Anda di halaman 1dari 33

#7

HUBUNGAN
PERUSAHAAN
DENGAN
STAKEHOLDER,
LINTAS BUDAYA DAN
POLA HIDUP AUDIT
SOSIAL

STIE DR. KHEZ MUTTAQIEN


Anggota kelompok 7
Nadia febriani 03012109
Ninda maulidia 030221005
Risma priyatni 030121037
Vidia ria cantika 030121029
Agenda Style
01 PENGERTIAN DAN BENTUK – BENTUK
STAKEHOLDER

02 STEREOTYPE, PREJUDICE, STIGMA SOSIAL DAN


MENGAPA PERUSAHAAN HARUS BERTANGGUNG
JAWAB ?

03 KOMUNITAS INDONESIA DAN ETIKA BISNIS

04 DAMPAK TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN


MEKANISME PENGAWASAN TINGKAH LAKU
PENGERTIAN &
BENTUK –
BENTUK
STAKEHOLDER
Freeman (1984)  Stakeholder merupakan individu
atau kelompok yang bisa mempengaruhi dan/ atau
dipengaruhi oleh organisasi sebagai dampak dari
aktivitas - aktivitasnya.

Chariri dan Ghazali (2007)  mengatakan bahwa


perusahaan bukanlah entitas (keunikan) yang hanya
beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus
memberikan manfaat bagi stakeholders-nya
(shareholders, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah,
masyarakat, analis dan pihak lain).
BENTUK-BENTUK STAKEHOLDER
Berdasarkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh stakeholder terhadap suatu issu :

Stakeholder Utama Stakeholder Stakeholder Kunci


(Primer) Pendukung(Sekunder)
Merupakan stakeholder yang Merupakan stakeholder yang Merupakan stakeholder yang
memiliki kaitan kepentingan tidak memiliki kaitan memiliki kewenangan secara
secara langsung dengan kepentingan secara legal dalam hal pengambilan
suatu kebijakan, program, langsung dengan suatu keputusan. Stakeholder kunci
dan proyek. Mereka harus kebijakan, program, danproyek, yang dimaksud adalah unsur
ditempatkan sebagai tetapi memiliki kepedulian eksekutif sesuai levelnya,
penentu utama dalam (concern) dan keprihatinan legislatif dan instansi.
proses pengambilan sehingga mereka turut Stakeholder kunci untuk
keputusan. bersama dan berpengaruh suatu keputusan untuk suatu
terhadap sikap masyarakat proyek level daerah kabupaten.
dan keputusan legal
pemerintah.
CONTOH BENTUK STAKEHOLDER
Berdasarkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh stakeholder terhadap suatu issu dalam dunia
bisnis :

Stakeholder Utama Stakeholder Stakeholder Kunci


(Primer) Pendukung(Sekunder)

1. Pemilik modal atau 1. Pemerintah setempat, 1. Pemerintah Kabupaten


saham 2. Pemerintah asing, 2. DPR Kabupaten
2. Kreditor 3. Kelompok sosial 3. Dinas yang
3. Karyawan 4. Media massa membawahi
4. Pemasok 5. Kelompok pendukung langsung proyek yang
5. Konsumen 6. Masyarakat bersangkutan.
6. Penyalur dan pesaing
atau rekanan
LINTAS BUDAYA DAN
POLA HIDUP

STEROTYPE,
PREJUDICE &
STIGMA SOSIAL
STEREOTYPE
(PENILAIAN TAK SEIMBANG)
PENGERTIAN & SEBAB TERJADI

01 STEREOTYPE
adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi
terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan.
Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara
intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang
kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat.
Namun, stereotipe dapat berupa prasangka positif dan juga negatif, dan
kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan
diskriminatif. Sebagian orang menganggap segala bentuk stereotipe
negatif.
FAKTOR PENYEBAB STEREOTYPE

1. Keluarga
2. Pergaulan
3. Sekolah
4. Masyarakat
5. Media Masa
JENIS STEREOTYPE
(konotasi negatif)

1. Rasisme
2. Seksisme
3. Diskriminasi Usia (Ageism)
4. Stereotype terhadap orang miskin
5. Nasionalisme
6. Homophobia
7. Sterotip terhadap agama
8. Xenophobia
STEREOTYPE  Dalam Dunia Bisnis, contoh sikap stereotype yang sering kita jumpai
ialah pandangan buruk terhadap divisi atau departemen HR.

1. Tumbuhnya rasa tidak percaya terhadap HR dari para


karyawan yang ada di perusahaan.
2. Pemimpin atau organisasi cenderung menghindari segala DAMPAK BURUK
keuntungan yang mungkin bisa didapat dari departemen STEREOTYPE
HR.
3. Membuat orang-orang yang ingin berkarir dalam bidang
HR menjadi ragu untuk menjadi seorang HR.

1. Mengkomunikasikan peran HR kepas Karyawan


2. Memperkuat hubungan HR dengan departemen lainnya.
CARA
3. Berikan Data Kepada Atasan atau Manajemen Mengenai
MENGHINDARI Dampak dari HR
PREJUDICE
(PRASANGKA)
PENGERTIAN & SEBAB TERJADI

02 PREJUDICE
berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan
mengenai objek tersebut. Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian
berdasar ras seseorang sebelum memiliki informasi yang relevan yang
bisa dijadikan dasar penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka juga
diterapkan pada bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi
sikap yang tidak masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alasan
rasional.
ASPEK – ASPEK PRASANGKA
GROSS (2013)

ANTILOCUTION  Suatu pembicaraan yang mengarah


01
kepada bermusuhan, seperti memiliki lelucon untuk suatu ras.

02 AVOIDANCE  Suatu usaha untuk menjaga jarak terhadap


suatu kelompok.

03 DISCRIMINATION  Suatu usaha untuk melakukan


pengusiran dari sutau tempat , mengambil hak sipil, dll

PHYSICAL ATTACK  Suatu tindakan melalkukan


04 kekerasan terhadap orang mau pun kelompok atas dasar
prasangka.

05 EXTERMINATION  Melakukan kekerasan tanpa pandang


bulu terhadap seluruh kelompok yang di prasangkai.
STIGMA SOSIAL
(RASA TIDAK TERIMA)
PENGERTIAN & SEBAB TERJADI

03 STIGMA SOSIAL

adalah tidak diterimanya seseorang pada


suatu kelompok karena kepercayaan bahwa
orang tersebut melawan norma yang ada.
Stigma sosial sering menyebabkan
pengucilan seseorang ataupun
kelompok.
MENGAPA
PERUSAHAAN
HARUS
BERTANGGUNG
JAWAB ?
MENGAPA PERUSAHAAN HARUS BERTANGGUNG JAWAB ?
corporate social responsibility (CSR)

Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate


social responsibility (CSR) adalah suatu konsep
bahwa organisasi atau perusahaan memiliki suatu
tanggungjawab terhadap konsumen, karyawan,
pemegang saham, komunitas dan lingkungan
dalam segala aspek operasional perusahaan.

Corporate social responsibility berhubungan erat dengan


pembangunan berkelanjutan, artinya suatu perusahaan dalam
melaksanakan aktivitasnya harus berdasarkan keputusan yang
tidak semata berdasarkan aspek ekonomi seperti tingkat
keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak
sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik
untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
MENGAPA PERUSAHAAN HARUS BERTANGGUNG JAWAB ?
(Lanjutan)

Konsep tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) muncul sebagai akibat adanya


kenyataan bahwa pada dasarnya karakter alami dari setiap perusahaan adalah
mencari keuntungan semaksimal mungkin tanpa memperdulikan kesejahteraan
karyawan, masyarakat dan lingkungan alam. Seiring dengan meningkatnya
kesadaran dan kepekaan dari stakeholder perushaan, maka konsep tanggungjawab
sosial muncul dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kelangsungan hidup
perusahaan di masa yang akan datang.

Tanggungjawab sosial perusahaan dapat didefiniskan sebagai suatu


konsep yang mewajibkan perusahaan untuk memenuhi dan
memperhatikan kepentingan para stakeholder dalam kegiatan operasinya
mencari keuntungan. Stakeholder yang dimaksud adalah para
shareholder, karyawan, customer, komunitas lokal, pemerintah, LSM dan
sebagainya.
KOMUNITAS
INDONESIA DAN
ETIKA BISNIS
Bentuk-bentuk pola hidup komunitas di Indonesia sangat bervariasi dari
berburu, meramu sampai dengan industri jasa. Dalam suatu kenyataan di
komunitas Indonesia pernah terjadi malapetaka di daerah Nabire, Papua.
Bahwa komunitas Nabire mengkonsumsi sagu, pisang, ubi dan dengan
keadaan cuaca yang kemarau, tanah tidak dapat mendukung pengolahan bagi
tanaman ini.

Dari gambaran ini, tampak bahwa tidak adanya rasa empati bagi
komunitas elit dalam memahami pola hidup komunitas lain.
Dalam konteks yang demikian, maka perusahaan dituntut untuk
dapat memahami etika bisnis ketika berhubungan dengan
stakeholder diluar perusahaannya, seperti komunitas lokal atau
kelompok sosial yang berbeda pola hidup.
Seorang teman Arif Budimanta mensitir kata–kata
Soekarno, presiden pertama Indonesia yang
menyatakan bahwa “tidak akan diserahkan
pengelolaan sumber daya alam Indonesia kepada
pihak asing sebelum orang Indonesia mampu
mengelolanya”, kalimat ini terkandung suatu pesan
etika bisnis yang teramat dalam bahwa sebelum
bangsa Indonesia dapat menyamai kemampuan
asing, maka tidak akan mungkin wilayah Indonesia
diserahkan kepada asing (pengelolaannya).
DAMPAK
TANGGUNG
JAWAB SOSIAL
PERUSAHAAN
Tanggungjawab sosial perusahaan apabila dilaksanakan dengan
benar akan memberikan dampak positif bagi perusahaan, lingkungan,
termasuk sumber daya manusia, sumber daya alam dan seluruh
pemangku kepentingan dalam masyarakat. Perusahaan yang mampu
sebagai penyerap tenaga kerja, mempunyai kemampuan memberikan
peningkatan daya beli masyarakat, yang secara langsung atau tidak, dapat
mewujudkan pertumbuhan lingkungan dan seterusnya. Mengingat
kegiatan perusahaan itu sifatnya simultan, maka keberadaan perusahaan
yang taat lingkungan akan lebih bermakna
Sebaliknya para penentang pengaturan dan pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan secara formal berpendapat
apabila tanggung jawab tersebut harus diatur secara formal,
disertai sanksi dan penegakan hukum yang riil. Hal itu akan
menjadi beban perusahaan. Beban perusahaan akhirnya akan
menjadi beban masyarakat sebagai pemangku kepentingan.
Oleh karena itu tanggung jawab sosial perusahaan sangat tepat
apabila tetap sebagai tanggung jawab moral, dengan semua
konsekuensinya.
MEKANISME
PENGAWASAN
TINGKAH LAKU
Mekanisme dalam pengawasan terhadap para karyawan sebagai
anggota komunitas perusahaan dapat dilakukan berkenaan dengan
kesesuaian atau tidaknya tingkah laku anggota tersebut dengan
budaya yang dijadikan pedoman korporasi yang bersangkutan.
Mekanisme pengawasan tersebut berbentuk audit sosial sebagai
suatu kesimpulan dari monitoring dan evaluasi yang dilakukan
sebelumnya.

Sebaliknya para penentang pengaturan dan pelaksanaan


tanggung jawab sosial perusahaan secara formal
berpendapat apabila tanggung jawab tersebut harus diatur
secara formal, disertai sanksi dan penegakan hukum yang riil.
Hal itu akan menjadi beban perusahaan. Beban perusahaan
akhirnya akan menjadi beban masyarakat sebagai pemangku
kepentingan. Oleh karena itu tanggung jawab sosial
perusahaan sangat tepat apabila tetap sebagai tanggung jawab
moral, dengan semua konsekuensinya.
Menurut Social Enterprise Partnership dalam Rudito (2007:85), audit sosial adalah
sebuah metode yang dilakukan berkenaan dengan sebuah organisasi (korporat, l
embaga dan sebagainya) dalam merencanakan, mengatur dan mengukur aktivitas
non finansial serta untuk memantau konsekuensi secara eksternal dan internal
sekaligus dari sebuah organisasi atau korporasi yang bersifat komersial.
Berkaitan dengan pelaksanaan audit sosial, maka sebuah perusahaan atau organisasi harus
menjelaskan terlebih dahulu tentang beberapa aktivitas yang harus dijalankan, seperti:

1. Aktivitas apa saja yang harus dilakukan sebagai sebuah organisasi.


Dalam hal ini, sasaran apa yang menjadi pokok dari perusahaan yang
harus dituju
2. Bagaimana cara melakukan pencapaian dari sasaran yang dituju
tersebut sebagai rangkaian suatu tindakan yang mengacu pada suatu
pola dan rencana yang sudah disususn sebelumnya.
3. Bagaimana mengukur dan merekam pokok-pokok yang harus
dilakukan berkaitan dengan sasaran yang dituju. Dalam hal ini
keluasan dari kegiatan yang dilakukan tersebut.
KESIMPULAN
Stakeholder diartikan sebagai pihak-pihak yang berkepentingan
pada perusahaan yang dapat mempengaruhi atau dapat
dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan. Yang dimaksud dengan
stakeholder adalah masyarakat, karyawan, pemerintah, shareholder
dan lain-lain. Oleh karena itu, hubungan yang baik dengan
stakeholder adalah sesuatu yang wajib diwujudkan oleh
perusahaan. Seiring dengan meningkatnya kesadaran dan
kepekaan dari stakeholder perushaan, maka konsep
tanggungjawab sosial (corporate social responsibility) muncul
dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan
kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang.
Corporate social responsibility adalah suatu konsep yang
mewajibkan perusahaan untuk memenuhi dan memperhatikan
kepentingan para stakeholder dalam kegiatan operasinya
mencari keuntungan.
(lanjutan)

Audit sosial merupakan sebuah metode untuk mengetahui


keadaan sosial suatu bentuk organisasi atau korporat.
Proses audit dilakukan oleh pihak yang kompeten,
independen dan obyektif yang dikenal sebagai auditor.

Audit sosial ini merupakan sistem yang ada dalam kebudayaan


perusahaan yang oleh anggota-anggotanya dipakai untuk
merencanakan kegiatan organisasi yang bersangkutan dan
tentunya didasari pada kebudayaan yang berlaku di
organisasi yang bersangkutan.
Thank you
HUBUNGAN PERUSAHAAN DENGAN STAKEHOLDER, LINTAS BUDAYA &AUDIT SOSIAL

Anda mungkin juga menyukai