Anda di halaman 1dari 6

Aspek Moral dan Stakeholder Theory, Relevansi

Stakeholder Theory

A. Aspek Moral dan Stakeholder Theory

PENGERTIAN MORAL
Moral adalah perbuatan, tingkah laku atau ucapan seseorang dalam berinteraksi
dengan manusia apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang
berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga
sebaliknya. Moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia
yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk. Moral (Bahasa Latin Moralitas)
merupakan istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan
yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral
artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.
Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara
ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa
moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang
mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap
amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di
sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh
sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara
utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.

PENGERTIAN STAKEHOLDER THEORY


Stakeholder merupakan semua pihak baik internal maupun eksternal yang
mempunyai hubungan yang bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat
langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan. Batasan stakeholders tersebut
mengisyaratkan bahwa perusahaan hendaknya memperhatikan stakeholders, karena
mereka adalah pihak yang dipengaruhi dan mempengaruhi baik langsung maupun tidak
langsung atas aktivitas serta kebijakan yang diambil oleh perusahaan. Jika perusahaan
tidak memperhatikan stakeholders bukan tidak mungkin akan menuai protes dan dapat
mengeleminasi legitimasi stakeholders (Adam C. H, 2002 dalam Hadi, 2011).
Tujuan utama dari teori stakeholder adalah membantu manajemen perusahaan
mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih
efisien diantara keberadaan hubungan-hubungan lingkungan perusahaan mereka. Akan
tetapi tujuan yang lebih luas stakeholder adalah untuk membantu manajemen
perusahaan dalam memaksimalkan nilai dari dampak aktivitas-aktivitas mereka, dan
meminimalkan kerugian-kerugian bagi stakeholder. Diharapkan melalui stakeholder
theory pihak manajemen perusahaan akan memasukkan nilai-nilai moralitas dalam
setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas
usahanya. Berdasarkan penjelasaan tersebut, semakin jelaslah bahwa stakeholder
theory adalah suatu pendekatan yang didasarkan atas bagaimana mengamati,
mengidentifikasi dan menjelaskan secara analitis tentang berbagai unsur yang dijadikan
dasar dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan dalam menjalankan aktivitas
usaha.

KLASIFIKASI STAKEHOLDER
Secara umum, Stakeholder dapat dikelompokkan berdasarkan kekuatan, posisi, dan
pengaruhnya. Adapun klasifikasi stakeholder adalah sebagai berikut:
1. Stakeholder Utama (Primer)
Stakeholder primer ini berhubungan langsung dengan pembuatan kebijakan, program,
dan proyek. Mereka merupakan penentu utama dalam kegiatan pengambilan
keputusan.
Beberapa contoh stakeholder primer yaitu:
 Masyarakat dan Tokoh Masyarakat; masyarakat adalah mereka yang akan
terkena dampak dan mendapat manfaat dari suatu kebijakan, proyek, dan program.
Sedangkan tokoh masyarakat adalah anggota masyarakat yang dianggap dapat
menjadi aspirasi masyarakat.
 Manajer Publik; lembaga publik yang punya tanggungjawab dalam mengambil
keputusan dan implementasinya.
2. Stakeholder Pendukung (Sekunder)
Stakeholder sekunder adalah pihak yang tidak berkaitan langsung terhadap suatu
kebijakan, program, dan proyek. Namun stakeholder sekunder punya keprihatinan dan
kepedulian sehingga ikut menyuarakan pendapat yang bisa mempengaruhi sikap
stakeholder utama dan keputusan legal pemerintah.
Beberapa contoh stakeholder sekunder yaitu:
Lembaga pemerintah dalam wilayah tertentu namun tidak punya
tanggungjawab langsung
Lembaga pemerintah yang berhubungan dengan permasalahan, namun tidak
punya wewenang langsung dalam mengambil keputusan
 Lembaga swadaya masyarakat (LSM) setempat yang bergerak di bidang yang
berhubungan dengan dampak, rencana, atau manfaat yang akan muncul
 Perguruan Tinggi, yaitu kelompok akademis yang berpengaruh dalam proses
pengambilan keputusan pemerintah
 Pengusaha atau Badan Usaha yang berhubungan dengan permasalahan
3. Stakeholder Kunci
Stakeholder kunci adalah unsur eksekutif berdasarkan levelnya (legislatif dan
instansi) yang punya wewenang secara legal untuk mengambil keputusan. Contohnya,
stakeholder kunci suatu proyek di daerah kabupaten:
 Pemerintah Kabupaten
 DPR Kabupaten
 Dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan
Sedangkan pada dunia bisnis pembagian kelompok Stakeholder dapat dibagi menjadi
dua, yaitu Internal Stakeholder dan External Stakeholder.

Sedangkan Kasali dalam Wibisono (2007, hal. 90) membagi stakeholders


menjadi sebagai berikut:
1. Stake holedrs Internal dan Stakeholders Eksternal
Stakeholder internal adalah stakeholders yang berada didalam lingkungan
organisasi. Misalnya karyawan, Manajer, dan Pemegang saham (shareholder).
Sedangkan stakeholders eksternal adalah stakeholders yang berada diluar
lingkungan organisasi seperti Penyalur atau Pemasok, Konsumen atau Pelanggan,
Masyarakat, pemerintah, Pers, Kelompok social responsible investor, licensing
partner dan lain-lain.

2. Stakeholders primer, sekunder dan marjinal


Tidak semua elemen dalam stakeholders perlu diperhatikan. Perusahaan perlu
menyusun skala prioritas. Stake holders yang paling penting disebut stakeholders
primer, stakeholders yang kurang penting disebut stakeholders sekunder dan yang
biasa diabaikan disebut stakeholder marginal. Urutan prioritas ini berbeda bagi
setiap perusahaan meskipun produk atau jasanya sama. Urutan ini juga bisa berubah
dari waktu kewaktu.

3. Stakeholders Tradisional dan stakeholders masa depan.


Karyawan dan konsumen dapat disebut sebagai stakeholders tradisional, karena
saat ini sudah berhubungan dengan organisasi. Sedangkan stakeholders masa depan
adalah stakeholders pada masa yang akan datang diperkirakan akan memberikan
pengaruhnya pada organisasi seperti mahasiswa, peneliti dan konsumen potensial.

4. Proponents, opponents, dan uncommited.


Diantara stakeholders ada kelompok yang memihak organisasi (proponents),
menentang organisasi (opponents) dan ada yang tidak peduli atau abai
(uncommited). Organisasi perlu mengenal stakeholders yang berbeda-beda ini agar
dapat melihat permasalahan, menyusun rencana dan strategi untuk melakukan
tindakan yang proporsional.

5. Silent Majority dan vokal minority.


Dilihat dari aktivitas stakeholders dalam melakukan komplain atau mendukung
perusahaan, tentu ada yang menyatakan pertentangan atau dukungannya secara
vokal (aktif) namun ada pula yang menyatakan secara silent (pasif).

PERAN DAN FUNGSI STAKEHOLDER

Stakeholder dalam kegiatan bisnis memiliki peran yang berbeda-beda sesuai dengan
fungsi dan tugasnya masing-masing, namun memiliki tujuan yang sama yaitu
mengembangkan suatu perusahaan dalam kegiatan bisnis. Adapun beberapa peran
stakeholder adalah sebagai berikut:

1. Pemegang Saham/ Pemilik


Pemegang saham berperan sebagai investor yang menyediakan modal untuk berjalannya
suatu perusahaan. Pemegang saham juga berperan sebagai pengawas dalam perusahaan
untuk mengamati kinerja para pegawai dan juga kondisi finansial dalam perusahaan.

2. Pegawai
Kinerja perusahaan akan sangat bergantung pada kinerja sumber daya manusia di
dalamnya. Pegawai memiliki peran yang cukup penting dalam bisnis dimana mereka
merupakan orang yang berkaitan secara langsung dengan proses produksi. Kondisi yang
nyaman dan harmonis diantara para pegawai akan menghasilkan kerjasama yang baik
dengan mengesampingkan kepentingan masing-masing.

3. Suplier
Pemasok berperan dalam menyediakan bahan baku yang akan digunakan untuk produksi.
Apabila terjadi keterlambatan dalam penyediaan bahan baku akan mengganggu jalannya
proses produksi yang akan berdampak pada proses pemasaran dan distribusinya.

4. Konsumen
Konsumen berperan sebagai pengguna dan pengamat hasil produk dari suatu perusahaan.
Laris tidaknya barang yang dipasarkan sangat tergantung pada selera masyarakat
sehingga saran konsumen sangat penting untuk kemajuan perusahaan.

5. Bank (Creditor)
Individu atau lembaga keuangan yang memberikan pinjaman kepada pengusaha. Pada
umumnya kreditor memberikan pinjaman dengan syarat tertentu sebagai jaminan uang
mereka akan dikembalikan tepat waktu berikut prestasinya.

6. Konsumen
Perusahaan hanya bisa berjalan jika memiliki konsumen yang tertarget sebagai pengguna
produk atau jasa yang dijual. Untuk mendapatkan konsumen maka perusahaan harus
menyediakan produk terbaik dengan harga wajar.
7. Pesaing (Competitor)
Persaingan usaha pasti terjadi di semua industri. Pesaing langsung adalah perusahaan
yang memiliki produk/ jasa yang sama dalam industri tertentu, misalnya Toyota dan
Honda.

8. Pemerintah
Pihak yang memiliki wewenang dan kuasa dalam mengeluarkan perijinan usahah.
Masyarakat yang masih kental dengan kegiatan KKN mungkin saja akan menggagalkan
atau memudahkan rencana yang disusun oleh perusahaan.

STRATEGI PENGELOLAAN STAKEHOLDER

Teori stakeholder adalah kumpulan konsep yang berkaitan dengan cara-cara yang
digunakan perusahaan untuk memanage stakeholdernya. Cara-cara yang dilakukan
perusahaan untuk memanage stakeholdernya tergantung pada strategi yang diadopsi
perusahaan.

Terdapat 2 macam strategi pengelolaan stake holder, yaitu :

1. Strategi aktif: apabila perusahaan berusaha mempengaruhi hubungan


organisasinya dengan stakeholder yang dipandang berpengaruh atau penting.

2. Strategi pasif: jika perusahaan cenderung tidak terus menerus memonitor aktivitas
stakeholder dan secara sengaja tidak mencari strategi optimal untuk menarik
perhatian stakeholder.

B. Relevansi Stakeholder
Menurut Utama (2010), bahwa tanggung sosial jawab perusahaan tidak hanya terhadap
pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi juga terhadap para stakeholders yang terkait
dan/atau terkena dampak dari keberadaan perusahaan. Dalam menetapkan dan
menjalankan strategi bisnisnya, perusahaan yang menjalankan CSR akan memperhatikan
dampaknya terhadap kondisi sosial dan lingkungan, dan berupaya agar memberikan
dampak positif.

Utama (2010) menyatakan bahwa pemerintah beserta segenap jajarannya perlu


memahami konteks CSR, karena ada keterpaduan dengan program pemerintah. Bukan
tidak mungkin bila pemahaman terhadap konsep ini tidak sejajar, maka kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah tidak akan pernah sejalan dengan kebijakan dunia usaha.

Perlunya pemerintah duduk bersama dengan pelaku usaha, untuk mengkomunikasikan


apa yang dibutuhkan masyarakat secara bersama, memberikan gambaran rencana kerja
pemerintah yang terkait dengan kepentingan publik. Dengan demikian ada komunikasi dua
arah, sehingga kemungkinan adanya kerjasama antara pemerintah dengan perusahaan
menjadi terbuka semakin lebar, sehingga tidak terjadi overlapping program antara
pemerintah dan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

http://annarufika.blogspot.com/2017/04/anna-rufika-141130279-aspek-moral.html
https://www.webillian.com/2019/03/aspek-moral-dan-teori-stakeholder.html

https://www.maxmanroe.com/vid/organisasi/pengertian-stakeholder.html

Anda mungkin juga menyukai