Anda di halaman 1dari 10

KONSEP ORGANISASI DAN STAKEHOLDER ORGANISASI

Dalam sebuah organisasi bisnis yang ada terdapat sebuah pihak yang disebut dengan
stakeholder.Pihak stakeholder ini merupakan pihak pemangku kepentingan dalam suatu
organisasi bisnis yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tindakan dari bisnis secara
keseluruhan.Konsep stakeholder pertama kali digunakan dalam sebuah memorandum
internal 1963 di Stanford Research lembaga. Ini didefinisikan pemangku kepentingan sebagai
“kelompok-kelompok yang tanpa dukungan organisasi akan berhenti untuk eksis.” Teori ini
kemudian dikembangkan dan diperjuangkan oleh R. Edward Freeman pada 1980-an. Sejak itu
telah mendapat penerimaan luas dalam praktek bisnis dan teori yang berkaitan dengan
manajemen strategis, tata kelola perusahaan, tujuan bisnis dan tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR).Akan tetapi, kini stakeholder bukan hanya mereka yang berkecimpung
dalam organisasi bisnis tersebut.Dalam perkembangannya Stakeholder mencakup pihak-
pihak lain yang dibedakan sebagai Stakeholder Internal dan Stakeholder Eksternal.

Dalam kenyataan tersebut muncullah berbagai jenis stakeholder.Namun, dengan pengertian


yang telah dituliskan diatas dapat diketahui bahwa seiring dengan berkembangnya zaman,
sebuah organisasi bisnis pun mengalami mindset perubahan.Organisasi bisnis secara umum
diketahui sebagai sebuah lembaga ataupun institusi yang menyediakan dan memproduksi
barang barang serta jasa untuk masyarakat dan bertujuan untuk memperoleh laba bagi
perusahaan mereka. Kini, organisasi bisnis juga memperhatikan isu-isu lain terkait dengan
tata kelola perusahaan yang strategis dan efisien serta perhatian terhadap karyawan suatu
perusahaan, bahwasannya pimpinan perusahaan kini harus mampu mengelolah perusahaan
tidak hanya secara pola kerja yang efektif namun juga harus mampu menciptakan kondisi
persaingan sehat antar karyawan di perusahaan tersebut dan tentunya persaingan sehat
antar organisasi bisnis lainnya.Selain itu, organisasi bisnis juga mulai memperhatikan isu-isu
sosial yang berkembang dalam masyarakat. Organisasi bisnis memikirkan cara agar prospek
bisnis mereka sejatinya dapat membawa pengaruh lain bagi masyarakat. Misalnya saja, saat
ini sudah banyak perusahaan yang mengadakan program CSR berbasis kegiatan lingkungan
hidup, kesehatan, serta kepedulian terhadap bidang pendidikan.

Oleh karena itu, dengan mengetahui secara ringkas penjelasan diatas, kita dapat mengetahu
mengenai kepentingan dan pengertian stakeholder. Namun tentu saja untuk dapat lebih
memahami mengenai materi stakeholder dalam organisasi bisnis, perlu juga diketahui jenis-
jenis stake holder, tujuan dan peranan maupun fungsi stakeholder yang lebih spesifik,
Pengertian dan Fungsi Stakeholder dalam organisasi bisnis (Stakeholder Internal Dan
Eksternal); Pola Kehidupan saling ketergantungan antar stakeholder; Pertentangan
Kepentingan dari Para stakeholder; Perusahaan sebagai sebuah bentuk organisasi
Stakeholder. Untuk itu, makalah ini kami buat selain sebagai pemenuhan tugas Mata Kuliah
Etika Admnistrasi juga sebagai bahasan dan wacana bagi teman-teman sekalian yang
membutuhkan refrensi.
A. Stakeholder

Konsep stakeholder pertama kali digunakan dalam sebuah memorandum internal 1963 di
Stanford Research. Lembaga ini mendefinisikan pemangku kepentingan sebagai kelompok-
kelompok yang tanpa dukungan organisasi akan berhenti untuk eksis. Teori ini kemudian
dikembangkan dan diperjuangkan oleh R. Edward Freeman (1984) yang mengidentifikasi
stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi
oleh suatu pencapaian tertentu. Dalambuku
Culvitating Peace, Ramizes mengidentifikasi berbagai pendapat mengenai stakeholder ini.
Beberapa definisi yang penting dikemukakan seperti Biset (1998) secara singkat
mendefinisikan stakeholder merupakan orang dengan suatu kepentingan atau perhatian
pada permasalahan.Stakeholder ini diidentifikasi dengan suatu dasar tertentu sebagaimana
yang dikemukakan Freeman(1984), yaitu dari segi kekuatan dan kepentingan relatif
stakeholder terhadap issu, Grimble dan Wellard (1996), dari segi posisi penting dan pengaruh
yang dimiliki mereka Menurut Rhenald Kasali dalam bukunya Manajemen Public
Relations, Stakeholders adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun luar
perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan perusahaan. Stakeholders bisa
berarti pula setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan.

B. Organisasi Bisnis

Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama satu sama
lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau
wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis,
terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya
Uang,mesin, metode, material, lingkungan, sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya
yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut.

Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui
mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama
James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan
manusia untuk mencapai tujuan bersama .
Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas
kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang
dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang
bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau
sekelompok tujuan. .
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti
penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok
orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang
dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi
seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya
sehingga menekan angka pengangguran
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus
menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi
sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka,
meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi
secara relatif teratur.

C. Pengertian dan Jenis Stakeholder

Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik


secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan
terhadap perusahaan. Individu, kelompok, maupun komunitas dan masyarakat dapat
dikatakan sebagai stakeholder jika memiliki karakteristik seperti yang diungkapkan oleh
Budimanta dkk, 2008 yaitu mempunyai kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan terhadap
perusahaan.

Stakeholders ini secara umum bisa di bagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang di
dalam perusahaan atau di sebut internal stakeholders dan yang berada di luar perusahaan
yang di sebut external stakeholder.

Stakeholders Internal Stakeholders External


1. Pemegang saham 1. Konsumen
2. Manajemen dan Top Executive 2. Penyalur
3. Karyawan 3. Pemasok
4. Keluarga Karyawan 4. Bank
5. Pemerintah
6. Pesaing
7. Komunitas
8. Pers

Perkembangan teori stakeholder diawali dengan berubahnya bentuk pendekatan perusahaan


dalam melakukan aktifitas usaha. Ada dua bentuk dalam pendekatan stakeholder menurut
Budimanta dkk, 2008 yaitu old-corporate relation dan new-corporate relation.

Old corporate relation menekankan pada bentuk pelaksanaan aktifitas perusahaan secara
terpisah dimana setiap fungsi dalam sebuah perusahaan melakukan pekerjaannya tanpa
adanya kesatuan diantara fungsi-fungsi tersebut. Bagian produksi hanya berkutat bagaimana
memproduksi barang sesuai dengan target yang dikehendaki oleh manajemen perusahaan,
bagian pemasaran hanya bekerja berkaitan dengan konsumenya tanpa mengadakan
koordinasi satu dengan yang lainya. Hubungan antara pemimpin dengan karyawan dan
pemasok pun berjalan satu arah, kaku dan berorientasi jangka pendek. Hal itu menyebabkan
setiap bagian perusahaan mempunyai kepentingan, nilai dan tujuan yang berbeda-beda
bergantung pada pimpinan masing-masing fungsi tersebut yang terkadang berbeda dengan
visi, misi, dan capaian yang ditargetkan oleh perusahaan. Hubungan dengan pihak di luar
perusahaan bersifat jangka pendek dan hanya sebatas hubungan transaksional saja tanpa ada
kerjasama untuk menciptakan kebermanfaatan bersama.
Pendekatan tipe ini akan banyak menimbulkan konflik karena perusahaan memisahkan diri
dengan para stakeholder baik yang berasal dari dalam perusahaan dan dari luar perusahaan.
Konflik yang mungkin terjadi di dalam perusahaan adalah tekanan dari karyawan yang
menuntut perbaikan kesejahteraan.Tekanan tersebut bisa berupa upaya pemogokan
menuntut perbaikan sistem pengupahan dan sebagainya. Jika pemogokan tersebut terjadi
dalam jangka waktu yang lama maka hal itu bisa mengganggu aktifitas operasi perusahaan
dan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.Sedangkan konflik yang mungkin terjadi dari
luar perusahaan adalah munculnya tuntutan dari masyarakat karena dampak pembuangan
limbah perusahaan yang berpotensi menimbulkan kerugian signifikan bagi perusahaan
apabila diperkarakan secara hukum.

New-corporate relation menekankan kolaborasi antara perusahaan dengan


seluruhstakeholder-nya sehingga perusahaan bukan hanya menempatkan dirinya sebagai
bagian yang bekerja secara sendiri dalam sistem sosial masyarakat karena profesionalitas
telah menjadi hal utama dalam pola hubungan ini. Hubungan perusahaan dengan internal
stakeholders dibangun berdasarkan konsep kebermanfaatan yang membangun kerjasama
untuk bisa menciptakan kesinambungan usaha perusahaan sedangkan hubungan dengan
stakeholder di luar perusahaan bukan hanya bersifat transaksional dan jangka pendek namun
lebih kepada hubungan yang bersifat fungsional yang bertumpu pada kemitraan selain usaha
untuk menghimpun kekayaan yang dilakukan oleh perusahaan, perusahaan juga berusaha
untuk bersama-sama membangun kualitas kehidupan external stakholders.

Pendekatan new-corporate relation mengeliminasi penjenjangan status diantara


parastakeholder perusahaan seperti yang ada pada old-corporate relation.Perusahaan tidak
lagi menempatkan dirinya diposisis paling atas sehingga perusahaa mengeksklusifkan dirinya
dari para stakeholder sehingga dengan pola hubungan semacam ini arah dan tujuan
perusahaan bukan lagi pada bagaimana menghimpun kekayaan sebesar-besarnya namun
lebih kepada pencapaian pembangunan yang berkelanjutan (sustainability development).

Penjelasan diatas kemudian memunculkan sebuah pertanyaan siapa sajakah sebenarnya


stakeholder perusahaan. Menurut the Clarkson Centre for Business Ethics (1999) dalam
Magness (2008) stakeholder perusahaan dibagi kedalam dua bentuk besar yaitu primary
stakeholders dan secondary stakeholders. Primary stakeholders merupakan pihak-pihak yang
mempunyai kepentingan secara ekonomi terhadap perusahaan dan menanggung risiko
seperti misalnya investor, kreditor,karyawan, komunitas lokal namun disisi lain pemerintah
juga termasuk kedalam golongan primary stakeholders walaupun tidak secara langsung
mempunyai hubungan secara ekonomi namun hubungan diantara keduanya lebih bersifat
non-kontraktual. Bentuk yang kedua adalah secondary stakeholders dimana sifat hubungan
keduanya saling mempengaruhi namun kelangsungan hidup perusahaan secara ekonomi
tidak ditentukan olehstakeholder jenis ini. Contoh secondary stakeholders adalah media dan
kelompok kepentingan seperti lembaga sosial masyarakat, serikat buruh, dan sebagainya.
Perkembangan teori stakeholders membawa perubahan terhadap indikator kesusuksesan
perusahaan.

Adapun pihak yang memiliki kepentingan utama atau stakeholder dalam organisasi bisnis
antara lain :
Pemilik (owner)
Pada awalnya suatu bisnis dimulai dari ide seseorang atau lebih tentang suatu barang atau
jasa dan mereka mengeluarkan uangnya (modal) untuk membiayai usaha tersebut, karena
mereka memiliki keyakinan bahwa kelak dikemudian hari akan mendapatkan imbalan
(keuntungan) dan mereka mengorganisasi, mengelola dan menanggung segala resiko bisnis.
Karyawan (employee)
Adalah orang yang diangkat dan ditugaskan untuk menjalankan kegiatan perusahaan. Kinerja
perusahaan sangat bergantung pada kinerja seluruh karyawan, baik secara individu maupun
secara kelompok
Kreditor (creditor)
Adalah lembaga keuangan atau individu yang memberikan pinjaman kepada perusahaan.
Kreditor sebagai pemberi pinjaman, umumnya mengajukan persyaratan tertentu untuk
meyakinkan bahwa uang yang mereka pinjamkan kelak akan dapat dikembalikan tepat waktu
,sesuai jumlah dan berikut prestasinya
Pemasok (supplier)
Pemasok adalah partner kerja dari perusahaan yang siap memenuhi ketersediaan bahan
baku, oleh karena itu kinerja perusahaan juga sebagian tergantung pada kemampuan
pemasok dalam mengantarkan bahan baku dengan tepat waktu.
Pelanggan (customer)
Suatu perusahaan tidak akan bertahan lama tanpa ada seorang customer. Customer
merupakan target dari suatu perusahaan untuk menjualkan hasil produksinya. Untuk menarik
seorangcustomer, suatu perusahaan harus menyediakan produk dan layanan yang terbaik
serta harga yang bersahabat.

D. Fungsi dan Tujuan Stakeholder

Memperhatikan uraian di atas maka dapat dipahami bahwa stakeholder dalam organisasi
bisnis adalah berbagai pihak yang memiliki hubungan langsung maupun tidak langsung
dengan sukses tidaknya proses bisnis yang berlangsung. Pihak-pihak tersebut di antaranya
adalah pemilik (owner), karyawan (employee), kreditor (Creditor), pemasok (supplier), dan
customer.

Dengan kata lain ketika kita berbicara tentang stakeholder sebenarnya kita sedang dituntut
untuk mampu menciptakan suatu organisasi bisnis lengkap dengan segala sistem, perangkat
dan atribut yang dapat memenuhi harapan masyarakat pada umumnya dan pihak-pihak yang
berkepentingan atau terkait dengan organisasi bisnis tersebut.

Dengan kata lain organisasi bisnis tidak bisa berjalan secara “egois”. Organisasi bisnis harus
menjalin komunikasi, hubungan dan jaringan dengan berbagai pihak untuk mendukung dan
mensukseskan tujuan dan idealitas yang diharapkan.

Kemudian jika ditinjau dari sisi fungsi keberadaan stakeholder nyaris serupa dengan fungsi
pemimpin. Dengan demikian stakeholder bagaimanapun harus memiliki rasa tanggung jawab
yang tinggi untuk mewujudkan tujuan dan idealitas yang diharapkan dalam organisasi bisnis
yang dipimpinnya.
E. Pertentangan antar Kepentingan Stakeholder

Stakeholder utama dalam sebuah implementasi adalah pihak top management (termasuk
pemilik) dari perusahaan. Kepentingan utama dari kelompok ini adalah meningkatnya kinerja
perusahaan, yang diukur denan naiknya laba perusahaan. Kelompok ini juga memiliki
kepentingan untuk menjaga kesinambungan usaha mereka dalam laju yang masih dapat
dikendalikan. Sementara pada level manajemen menengah dan operator, kepentingan
utamanya adalah kemudahan kerja. Kemudahan tersebut meliputi kemudahan input data
hingga kemudahan pembuatan laporan data transaksional maupun periodik.

Dengan menggunakan sudut pandang perbedaan kepentingan antara stakeholders, dapat


diidentifikasikan 4 perbedaan tipikal pertentangan kebutuhan yang mungkin muncul antar
stakeholder, yaitu :

a. Business Improvement vs Business Uniqueness


Business process improvement, diharapkan dapat menambahkan competitive advantage
perusahaan.Namun, competitive advantage seringkali justru terdapat pada keunikan proses
bisnis mereka. Perusahaan-perusahaan tersebut umumnya dikelola secara konservatif dan
tidak punya cukup ‘ruang’ untuk melakukan sebuah pertaruhan dalam cara berbisnis mereka.

Kondisi lokal juga mempengaruhi kelayakan penerapan sebuah solusi. Kondisi lokal yang
dimaksud meliputi peraturan, standar, interaksi, dll yang berlaku dalam sebuah area (baik
fisik maupun maya) tertentu. Kondisi lokal inilah yang seringkali menjadikan sebuah solusi
best practice tidak serta merta menjadi best solution.

Solusi yang tetap mempertahankan keunikan proses bisnis (sering disebut sebagai solusi as
is) seringkali diminta oleh pihak manajemen perusahaan dengan pertimbangan
mempertahankan keunggulan dan budaya perusahaan. Sementara pihak implementor dan
vendor seringkali memaksakan solusi best practice dengan pertimbangan kemudahan, waktu,
dan biaya implementasi.

b. Efficiency vs Span of Control


Salah satu tujuan yang paling diinginkan stakeholder adalah efisiensi dalam bentuk
pemangkasan proses yang mubazir, sehingga dapat menghemat biaya yang dikeluarkan untuk
sebuah siklus proses bisnis.

Pada sisi lain, pemangkasan proses bisnis berpotensi menghilangkan beberapa bagian
informasi yang mungkin diperlukan untuk sebuah proses kontrol. Pada beberapa perusahaan,
terkadang kontrol lebih diprioritaskan ketimbang efisiensi. Proses kontrol tersebut bahkan
menciptakan sebuah sub-proses yang tidak lazim.

c. Analysis vs Data Input


Untuk menghasilkan analisis yang tepat terdapat faktor yang turut menentukan, yakni
keakuratan dan kelengkapan data.Seberapa banyak dan seberapa jauh analisis dapat
dilakukan berbanding lurus dengan seberapa kaya data yang dimiliki. Hal inilah yang sering
menjadikan dilema dalam sebuah perusahaan. Kelengkapan data sering berarti lebih banyak
data yang harus dimasukkan.

d. Technology vs Context (usefulness)


Didorong oleh keinginan untuk menjual sebanyak mungkin, banyak vendor produk teknologi
(termasuk perangkat lunak) memaksakan penggunaan sebuah produk terbaru, tanpa
memperhatikan ketersediaan dan kesiapan faktor-faktor pendukungnya. Faktor-faktor
pendukung tersebut bisa berupa faktor yang bersifat teknis maupun sosial. Tanpa
memperhatikan kesiapan faktor-faktor lainnya, akhirnya produk teknologi tersebut hanya
menjadi barang pajangan yang tak memberi nilai tambah.

Kepentingan-kepentingan yang berbeda dalam sebuah perusahaan tidak dapat dihilangkan.


Kontradiksi yang terjadi akibat benturan yang terjadi hanya dapat diminimalisasi. Salah satu
upaya untuk meminimalisasinya adalah dengan menyeimbangkan berbagai kepentingan yang
ada.

Menyeimbangkan kepentingan dapat dilakukan dengan mengukur trade off yang ada untuk
setiap kepentingan yang saling bertolak belakang. Langkah berikutnya adalah dengan
menyusun parameter keberhasilan berdasarkan prioritas. Prioritas diberikan kepada
parameter yang mewakili kepentingan yang lebih banyak.

F. Saling Ketergantungan Antara Stakeholder

Dalam sebuah organisasi terdapat saling ketergantungan antara stakeholder satu dengan
lainnya.Karena pada masa kini stakeholder tidak terbatas pada mereka para pelaku dalam
usaha bisnis, tetapi stakeholder tersebut juga mncakuo pihak luar seperti masyarakat dan
pemerintah.Realitanya , sebagai konsekuensi alam alamiah bahwa manusia adalah makhluk
sosial maka mereka butuh orang lain dalam menjalankan aktivitas sehari-hari mereka.
Kenyataan ini pula yamg semakin menunjukkan bahwa dalam suatu oraganisasi, dimana
Stakeholder tersebut memiliki ketergantungan terhadap lainnya.Hal ini kemudian disebut
dengan pola ketergantungan antar Stakeholder.Saling ketergantungan tersebut merupakan
sesuatu yang tidak dapat dihindarkan.saling ketergantungan tersebut mencakup hubungan
dan pengaruh para pemangku kepentingan.Pola saling ketergantungan ini terjadi atas dasar
adanya kepentingan (interest) dan kekuasaaan (power). Hal ini dapat dijabarkan sebagai
berikut:

Kepentingan dari setiap pemangku kepentingan berbeda-beda


Kekuatan kekuasaan dari setiap pemangku kepentingan juga berbeda-beda. Artinya
kekuasaan tidak dapat berpusat hanya pada satu Stakeholder saja melainkan kepada masing-
masing Stakeholder.
Terjadi perubahan signifikan dalam kepentingan dan kekuasaan Stakeholder dari waktu ke
waktu.
Pemerintah misalnya, memiliki kekuasaan untuk memberikan perijinan.Dalam masyarakat
yang masih ditandai dengan adanya KKN yang masih kuat, bukan tidak mungkin kekuasaan
oemerintah dalam memberikan perijinan dapat menggalkan semua rencana yang
disusun.Demikian pula dengan pemasok kepentingan, jika barang dan jasa yang mereka pasok
relative langkah dan sulit untuk memperoleh barang/jasa subtitusi.Kekuatan ralatif organisasi
terhadap pemangku kepentingan tidak selalu lemah.Terhadap pelanggan misalnya, suatu
oragnisasi dapat memiliki kekuatan yang sangat baik, apalagi jika kondisi pelanggan tidak
dapat memperoleh barang/jasa subtitusi yang baik pula.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, semakin beragam kepentingan dan semakin
terdistribusi kekuasaan di tangan masing-masing pemangku kepentingan, maka semakin
tinggi kompleksitas daristakeholder management. Meskipun demikian, secara umum, pola
kekuatan para pemangku kepentingan dapat diidentifikasi melalui stakeholder matrix.
Stakeholder Analysis

Berdasarkan faktor interest dan power, maka diperoleh stakeholder matrix sebagai berikut :

Kuadran Pertama menujukkan pemangku kepentingan yang memiliki interest dan power
lemah.Terhadap pemangku kepentingan seperti ini sebuah organisasi dapat sedikit “santai”
dan melakukan usaha yang minimal, sekedar bersifat memantau.

Kuadran Kedua menunjukkan pemangku kepentingan yang memiliki interest tinggi, tetapi
power relatif lemah.Terhadap pemangku kepentingan seperti ini sebuah organisasi
seyogyanya lebih aktif membina hubungan dan memberikan informasi kepada pemangku
kepentingan.

Kuadran Ketiga menujukkan pemangku kepentingan yang memiliki interest rendah, tetapi
power relatif kuat.Organisasi tidak dapat mengabaikan pemangku yang memiliki interest
rendah, sebab power mereka yang relatif kuat dapat menjadi “bumerang” bagi
organisasi.Karena itu, organisasi harus melakukan berbagai aktivitas yang dapat membuat
para pemangku kepentingan puas.

Kuadran Keempat adalah pemangku kepentingan yang memiliki interest tinggi dan power
kuat.Menghadapi para pemangku kepentingan seperti ini, organisasi harus memberikan
perhatian dan usaha yang lebih intensif untuk memuaskan kepentingan stakeholders.Di
samping itu, organisasi perlu melakukan berbagai pendekatan yang dapat melemahkan
power dari para pemangku kepentingan, minimal tidak digunakan semena-mena digunakan.

Setelah mengetahui interest dan power dari setiap pemangku kepentingan, selanjutnya
organisasi dapat membuat stakeholder map (peta pemangku kepentingan). Masing-masing
stakeholder ditempatkan dalam satu kuadran dalam stakeholdermap, sesuai dengan tingkat
interest dan power mereka.

Stakeholder map selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman bagi organisasi untuk
menyusun program masing-masing pemangku kepentingan berdasarkan skala prioritas.

Satu hal yang perlu dipahami adalah stakeholder map tidak bersifat statis. Karena interest
dan power masing-masing pemangku kepentingan dari waktu ke waktu dapat berubah, maka
organisasi harus memantau perubahan tersebut dan menyesuaikan pendekatan kepada para
pemangku kepentingan sesuai kondisi terakhir.

G. Perusahaan sebagai Organisasi Stakeholder

Perusahaan merupakan organisasi stakeholder, hal ini dapat dari elemen-elemen pemangku
kepentingan yang ada dalam organisasi tersebut. Selain merupakan wadah dan intitusi yang
memiliki kegiatan dan tujuan serta aktor-aktor penting, perusahaan juga melakukan kegiatan
lain yang masih berkaitan dengan tujuan dari stakeholder sendiri terhadap cita-cita organisasi
serta kepedulian terhadap lingkungan diluar itu, yang biasa disebut dengan CSR( Corporate
Social Responsibility). Sebagai sebuah organisasi Stakeholder, tentunya perusahaan telah
mengalami berbagai dinamika keadaan seiring dengan adany kenyataan bahwa dalam
perusahaan tersebut bukan hanya terdiri dari satu kekuasan maupun kepentingan. Tidak
dipungkiri pula, perusahaan juga mengalami perubahan sebagai akibat dari adanya
kemungkinan perpindahan strategi maupun tujuan lain yang ingin dicapai.

Perusahaan sering mengalami masa yang sulit untuk memenuhi dan memahami realitas yang
dimiliki. Kenyataannya adalah kebutuhan praktik pada waktu tertentu. Kenyataan
menggunakan empat bentuk yang berbeda, Yaitu keseimbangan, krisis, pusat perusahaan dan
ekpansi.

Memelihara keseimbangan perusahaan


Perusahaan yang mampu menyeimbangkan hasil bisnis dan sekaligus mampu memenuhi
kebutuhan stakeholder termasuk keseimbangan.Sebagai hasil, perusahaan ini memiliki
kesempatan yang kecil untuk dapat maju, menikmati zona yang nyaman yang sulit untuk
ditembus.sementara mereka memenuhi kebutuhan stakeholder, jarang harapan mereka
dapat tercapai.

Mencegah krisis perusahaan


Jatuhnya hasil usaha, berkurangnya pasar, menurunnya pendapatan dan jatuhnya harga
saham kadang-kadang menciptakan kondisi yang dikenal dengan krisis.Sementara itu,
menyesuaikan dan bereaksi sesuai dengan krisis yang dialami perusahaan, merupakan hal
utama untuk mencegahnya.Untuk mencegah secara strategi krisis, perusahaan tersebut
harus memfokuskanpada semua prioritas yang penting, yaitu internal dan eksternal
stakeholder. Dengan kata lain, perusahaan tersebut harus terfokus pada kebutuhan dan
harapan para stakeholder dengan memberikan mereka penjelasan dan cara untuk
mengantisipasi kebutuhan dan harapan para stakeholder akan membiarkan perusahaan
untuk :

Melakukan perubahan yang cepat, drastis dan sistematis yang dibutuhkan bagi ekonomi
global saat ini.
Menerima perubahan kondisi dan permintaan dari pasar.
Menempatkan finansial dan SDM pada tempatnya dengan menggunakan biaya yang efektif.
Mengembangkan sistem peringatan dini yang akan mencegah jatuhnya perusahaan.
Mengembangkan dan mengimplementasikan koreksi strategi untuk mengurangi lautan
ekonomi yang tidak diketahui.

Mengatasi pemusatan usaha


Beberapa perusahaan tampil begitu sangat percaya diri dan merasa nyaman dengan dengan
posisi mereka sehingga mereka menolak untuk mempercayai bahwa suatu ketika mereka
akan tertekan karena kompetisi. Perusahaan yang salah arahan ini terfokus pada kekuatan
mereka sendiri memiliki kemungkinan untuk hancur. Perusahaan yang menderita dari
keadaan ini dikarenakan senoir vice president dan dan penyelia mereka yang percaya bahwa
keuntungan utama atau kemajuan teknologi mereka akan mencegah mereka untuk jatuh ke
jebakan yang biasanya terjadi pada kebanyakan perusahaan.

Memahami ekspansi perusahaan


Perusahaan yang menitik beratkan pada ekspansi dan mengintegrasikan pandangan tersebut
dengan kebutuhan dan harapan para stakeholder, akan berada dalam kondisi dan prima
untuk dapat sukses. Sikap memiliki pandangan ke depan tanpa mempertimbangkan
kebutuhan dan harapan para stakeholder, sama seperti menomton dengan menggunakan
bahasa asing yang tidak tahu artinya. Penonton bisa mengertiapa yang terjadi karena secara
visual dapat dimengerti, namun karena bahasa yang dikomunikasikan tidak dapat tercapai,
maka kemungkinan untuk dapat mengerti akan sangat kecil.

Anda mungkin juga menyukai