Di susun oleh:
Nesty Rosita (141180066)
Nazri Adlani (141180070)
Dicky Hangga Setyawan (141180161)
Theodorus Nobel Millenio (141180286)
EM-M
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : ISI
BAB III : PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istilah “Stakeholder” atau dinamakan pemangku kepentingan adalah kelompok atau
individu yang dukungannya diperlukan demi kesejahteraan dan kelangsungan hidup organisasi.
Pemangku kepentingan adlaah seseorang, organisasi atau kelompok dengan kepentingan
terhadap suatu sumberdaya alam tertentu (Brown et al 2001). menurut Witold Henisz guru besar
pada Sekolah Bisnis Wharton, termasuk semua orang dari politisi lokal dan nasional dan tokoh
atau pemimpin masyarakat, penguasa, kelompok paaramiliter, LSM dan badan badan
internasional.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemangku kepentingan adalah
seluruh pihak yang terkait dengan isu dan permasalahan yang menjadi fokus kajian atau
perhatian. Seorang pemangku kepentingan adalah seseorang yang mempunyai sesuatu yang
dapat ia peroleh atau akan kehilangan akibat siklus, mereeka disebut sebagai kelompok
kepentingan, dan mereka bisa mempunyai posisi yang kuat dalam menentukan hasil suatu proses
politik.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
BAB II
ISI
PENGERTIAN MORAL
Pengertian Moral Moral adalah perbuatan, tingkah laku atau ucapan seseorang dalam
berinteraksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang
berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya.
Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Moral merupakan kondisi pikiran, perasaan,
ucapan, dan perilaku manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk. Moral (Bahasa
Latin Moralitas) merupakan istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam
tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral
artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga
moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal
yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan
proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang
yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat
dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin
dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat
secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Masa remaja
adalah masa yang tak pernah terlupakan, dan merupakan masa yang paling indah. Jika masa itu
terlewatkan maka ia akan merasa rugi setidaknya begitulah kata anak-anak remaja sekarang ini.
Karena ingin mendapatkan kesenangan di masa remaja, banyak anak-anak remaja mengorbankan
uangnya hanya untuk sekedar berfoya-foya merusak dirinya karena tingginya perasaan ingin tahu
serta dorongan dari teman-temannya dan yang paling menyedihkan mereka tidak menyadari
betapa sakit orangtuanya mencari nafkah hanya untukanak-anaknya.
PENGERTIAN STAKEHOLDER THEORY
Definisi stake holders menurut Freeman (1984) merupakan individu atau kelompok yang
bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh organisasi sebagai dampak dari aktivitas-aktifitasnya.
Sedangkan Chariri dan Ghazali mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya
beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stake holder-
nya (share holders, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain).
Sedangkan Rudito mengemukakan bahwa perusahaan dianggap sebagai stake holders, jika
mempunyai tiga atribut, yaitu: kekuasaan,legitimasi, dan kepentingan.
Mengacu pada pengertian stake holders diatas, maka dapat ditarik suatu penjelasan bahwa dalam
suatu aktivitas perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar dan dalam, yang kesemuanya
dapat disebut sebagai stake holders. Kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada dukungan
stake holders dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk
mencari dukungan tersebut. Makin powerful Stake holders, makin besar usaha perusahaan untuk
beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan
stake holders-nya (Chariri dan Ghazali).
Kesali dalam Wibisono membagi Stake holders menjadi sebagai berikut:
1. Stake holedrs Internal dan Stakeholders Eksternal
Stakeholder internal adalah stakeholders yang berada didalam lingkungan organisasi. Misalnya
karyawan, Manajer, dan Pemegang saham (shareholder). Sedangkan stakeholders eksternal
adalah stakeholders yang berada diluar lingkungan organisasi seperti Penyalur atau Pemasok,
Konsumen atau Pelanggan, Masyarakat, pemerintah, Pers, Kelompok social responsible investor,
licensing partner dan lain-lain.
2. Stakeholders primer, sekunder dan marjinal
Tidak semua elemen dalam stakeholders perlu diperhatikan. Perusahaan perlu menyusun skala
prioritas. Stake holders yang paling penting disebut stakeholders primer, stakeholders yang
kurang penting disebut stakeholders sekunder dan yang biasa diabaikan disebut stakeholder
marginal. Urutan prioritas ini berbeda bagi setiap perusahaan meskipun produk atau jasanya
sama. Urutan ini juga bisa berubah dari waktu kewaktu.
