TANGGUNG JAWAB
SOSIAL (CSR)
6
Ekonomi dan Bisnis Manajemen F041700021 Udjiani Hatiningrum,SH.,M Si
Abstract Kompetensi
Perubahan pada tingkat kesadaran Mampu menjelaskan tanggungjawab
masyarakat memunculkan kesadaran social ( CSR ).
baru tentang pentingnya
melaksanakan Corporate Social
Responsibility (CSR). Pemahaman itu
memberikan pedoman bahwa
korporasi bukan lagi sebagai entitas
yang hanya mementingkan dirinya
sendiri saja sehingga ter-alienasi atau
mengasingkan diri dari lingkungan
masyarakat di tempat mereka
bekerja, melainkan suatu entitas
usaha yang wajib melakukan
adaptasi kultural dengan lingkungan
sosialnya. Hal yang sama juga terjadi
pada aspek lingkungan hidup, yang
menuntut perusahaan untuk lebih
peduli pada lingkungan hidup
tempatnya beroperasi.
TANGGUNG JAWAB SOSIAL (CSR)
1. Pengertian CSR
3. Pelaksanaan CSR.
1. Pengertian CSR
Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat ditandai dengan munculnya berbagai
perusahaan yang berskala produksi besar dan menyerap banyak tenaga kerja. Bidang-
bidang usaha yang tersedia juga semakin banyak sehingga semakin membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat. Namun, yang sangat disayangkan, tidak jarang perusahaan-
perusahaan yang ada terlalu terfokus kepada kegiatan ekonomi dan produksi yang mereka
lakukan, sehingga melupakan keadaaan masyarakat di sekitar wilayah beroperasinya dan
juga melupakan aspek-aspek kelestarian lingkungan. Padahal, sebagaimana diamanatkan
di dalam Undang-Undang Dasar 1945, pada pasal 28H ayat 1, yang berbunyi sebagai
berikut “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
medapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.” Hak yang sama juga diatur di dalam Pasal 9 Undang-Undang No. 39 tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia, sebagai berikut: Ayat (2) “Setiap orang berhak hidup
tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin.” Ayat (3): “Setiap orang berhak
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.”
Dari kedua aturan hukum tersebut dapat dilihat dengan jelas, bahwa masyarakat
memiliki hak akan kehidupan sosial yang baik dan atas lingkungan hidup yang sehat.
Selanjutnya, kewajiban untuk melakukan pelestarian lingkungan hidup juga diatur di dalam
Pasal 5 Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
sebagai berikut: “Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Di lain pihak, seiring dengan perkembangan jaman, juga mendorong masyarakat untuk
menjadi semakin kritis dan menyadari hak-hak asasinya, serta berani mengekspresikan
Definisi CSR:
- Vasin, Heyn & Company (2004) dalam Hardinsyah (2007) merumuskan definisi CSR
sebagai kesanggupan untuk berkelakuan dengan cara-cara yang sesuai azas
ekonomi, sosial dan lingkungan dengan tetap mengindahkan kepentingan langsung
dari stakeholder.
- Sedangkan Sukada, et. al. (2007) mendefinisikan CSR sebagai upaya sungguh-
sungguh dari perusahaan untuk meminimumkan dampak negatif dan
memaksimumkan dampak positif operasinya dalam ranah ekonomi, sosial, dan
lingkungan, terhadap seluruh pemangku kepentingannya, untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan.
- World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) (Sukada et. al.
2007), mendefinisikan CSR sebagai komitmen untuk berkontribusi terhadap
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan; berkerja dengan para karyawan dan
keluarganya, masyarakat setempat dan masyarakat secara luas dalam
meningkatkan kualitas hidup mereka.
Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dipandang sebagai aset strategis dan
kompetitif bagi perusahaan di tengah iklim bisnis yang makin sarat kompetisi. CSR dapat
memperbanyak keuntungan yaitu :
1) Peningkatan profitabilitas bagi perusahaan dan kinerja finansial yang lebih
baik.
Banyak perusahaan-perusahaan besar yang mengimplementasikan program CSR
menunjukan keuntungan yang nyata terhadap peningkatan nilai saham.
2) Menurunkan risiko benturan dengan komunitas masyarakat sekitar, karena
sesungguhnya substansi keberadaan CSR adalah dalam rangka memperkuat
keberlanjutan perusahaan itu sendiri disebuah kawasan, dengan jalan membangun
kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun
programprogram pengembangan masyarakat sekitar atau dalam pengertian
kemampuan perusahaan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas
dan stakeholder yang terkait.
3) Mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat dipandang sebagai
social marketing bagi perusahaan tersebut yang juga merupakan bagian dari
pembangunan citra perusahaan (corporate image building).
Social Marketing akan dapat memberikan manfaat dalam pembentukan brand image
suatu perusahaan dalam kaitannya dengan kemampuan perusahaan terhadap
komitmen yang tinggi terhadap lingkungan selain memiliki produk yang berkualitas
tinggi. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak positif terhadap volume unit
produksi yang terserap pasar yang akhirnya akan mendatangkan keuntungan yang
besar terhadap peningkatan laba perusahaan. Kegiatan CSR yang diarahkan
memperbaiki konteks korporat inilah yang memungkinkan alignment antara manfaat
sosial dan bisnis yang muaranya untuk meraih keuntungan materi dan sosial dalam
jangka panjang.
Apabila hendak menganut pemahaman yang digunakan oleh para ahli yang
menggodok ISO 26000 Guidance Standard on Social responsibility yang secara konsisten
mengembangkan tanggung jawab sosial maka masalah SR akan mencakup 7 isu pokok
yaitu:
1. Pengembangan Masyarakat
2. Konsumen
3. Praktek Kegiatan Institusi yang Sehat
4. Lingkungan
5. Ketenagakerjaan
6. Hak asasi manusia
7. Organizational Governance (governance organisasi).
ISO 26000 menerjemahkan tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab suatu
organisasi atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan
lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis, yang Konsisten dengan
pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; Memperhatikan kepentingan
dari para stakeholder; Sesuai hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma
internasional; Terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi, dalam pengertian ini meliputi
baik kegiatan, produk maupun jasa.
Berdasarkan konsep ISO 26000, penerapan sosial responsibility hendaknya
terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi yang mencakup 7 isu pokok di atas. Dengan
demikian jika suatu perusahaan hanya memperhatikan isu tertentu saja, misalnya suatu
Infrastruktur Program CSR yang dijalankan oleh pihak Jababeka adalah mencakup :
Program pemberdayaan ekonomi, Kesehatan, Pendidikan, Pengembangan kebudayaan,
dan Kepedulian terhadap lingkungan
a. Pemberdayaan ekonomi : Memberikan pelatihan keterampilan seperti usaha jahit
dan ternak sapi. Kemudian memberikan dana bantuan juga sebagai modal awal bagi
masyarakat di sekitar
b. Kesehatan : Memberikan pelayanan pemeriksaan gratis dan pembagian obat-
obatan secara Cuma-Cuma. Jababeka juga menyediakan edukasi kesehatan bagi
siswa Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.
c. Pendidikan : Menyediakan beasiswa bagi anak SD, SMP, dan SMA. Kemudian
memberikan bantuan peralatan kepada pihak sekolah. Serta mengadakan
perlombaan yang sifatnya edukatif.
d. Pengembangan kebudayaan : Memberikan bantuan sumbangan untuk
pembangunan masjid, perbaikan jalan, serta mengadakan event-event pagelaran
budaya bagi masyarakat
e. Lingkungan : Mengelola limbah B3 dengan baik, membangun kolam renang yang
asri, menanam pohon sebagai penghijauan, dan Membangun Jababeka Botanical
Garden yang luasnya mencapai 100 Ha.
3. Pelaksanaan CSR.
Di Indonesia program CSR semakin menguat setelah dinyatakan dengan tegas dalam
UU perseroan terbatas No.40 tahun 2007, di mana dalam pasal 74 antara lain diatur bahwa:
1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana di maksud ayat (1) merupakan
kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan
yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang PT ini tidak menyebutkan secara rinci berapa
besaran biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk CSR serta sanksi bagi yang
melanggar. Pada ayat 2, 3 dan 4 hanya disebutkan bahwa CSR dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran. PT yang tidak melakukan CSR dikenakan sanksi
sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.
Dari beberapa materi yang diatur dalam Undang-Undang PT ini, tampaknya pengaturan
tentang Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility
merupakan materi yang paling banyak menimbulkan pendapat pro dan kontra. Pihak yang
kontra berpendapat, penerapan CSR pada sebuah PT sebaiknya tidak perlu diatur, apalagi
dijadikan sebagai sebuah kewajiban dengan disertai sanksi bagi yang tidak
melaksanakanya. Alasannya, CSR merupakan tanggung jawab sosial sehingga
kandungan ethical obligation (kewajiban etis/moral) lebih menonjol dibandingkan juridical
obligation (kewajiban hukum). Karena itu terlalu berlebihan apabila perusahaan diwajibkan
untuk menerapkannya. Sebaliknya, pihak yang mendukung ditetapkannya CSR dalam
UUPT baru berpendapat, diwajibkannya perusahaan untuk menerapkan CSR berarti setiap
Selama ini, penerapan CSR diidentikkan dengan tanggung jawab perusahaan terhadap
lingkungan hidup atau masyarakat sekitarnya, padahal dalam penerapannya sangat
beragam, meliputi:
1. Social Development. (misalnya, sejauhmana perusahaan memiliki kepedulian
terhadap pengembangan masyarakat sekitarnya).
2. Konsumen. (misalnya, sudahkah perusahaan menghasilkan produk yang tidak
menimbulkan kerugian bagi konsumen)
3. Fair Operating Practice. (misalnya, apakah perusahan telah melaksanakan prinsip-
prisip berusaha yang fair dan tidak melakukan pola-pola berusaha yang curang,
seperti monopoli, oligopoli, dan sebagainya)
Menurut Bank Dunia penerapan CSR meliputi: perlindungan lingkungan, jaminan kerja,
hak asasi manusia, interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat, standar
usaha, pasar, pengembangan ekonomi dan badan usaha, perlindungan kesehatan,
kepemimpinan dan pendidikan, serta bantuan bencana kemanusiaan. Di Indonesia,
penerapan CSR sejatinya bukan hal yang baru, di luar UUPT No. 40 Tahun 2007
telah ada beberapa perundang-undangan yang mengatur CSR, salah satunya Undang-
undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hal ini dapat
dilihat pada Pasal 2 ayat (1e) yang menyatakan: Maksud dan Tujuan pendirian BUMN
adalah tutur aktif memberikan bimbinan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi
lemah, koperasi, dan masyarakat.
Program CSR yang diterapkan pada BUMN dikenal dengan istilah Program Kemitraan
dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Tujuan diterapkannya PKBL adalah terjadi
peningkatan partisipasi BUMN dalam pemberdayaan potensi dan kondisi ekonomi, sosial,
dan lingkungan masyarakat. Karena itu, fokus PKBL diarahkan pada pengembangan
ekonomi kerakyatan untuk menciptakan pemerataan pembangunan melalui perluasan
kesempatan kerja dan berusaha, khususnya bagi masyarakat yang berpendapatan rendah
dan miskin.
Dalam Undang-undang No. 40 Tahun 2007, CSR diatur dalam Bab V Pasal 74, yang
menyatakan:
1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau bersangkutan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan kepatutuan dan kewajaran.
3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dari bunyi pasal di atas terkandung ide dasar yang sarat nilai-nilai sosial serta moral yaitu
aktivitas perusahaan diharapkan tidak hanya terfokus pada pengelolaan perusahaan guna
mengejar keuntungan secara ekonomi, tetapi juga menaruh kepedulian pada lingkungan
sekitarnya. Sejatinya, kemajuan perusahaan berjalan beriringan dengan kemakmuran dan
kesejahteraan lingkungan sekitarnya.
Contoh perusahaan yang belum secara maksimal menaruh perhatian terhadap CSR
yaitu :
- Pada saat PT. Freeport selama bertahun-tahun beroperasi di Timika, Provinsi
Papua, sehingga mampu memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaannya,
ternyata masyarakat disekitar perusahaan masih tetap berada di bawah garis
kemiskinan, banyak yang tidak memperoleh pendidikan, lingkungan sekitar tempat
tinggal warga tercemar oleh limbah pertambangan sehingga banyak warga yang
menderita berbagai penyakit, infra struktur tidak mengalami perbaikan. Hal yang
sama diderita pula oleh masyarakat yang berdomisili di sekitar Teluk Buyat, sebagai
dampak dari beroperasinya perusahaan pertambangan PT. Newmon Minahasa di
Sulawesi Utara. Padahal, rendahnya kepedulian perusahaan terhadap lingkungan
sekitarnya secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh negatif
terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan secara
ekonomi. Misalnya, pada saat PT Freeport diguncang issu terjadinya pencemaran
lingkungan di wilayah tempat beroperasinya, yang berujung pada terjadinya berbagai
aksi demonstrasi, baik oleh penduduk lokal maupun aktivis lingkungan,
menyebabkan kegiatan perusahaan berhenti beberapa saat. Penghentian operasi
perusahaan ini tentunya akan merugikan secara ekonomi karena keuntungan yang
seharusnya diperoleh menjadi hilang. Di samping itu, saham PT. Freeport pun
mengalami penurunan harga di bursa internasional.
Sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh
perusahaan di Indonesia, yaitu:
1. Keterlibatan langsung.
Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan
sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa
perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan
salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager
atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan.
Salah satu upaya yang ditempuh untuk mengawasi pelaksanaan CSR oleh perusahaan
adalah diterapkannya audit eksternal guna mengaudit laporan tahunan perseroan yang
mencakup pembangunan berkelanjutan dan masalah CSR. Agar audit eksternal dapat
dilaksanakan secara mudah, maka perlu dilakukan standardisasi CSR secara partisipatif,
transparan, dan akuntabel yang melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk
lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan perguruan tinggi. Upaya lain yang ditempuh
dalam mengawasi pelaksanaan CSR adalah dengan memublikasikan penggunaan dana
CSR, sehingga publik dapat mengontrol perusahaan yang melaksanakan CSR.
UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 15,17 & 34 berisi :
- Pasal 15 : Setiap penanam modal berkewajiban:
a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal
d. dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;
e. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha
penanaman modal; dan
f. mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.
- Pasal 17 : Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak
terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang
memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- Pasal 34:
1) Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15
dapat dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha;
Daftar Pustaka