Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN PERUSAHAAN DENGAN STAKEHOLDER, LINTAS

BUDAYA DAN POLA HIDUP, AUDIT SOSIAL

OLEH
KELOMPOK 8 :
Ni Putu Aprilia Widyari (202232121137)
Anak Agung Ayu Lina Widiantari (202232121139)
I Made Sadha Watugunawan (202232121140)
Ega Adhipramana Putra (202232121142)
Ester Indah Zefanya (202232121653)

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis


Universitas Warmadewa
Tahun Ajaran 2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Perusahaan Dengan Stakeholder,
Lintas Budaya Dan Pola Hidup, Audit Sosial” dimana makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Manajemen Bisnis Pariwisata oleh dosen pengampu yakni Widani
Sugianingrat, I.A PT. SE,MM

Dalam pembuatan makalah ini, kami banyak mengalami hambatan-hambatan seperti


kurangnya pengetahuan kami sebagai kesempurnaan isi dari makalah ini. Namun kami
berusaha semampunya untuk mensukseskan isi dari makalah ini agar dapat menjadi pelajaran
bagi kami maupun bagi para pembaca. Kami menyadari makalah ini belum layak dikatakan
sempurna karena masih banyak terdapat kekurangan.

Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca agar kami dapat membentuk sebuah makalah lain yang jauh lebih baik tentunya.
Semoga makalah ini mendapatkan hasil yang memuaskan bagi kami maupun bagi para
pembaca

Senin, 27 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1 Pengertian Stakeholder.....................................................................................................2
2.2 Bentuk-Bentuk Stakeholder..............................................................................................2
2.3 Steroetype, Prejudice Dan Stigma Sosial.........................................................................2
2.4 Mengapa Perusahaan Harus Bertanggung Jawab.............................................................3
2.5 Komunitas Indonesia Dan Etika Bisnis............................................................................3
2.6 Dampak Tanggung Jawab Sosial Perusahaan..................................................................4
2.7 Mekanisme Pengawasan Tingkah Laku...........................................................................4
BAB III......................................................................................................................................6
PENUTUP.................................................................................................................................6
3.1. Kesimpulan......................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya, stakeholder diartikan sebagai pihak-pihak yang berkepentingan pada
perusahaan yang dapat mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan.
Oleh karena itu, hubungan yang baik dengan stakeholder adalah sesuatu yang
wajibdiwujudkan oleh perusahaan. Seiring dengan meningkatnya kesadaran dan kepekaan
dari stakeholder perushaan, maka konsep tanggungjawab sosial (corporate social
responsibility) muncul dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kelangsungan
hidup perusahaan di masa yang akan datang.

Corporate social responsibility mendukung terciptanya pembangunan yang


berkelanjutan. Sehingga sebagai salah satu perwujudannya, perusahaan harus
mendistribusikan keuntungan-keuntungan ekonomi yang diperolehnya tidak hanya kepada
pemilik modal, tetapi kepada stakeholder termasuk masyarakat.Audit sosial merupakan
sebuah metode untuk mengetahui keadaan sosial suatu bentuk organisasi atau korporat.
Proses audit dilakukan oleh pihak yang kompeten, independen dan obyektif yang dikenal
sebagai auditor. Audit sosial ini merupakan sistem yang ada dalam kebudayaan perusahaan
yang oleh anggota-anggotanya dipakai untuk merencanakan kegiatan organisasi yang
bersangkutan dan tentunya didasari pada kebudayaan yang berlaku di organisasi yang
bersangkutan. Dengan adanya audit sosial, sebuah perusahaan akan melakukan monitoring
dan evaluasi dalam bidang sosial sebagai dasar untuk proses audit sosial. Berdasarkan latar
belakang yang telah dikemukakan, maka yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
“HUBUNGAN PERUSAHAAN DENGAN STAKEHOLDER, LINTAS BUDAYA DAN
POLA HIDUP, AUDIT SOSIAL”.

1.2 Tujuan
1.2.1 Bentuk-bentuk stakeholder.
1.2.2 Stereotype, prejudice dan stigma sosial.
1.2.3 Mengapa perusahaan harus bertanggung jawab.
1.2.4. Komunitas Indonesia dan etika bisnis.
1.2.4 Dampak tanggung jawab sosial perusahaan dan mekanisme pengawasan tingkah
laku.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stakeholder

Stakeholder dapat diartikan sebagai segenap pihak yang terkait dengan isu dan
permasalahan yang sedang diangkat. Menurut Kasali (2009), stakeholder adalah setiap
kelompok yang berada didalam maupun diluar perusahaan yang mempunyai peran dalam
perusahaan. Dalam pengertian lain, stakeholder adalah pihak-pihak yang berkepentingan
pada perusahaan yang dapat mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan.
Para stakeholder antara lain masyarakat, karyawan, pemerintah, supplier, pasar modal dan
lain-lain.
2.2 Bentuk-Bentuk Stakeholder
Berdasarkan kekuatan posisi dan pengaruh stakeholder terhadap suatu isu, stakeholder
dapat dikategorikan kedalam beberapa bentuk. Ada tiga bentuk stakeholder dalam bisnis,
yaitu: Stakeholder primer Stakeholder ini memiliki kaitan kepentingan secara langsung
dengan suatu kebijakan, program dan proyek. Oleh karena itu, pihak ini harus ditempatkan
sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan. Stakeholder ini juga dapat
dikatakan sebagai pihak yang tanpa partisipasinya yang berkelanjutan, suatu organisasi tidak
dapat bertahan. Contohnya yaitu pemilik modal atau saham, kreditur, karyawan, pemasok,
konsumen, penyalur, pesaing atau rekanan.
Stakeholder sekunder Stakeholder ini tidak memiliki kaitan kepentingan secara
langsung terhadap suatu kebijakan, program dan proyek. Akan tetapi, pihak ini memiliki
kepedulian (concern) dan keprihatinan sehingga turut bersuara dan berpengaruh terhadap
sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah. Stakeholder ini juga didefinisikan sebagai
pihak yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan tetapi mereka tidak terlibat
dalam transaksi dengan perusahaan dan tidak begitu penting untuk kelangsungan hidup
perusahaan. Yang termasuk stakeholder sekunder yaitu pemerintah setempat, pemerintah
asing, kelompok sosial, media massa, dsb. Stakeholder kunci Stakeholder ini memiliki
kewenangan secara legal dalam hal pengambilan keputusan. Stakeholder yang dimaksud
adalah unsur eksekutif sesuai levelnya, legislatif dan instansi.
Stakeholder kunci untuk suatu keputusan untuk suatu proyek level daerah kabupaten.
Yang termasuk dalam stakeholder kunci adalah pemerintah kabupaten, DPR kabupaten dan
dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan.
2.3 Steroetype, Prejudice Dan Stigma Sosial
Stereotype adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap
kelompok dimana orang tersebut dikategorikan. Stereotype merupakan jalan pintas pemikiran
yang dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks
dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat.

2
Prejudice atau prasangka sosial merupakan sikap perasaan orang-orang terhadap
golongan manusia tertentu, golongan ras atau kebudayaan yang berbeda dengan golongan
orang yang berprasangka itu. Dengan kata lain, prasangka sosial ditujukan pada orang atau
kelompok yang berbeda dengannya atau kelompoknya.
Stigma sosial adalah tidak diterimanya seseorang pada suatu kelompok karena
kepercayaan bahwa orang tersebut melawan norma yang ada. Stigma sosial sering
menyebabkan pengucilan seseorang ataupun kelompok.
Contoh stigma sosial dapat terjadi pada orang yang memiliki kelainan fisik atau cacat
mental, anak diluar pernikahan, homoseksual atau pekerjaan yang merupakan nasionalisasi
pada agama dan etnis seperti menjadi orang yahudi, afrika dan sebagainya.
2.4 Mengapa Perusahaan Harus Bertanggung Jawab
Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) adalah
suatu konsep bahwa organisasi atau perusahaan memiliki suatu tanggungjawab terhadap
konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek
operasional perusahaan.
Corporate social responsibility berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan,
artinya suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus berdasarkan keputusan yang
tidak semata berdasarkan aspek ekonomi seperti tingkat keuntungan atau deviden, tetapi juga
harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik
untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Konsep tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) mucul sebagai akibat adanya
kenyataan bahwa pada dasarnya karakter alami dari setiap perusahaan adalah mencari
keuntungan semaksimal mungkin tanpa memperdulikan kesejahteraan karyawan, masyarakat
dan lingkungan alam. Seiring dengan meningkatnya kesadaran dan kepekaan dari stakeholder
perushaan, maka konsep tanggungjawab sosial muncul dan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dengan kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang.
Tanggungjawab sosial perusahaan dapat didefiniskan sebagai suatu konsep yang
mewajibkan perusahaan untuk memenuhi dan memperhatikan kepentingan para stakeholder
dalam kegiatan operasinya mencari keuntungan. Stakeholder yang dimaksud adalah para
shareholder, karyawan, customer, komunitas lokal, pemerintah, LSM dan sebagainya.
2.5 Komunitas Indonesia Dan Etika Bisnis
Indonesia memerlukan suatu bentuk etika bisnis yang sangat spesifik dan sesuai
dengan model Indonesia. Hal ini dapat dipahami bahwa bila ditilik dari bentuknya, komunitas
Indonesia, komunitas elit dan komunitas rakyat. Bentuk-bentuk pola hidup komunitas di
Indonesia sangat bervariasi dari berburu, meramu sampai dengan industri jasa. Dalam suatu
kenyataan di komunitas Indonesia pernah terjadi malapetaka di daerah Nabire, Papua. Bahwa
komunitas Nabire mengkonsumsi sagu, pisang, ubi dan dengan keadaan cuaca yang kemarau,
tanah tidak dapat mendukung pengolahan bagi tanaman ini.
Kondisi ini mendorong pemerintah untuk dapat membantu komunitas tersebut. Dari
gambaran ini, tampak bahwa tidak adanya rasa empati bagi komunitas elit dalam memahami
pola hidup komunitas lain. Dalam konteks yang demikian, maka perusahaan dituntut untuk

3
dapat memahami etika bisnis ketika berhubungan dengan stakeholder diluar perusahaannya,
seperti komunitas lokal atau kelompok sosial yang berbeda pola hidup.
Seorang teman Arif Budimanta mensitir kata–kata Soekarno, presiden pertama
Indonesia yang menyatakan bahwa “tidak akan diserahkan pengelolaan sumber daya alam
Indonesia kepada pihak asing sebelum orang Indonesia mampu mengelolanya”, kalimat ini
terkandung suatu pesan etika bisnis yang teramat dalam bahwa sebelum bangsa Indonesia
dapat menyamai kemampuan asing, maka tidak akan mungkin wilayah Indonesia diserahkan
kepada asing (pengelolaannya). Jati diri bangsa perlu digali kembali untuk menetapkan
sebuah etika yang berlaku secara umum bagi komunitas Indonesia yang multikultur ini. Jati
diri merupakan suatu bentuk kata benda yang bermakna menyeluruh sebagai sebuah kekuatan
bangsa.
2.6 Dampak Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tanggungjawab sosial perusahaan apabila dilaksanakan dengan benar akan
memberikan dampak positif bagi perusahaan, lingkungan, termasuk sumber daya manusia,
sumber daya alam dan seluruh pemangku kepentingan dalam masyarakat. Perusahaan yang
mampu sebagai penyerap tenaga kerja, mempunyai kemampuan memberikan peningkatan
daya beli masyarakat, yang secara langsung atau tidak, dapat mewujudkan pertumbuhan
lingkungan dan seterusnya. Mengingat kegiatan perusahaan itu sifatnya simultan, maka
keberadaan perusahaan yang taat lingkungan akan lebih bermakna.
Pada dasarnya setiap kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan sumber daya
alam, pasti mengandung nilai positif, baik bagi internal perusahaan maupun bagi eksternal
perusahaan dan pemangku kepentingan yang lain. Meskipun demikian, nilai positif tersebut
dapat mendorong terjadinya tindakan-tindakan dan perbuatan-perbuatan yang akhirnya
mempunyai nilai negatif, karena merugikan lingkungan, masyarakat sekitar atau masyarakat
lain yang lebih luas. Nilai negatif yang dimaksud adalah seberapa jauh kegiatan perusahaan
yang bersangkutan mempunyai potensi merugikan lingkungan dan masyarakat atau seberapa
luas perusahaan lingkungan terjadi sebagai akibat langsung dari kegiatan perusahaan.
Perusahaan yang pada satu sisi pada suatu waktu menjadi pusat kegiatan yang
membawa kesejahteraan bahkan kemakmuran bagi masyarakat, pada satu saat yang sama
dapat menjadi sumber petaka pada lingkungan yang sama pula. Misalnya terjadi pencemaran
lingkungan atau bahkan menyebabkan kerusakan alam dan lingkungan lain yang lebih luas.
Jadi, perusahaan akan mempunyai dampak positif bagi kehidupan pada masa-masa yang akan
datang dengan terpeliharanya lingkungan dan semua kepentingan pada pemangku
kepentingan yang lain sehingga akan menghasilkan tata kehidupan yang lebih baik.
Sebaliknya para penentang pengaturan dan pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan secara formal berpendapat apabila tanggung jawab tersebut harus diatur secara
formal, disertai sanksi dan penegakan hukum yang riil. Hal itu akan menjadi beban
perusahaan. Beban perusahaan akhirnya akan menjadi beban masyarakat sebagai pemangku
kepentingan. Oleh karena itu tanggung jawab sosial perusahaan sangat tepat apabila tetap
sebagai tanggung jawab moral, dengan semua konsekuensinya.
2.7 Mekanisme Pengawasan Tingkah Laku

4
Mekanisme dalam pengawasan terhadap para karyawan sebagai anggota komunitas
perusahaan dapat dilakukan berkenaan dengan kesesuaian atau tidaknya tingkah laku anggota
tersebut dengan budaya yang dijadikan pedoman korporasi yang bersangkutan. Mekanisme
pengawasan tersebut berbentuk audit sosial sebagai suatu kesimpulan dari monitoring dan
evaluasi yang dilakukan sebelumnya.
Monitoring dan evaluasi terhadap tingkah laku anggota suatu perusahaan atau
organisasi pada dasarnya harus dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan secara
berkesinambungan. Monitoring yang dilakukan sifatnya jangka pendek sedangkan evaluasi
terhadap tingkah laku anggota perusahaan berkaitan dengan kebudayaan yang berlaku
dilakukan dalam jangka panjang. Hal dari evaluasi tersebut menjadi audit sosial.
Pengawasan terhadap tingkah laku dan peran karyawan pada dasarnya untuk
menciptakan kinerja karyawan itu sendiri yang mendukung sasaran dan tujuan dari proses
berjalannya perusahaan. Kinerja yang baik adalah ketika tindakan yang diwujudkan sebagai
peran yang sesuai dengan status dalam pranata yang ada dan sesuai dengan budaya
perusahaan yang bersangkutan. Audit sosial pada dasarnya adalah sebuah metode untuk
mengetahui keadaan sosial suatu bentuk organisasi dalam hal ini korporat.
Menurut Social Enterprise Partnership dalam Rudito (2007:85), audit sosial adalah
sebuah metode yang dilakukan berkenaan dengan sebuah organisasi (korporat, lembaga dan
sebagainya) dalam merencanakan, mengatur dan mengukur aktivitas non finansial serta untuk
memantau konsekuensi secara eksternal dan internal sekaligus dari sebuah organisasi atau
korporasi yang bersifat komersial. Berkaitan dengan pelaksanaan audit sosial, maka sebuah
perusahaan atau organisasi harus menjelaskan terlebih dahulu tentang beberapa aktivitas yang
harus dijalankan, seperti:
1. Aktivitas apa saja yang harus dilakukan sebagai sebuah organisasi. Dalam hal ini, sasaran
apa yang menjadi pokok dari perusahaan yang harus dituju
2. Bagaimana cara melakukan pencapaian dari sasaran yang dituju tersebut sebagai rangkaian
suatu tindakan yang mengacu pada suatu pola dan rencana yang sudah disususn sebelumnya.
3. Bagaimana mengukur dan merekam pokok-pokok yang harus dilakukan berkaitan dengan
sasaran yang dituju. Dalam hal ini keluasan dari kegiatan yang dilakukan tersebut.
Pelaksanaan auditor sosial yang berpengalaman biasanya akan bekerja mengukur dan
mengarahkan berjalannya sebuah organisasi berdasarkan pada visi dan misi yang ada. Pada
awalnya ia membantu dalam memberikan segala keterangan tentang berjalannya sebuah
organisasi berkaitan dengan indikator yang harus diperhatikan, sasaran yang ingin dicapai
dan kemudian juga merekam kenyataan sosial yang sedang berjalan dan bagaimana prosedur
penilaiannya.
Audit sosial ini merupakan sistem yang ada dalam kebudayaan perusahaan yang oleh
anggota-anggotanya dipakai untuk merencanakan kegiatan organisasi yang bersangkutan dan
tentunya didasari pada kebudayaan yang berlaku di organisasi yang bersangkutan.

5
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Stakeholder diartikan sebagai pihak-pihak yang berkepentingan pada
perusahaan yang dapat mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh aktivitas
perusahaan. Yang dimaksud dengan stakeholder adalah masyarakat, karyawan,
pemerintah, shareholder dan lain-lain. Oleh karena itu, hubungan yang baik dengan
stakeholder adalah sesuatu yang wajib diwujudkan oleh perusahaan. Seiring dengan
meningkatnya kesadaran dan kepekaan dari stakeholder perushaan, maka konsep
tanggungjawab sosial (corporate social responsibility) muncul dan menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dengan kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan
datang. Corporate social responsibility adalah suatu konsep yang mewajibkan
perusahaan untuk memenuhi dan memperhatikan kepentingan para stakeholder dalam
kegiatan operasinya mencari keuntungan. Audit sosial merupakan sebuah metode
untuk mengetahui keadaan sosial suatu bentuk organisasi atau korporat. Proses audit
dilakukan oleh pihak yang kompeten, independen dan obyektif yang dikenal sebagai
auditor.

Audit sosial ini merupakan sistem yang ada dalam kebudayaan perusahaan
yang oleh anggota-anggotanya dipakai untuk merencanakan kegiatan organisasi yang
bersangkutan dan tentunya didasari pada kebudayaan yang berlaku di organisasi yang
bersangkutan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Rudito, Bambang., Famiola, Melia. (2007). Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan. Bandung: Rekayasa Sains.
http://namakughalib.blogspot.co.id/2015/12/hubungan-perusahaan-dengan-stakehoulder.html
https://putrijayantia.wordpress.com/2016/01/02/hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-
lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sosial/

Anda mungkin juga menyukai