3. Stakeholders Tradisional dan stakeholders masa depan.
Karyawan dan konsumen dapat disebut sebagai stakeholders tradisional, karena saat ini sudah
berhubungan dengan organisasi. Sedangkan stakeholders masa depan adalah stakeholders pada
masa yang akan datang diperkirakan akan memberikan pengaruhnya pada organisasi seperti
mahasiswa, peneliti dan konsumen potensial.
4. Proponents, opponents, dan uncommited.
Diantara stakeholders ada kelompok yang memihak organisasi (proponents), menentang
organisasi (opponents) dan ada yang tidak peduli atau abai (uncommited). Organisasi perlu
mengenal stakeholders yang berbeda-beda ini agar dapat melihat permasalahan, menyusun
rencana dan strategi untuk melakukan tindakan yang proporsional.
5. Silent Majority dan vokal minority.
Dilihat dari aktivitas stakeholders dalam melakukan komplain atau mendukung perusahaan, tentu
ada yang menyatakan pertentangan atau dukungannya secara vokal (aktif) namun ada pula yang
menyatakan secara silent (pasif).
Menurut Hill, stakeholders dalam pelayanan sosial meliputi negara, sektor pivat, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), dan masyarakat, dan kasus program CSR keseluruhan entitas
tersebut terlibat secara bersama-sama. Sementara mereka memiliki kepentingan berbeda-beda
yang satu dengan yang lain bisa saling bersebrangan dan sangat mungkin merugikan pihak yang
lain.
STAKEHOLDER UTAMA CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)
PEMERINTAH DAN PERUSAHAAN
Menurut Utama, bahwa tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya terhadap
pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi juga terhadap para stakeholders yang terkait dan
yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan. Dalam menetapkan dan menjalankan strategi
bisnisnya, perusahaan yang menjalankan CSR akan memperhatikan dampaknya terhadap kondisi
sosial dan lingkungan, dan berupaya agar memberikan dampak positif. Utama menyatakan
bahwa pemerintah beserta segenap jajarannya perlu memahami konteks CSR, karena ada
keterpaduan dengan program pemerintah. Bukan tidak mungkin bila pemahaman terhadap
konsep ini tidak sejajar, maka kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak akan pernah
sejalan dengan kebijakan dunia usaha. Perlunya pemerintah duduk bersama dengan pelaku
usaha, untuk mengkomunikasikan apa yang dibutuhkan masyarakat secara bersama, memberikan
gambaran rencarana kerja pemerintah yang terkait dengan kepentingan publik. Dengan demikian
ada komunikasi dua arah, sehingga kemungkinan adanya kerja saama antara pemerintah dengan
perusahaan menjadi terbuka semakin lebar, sehingga tidak terjadi overlapping program antara
pemerintah dan perusahaan.
Asumsi teori stakeholder dibangun atas dasar pernyataan bahwa perusahaan berkembang
menjadi sangat besar dan menyebabkan masyarakat menjadi sangat terkait dan memerhatikan
perusahaan, sehingga perusahaan perlu menunjukkan akuntabilitas maupun reponsibilitas secara
lebih luas dan tidak terbatas hanya kepada pemegang saham. Hal ini berarti, perusahaan dan
stakeholder membentuk hubungan yang saling memengaruhi.
Warsono mengungkapkan bahwa terdapat tiga argumen yang mendukung pengelolaan
perusahaan berdasarkan perspektif teori stakeholder yakni argumen deskriptif, argumen
instrumental, dan argumen normatif, berikut penjelasan singkat mengenai ketiga argumen
tersebut:
1. Argumen deskriptif menyatakan bahwa pandangan pemangku kepentingan secara
sederhana merupakan deskripsi yang realistis mengenai bagaimana perusahaan sebenarnya
beroperasi atau bekerja. Manajer harus memberikan perhatian penuh pada kinerja keuangan
perusahaan, akan tetapi tugas manajemen lebih penting dari pada itu. Untuk dapat memperoleh
hasil yang konsisten, manajer harus memberikan perhatian pada produksi produk-produk
berkualitas tinggi dan inovatif nagi para pelanggan mereka, menarik dan mempertahankan
karyawan-karyawan yang berkualitas tinggi, serta mentaati semua regulasi pemerintah yang
cukup kompleks. Secara praktis, manajer mengarahkan energi mereka terhadap seluruh
pemangku kepentingan, tidak hanya terhadap pemilik saja.
2. Argumen instrumental menyatakan bahwa manajemen terhadap pemangku kepentingan
dinilai sebagai suatu strategi perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang mempertimbangkan hak
dan memberi perhatian pada berbagai kelompok pemangku kepentingannya akan menghasilkan
keinerja yang lebih baik.
3. Argumen normatif menyatakan bahwa manajemen terhadap pemangku kepentingan
merupakan hal yang benar untuk dilakukan. Perusahaan mempunyai penguasaan dan kendali
yang cukup besar terhadap banyak sumber daya, dan hak istimewa ini menyebabkan adanya
kewajiban perusahaan terhadap semua pihak yang mendapat efek dari tindakan-tindakan
perusahaan.
Warsono berdasarkan pengelompokan yang dikembangkan oleh Lawrence dan Weber,
mengategorikan stakeholder menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Pemangku Kepentingan Pasar
Pemangku kepentingan pasar adalah pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi ekonomik dengan
perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan tujuan utama perusahaan untuk menyediakan
barang dan jasa bagi masyarakat. Pemangku kepentingan pasar sering kali juga disebut
pemangku kepentingan primer (primary stakeholder). Kelompok-kelompok pemangku
kepentingan yang ditetapkan sebagai pemangku kepentingan pasar meliputi pemegang saham,
kreditur, pemasok, pelanggan, dan distributor/pedagangbesar/pengecer.
2. Pemangku Kepentingan Non Pasar
Pemangku kepentingan non pasar adalah orang-orang atau kelompok-kelompok yang walaupun
tidak terlibat dalam pertukaran ekonomi langsung dengan perusahaan, dipengaruhi oleh atau
dapat mempengaruhi tindakan perusahaan. Pemangku kepentingan non pasar sering kali juga
disebut kepentingan sekunder (secondary stakeholder). Kelompok-kelompok pemangku
kepentingan yang dikategorikan sebagai pemangku kepentingan non pasar meliputi, komunitas,
berbagai level pemerintahan, kelompok-kelompok aktivis, organisasi non pemerintah, media,
kelompok pendukung bisnis, dan masyarakat umum.
Beberapa individu atau kelompok dapat memainkan multi peran sebagai pemangku kepentingan.
Para ahli menyebut fenomena ini sebagai role sets. Misalnya, seorang dapat bekerja pada suatu
perusahaan, dan sekaligus juga tinggal dari komunitas disekitar perusahaan, memiliki saham
perusahaan dalam akun pensiunnya, dan bahkan membeli produk yang dihasilkan perusahaan
tersebut dari waktu kewaktu. Individu ini mempunyai beberapa peran pemangku kepentingan
perusahaan.
Perusahaan juga harus melakukan analisis stakeholder sehingga mampu mengetahui kebijakan
dan tindakan apa yang akan ditempuh oleh perusahaan. Analisis pemangku kepentingan
mencakup:
1. Identifikasi pemangku kepentingan yang relevan
2. Kepentingan pemangku kepentingan
3. Kekuatan pemangku kepentingan
4. Koalisi pemangku kepentingan
Pasar (atau primer) Stakeholder - stakeholder biasanya internal,),adalah mereka yang terlibat
dalam transaksi ekonomi dengan bisnis.(Untuk pemegang saham contohnya
yaitu,pelanggan,pemasok,kreditor,dan karyawan)
Non Pasar (atau Sekunder) Stakeholder - biasanya para pemangku kepentingan eksternal, adalah
mereka yang - meskipun mereka tidak terlibat dalam pertukaran ekonomi langsung dengan bisnis
- dipengaruhi oleh atau dapat mempengaruhi tindakannya. (Misalnya masyarakat umum,
masyarakat, kelompok aktivis, kelompok dukungan bisnis, dan media)
Pengertian stakeholder dari buku "Rhenald Kasali Manajemen Public Relations halaman 63 "
sebagi berikut:
"Stakeholders adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun luar perusahaan yang
mempunyai peran dalam menentukan perusahaan. Stakeholders bisa berarti pula setiap orang
yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan. Penulis manajemen yang lain menyebutkan
bahwa stakeholders terdiri atas berbagai kelompok penekan (pressure group) yang mesti di
pertimbangkan perusahaan."
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan sangat erat kaitannya dengan pertanyaan-pertanyaan
berikut:
• Apakah memang perusahaan punya tanggung jawab moral dan sosial ?
• Kalau ada, manakah lingkup tanggung jawab itu ?
• Apakah, terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan itu, perusahaan perlu terlibat dalam
kegiatan sosial yang berguna bagi masyarakat atau tidak ?
• Bagaimana tanggung jawab sosial perusahaan itu dapat dioperasionalkan dalam suatu
perusahaan?
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (selanjutnya dalam
artikel akan disingkat CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan
hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadapkonsumen, karyawan,
pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.
CSR berhubungan erat dengan “pembangunan berkelanjutan”, di mana ada argumentasi bahwa
suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak
semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau devidenmelainkan juga harus
berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.
Pengertian tanggung jawab social perusahaan atau CSR sangat beragam. Intinya, CSR adalah
operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara
finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan
berkelanjutan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan
dengan CSR adalah corporate giving, corporate philanthropy, corporate community relations,
dan community development.
Tanggung Jawab Perusahaan Yang Baik
CSR yang baik (good CSR) memadukan empat prinsip good corporate governance, yakni
fairness, transparency, accountability, dan responsibility, secara harmonis. Ada perbedaan
mendasar di antara keempat prinsip tersebut (Supomo, 2004). Tiga prinsip pertama cenderung
bersifat shareholders-driven karena lebih memerhatikan kepentingan pemegang saham
perusahaan.
Sebagai contoh, fairness bisa berupa perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas;
transparency menunjuk pada penyajian laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu;
sedangkan accountability diwujudkan dalam bentuk fungsi dan kewenangan RUPS, komisaris,
dan direksi yang harus dipertanggung jawabkan.
1. Syarat bagi Tanggung Jawab Moral
· Tindakan itu dijalankan oleh pribadi yang rasional
· Bebas dari tekanan, ancaman, paksaan atau apapun namanya
· Orang yang melakukan tindakan tertentu memang mau melakukan tindakan itu
Dalam membahas prinsip-prinsip etika profesi dan prinsip-prinsip etika bisnis, kita telah
menyinggung tanggung jawab sebagai salah satu prinsip etika yang penting. Persoalan yang
pelik yang harus dijawab pada tempat pertama adalah manakah kondisi bagi adanya tanggung
jawab moral. Manakah kondisi yang relevan yang memungkinkan kita menuntut agar seseorang
bertanggung jawab atas tindakannya.
2. Status Perusahaan
Terdapat dua pandangan (Richard T. De George, Business Ethics, hlm.153), yaitu:
• Legal-creator, perusahaan sepenuhnya ciptaan hukum, karena itu ada hanya berdasarkan hukum
• Legal-recognition, suatu usaha bebas dan produktif
Tanggung jawab sosial perusahaan hanya dinilai dan diukur berdasarkan sejauh mana
perusahaan itu berhasil mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya (Milton Friedman,The
Social Responsibilities of Business to Increase Its Profits, New York Times Magazine,13-09-
1970)
Perusahaan adalah sebuah badan hukum. Artinya perusahaan dibentuk berdasarkan peraturan
hukum tertentu dan disahkan dengan hukum atau legal tertentu. Karena iti, keberadaannya
dijamin dan sah menurut hukum tertentu. Itu berarti perusahaan adalah bentukan manusia, yang
eksistensinya diikat berdasarkan aturan hukum yang sah.
Sebagai badan hukum perusahaan mempunyai hak hak legal tertentu sebagaimana yang dimiliki
oleh manusia. Misalnya hak milik pribadi, hak paten, hak atas milik tertentu, dan sebagainya.
Sejalan itu, perusahaan juga mempunyai kewajiban legal untuk menghormati hak legal
perusahaan lain atau tidak boleh merampas hak perusahaan lain.
Ini hanyalah bentuk tanggung jawab legal…
Anggapan bahwa perusahaan tidak punya tanggung jawab moral sama saja dengan
mengatakan bahwa kegiatan perusahaan bukanlah kegiatan yang dijalankan oleh
manusia
Tanggung jawab moral perusahaan dijalankan oleh staf manajemen
Tanggung jawab legal tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawab moral.
Sesungguhnya, pada tingkat operasional bukan hanya staf manajemen yang memikul
tanggung jawab sosial dan moral perusahaan ini, melainkan seluruh karyawan
3. Lingkup Tanggung jawab Sosial
• Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas
• Keuntungan ekonomis
Tanggung jawab social menunjukkan tanggung jawab perusahaan terhadap kepentingan pihak-
pihak lain secara lebih luas daripada sekedar terhadap kepentingan perusahaan belaka. Dengan
konsep tanggung jawab social perusahaan mau dikatakan bahwa kendati secara moral adalah
baik bahwa perusahaan mengejar keuntungan, tidak dengan sendirinya perusahaan dibenarkan
untuk mencapai keuntungan itu dengan mengorbankan kepentingan pihak-pihak lain. Artinya
keuntungan dalam bisnis tidak mesti dicapai dengan mengorbankan kepentingan pihak lain, atau
kepentingan masyarakat luas.
Dengan demikian dengan konsep tanggung jawab social dan moral perusahaan mau dikatakan
bahwa suatu perusahaan harus bertanggung jawab atas tindakan dan kegiatan bisnisnya yang
mempunyai pengaruh atas orang-orang tertentu, masyarakat, serta lingkungan dimana
perusahaan itu beroperasi.
4. Argumen yang Menentang Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan
• Tujuan utama Bisnis adalah Mengejar Keuntungan Sebesar-besarnya
Argumen keras yang menentang keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan social sebagai
wujud tanggung jawab social perusahaan adalah paham dasar bahwa tujuan utama, bahkan satu
satunya, dari kegiatan bisnis adalah mengejar keuntungan sebesar besarnya. Selain itu, fungsi
bisnis ini adalah fungsi ekonomis, buka fungsi social. Artinya bisnis adalah kegiatan ekonomi
bukan kegiatan social
• Tujuan yang terbagi-bagi dan Harapan yang membingungkan
Yang mau dikatakan disini adalah bahwa keterlibatan social sebagai wujud tanggung jawab
social perusahaan akan menimbulkan minat dan perhatian yang bermacam ragam, yang pada
akhirnya akan mengalihkan, bahkan mengacaukan para perhatian pimpinan perusahaan.
Asumsinya keberhasilan perusahaan dalam bisnis modern penuh persaingan yang ketat sangat
ditentukan oleh konsentrasi seluruh perusahaan, yang ditentukan oleh konsentrasi pimpinan
perusahaan, pada core businessnya.
• Biaya Keterlibatan Sosial
Keterlibatan social sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan malah dianggap
memberatkan masyarakat. Alasannya, biaya yang dgunakan untuk keterlibatan perusahaan itu
bukan biaya yang disediakan oleh perusahaan itu, melainkan biaya yang telah diperhitungkan
sebagai salah satu komponen dalam harga barang dan jasa yang ditawarkan dalam pasar.
• Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial
Argument ini kembali menegaskan mitos bisnis amoral yang telah kita lihat. Dengan argument
ini mau dikatakan bahwa para pemimpin perusahaan tidak professional dalam membuat pilihan
dan keputusan moral. Mereka hanya professional dalam bidang bisnis dan ekonomi. Karena itu,
perusahaan tidak punya tenaga terampil yang siap untuk melakukan kegiatan-kegiatan social
tertentu.
5. Argumen yang Mendukung Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan
• Kebutuhan dan Harapan Masyarakat yang Semakin Berubah
Setiap kegiatan bisnis dimaksudkan untuk mendatangkan keuntungan. Ini tidak bisa disangkal.
Namun dalam masyarakat yang semakin berubah, kebutuhan dan harapan masyarrakat terhadap
bisnis pun ikut berubah. Karena itu, untuk dapat bertahan dan berhasil dalam persaingan bisnis
modern yang ketat sekarang ini, para pelaku bisnis semakin menyadari bahwa mereka tidak bisa
begitu saja hanya memusatkan perhatian pada upaya mendatangkan keuntungan yang sebesar
besarnya.
• Terbatasnya Sumber Daya Alam
Argument ini didasarkan pada kenyataan bahwa bumi kita ini mempunyai sumber daya alam
yang terbatas. Bisnis justru berlangsung dalam kenyataan ini, dengan berupaya memanfaatkan
secara bertanggungjawab dan bijaksana sumber daya alam yang terbatas itu demi memenuhi