Anda di halaman 1dari 6

5.

PENDEKATAN PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDERS)


a. Tanggung Jawab Manajemen dan Teori Pemangku Kepentingan
Di dalam bidang akuntansi, wujud peran dan tanggung jawab manajemen
tercermin dalam beberapa teori yang terkait dengan pemangku kepentingan.
Menurut Schroeder dalam Agoes (2019), terdapat enam teori yang terkait dengan
pemangku kepentingan, yaitu: teori kepemilikan (proprietary theory), teori entitas
(entity theory), teori dana (fund theory), teori komando (command theory), teori
perusahaan (enterprise theory), dan teori ekuitas sisa (residual equity theory). Pada
awal berdirinya perusahaan pemilik juga merangkap sebagai pengelola, ketika
perusahaan sudah berkembang pesat, mulai diperkenalkannya sistem pemisahan
antara pengelola (manajemen, eksekutif) dan pemilik (Pemegang saham) yang mana
bentuk hukum perusahaan berstatus perseroan terbatas (PT) dan perusahaan yang
dimiliki masyarakat umum (go public).
Pada pengelolaan perusahaan masih mengacu pada teori kepemilikan yang mana
bertujuan untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham. Kalau dilihat dari
pengelola, teori kepemilikan dan teori ekuitas sisa tidaklah ada bedanya, hanya
saja teori ekuitas sisa pengelola lebih berfokus pada pemegang saham biasa,
sedangkan pemegang saham preferen tidak mendapat perhatian yang setara. Hal
tersebut berbeda dengan teori dana dan teori komando. Dalam teori dana, pengelola
berorientasi pada restriksi legal atas penggunaan dana yang dipercayakan. Tetapi,
pengeluaran tersebut haruslah sesuai dengan tujuan pemilik dana dan mendapat
persetujuannya. Teori dana diikuti oleh lembaga pemerintah dan lembaga sosial
yang mana penggunaan dana perlu dipertanggungjawabkan.
Berbeda dengan teori dana, teori komando lebih berfokus pada mengelola
perusahaan. Dalam hal ini pengelola meminta pertanggungjawaban dari unit-unit
yang ada di perusahaan atas dana yang dipergunakan. Adanya akuntansi digunakan
untuk membantu menyusun laporan pertanggungjawaban dari sumber daya dan dana
yang dikelola kepada atasan yang berjenjang. Lebih jauh lagi teori berkembang yang
mana adanya teori perusahaan. Dalam teori ini, perusahaan tidak hanya sebagai
bisnis bagi beberapa pemangku kepentingan saja, tetapi perusahaan sebagai lembaga
sosial yang memberikan manfaat bagi seluruh pemangku kepentingan.
Pemangku kepentingan (stakeholders) merupakan semua pihak yang
memengaruhi keberadaan perusahaan atau yang dipengaruhi oleh perusahaan.
(Lawrence, Weber, dan Post dalam Agoes, 2019). Sedangkan menurut Sonny
Keraf dalam Agoes (2019) terdapat kelompok primer yang bertransaksi dan
berinteraksi langsung dengan perusahaan yang terdiri dari pelanggan, pemasok,
pemilik modal, pemberi pinjaman, dan karyawan. Kelompok sekunder yang
berinteraksi dan bertransaksi secara tidak langsung kepada perusahaan yang terdiri
dari pemerintah, media masa, masyarakat, akademisi, dan sebagainya.
Makin banyaknya skandal bisnis yang mana manipulasi laporan keuangan
perusahaan oleh eksekutif membuat kerugian bagi pemegang kepentingan, seperti
halnya kasus garuda Indonesia yang melakukan manipulasi laporan keuangan pada
tahun 2018 yang berakibat pada di dendanya eksekutif dari PT Garuda Indonesia,
Tbk. Munculnya pandangan baru terkait dengan pengelola, bahwa perilaku
pengelola sangat menentukan keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Selain itu,
eksekutif atau pengelola perusahaan dituntut untuk tidak hanya bertindak etis, tetapi
juga diharapkan memiliki tingkatan kesadaran spiritual. Dengan tercapainya
kesadaran spiritual, pengelola perusahaan menganggap bahwa kegiatan tersebut
merupakan salah satu ibadah terhadap Tuhan yang Maha Kuasa, menjalankan
perusahaan dengan tulus untuk memajukan kesejahteraan seluruh pemangku
kepentingan dan menjaga kelestarian alam.

b. Hubungan Tingkat Kesadaran, Teori Etika, dan Paradigma Pengelolaan


Perusahaan
Berikut merupakan hubungan dari tingkat kesadaran, teori etika dan paradigma
pengelolaan perusahaan.

c. Analisis Pemangku Kepentingan

Perusahaan merupakan bagian unsur atau sistem dari sistem yang lebih besar
(supersystem), pengertian tersebut berdasarkan dari pendekatan sistem. Dalam hal itu
perusahaan tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya berbagai pihak. Sebagai sistem
terbuka, perusahaan berinteraksi dengan berbagai pihak yang mana merupakan pihak
yang berkepentingan (stakeholders). Karena keberadaan perusahaan dipengaruhi oleh
stakeholders maka perlu untuk mengambil keputusan berdasarkan pendekatan dan
analisis pemangku kepentingan.
● Melakukan identifikasi stakeholders yang sudah ada maupun yang memiliki
potensi.
● Mencari tahu kepentingan (interest) dan kekuasaan (power) dari setiap
golongan pemangku kepentingan.
● Mencari apakah ada koalisi kepentingan dan kekuasaan antargolongan
pemangku kepentingan.

Oleh karena itu, pengambilan keputusan perlu untuk memperhatikan.


● Stakeholders yang menjadi pihak diuntungkan terbanyak dalam keputusan
tersebut.
● Jika ada yang dirugikan, maka dampak kerugiannya seminimal mungkin.
● Pengambilan keputusan tidak membentur kekuasaan dan kepentingan dari
pemangku kepentingan yang dominan.

Kepentingan (interest) merupakan bagaimana ketertarikan dari pemangku


kepentingan terhadap perusahaan. Sedangkan kekuasaan (power) merupakan
seberapa kuat pengaruh dari pemangku kepentingan terhadap keberadaan
perusahaan. Berikut merupakan contoh dari kepentingan dan kekuasaan dari
pemangku kepentingan.
Dapus : Agoes Sukrisno & I Cenik Ardana. 2019. Etika Bisnis dan Profesi
Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai