Anda di halaman 1dari 16

ETIKA DAN HUKUM BISNIS

TANGGUNG JAWAB
SOSIAL (CSR)

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

6
Ekonomi dan Bisnis Manajemen F041700021 Udjiani Hatiningrum,SH.,M Si

Abstract Kompetensi
Perubahan pada tingkat kesadaran Mampu menjelaskan tanggungjawab
masyarakat memunculkan kesadaran social ( CSR ).
baru tentang pentingnya
melaksanakan Corporate Social
Responsibility (CSR). Pemahaman itu
memberikan pedoman bahwa
korporasi bukan lagi sebagai entitas
yang hanya mementingkan dirinya
sendiri saja sehingga ter-alienasi atau
mengasingkan diri dari lingkungan
masyarakat di tempat mereka
bekerja, melainkan suatu entitas
usaha yang wajib melakukan
adaptasi kultural dengan lingkungan
sosialnya. Hal yang sama juga terjadi
pada aspek lingkungan hidup, yang
menuntut perusahaan untuk lebih
peduli pada lingkungan hidup
tempatnya beroperasi.
TANGGUNG JAWAB SOSIAL (CSR)

1. Pengertian CSR

2. Isu Pokok, Praktek CSR.

3. Pelaksanaan CSR.

4. CSR dan Undang-Undang

1. Pengertian CSR

Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat ditandai dengan munculnya berbagai
perusahaan yang berskala produksi besar dan menyerap banyak tenaga kerja. Bidang-
bidang usaha yang tersedia juga semakin banyak sehingga semakin membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat. Namun, yang sangat disayangkan, tidak jarang perusahaan-
perusahaan yang ada terlalu terfokus kepada kegiatan ekonomi dan produksi yang mereka
lakukan, sehingga melupakan keadaaan masyarakat di sekitar wilayah beroperasinya dan
juga melupakan aspek-aspek kelestarian lingkungan. Padahal, sebagaimana diamanatkan
di dalam Undang-Undang Dasar 1945, pada pasal 28H ayat 1, yang berbunyi sebagai
berikut “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
medapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.” Hak yang sama juga diatur di dalam Pasal 9 Undang-Undang No. 39 tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia, sebagai berikut: Ayat (2) “Setiap orang berhak hidup
tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin.” Ayat (3): “Setiap orang berhak
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.”
Dari kedua aturan hukum tersebut dapat dilihat dengan jelas, bahwa masyarakat
memiliki hak akan kehidupan sosial yang baik dan atas lingkungan hidup yang sehat.
Selanjutnya, kewajiban untuk melakukan pelestarian lingkungan hidup juga diatur di dalam
Pasal 5 Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
sebagai berikut: “Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Di lain pihak, seiring dengan perkembangan jaman, juga mendorong masyarakat untuk
menjadi semakin kritis dan menyadari hak-hak asasinya, serta berani mengekspresikan

2020 ETIKA DAN HUKUM BISNIS - EL


2 Udjiani Hatiningrum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tuntutannya terhadap perkembangan dunia bisnis Indonesia. Hal ini menuntut para pelaku
bisnis untuk menjalankan usahanya dengan semakin bertanggung jawab. Pelaku bisnis
tidak hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari lapangan usahanya, melainkan
mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sosialnya.
Tanggung jawab sosial ini terdapat tanggung jawab moral perusahaan baik terhadap
karyawan perusahaan dan masyarakat disekitar perusahaan. Oleh karena itu berkaitan pula
dengan moralitas, yaitu sebagai standar bagi individu atau sekelompok mengenai benar dan
salah, baik dan buruk. Tanggung jawab sosial perusahaan berkaitan dengan teori
utilitarisme sebagaimana diutarakan Jeremy Bentham. Menurut utilitarisme suatu perbuatan
atau aturan adalah baik, kalau membawa kesenangan paling besar untuk jumlah orang
paling besar (the greatest good for the greatest number), dengan perkataan lain kalau
memaksimalkan manfaat.
Perbincangan soal etika bisnis semakin mengemuka mengingat arus globalisasi
semakin deras terasa. Globalisasi memberikan tatanan ekonoini baru. Para pelaku bisnis
dituntut melakukan bisnis secara fair. Segala bentuk perilaku bisnis yang dianggap “kotor”
seperti pemborosan, manipulasi, monopoli, dumping, menekan upah buruh, pencemaran
lingkungan, nepotisme dan kolusi tidak sesuai dengan etika bisnis yang berlaku. Motivasi
utama setiap perusahaan atau industri atau bisnis sudah tentu adalah meningkatkan
keuntungan. Namun bisnis yang dijalankan dengan melanggar prinsip-prinsip moral dan
nilai-nilai etika cenderung tidak produktif dan menimbulkan inefisiensi. Manajemen yang
tidak memperhatikan dan tidak menerapkan nilai-nilai moral, hanya berorientasi pada laba
(tujuan) jangka pendek, tidak akan mampu survive dalam jangka panjang. Pada saat
banyak perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan
sosial dan kerusakan Iingkungan sekitarnya dapat terjadi. Karena itu muncul pula kesadaran
untuk mengurangi dampak negative ini banyak perusahaan swasta kini mengembangkan
apa yang disebut Corporate Social Responsibility (CSR).
Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat memunculkan kesadaran baru tentang
pentingnya melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR). Pemahaman itu
memberikan pedoman bahwa korporasi bukan lagi sebagai entitas yang hanya
mementingkan dirinya sendiri saja sehingga ter-alienasi atau mengasingkan diri dari
lingkungan masyarakat di tempat mereka bekerja, melainkan suatu entitas usaha yang wajib
melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya. Hal yang sama juga terjadi pada
aspek lingkungan hidup, yang menuntut perusahaan untuk lebih peduli pada lingkungan
hidup tempatnya beroperasi.
Tanggung jawab sosial perusahaan menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap
kepentingan pihak-pihak lain secara lebih luas daripada hanya sekedar kepentingan
perusahaan saja. Tanggung jawab sosial dan perusahaan (Corporate Social Responsibility)

2020 ETIKA DAN HUKUM BISNIS - EL


3 Udjiani Hatiningrum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua
stake holder, termasuk di dalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas,
peinilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor.
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah
memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya,
yang di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan
lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi,
sosial, dan lingkungan. CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di
mana suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus
mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi,
misalnya tingkat keuntungan atau deviden, melainkan juga harus menimbang dampak sosial
dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk
jangka yang lebih panjang. Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai
kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara
manajemen dampak (minimisasi dampak negatif dan maksimisasi dampak positif)
terhadap seluruh pemangku kepentingannya.
Corporate Sosial Responsibility merupakan komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga
karyawan tersebut, berikut komunitas setempat dan komunitas secara keseluruhan, dalam
rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Perusahaan bertanggung jawab terhadap seluruh
stakeholder perusahaan. Meskipun secara moral adalah baik bahwa perusahaan maupun
penanam modal mengejar keuntungan, bukan berarti perusahaan ataupun penanam modal
dibenarkan mencapai keuntungan dengan mengorbankan kepentingan-kepentngan pihak
lain yang terkait. Kesadaran ini memberikan makna bahwa perusahaan bukan lagi sebagai
entitas yang mementingkan diri sendiri, melainkan sebuah entitas usaha yang wajib
melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosial. Bila dikaitkan dengan teori tanggung
jawab sosial dengan aktivitas perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa tanggung jawab
sosial lebih menekankan pada kepedulian perusahaan terhadap kepentingan stakeholders
dalam arti luas dari pada kepedulian perusahaan terhadap kepentingan perusahaan belaka.
Pemikiran yang mendasari CSR (corporate social responsibilit) yang sering dianggap inti
dan Etika Bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban
ekonomis dan legal (kepada pemegang saham atau shateholder) tapi juga kewajiban-
kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders) yang
jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban di atas, karena perusahaan tidak bisa hidup,
beroperasi dan memperoleh keuntungan tanpa bantuan pihak lain, Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan pengambilan keputusan perusahaan yang dikaitkan

2020 ETIKA DAN HUKUM BISNIS - EL


4 Udjiani Hatiningrum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dengan nilai-nilai etika, dengan mernenuhi kaidah-kaidah dan keputusan hukum dan
menjunjung tinggi harkat manusia, masyarakat dan lingkungan. Beberapa hal yang
termasuk dalam CSR ini antara lain adalah tata laksana perusahaan (corporate
governance), kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, kondisi tempat kerja dan standar
bagi karyawan, hubungan perusahaan-masyarakat, investasi sosial perusahaan. Jadi
tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya dalam bidang pembangunan sosial dan
ekonoini tetapi juga dalam hal lingkungan hidup.

Definisi CSR:
- Vasin, Heyn & Company (2004) dalam Hardinsyah (2007) merumuskan definisi CSR
sebagai kesanggupan untuk berkelakuan dengan cara-cara yang sesuai azas
ekonomi, sosial dan lingkungan dengan tetap mengindahkan kepentingan langsung
dari stakeholder.
- Sedangkan Sukada, et. al. (2007) mendefinisikan CSR sebagai upaya sungguh-
sungguh dari perusahaan untuk meminimumkan dampak negatif dan
memaksimumkan dampak positif operasinya dalam ranah ekonomi, sosial, dan
lingkungan, terhadap seluruh pemangku kepentingannya, untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan.
- World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) (Sukada et. al.
2007), mendefinisikan CSR sebagai komitmen untuk berkontribusi terhadap
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan; berkerja dengan para karyawan dan
keluarganya, masyarakat setempat dan masyarakat secara luas dalam
meningkatkan kualitas hidup mereka.

Manfaat CSR Bagi Masyarakat :

Dalam menjalankan tanggungjawab sosialnya, perusahaan memfokuskan perhatiannya


kepada tiga hal yaitu (profit), masyarakat (people), dan lingkungan (planet). Perusahaan
harus memiliki tingkat profitabilitas yang memadai sebab laba merupakan fondasi bagi
perusahaan untuk dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya. Dengan
perolehan laba yang memadai, perusahaan dapat membagi deviden kepada pemegang
saham, memberi imbalan yang layak kepada karyawan, mengalokasikan sebagian laba
yang diperoleh untuk pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan, membayar
pajak kepada pemerintah, dan memberikan multiplier effect yang diharapkan kepada
masyarakat. Dengan memperhatikan masyarakat, perusahaan dapat berkontribusi terhadap
peningkatan kualitas hidup masyarakat. Perhatian terhadap masyarakat dapat dilakukan
dengan cara perusahaan melakukan aktivitas-aktivitas serta pembuatan kebijakan-kebijakan
yang dapat meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup dan kompetensi masyarakat
diberbagai bidang. Dengan memperhatikan lingkungan, perusahaan dapat ikut berpartisipasi

2020 ETIKA DAN HUKUM BISNIS - EL


5 Udjiani Hatiningrum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dalam usaha pelestarian lingkungan demi terpeliharanya kualitas hidup umat manusia dalam
jangka panjang. Keterlibatan perusahaan dalam pemeliharaan dan pelestarian lingkungan
berarti perusahaan berpartisipasi dalam usaha mencegah terjadinya bencana serta
meminimalkan dampak bencana yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan. Dengan
menjalankan tanggungjawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar laba
jangka pendek, tetapi juga ikut berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup
masyarakat dan lingkungan (terutama lingkungan sekitar) dalam jangka panjang.

Keuntungan Bagi Perusahaan :

Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dipandang sebagai aset strategis dan
kompetitif bagi perusahaan di tengah iklim bisnis yang makin sarat kompetisi. CSR dapat
memperbanyak keuntungan yaitu :
1) Peningkatan profitabilitas bagi perusahaan dan kinerja finansial yang lebih
baik.
Banyak perusahaan-perusahaan besar yang mengimplementasikan program CSR
menunjukan keuntungan yang nyata terhadap peningkatan nilai saham.
2) Menurunkan risiko benturan dengan komunitas masyarakat sekitar, karena
sesungguhnya substansi keberadaan CSR adalah dalam rangka memperkuat
keberlanjutan perusahaan itu sendiri disebuah kawasan, dengan jalan membangun
kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun
programprogram pengembangan masyarakat sekitar atau dalam pengertian
kemampuan perusahaan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas
dan stakeholder yang terkait.
3) Mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat dipandang sebagai
social marketing bagi perusahaan tersebut yang juga merupakan bagian dari
pembangunan citra perusahaan (corporate image building).
Social Marketing akan dapat memberikan manfaat dalam pembentukan brand image
suatu perusahaan dalam kaitannya dengan kemampuan perusahaan terhadap
komitmen yang tinggi terhadap lingkungan selain memiliki produk yang berkualitas
tinggi. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak positif terhadap volume unit
produksi yang terserap pasar yang akhirnya akan mendatangkan keuntungan yang
besar terhadap peningkatan laba perusahaan. Kegiatan CSR yang diarahkan
memperbaiki konteks korporat inilah yang memungkinkan alignment antara manfaat
sosial dan bisnis yang muaranya untuk meraih keuntungan materi dan sosial dalam
jangka panjang.

2. Isu Pokok, Praktek CSR

2020 ETIKA DAN HUKUM BISNIS - EL


6 Udjiani Hatiningrum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada bulan September 2004, ISO (International Organization for Standardization)
sebagai induk organisasi standarisasi internasional, berinisiatif mengundang berbagai
pihak untuk membentuk tim (working group) yang membidangi lahirnya panduan dan
standarisasi untuk tanggung jawab sosial yang diberi nama ISO 26000: Guidance
Standard on Social Responsibility. ISO 26000 menyediakan standar pedoman yang
bersifat sukarela mengenai tanggung tanggung jawab sosial suatu institusi yang
mencakup semua sektor badan publik ataupun badan privat baik di negara berkembang
maupun negara maju. Dengan Iso 26000 ini akan memberikan tambahan nilai terhadap
aktivitas tanggung jawab sosial yang berkembang saat ini dengan cara:
1) mengembangkan suatu konsensus terhadap pengertian tanggung jawab sosial
dan isunya;
2) menyediakan pedoman tentang penterjemahan prinsip-prinsip menjadi kegiatan-
kegiatan yang efektif; dan
3) memilah praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan disebarluaskan
untuk kebaikan komunitas atau masyarakat internasional.

Apabila hendak menganut pemahaman yang digunakan oleh para ahli yang
menggodok ISO 26000 Guidance Standard on Social responsibility yang secara konsisten
mengembangkan tanggung jawab sosial maka masalah SR akan mencakup 7 isu pokok
yaitu:
1. Pengembangan Masyarakat
2. Konsumen
3. Praktek Kegiatan Institusi yang Sehat
4. Lingkungan
5. Ketenagakerjaan
6. Hak asasi manusia
7. Organizational Governance (governance organisasi).

ISO 26000 menerjemahkan tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab suatu
organisasi atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan
lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis, yang Konsisten dengan
pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; Memperhatikan kepentingan
dari para stakeholder; Sesuai hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma
internasional; Terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi, dalam pengertian ini meliputi
baik kegiatan, produk maupun jasa.
Berdasarkan konsep ISO 26000, penerapan sosial responsibility hendaknya
terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi yang mencakup 7 isu pokok di atas. Dengan
demikian jika suatu perusahaan hanya memperhatikan isu tertentu saja, misalnya suatu

2020 ETIKA DAN HUKUM BISNIS - EL


7 Udjiani Hatiningrum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
perusahaan sangat peduli terhadap isu lingkungan, namun perusahaan tersebut masih
mengiklankan penerimaan pegawai dengan menyebutkan secara khusus kebutuhan
pegawai sesuai dengan gender tertentu, maka sesuai dengan konsep ISO 26000
perusahaan tersebut sesungguhnya belum melaksanakan tanggung jawab sosialnya
secara utuh.

Contoh Perusahaan : (PT Jababeka)

Infrastruktur Program CSR yang dijalankan oleh pihak Jababeka adalah mencakup :
Program pemberdayaan ekonomi, Kesehatan, Pendidikan, Pengembangan kebudayaan,
dan Kepedulian terhadap lingkungan
a. Pemberdayaan ekonomi : Memberikan pelatihan keterampilan seperti usaha jahit
dan ternak sapi. Kemudian memberikan dana bantuan juga sebagai modal awal bagi
masyarakat di sekitar
b. Kesehatan : Memberikan pelayanan pemeriksaan gratis dan pembagian obat-
obatan secara Cuma-Cuma. Jababeka juga menyediakan edukasi kesehatan bagi
siswa Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.
c. Pendidikan : Menyediakan beasiswa bagi anak SD, SMP, dan SMA. Kemudian
memberikan bantuan peralatan kepada pihak sekolah. Serta mengadakan
perlombaan yang sifatnya edukatif.
d. Pengembangan kebudayaan : Memberikan bantuan sumbangan untuk
pembangunan masjid, perbaikan jalan, serta mengadakan event-event pagelaran
budaya bagi masyarakat
e. Lingkungan : Mengelola limbah B3 dengan baik, membangun kolam renang yang
asri, menanam pohon sebagai penghijauan, dan Membangun Jababeka Botanical
Garden yang luasnya mencapai 100 Ha.

3. Pelaksanaan CSR.

Di Indonesia program CSR semakin menguat setelah dinyatakan dengan tegas dalam
UU perseroan terbatas No.40 tahun 2007, di mana dalam pasal 74 antara lain diatur bahwa:
1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana di maksud ayat (1) merupakan
kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan
yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

2020 ETIKA DAN HUKUM BISNIS - EL


8 Udjiani Hatiningrum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) Ketentuan lebih kanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur
dengan peraturan pemerintah.

Dalam pasal 74 ayat 1 disebutkan bahwa perseroan (mengacu pada UU No.40/2007


pasal 1 ayat 1 bahwa perseroan diartikan sebagai perseroan terbatas) yang
menjalankan usaha di bidang atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan, namun tidak dijelaskan apakah
hal tanggung jawab yang sama juga diwajibkan bagi entitas usaha yang tidak
berbentuk badan hukum perseroan terbatas. Sehingga, hal ini dapat menimbulkan
penafsiran bahwa entitas usaha yang tidak berbentuk perseroan terbatas tidak
diwajibkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan (mengacu
pada UU No. 40/2007) pasal 1 ayat 3 definisi tanggung jawab sosial dan lingkungan
adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masayrakat
pada umumnya). Selanjutnya pasal 74 ayat 1 tersebut menimbulkan pertanyaan lain
yaitu apakah perseroan terbatas yang tidak menjalankan kegiatan usaha dibidang
dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam dapat diartikan tidak diwajibkan
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR).

Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang PT ini tidak menyebutkan secara rinci berapa
besaran biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk CSR serta sanksi bagi yang
melanggar. Pada ayat 2, 3 dan 4 hanya disebutkan bahwa CSR dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran. PT yang tidak melakukan CSR dikenakan sanksi
sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.
Dari beberapa materi yang diatur dalam Undang-Undang PT ini, tampaknya pengaturan
tentang Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility
merupakan materi yang paling banyak menimbulkan pendapat pro dan kontra. Pihak yang
kontra berpendapat, penerapan CSR pada sebuah PT sebaiknya tidak perlu diatur, apalagi
dijadikan sebagai sebuah kewajiban dengan disertai sanksi bagi yang tidak
melaksanakanya. Alasannya, CSR merupakan tanggung jawab sosial sehingga
kandungan ethical obligation (kewajiban etis/moral) lebih menonjol dibandingkan juridical
obligation (kewajiban hukum). Karena itu terlalu berlebihan apabila perusahaan diwajibkan
untuk menerapkannya. Sebaliknya, pihak yang mendukung ditetapkannya CSR dalam
UUPT baru berpendapat, diwajibkannya perusahaan untuk menerapkan CSR berarti setiap

2020 ETIKA DAN HUKUM BISNIS - EL


9 Udjiani Hatiningrum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
perusahaan didorong untuk memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya karena
disinyalir banyak perusahaan yang terkesan bersikap egois dan tidak peduli terhadap
lingkungan, bahkan dalam beberapa kasus, kehadiran perusahaan banyak menimbulkan
masalah sosial pada lingkungan sekitarnya, sekalipun lingkungan dimana perusahaan
berdiri, secara langsung maupun tidak langsung, turut memberikan kontribusi pada
kemajuan perusahaan. Oleh karena itu, dengan memperhatikan belum meratanya
pelaksanaan CSR pada perusahaan-perusahaan di Indonesia, sebagai indikator lemahnya
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya, serta meningkatnya masalah-
masalah sosial yang timbul sebagai akibat dari keberadaan perusahaan, maka di dalam UU
No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, CSR dimasukkan sebagai kewajiban
perusahaan, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 74.
Dalam praktiknya, masih banyak perusahaan tidak mau menjalankan program-
program CSR karena melihat hal tersebut hanya sebagai pengeluaran biaya. CSR
memang tidak memberikan hasil secara keuangan dalam jangka pendek. Namun CSR
akan memberikan hasil baik langsung maupun tidak langsung pada keuangan
perusahaan di masa mendatang. Dengan demikian apabila perusahaan melakukan
program-program CSR diharapkan keberlanjutan perusahaan akan terjamin dengan baik.
Oleh karena itu, program-program CSR lebih tepat apabila digolongkan sebagai investasi
dan harus menjadi strategi bisnis dari suatu perusahaan.
Dalam penerapan CSR, sejatinya terkandung gagasan dimana perusahaan tidak lagi
dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai
perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial)
saja. Namun, tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines. Di sini
bottom lines lainnya, selain finansial adalah sosial dan lingkungan.
Banyak perusahaan yang melaksanakan program/kegiatan yang secara substansial
memiliki kemiripan dengan CSR, sekalipun tidak mempergunakan nama CSR. Nama
program tersebut, antara lain: Pemberian/Amal Perusahaan (Corporate Giving/Charity),
Kedermawanan Perusahaan (Corporate Philanthropy), Relasi Kemasyarakatan Perusahaan
(Corporate Community/Public Relations), dan Pengembangan Masyarakat (Community
Development). Adanya beberapa alasan yang mendasari diterapkannya CSR oleh
perusahaan, antara lain:
- Pertama, adanya korelasi yang sangat erat antara keberhasilan perusahaan dengan
seberapa besar perusahaan memiliki kepedulian pada lingkungan sekitarnya.
Keberhasilan yang dimaksud tidak terbatas pada keberhasilan/keuntungan secara
ekonomi;
- Kedua, alasan rasional, yaitu dengan diterapkannya CSR oleh sebuah perusahaan
tentunya berdampak positif pada keberlanjutan perusahaan dalam menjalankan

2020 ETIKA DAN HUKUM BISNIS - EL


10 Udjiani Hatiningrum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
usahanya karena hambatan-hambatan non teknis, seperti protes dari masyarakat
sekitar, dan unjuk rasa buruh. Faktor ini yang paling banyak dihadapi oleh
perusahaan-perusahan- relatif dapat dikurangi.
- Ketiga, secara ekonomi CSR mampu menghasilkan nilai tambah bagi perusahan,
terlebih ditengah-tengah maraknya issu HAM, lingkungan hidup, dan demokratisasi.
Sebagaimana diketahui, sekarang ini telah banyak negara yang mulai mengkaitkan
penjualan produk perusahaan dengan komitmen perusahaan tersebut pada
masalah-masalah HAM, lingkungan hidup, dan demokratisasi. Bahkan, pada saat
perusahaan akan mengajukan pinjaman (kredit) ke bank, masalah eco labeling
seringkali dijadikan salah satu kritera penentuan diterima tidaknya pengajuan kredit
oleh bank.

Dalam perkembangannya, kesadaran tentang pentingnya penerapan CSR oleh perusahaan


menjadi issu global seiring dengan maraknya kepedulian masyarakat global terhadap
produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-
kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM). Tidak berlebihan apabila
banyak negara mulai mengatur ijin masuknya barang (import) ke negaranya dan
mengkaitkannya dengan sejauhmana perusahaan tersebut telah menerapkan CSR.
Sebagai contoh :
- Produk sepatu Nike pernah diboikot oleh masyarakat di beberapa negara Eropa dan
Amerika Serikat karena disinyalir pabrik pembuat sepatu Nike di Asia dan Afrika
mempekerjakan anak di bawah umur.
- Banyak negara mulai menerapkan eco labeling terhadap setiap produk yang masuk
ke negaranya. Akibatnya, apabila perusahaan dalam beroperasinya tidak
memperhatikan pelestarian lingkungan hidup, misalnya perusahaan melakukan
pencemaran lingkungan, maka produknya dilarang masuk ke negara tersebut.

Selama ini, penerapan CSR diidentikkan dengan tanggung jawab perusahaan terhadap
lingkungan hidup atau masyarakat sekitarnya, padahal dalam penerapannya sangat
beragam, meliputi:
1. Social Development. (misalnya, sejauhmana perusahaan memiliki kepedulian
terhadap pengembangan masyarakat sekitarnya).
2. Konsumen. (misalnya, sudahkah perusahaan menghasilkan produk yang tidak
menimbulkan kerugian bagi konsumen)
3. Fair Operating Practice. (misalnya, apakah perusahan telah melaksanakan prinsip-
prisip berusaha yang fair dan tidak melakukan pola-pola berusaha yang curang,
seperti monopoli, oligopoli, dan sebagainya)

2020 ETIKA DAN HUKUM BISNIS - EL


11 Udjiani Hatiningrum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Lingkungan. (misalnya, apakah perusahaan dalam beroperasinya melakukan
pencemaran lingkungan atau tidak).
5. Ketenagakerjaan, (misalnya, apakah perusahaan mempekerjakan anak dibawah
umur atau tidak).
6. Hak Asasi Manusia, (misalnya, apakah perusahaan memberikan hak untuk
berorganisasi pada karyawannya, hak untuk beribadah, dan sebagainya).
7. Organizational Governance, (misalnya, apakah perusahaan pada saat beroperasi
melakukan KKN dengan pemerintah atau tidak).

Menurut Bank Dunia penerapan CSR meliputi: perlindungan lingkungan, jaminan kerja,
hak asasi manusia, interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat, standar
usaha, pasar, pengembangan ekonomi dan badan usaha, perlindungan kesehatan,
kepemimpinan dan pendidikan, serta bantuan bencana kemanusiaan. Di Indonesia,
penerapan CSR sejatinya bukan hal yang baru, di luar UUPT No. 40 Tahun 2007
telah ada beberapa perundang-undangan yang mengatur CSR, salah satunya Undang-
undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hal ini dapat
dilihat pada Pasal 2 ayat (1e) yang menyatakan: Maksud dan Tujuan pendirian BUMN
adalah tutur aktif memberikan bimbinan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi
lemah, koperasi, dan masyarakat.
Program CSR yang diterapkan pada BUMN dikenal dengan istilah Program Kemitraan
dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Tujuan diterapkannya PKBL adalah terjadi
peningkatan partisipasi BUMN dalam pemberdayaan potensi dan kondisi ekonomi, sosial,
dan lingkungan masyarakat. Karena itu, fokus PKBL diarahkan pada pengembangan
ekonomi kerakyatan untuk menciptakan pemerataan pembangunan melalui perluasan
kesempatan kerja dan berusaha, khususnya bagi masyarakat yang berpendapatan rendah
dan miskin.
Dalam Undang-undang No. 40 Tahun 2007, CSR diatur dalam Bab V Pasal 74, yang
menyatakan:
1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau bersangkutan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan kepatutuan dan kewajaran.
3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

2020 ETIKA DAN HUKUM BISNIS - EL


12 Udjiani Hatiningrum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Dari bunyi pasal di atas terkandung ide dasar yang sarat nilai-nilai sosial serta moral yaitu
aktivitas perusahaan diharapkan tidak hanya terfokus pada pengelolaan perusahaan guna
mengejar keuntungan secara ekonomi, tetapi juga menaruh kepedulian pada lingkungan
sekitarnya. Sejatinya, kemajuan perusahaan berjalan beriringan dengan kemakmuran dan
kesejahteraan lingkungan sekitarnya.
Contoh perusahaan yang belum secara maksimal menaruh perhatian terhadap CSR
yaitu :
- Pada saat PT. Freeport selama bertahun-tahun beroperasi di Timika, Provinsi
Papua, sehingga mampu memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaannya,
ternyata masyarakat disekitar perusahaan masih tetap berada di bawah garis
kemiskinan, banyak yang tidak memperoleh pendidikan, lingkungan sekitar tempat
tinggal warga tercemar oleh limbah pertambangan sehingga banyak warga yang
menderita berbagai penyakit, infra struktur tidak mengalami perbaikan. Hal yang
sama diderita pula oleh masyarakat yang berdomisili di sekitar Teluk Buyat, sebagai
dampak dari beroperasinya perusahaan pertambangan PT. Newmon Minahasa di
Sulawesi Utara. Padahal, rendahnya kepedulian perusahaan terhadap lingkungan
sekitarnya secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh negatif
terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan secara
ekonomi. Misalnya, pada saat PT Freeport diguncang issu terjadinya pencemaran
lingkungan di wilayah tempat beroperasinya, yang berujung pada terjadinya berbagai
aksi demonstrasi, baik oleh penduduk lokal maupun aktivis lingkungan,
menyebabkan kegiatan perusahaan berhenti beberapa saat. Penghentian operasi
perusahaan ini tentunya akan merugikan secara ekonomi karena keuntungan yang
seharusnya diperoleh menjadi hilang. Di samping itu, saham PT. Freeport pun
mengalami penurunan harga di bursa internasional.

Sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh
perusahaan di Indonesia, yaitu:
1. Keterlibatan langsung.
Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan
sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa
perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan
salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager
atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan.

2020 ETIKA DAN HUKUM BISNIS - EL


13 Udjiani Hatiningrum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model
ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di
negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana
abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa
yayasan yang didirikan perusahaan diantaranya: Yayasan Sampoerna, Yayasan Rio
Tinto (perusahaan pertambangan), Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat
Aqua, GE Fund.

3. Bermitra dengan pihak lain.


Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga
sosial/organisasi non-pemerintah (LSM), instansi pemerintah, universitas atau media
massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan
sosialnya. Beberapa lembaga sosial/Ornop yang bekerjasama dengan perusahaan
dalam menjalankan CSR antara lain: Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan
Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa; instansi pemerintah
(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI, Depdiknas, Depkes, Depsos);
universitas (UI, ITB, IPB); media massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar).
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium.
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga
sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model
lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat
“hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang
dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif
mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian
mengembangkan program yang disepakati bersama.

Salah satu upaya yang ditempuh untuk mengawasi pelaksanaan CSR oleh perusahaan
adalah diterapkannya audit eksternal guna mengaudit laporan tahunan perseroan yang
mencakup pembangunan berkelanjutan dan masalah CSR. Agar audit eksternal dapat
dilaksanakan secara mudah, maka perlu dilakukan standardisasi CSR secara partisipatif,
transparan, dan akuntabel yang melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk
lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan perguruan tinggi. Upaya lain yang ditempuh
dalam mengawasi pelaksanaan CSR adalah dengan memublikasikan penggunaan dana
CSR, sehingga publik dapat mengontrol perusahaan yang melaksanakan CSR.

4. CSR dan Undang-Undang

2020 ETIKA DAN HUKUM BISNIS - EL


14 Udjiani Hatiningrum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
CSR saat ini sudah ditegaskan dalam UU. Terdapat 2 UU yakni yang menegaskan
tentang CSR yakni UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) pasal 74 & UU
No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 15,17 & 34.

UU PT No.40 tahun 2007 pasal 74 berisi :


- Ayat (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
- Ayat (2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan & diperhitungkan sebagai
biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan
& kewajaran.
- Ayat (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
- Ayat (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial & lingkungan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 15,17 & 34 berisi :
- Pasal 15 : Setiap penanam modal berkewajiban:
a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal
d. dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;
e. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha
penanaman modal; dan
f. mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.

- Pasal 17 : Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak
terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang
memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- Pasal 34:
1) Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15
dapat dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha;

2020 ETIKA DAN HUKUM BISNIS - EL


15 Udjiani Hatiningrum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau
d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.
2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3) Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan
dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Daftar Pustaka

1. Sonny Keraf, 2010, Etika Bisnis, Kanisius, Yogyakarta.


2. K. Bertens, 2000, Pengatar Etika Bisnis, Kanisius, Yogyakarta.
3. Sukrisno Agoes, I Cenik Ardana,2009, Etika Bisnis dan Profesi, Salemba Empat,
Jakarta.
4. http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-bisnis/84-tanggung-jawab-sosial-
perusahaan-corporate-social-responsibility-dan-iklim-penanaman-modal.html.
5. K. Bertens, “Pengantar Etika Bisnis”, (Yogyakarta : Kanisus, 2000), hal. 238.
6. http://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan.
7. http://noanggie.wordpress.com/2008/04/07/penerapan-prinsip-tanggung-jawab-
sosial-dan-lingkungan-perusahaan/
8. http://jaka91.blogspot.com/2012/11/pengertian-corporate-social.html
9. https://sites.google.com/site/myrefresing82/corporate-social-responsibility-csr
10. http://elisatris.wordpress.com/csr/
11. http://blognyamitra.wordpress.com/2012/04/05/csr-tanggung-jawab-sosial-diatur-
oleh-undang-undang/

2020 ETIKA DAN HUKUM BISNIS - EL


16 Udjiani Hatiningrum
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai