Anda di halaman 1dari 5

RMK AKUNTANSI SOSIAL DAN LINGKUNGAN

CHAPTER 3 - TANGGUNG JAWAB DAN AKUNTABILITAS SOSIAL PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB DAN AKUNTABILITAS SOSIAL PERUSAHAAN

1.1 Mengapa tanggung jawab (Perusahaan Sosial) penting?


Bagi organisasi, sifat tanggung jawab menjadi semakin sulit untuk dipahami. Untuk beberapa
organisasi, hal ini mungkin bukan masalah yang memerlukan perhatian khusus. Artinya, untuk
organisasi kecil, ungkin kita sering melihat kesesuaian anatara nilai-nilai probadi
pemilik/pengelola organisasi, apa yang diinginkan masyarakat dari organisasi dan tanggung
jawab dari organisasi tersebut. Lebih khusus lagi, tanggung jawab sosial mungkin tidak menjadi
masalah sama sekali jika kita dapat menerima bahwa satu-satunya tanggung jawab organisasi
nirlaba adalah menghasilkan uang – yaitu menghasilkan keuntungan.

1.2 Apa itu CSR – Apakah dapat didefinisikan?


Piramida Carroll mengenai empat domai yang menjadi perhatian organisasi telah lama
menarik bagi mereka yang ingin mengelola organisasi tersebut namun piramida Carroll gagal
mengatasi permasalahan seperti; bisakah seseorang diizinkan bertindak secara ilegal dan tidak
etis jika ingin mendapatkan keuntungan? Mengapa keuntungan menjadi perhatian pertama
dalam bisnis?. Analisis yang berpotensi lebih dari itu ditawarkan oleh karya Frederick, dimana ia
mengidentifikasikan tiga era utama dalam pengembangan CSR. Dia menyebutnya CSR1,
CSR2, CSR3. CSR1 (prihatin dengan tanggung jawab sosial) yang mengacu pada dorongan
kepada organisasi untuk mengadopsi prinsip-prinsip utama dan berupaya menerapkan
kewajiban untuk bekerja demi kemajuan sosial – di luar hukum, ekonomi, dan pemegang
saham. CSR2 (Daya tanggap sosial) berkaitan dengan proses manajemen dan khususnya
bagaimana organisasi merespon tekanan sosial. Dan CSR3 (Sifat kejujuran sosial) berkaitan
dengan “kebenaran moral dari program dan kebijakan” dan menanamkan nilai-nilai yang
mendasari tindakan dan kebijakan yang besar dalam budaya organisasi.

1.3 Pandangan Dunia dan Pandangan CSR


1. Sudut pandang Kapitalisme Murni – mereka yang melihat demokrasi ekonomi liberasi
sebai perkiraan yang baik mengenai bagaimana dunia bekerja dan juga sebagai cara
dunia bekerja, sebaiknya bekerja.
2. Sudut pandang “Bijaksana” – mereka yang menganggap bahwa kesejahteraan dan
stabilitas ekonomi jangka panjang hanya dapat dicapai dengan menerima tanggung
jawab sosial tertentu. Pandangan kepentingan pribadi yang bijaksana atau tercerahkan
biasanya akan mengakui sistem ekonomi saat ini mengerjakan menghasilkan tindakan
berlebihan yang tidak dapat diterima sehingga sejumlah konten moral tambahan harus
ditambahkan ke dalam hubungan organisasi – masyarakat.
3. Sudut pandang Kontrak Sosial – mereka cenderung menganggap bahwa perusahaan
dan organisasi lain didirikan atas kemajuan masyarakat dan oleh karena itu (Sampai
tingkat tertentu) terikat pada keinginan masyarakat.
4. Sudut pandang ahli ekologi sosial – mereka yang peduli terhadap lingkungan manusia,
yang melihat permasalahan serius akan berkembang jika interaksi organisasi 0
lingkungan tidak segera dilakukan, dan yang menganggap bahwa organisasi besar
mempunyai pengaruh dalam menciptakan lingkungan hidup. Permasalahan-
KELOMPOK 5
1. IBNU SYAHID SIRA HAQ - A062231046
2. AMALIA FEBRIANI - A062231039
3. SITI LUTHFIAH RAMADHANI - A062231033
RMK AKUNTANSI SOSIAL DAN LINGKUNGAN
CHAPTER 3 - TANGGUNG JAWAB DAN AKUNTABILITAS SOSIAL PERUSAHAAN

permasalahan sosial dan lingkungan hidup sehingga dapat memberikan pengaruh yang
sama dlaam membantu memberantas permasalahan.
5. Sudut pandang Sosialis – mereka yang percaya bahjwa dominasi modal dalam
kehidupan sosial, ekonomi dan politik saat ini adalah sebuah hal yang bertentangan.
Oleh karena itu diperlukan penyesuaian kembali yang signifikan terhadap pkepemilikan
dan struktur masyarakat.
6. Sudut pandang Feminis Radikal – mereka yang menganggap bahwa sistem ekonomi,
sosial, politik dan bisnis pada dasarnya adalah konstruksi maskulin yang menekankan
misalnya agresi, kesuksesan tradisional, prestasi, konflik, individualisme, kompetisi dan
sebagainya. Oleh karena itu, dunia kita tidak memberikan suara yang pantas, mislanya
kasih sayang, cinta, refleksi, kerja sama dan nilai-nilai feminim lainnya.
7. Sudut pandang Ahli ekologi mendalam – mereka yang berepndapat bahwa manusia
tidak mempunyai hak yang lebih besar untuk hidup dibandingkan dengan ebntuk
kehidupan lainnya (dan memang, mereka mungkin telah kehilangan hak-hak mereka
sebagai akibat dari perlakuan buruk yang dilakukan umat manusia terhadap sisa hidup
mereka).
8. Sudut pandang Postmodernisme – mereka yang biasanya menolak sebagian besar
struktur dan perlengkapan kehidupan modern (kebanyakan) barat.

1.4 Memperjelas tanggung jawab demi kepentingan keberlanjutan?

Keberlanjutan (atau sering disebut pembangunan keberlanjutan) didefinisikan sebagai


sistem pembangunan yang; memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan
generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya (Laporan Brundtland, PBB, 1987).
Namun, keberlanjutan ibarat serigala berbulu dompa. Pertama, meskipun umumnya digunakan
hanya untuk merujuk pada isu-isu lingkungan hidup, konsep ini pada dasarnya juga merupakan
konsep sosial dan berkaitan dengan distribusi kekayaan (ekuitas intra-0generasi) serta
kesejahteraan generasi mendatang (keadilan antargenerasi). Memang masing-masing
pandangan yang diungkapkan akan menewarkan penafsiran berbeda mengenai apa yang
dimaksud dengan keberlanjutan dan bagaimana hal tersebut dapat dicapai.

1.5 Mengapa masih banyak kebingungan mengenari CSR?


Upaya yang dilakukan untuk memetakan kebingungan mengenai CSR, De Bakker dkk
(2005) menawarkan tiga alasan kurangnya penutupan CSR; 1) pandangan progresif yang
melihat ketidakjelasan konsep awal memberi jalan pada pendekatan penelitian yang optimis
dan semakin canggih, 2) Pandangan beraneka ragam, dimana ide-ide dan konsep-konsep baru
secara terus-menerus memperkeruh air, 3) pandangan normatis yang percaya bahwa terjebak
dalam isu-isu normatif dan berbasis nilai hanya akan membingungkan mereka yang terllibat
dalam praktik manajemen dan penelitian. Perusahaan yang benar-benar bertanggung jawab
dapat: memastikan bahwa perusahaannya tidak pernah mengalami kecelakaan; menolak untuk
menggunakan sumber daya lingkungan yang terancam; mengadopsi standar perserikatan
bangsa-bangsa untuk seluruh karyawannya; memastikan bahwa aktivitas apapun yang

KELOMPOK 5
1. IBNU SYAHID SIRA HAQ - A062231046
2. AMALIA FEBRIANI - A062231039
3. SITI LUTHFIAH RAMADHANI - A062231033
RMK AKUNTANSI SOSIAL DAN LINGKUNGAN
CHAPTER 3 - TANGGUNG JAWAB DAN AKUNTABILITAS SOSIAL PERUSAHAAN

dilakukannya disetujui – secara mandiri – oleh seluruh masyarakat yang terkena dampak;
menolak untuk berbohong atau membujuk orang untuk memberli barang-barang yang tidak
mereka perlukan; dan seterusnya. Kami kira, perusahaan seperti itu sebenarnya bisa saja ada,
namun tidak mungkin ada di pasar keuangan internasional dan hampir pasti bukan merupakan
perusahaan multinasional. Sederhanya, sebuah organisasi yang mencari keuntungan yang
berperilaku sesuai standar yang kita kagumi sebagai manusia hebat hampir pasti tidak akan
menjadi organisasi yang menguntungkan dalam jangka panjang. Kita dapat menyimpulkan
bahwa perusahaan bertanggung jawab dalam arti tertentu adalah hal yang mengelikan dan
tidak tepat. Tetapi dengan cara yang sama, kita membutuhkan organisasi kita bukan menjadi
tidak bertanggung jawab, dan tentu saja kita perlu tahu yang mana tanggung jawab mereka
bertemu. Inilah kunci untuk tidak memilih CSR. Kunci yang tepat adalah untuk menentukan; 1.
Tanggung jawab dan 2. Sejauh mana tanggung jawab yang diperlukan ini dipenuhi.

1.6 Akuntabilitas
Secara sederhana akuntabilitas dapat didefinisikan sebagai; kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban atau perhitungan atas perbuatan-perbuatan yang menjadi tanggung
jawabnya. Akuntabilitas memiliki dua komponen pentingl akuntabilitas muncul sebagai akibat
dari hubungan antara dua pihak atau lebih (baik individu, asosiasi atau organisasi yang longgar)
dan sifatnya ditentukan oleh konteks sosial dan moral di mana hubungan tersebut terwujud.
Artinya, setiap hubungan mempunyai dimensi moral yang ditentukan oleh sifat hubungan,
tindakan yang diharapkan dan/atau diperlukan dalam hubungan tersebut, dan konteks
komunitas. Salah satu aspek dari dimensi moral ini adalah keharusan untuk memberikan
pertanggungjawaban. Semakin besar kedekatannya, semakin sedikit kebutuhan akan
formaliatsnya. Sebaliknya, semakin sedikit kedekatan maka semakin diperlukan formalitas.
Oleh karena itu, semakin besar suatu hubungan didominasi oleh faktor ekonomi, kemungkinan
besar kedekatan tersebut akan semakin berkurang dan hubungan tersebut akan semakin
membutuhkan formaliats dalam akuntabilitasnya.
1.7 Sebuah Model Akuntabilitas
Kita dapat mengidentifikasi bahwa akuntabilitas melibatkan dua tanggung jawab atau tugas
yang luas; tanggung jawab untuk melakukan tindakan tertentu, atau tidak melakukan tindakan,
dan tanggung jawab untuk memberikan pertanggungjawaban atas tindakan tersebut. Model
akuntabilitas dapat dilihat dari hubungan antara pihak dan peran masyarakat – atau elemen-
elemen masyarakat – dalam hubungan tersebut. Melalui hubungan inilah konsep tanggung
jawab terbentuk dan hak terkait atas informasi (akuntabilitas) ditentukan. Jadi isu krusialnya,
ketika kita beralih ke hubungan yang lebih formal dan tidak terlalu dekat, adalah bagaimana kita
ahrus menentukan kapan suatu hubungan – sebuah “kontrak” – ada dan apakah kita perlu
mengenali berbagai jenis kontrak. Kita perlu mengkaji bagaimana kontrak tersebut terbentuk.
1.8 Beberapa Komponen Praktis Akuntabilitas
Pemeriksaan akuntabilitas yang lebih formal, kita perlu membedakannya hukuman dan non-
legal, atau moral atau alami, hak dan tanggung jawab. Hak dan tanggung jawab yang paling
jelas adalah hak dan tanggung jawab yang ditetapkan dalam undang-undang. Apapun yang
KELOMPOK 5
1. IBNU SYAHID SIRA HAQ - A062231046
2. AMALIA FEBRIANI - A062231039
3. SITI LUTHFIAH RAMADHANI - A062231033
RMK AKUNTANSI SOSIAL DAN LINGKUNGAN
CHAPTER 3 - TANGGUNG JAWAB DAN AKUNTABILITAS SOSIAL PERUSAHAAN

dirasaksn seseorang tentang keadilan hukum suatu negara atau tentang proses yang
menghasilkan hukum tersebut. Undang-undang menetapkan minimum tingkat tanggung jawab
dan hak dan dengan demikian minimum tingkat akuntabilitas hukum pada waktu teretntu di
negara tertentu. Oleh karena itu, kita dapat mencatat bahwa tanggung jawab hukum atas
tindakan dan tanggung jawab hukum atas akuntabilitas tidaklah sama – yaitu, hukum tanggung
jawab atas tindakan membawa moral, tanggung jawab ke rekening yang hanya dilaksanakan
sebagian oleh hukum tanggung jawab untuk memperhitungkan. Hal ini merupakan satu alasan
utama mengapa akuntansi sosial, jika ingin menjadi aktivitas yang bermakna, harus menjadi
wajib.
1.9 Mendefinisikan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Kita memberikan sedikit pemahaman tentang tanggung jawab yang akan diupayakan untuk
dilaksanakan oleh akuntabilitas penuh. Kuncinya adalah; aktivitas yang harus
dipertanggungjawabkan suatu organisasi ditentukan oleh masyarakat – tidak hanya oleh
organisasi itu sendiri. Kedekatan antara pemangku kepentingan dan organisasi ditambah
dengan mekanisme yang akan memastikan bawha asimetri kekuasaan yang nyata antara
organisasi besar dan pemangku kepentingannya dapat diatasi sampai tingkat tertentu.
Akuntansi sosial mempunyai potensi untuk membawa kita menuju dunia di mana akuntabilitas
dan arus informasi yang sangat berubah, pada gulirannya, berpotensi membawa perubahan
besar dalam struktur organisasi dan ekonomi kapitalisme finansial abad ke-21.
1.10 Tanggung Jawab Sosial dan Keberlanjutan
Tidak ada undang-undang yang mewajibkan organisasi untuk bertindak secara
berkelanjutan – meskipun terdapat banyak undang-undang yang mengatur kesehatan dan
keselamatan, perlindungan konsumen dan berbagai aspek perlindungan lingkungan hidup tidak
mencerminkan keberlanjutan secara keseluruhan. Jadi, bagaimana tanggung jawab terhadap
keberlanjutan terwujud di tingkat organisasi? Pemikiran yang jelas adalah bahwa tanggung
jawab apapun akan diungkapkan melalui suara para pemangku kepentingan. Terdapat tiga hal
penting yang terlihat lebih jelas dalam hal keberlanjutan. Pertama, dalam sebagian besar
konsep keberlanjutan yang dominan, hanya sedikit pemangku kepentingan yang memiliki
dorongan, pengetahuan dan pemahaman untuk mengangkat isu tersebut. Kedua, sebagian
besar pemangku kepentingan khususnya pada pergantian abad ini banyak pemahaman tentang
unsur-unsur keberlanjutan, khususnya hanya mengetahui sedikit tentang bagaimana aktivitas
organisasi tertentu memengaruhi dan dipengaruhi oleh keberlanjutan. Ketiga, pemangku
kepentingan yang jelas dan penting dalam hal keberlanjutan adalah generasi yang kehilangan
haknya dan generasi mendatang.
1.11 Kesimpulan dan Implikasi Terhadap Akuntabilitas dan Tanggung Jawab
Akuntanbilitas berasal dari tanggung jawab. Pemahaman apapun tentang akuntabilitas
perlu didasarkan pada pemahaman tentang tanggung jawab. Tanggung jawab adalah gagasan
yang sulit dipahami namun sentral dalam kehidupan pribadi dan organisasi. Akuntabilitas
adalah informasi yang berkaitan dengan tanggung jawab yang dinyatakan dan sebanyak apa
yang dimiliki bukan telah dilakukan (misalnya kegagalan untuk berkelanjutan). Akuntabilitas
adalah sebuah gagasan yang sangat radikal karena akuntabilitas mengharuskan pihak yang
KELOMPOK 5
1. IBNU SYAHID SIRA HAQ - A062231046
2. AMALIA FEBRIANI - A062231039
3. SITI LUTHFIAH RAMADHANI - A062231033
RMK AKUNTANSI SOSIAL DAN LINGKUNGAN
CHAPTER 3 - TANGGUNG JAWAB DAN AKUNTABILITAS SOSIAL PERUSAHAAN

berkuasa untuk bertanggung jawab kepada mereka yang memiliki hak namun memiliki
kekuasaan kecil – yaitu masyarakat sipil.

KELOMPOK 5
1. IBNU SYAHID SIRA HAQ - A062231046
2. AMALIA FEBRIANI - A062231039
3. SITI LUTHFIAH RAMADHANI - A062231033

Anda mungkin juga menyukai