HUBUNGAN
PERUSAHAAN
DENGAN
STAKEHOLDER,
LINTAS BUDAYA DAN
POLA HIDUP AUDIT
SOSIAL
STEROTYPE,
PREJUDICE &
STIGMA SOSIAL
STEREOTYPE
(PENILAIAN TAK SEIMBANG)
PENGERTIAN & SEBAB TERJADI
01 STEREOTYPE
adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi
terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan.
Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara
intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang
kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat.
Namun, stereotipe dapat berupa prasangka positif dan juga negatif, dan
kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan
diskriminatif. Sebagian orang menganggap segala bentuk stereotipe
negatif.
FAKTOR PENYEBAB STEREOTYPE
1. Keluarga
2. Pergaulan
3. Sekolah
4. Masyarakat
5. Media Masa
JENIS STEREOTYPE
(konotasi negatif)
1. Rasisme
2. Seksisme
3. Diskriminasi Usia (Ageism)
4. Stereotype terhadap orang miskin
5. Nasionalisme
6. Homophobia
7. Sterotip terhadap agama
8. Xenophobia
STEREOTYPE Dalam Dunia Bisnis, contoh sikap stereotype yang sering kita jumpai
ialah pandangan buruk terhadap divisi atau departemen HR.
02 PREJUDICE
berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan
mengenai objek tersebut. Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian
berdasar ras seseorang sebelum memiliki informasi yang relevan yang
bisa dijadikan dasar penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka juga
diterapkan pada bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi
sikap yang tidak masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alasan
rasional.
ASPEK – ASPEK PRASANGKA
GROSS (2013)
03 STIGMA SOSIAL
Dari gambaran ini, tampak bahwa tidak adanya rasa empati bagi
komunitas elit dalam memahami pola hidup komunitas lain.
Dalam konteks yang demikian, maka perusahaan dituntut untuk
dapat memahami etika bisnis ketika berhubungan dengan
stakeholder diluar perusahaannya, seperti komunitas lokal atau
kelompok sosial yang berbeda pola hidup.
Seorang teman Arif Budimanta mensitir kata–kata
Soekarno, presiden pertama Indonesia yang
menyatakan bahwa “tidak akan diserahkan
pengelolaan sumber daya alam Indonesia kepada
pihak asing sebelum orang Indonesia mampu
mengelolanya”, kalimat ini terkandung suatu pesan
etika bisnis yang teramat dalam bahwa sebelum
bangsa Indonesia dapat menyamai kemampuan
asing, maka tidak akan mungkin wilayah Indonesia
diserahkan kepada asing (pengelolaannya).
DAMPAK
TANGGUNG
JAWAB SOSIAL
PERUSAHAAN
Tanggungjawab sosial perusahaan apabila dilaksanakan dengan
benar akan memberikan dampak positif bagi perusahaan, lingkungan,
termasuk sumber daya manusia, sumber daya alam dan seluruh
pemangku kepentingan dalam masyarakat. Perusahaan yang mampu
sebagai penyerap tenaga kerja, mempunyai kemampuan memberikan
peningkatan daya beli masyarakat, yang secara langsung atau tidak, dapat
mewujudkan pertumbuhan lingkungan dan seterusnya. Mengingat
kegiatan perusahaan itu sifatnya simultan, maka keberadaan perusahaan
yang taat lingkungan akan lebih bermakna
Sebaliknya para penentang pengaturan dan pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan secara formal berpendapat
apabila tanggung jawab tersebut harus diatur secara formal,
disertai sanksi dan penegakan hukum yang riil. Hal itu akan
menjadi beban perusahaan. Beban perusahaan akhirnya akan
menjadi beban masyarakat sebagai pemangku kepentingan.
Oleh karena itu tanggung jawab sosial perusahaan sangat tepat
apabila tetap sebagai tanggung jawab moral, dengan semua
konsekuensinya.
MEKANISME
PENGAWASAN
TINGKAH LAKU
Mekanisme dalam pengawasan terhadap para karyawan sebagai
anggota komunitas perusahaan dapat dilakukan berkenaan dengan
kesesuaian atau tidaknya tingkah laku anggota tersebut dengan
budaya yang dijadikan pedoman korporasi yang bersangkutan.
Mekanisme pengawasan tersebut berbentuk audit sosial sebagai
suatu kesimpulan dari monitoring dan evaluasi yang dilakukan
sebelumnya.