri serta hanya berorientasi pada keuntungan semata, namun harus
memberikan manfaat bagi stakeholder-nya yang dalam hal ini terdiri atas pemegang saham,
kreditor, konsumen, pemasok, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain. Jadi, dapat
dikatakan bahwa keberadaan dan keberlangsungan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh
dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri,
2007).

Kesimpulan
Dalam perwujudan pencapaian tujuan G-20 guna memperbaiki ekonomi dunia dikarenakan
dampak dari pandemic Covid-19, pemerintah sebaiknya menghimbau kepada setiap perusahaan-
perusahaan yang berada di Negara masing-masing agar lebih bertindak sebagai pelayan demi
kepentingan pemegang saham ( stakeholder) sehingga perusahaan-perusahaan memperoleh
kepercayaan para anggota stakeholder dikarenakan keberlangsungan suatu perusahaan
dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh para stakeholder, sehingga lambat laun ekonomi
dunia akan segera pulih dari dampak pandemi Covid -19 dan dapat menghindari terjadinya resesi
di Negara-negara tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, C.A. dan P. McNicholas. 2007. Making a Difference: Sustainability Reporting,


Accountability and Organizational Change. Accounting, Auditing & Accountability Journal.
Vol. 20, Iss: 3, pp. 382 – 402.

Camilleri, M. A. (2015). Corporate social responsibility: Theoretical underpinnings and


conceptual developments. In vertigans, s. And idowu, s.O., stages of corporate social
responsibility: From ideas to impacts. Springer.
http://www.springer.com/gb/book/9783319435350

Certo, S.T. dan S.C. Certo. 2006.Modern Management. Pearson Prentice Hall, United States.

Claydon, J. (2011). A new direction for CSR: The shortcomings of previous CSR models and the
rationale for a new model. Social Responsibility Journal, 7(3): 405-20.

Davis, J. H., Schoorman, F. Davi., dan Donaldson, Lex. 1997. Towards a Stewardship Ttheory of
Management. Academy of Management Review, 221, 20–47.

Dickinson, S. D.M. Beverland dan A. Lindgreen. 2010. “Building Corporate Reputation with
Stakeholders”. European Journal of Marketing, Vol. 44, No. 11/12, hlm 1856 – 1874

Donaldson, L., dan Davis, J. H. 1991. Stewardship Theory or Agency Theory: CEO Governance
and Shareholder Returns. Australian Journal of Management, 16 June 1991, 49–66.

Forsyth, J. A. (2016). Is agency theory incompatible with stewardship theory?

Freeman, R. E. 1984. Strategic Management: A Stakeholder Approach. Pitman Publishing,


Boston.

Freeman, R. E. (2002). A stakeholder theory of the modern corporation. In L. P. Hartman (ed.).


Perspectives in Business Ethics, 2(1): 171-82.

Ghozali, I. dan Chariri, A. 2007.Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro,


Semarang.

Hadi. N. 2011 . Corporate Social Responsibility. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Haliah. 2015. Quality of Report, is there A Management, and Information Technology Role?
Empirical Evidence from West Sulawesi Province, Indonesia. International Journal of Economic
Research (IJER), 12(1), 177–193.

Harrison, J.S. dan C.H. St John. 1996. Managing and Partnering with External Stakeholders.
Academy of Management Executive. Vol. 10, No. 2, pp. 46 - 61.
Hernandez, M. 2008. Promoting Stewardship Behavior in Organizations: A Leadership Model.
Journal of Business Ethics, (80)1, 121–128.

Harryanto, Kartini, Haliah.2014. Budget Process of Local Government in Indonesia. Review of


Integrative Business & Economics Research Vol 3 (2),483-501.

Kasali, R. 2005. Manajemen Public Relations. Grafiti, Jakarta.

Krisnawati, A., Yudoko, G. and Bangun, Y. R. (2014). Development path for corporate
responsibility theories.

Krzeminska, A. and Zeyen, A. (2017). A stewardship cost perspective on the governance of


delegation relationships: The case of social franchising. Non-profit and Voluntary Sector
Quarterly, 46(1): 71-91. World Applied Sciences Journal, 30(1): 110-20.

Lesmana, Y dan J. Tarigan. 2014. Pengaruh Sustainability Reporting Terhadap Kinerja


Keuangan Perusahaan Publik dari Sisi Asset Management Ratios. Business Accounting Review.
Vol. 2, Iss: 1, hal 101 – 110.

Lindgreen, A. S. Valerie dan J.W. Johnston. 2009. “Corporate Social Responsibility: An


Empirical Investigation into US Organization”.Journal of Business Ethics, Vol. 85, No. 2, hlm
303 – 323.

Nikolova, V. dan Arsiÿ, S. (2017). Pendekatan pemangku kepentingan dalam tanggung jawab
sosial perusahaan. Manajemen Rekayasa, 3(1): 24-35.

Raharjo, E. (2007). ( Agency Theory Vs Stewardship Theory In The Accounting Perspective ). 2

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (26th Ed.). Bandung:
Alfabeta.

Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep & Aplikasi CSR. Fascho Publishing, Gresik.

Anda mungkin juga menyukai