Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN POTENSI BERBASIS DATA SATELIT DAN

PENGINDERAAN JAUH

OLEH :

Nama : Bisman Yusuf

Npm : 2021270009

Dosen Pengampu :

Ahmad Ridho Sastra S.T,. M. Eng

Program Studi : Sistem Basis Data

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL


MANDIRI, Jl. Jendral Sudirman No.629 Km.4 Palembang
30129 Email: info@uigm.ac.id Telepon : 0711-3227-05(-06)
Website : www.uigm.ac.id
BAB ⅼ

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari sistem
Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel
grid yang disebut dengan pixel (picture element). Pada data raster, resolusi (definisi visual)
tergantung pada ukuran pixel-nya.

Data vektor merupakan tipe data yang umum ditemukan dalam SIG.


Sebuah vektor pada intinya merupakan sesuatu yang berbentuk sebuah titik, atau garis yang
menghubungkan titik-titik tersebut.

Peta umum merupakan salah satu jenis peta jika dilihat dari isinya. Peta umum adalah
peta yang menggambarkan permukaan planet Bumi secara umum. Peta umum ini memuat
semua kenampakan yang terdapat di suatu daerah, baik kenampakan fisis atau alam
(contohnya: sungai gunung, macam- macam laut, macam- macam danau dan lain sebagainya)
maupun kenampakan sosial budaya (contohnya: jalan raya, jalan kereta api, pemukiman kota
dan lain sebagainya).
Peta ini disebut sebagai peta umum karena bersifat umum dan dapat digunakan untuk
berbagai macam kepentingan. Dalam membuat peta umum ini, unsur- unsur yang disajikan
tidak hanya satu macam saja, namun berbagai unsur di muka bumi.
BAB 2

HASIL & PEMBAHASAN

Satelit adalah benda langit yang tidak memiliki sumber cahaya sendiri dan bergerak
mengelilingi planet tertentu sambil mengikuti planet tersebut beredar dengan periode revolusi
dan rotasi tertentu. Ada dua macam satelit, yakni satelit alam dan satelit buatan. Satelit alam
adalah benda-benda luar angkasa bukan buatan manusia yang mengorbit sebuah planet atau
benda lain yang lebih besar daripada dirinya. Contohnya Bulan yang merupakan satelit dari
Bumi.
Pergerakan satelit dalam mengelilingi bumi secara umum mengikuti hukum Keppler
(Pergerakan Keplerian) yang didasarkan pada beberapa asumsi yaitu pergerakan satelit hanya
dipengaruhi oleh medan gaya berat sentral bumi, satelit bergerak dalam bidang
orbit yang tetap dalam ruang, massa satelit tidak berarti dibandingkan massa bumi, satelit
bergerak dalam ruang hampa, dan tidak ada matahari, bulan, ataupun benda-benda langit
lainnya yang mempengaruhi pergerakan satelit.
Sementara satelit buatan merupakan benda buatan manusia yang diluncurkan ke luar
angkasa untuk keperluan tertentu. Sama seperti satelit alam, satelit buatan tersebut
merupakan sebuah benda diangkasa yang berputar mengikuti rotasi bumi. Satelit dapat
dibedakan berdasarkan bentuk dan keguaananya seperti: satelit cuaca, satelit komonikasi,
satelit iptek dan satelit militer.
Untuk dapat beroperasi satelit diluncurkan ke orbitnya dengan bantuan roket. Negara -
negara maju seperti Amerika Serikat, Rusia, Perancis dan belakangan Cina, telah memiliki
stasiun untuk melontarkan satelit ke orbitnya. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk
mengetahui sejarah dan perkembangan satelit buatan dan permasalahan yang muncul dari
satelit itu sendiri.
Satelit
Satelit adalah benda langit yang tidak memiliki sumber cahaya sendiri dan bergerak
mengelilingi planet tertentu sambil mengikuti planet tersebut beredar dengan periode revolusi
dan rotasi tertentu. Ada dua macam satelit, yakni satelit alam dan satelit buatan. Satelit alam
adalah benda-benda luar angkasa bukan buatan manusia yang mengorbit sebuah planet atau
benda lain yang lebih besar daripada dirinya. Contohnya Bulan yang merupakan satelit dari
Bumi.
 
Sejarah Satelit
Satelit buatan manusia pertama adalah Sputnik 1, diluncurkan oleh Soviet pada tanggal 4
Oktober 1957, dan memulai Program Sputnik Rusia, dengan Sergei Korolev sebagai kepala
disein dan Kerim Kerimov sebagai asistentnya. Peluncuran ini memicu lomba ruang angkasa
(space race) antara Soviet dan Amerika. Sputnik 1 membantu mengidentifikasi kepadatan
lapisan atas atmosfer dengan jalan mengukur  perubahan orbitnya dan memberikan data dari
distribusi signal radio pada lapisan ionosphere.
 
Karena badan satelit ini diisi dengan nitrogen bertekanan tinggi, Sputnik 1 juga memberi
kesempatan pertama dalam pendeteksian meteorit, karena hilangnya tekanan dalam
disebabkan oleh penetrasi meteroid bisa dilihat melalui data suhu yang dikirimkannya ke
bumi. Sputnik 2 diluncurkan pada tanggal 3 November 1957 dan membawa awak mahluk
hidup pertama ke dalam orbit, seekor anjing bernama Laika. Pada bulan Mei, 1946, Project
Rand mengeluarkan desain preliminari untuk experimen wahana angkasa untuk mengedarai
dunia, yang menyatakan bahwa, “sebuah kendaraan satelit yang berisi instrumentasi yang
tepat bisa diharapkan menjadi alat ilmu yang canggih untuk abad ke dua puluh”.

Amerika sudah memikirkan untuk meluncurkan satelit pengorbit sejak 1946 dibawah
Kantor Aeronotis angkatan Laut Amerika (Bureau of Aeronautics of the United States Navy).
Project RAND milik Angkatan Udara Amerika akhirnya mengeluarkan laporan diatas, tetapi
tidak mengutarakan bahwa satelit memiliki potensi sebagai senjata militer. Tetapi, mereka
menganggapnya sebagai alat ilmu, politik, dan propaganda. Pada tahun 1954, Sekertariat
Pertahanan Amerika menyatakan, “Saya tidak mengetahui adanya satupun program satelit
Amerika.” Pada tanggal 29 Juli 1955, Gedung Putih mencanangkan bahwa Amerika Serikat
akan meluncurkan satelit pada musim semi 1958. Hal ini kemudian diketahui sebagai Project
Vanguard. Pada tanggal 31 Juli, Soviets mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan
satelit pada musim gugur 1957.

mengorbit bumi adalah Station Angkasa Interasional (International Space Station).


Karakteristik Satelit
Cara kerja satelit secara system konvensional :
Yaitu dengan mengirimkan sinyal dari computer dan direlai oleh satelit tanpa di lakukan
pemprosesan dalam satelit. Kelemahan metode ini, computer yang ter-hubung langsung pada
satelit harus bekerja selama 24 jam. Jika salah satu computer dimatikan maka hubungan ke
computer tersebut akan terputus. Keuntungannya satelit komunikasi konvensional dapat
digunakan tanpa perlu dimodifikasi. Computer dalam satelit berfungsi untuk menyimpan
sementara informasi yang secara otomatis dapat dilakukan.

Cara kerja transmisi data melalui satelit :


Pemanfaatan system komunikasi satelit telah memberikan kemampuan bagi manusia untuk
berkomunikasi dan mendapatkan informasi dari berbagai penjuru dunia secara simultan tanpa
memperhatikan jarak relatifnya. Komponen dasar dari transmisi satelit adalah :
Stasiun bumi, digunakan untuk mengirim dan menerima data
Satelit, disebut juga dengan transponder
PC yang menggunakan jaringan internet dengan jaringan satelit dikatagorikan se-bagai
jaringan wireless dengan menggunakan gelombang mikro. Gelombang mikro ini akan
ditransmisikan dan diproses oleh stasiun satelit bumi yang kemudian ditransmisikan ke satelit
di angkasa luar, dan selanjutnya akan dinerima kembali oleh stasiun sateit bumi tujuan.

Cara kerja transmisi data melalui satelit dengan memperhatikan komponen-komponen


tersebut, yaitu satelit menerima sinyal dari stasiun bumi (up-link) kemudian memperkuat
sinyal, mengubah frekuensi dan mentransmisikan kembali data ke stasiun bumi penerima
yang lain (down-link). Dalam transmisi satelit ter-jadi penundaan atau delay karena sinyal
harus bergerak menuju ruang angkasa dan kembali lagi ke bumi, jeda waktu sekitar 0,5
sekon. Satelit menggunakan frek-uensi yang berbeda untuk menerima dan mentransmisikan
data. Jangkauan frekuensi satelit adalah:

4-6 giga hertz,disebut dengan C-band


12-14 giga hertz, disebut dengan Ku-Band
20 giga hertz.
Macam-Macam Satelit
1. Satelit Alami

Satelit alami yaitu salah satu benda luar angkasa yang sudah ada (bukan buatan dari
manusia) yang mengorbit sebuah planet. Satelit alami bumi yaitu bulan. Selama bulan
mengelilingi planet bumi, bulan mengalami tiga gerakan sekaligus, yakni ber rotasi, ber
revolusi, bulan mengelilingi bumi dan revolusi bulan mengelilingi matahari.
Fungsi Satelit Alami

Secara tidak lansung satelit alami untuk melindungi sebuah planet yang diorbitnya dari
suatu hantaman benda langit lain seperti komet dan asteroid Untuk mengontrol
sebuah kecepatan rotasi pada sebuah planet karena efeknya gravitasional tidal wave
agar menyeimbangkan sebuah perputaran siklus air laut yang mengakibatkan pasang surut
pada air laut
Agar mengurangi suatu efek yang ditimbulkan akibat suatu radiasi sinar ultraviolet
Sebagai penerangan pada waktu malam hari

Contoh satelit alami


Bulan, yakni satelit alami yang dipunyai planet bumi
Callisto
Ganymede
Satelit Io, yakni yang mengelilingi planet jupiter
Satelit Titan yakni yang mengorbit planet saturnus
2. Satelit Buatan

Satelit buatan ialah salah satu benda luar angkasa buatan manusia yang mengorbit
sebuah planet yang dalam pembuatannya mempunyai jenis dan fungsi tertentu dengan suatu
tujuan untuk kepentingan manusia. Berikut adalah jenis-jenis satelit yang berdasarkan
fungsinya :

Satelit navigasi, yaitu salah satu jenis satelit buatan manusia yang mempunyai fungsi
untuk dunia penerbangan dan pelayaran. Satelit navigasi ini bisa memberikan
sebuah informasi tentang posisi pesawat terbang dan kapal yang berada dalam perjalanan.
Satelit geodesi, yakni satelit jenis satelit buatan manusia yang mempunyai fungsi untuk
guna melakukan sebuah pemetaan bumi serta untuk mendapatkan berbagai sebuah informasi
tentang gravitasi.

Satelit komunikasi, yakni salah satu jenis satelit buatan manusia syang mempunyai fungsi
dalam dunia komunikasi, misalnya seperti televisi, telepon, dan sebagainya.

Satelit meteorologi, yakni salah satu jenis buatan manusia yang mempunyai fungsi dalam


menyelidiki suatu atmosfer bumi untuk melakukan dalam peramalan cuaca.

Satelit penelitian, yakni salah satu jenis satelit buatan yang mempunyai fungsi dalam


menyelidiki tata surya serta alam semesta yang secara lebih luas dan bebas tanpa adanya
pengaruh oleh atmosfer. Satelit penelitian ini berusaha untuk mendapatkan berbagai
sebuah data-data yang mengenai matahari dan juga bintang-bintang lainnya guna untuk
mengetahui rahasia alam semesta.

Satelit militer, yakni salah satu jenis satelit buatan yang mempunyai fungsi dalam dunia
militer negara, misalnya dalam mengintai suatu kekuatan dari senjata musuh.

Satelit survei sumber daya alam, yakni satelit yang berfungsiuntuk dalam memetakan


serta untuk menyelidiki berbagai sumber-sumber alam yang terdapat dibumi untuk sebuah
kepentingan suatu pertambangan, perikanan, pertanian, dan sebagainya. 

3. Berdasarkan dari ketinggian garis edarnya, satelit dibedakan menjadi 3 macam,


yaitu :
Satelit LEO (Low Earh Orbit)
Satelit LEO yaitu sebuah satelit yang mempunyai garis edar yang rendah yakni antara 500 km
sampai dengan 10000 km dari sebuah permukaan bumi. Waktu untuk revolusi satelit LEO ini
yaitu 2 sampai dengan 6 jam. Contoh satelit LEO yaitu Global Star, Iridium, Elipsat,
Constellation, dan Odessey.

Satelit MEO (Medium Earth Orbit) Satelit MEO adalah suatu satelit yang


mempunyai suatu garis edar menengah yakni sekitar antara 10000 km sampai dengan 20000
km dari sebuah permukaan bumi. Waktu untuk revolusi satelit MEO ini yaitu 6 hingga
sampai dengan 12 jam.

Satelit GEO (Geostatinonary Earth Global) jenis satelit ini satelit yang berada dalam
orbit geostasioner yakni sekitar antara 36000 km dari sebuah permukaan bumi. Orbit
stasioner ini yaitu suatu orbit yang bisa mengakibatkan waktu revolusi satelit GEO sama
dengan rotasi bumi, yakni 1 hari. Contohnya satelit GEO ini satelit palapa dan satelit intelsat.

 
Satelit Satelit Di Indonesia

1. Satelit Palapa A1 (1976) Satelit pertama di Indonesia.


Satelit pertama diluncurkan pada tanggal 8 Juli 1976 oleh roket Amerika Serikat dan
dilepas di atas Samudera Hindia pada 83° BT. Mempunyai massa 574 kg.

2. Sateli Palapa A2 (1977)


Palapa A2 adalah satelit komunikasi milik Indonesia dan dioperasikan oleh Perumtel.
Palapa A2 diluncurkan pada tanggal 10 Maret 1977 dengan roket Delta 2914 dan beroperasi
di orbit 77 BT.

3. Sateli Palapa B2P (1987)


Satelit ini terletak pada ketinggian 36.000km diatas khatulistiwa pada lokasi 113°BT dan
dikendalikan oleh stasiun yang terletak di Bumi tepatnya di daerah Cibinong.

4. Sateli Palapa C1 (1996 )


Palapa C1 diproduksi oleh Hughes (Amerika Serikat, AS) dan diluncurkan pada tanggal
31 Januari 1996 di Kennedy Space Center, satelit ini dimaksudkan sebagai pengganti satelit
Palapa B4 pada Orbit Geo Stasioner slot 113º BT.

5. Satelit Palapa C2 (1996)


Palapa C2 diproduksi oleh Hughes (Amerika Serikat, AS) dan diluncurkan pada tanggal
15 Mei 1996 di Kourou, Guyana Perancis (Ko ELA-2), menggunakan roket Ariane-44L H10-
3. Satelit ini beroperasi pada Orbit Geo Stasioner slot 113º BT.

6. Satelit TELKOM-2 (2005)


Satelit ini dibawa ke angkasa dengan menggunakan roket Ariane 5 dari Perancis pada
tanggal 16 November 2005.
Satelit ini akan beredar di orbit 118° BT.

7. Satelit INASAT-1 (2006) Satelit Pertama buatan Indonesia


Selain itu INASAT-1 adalah satelit Nano alias satelit yang menggunakan komponen
elektronik berukuran kecil, dengan berat sekitar 10-15 kg.
Dampak Penggunaan Satelit di Indonesia
Meskipun secara umum perkembangan maupun penggunaan satelit memberikan dampak
positif berupa kemudahan dalam aspek komunikasi, informasi hingga beberapa bidang lain
termasuk ekonomi dan militer, penggunaan satelit juga berpotensi menimbulkan dampak
negatif. Seperti diketahui bahwa siaran radio maupun televisi dan telephon membutuhkan
satelit sebagai suatu media dalam menyampaikan informasi. Perkembangan Satelit

Palapa yangterus dilakukan guna menutupi berbagai kekurangannya, juga berimbas pada
perkembangan alat-alat komunikasi seperti televisi, radio, maupun telephon.

Itulah salah satu dari sekian dampak dari adanya ataupun digunakannya Satelit Palapa di
Indonesia. Pembangunan pada bidang telekomunikasi menjadi semakin maju. Sebagai
contoh, dunia pertelevisian Indonesia yang dulunya dipegang oleh sektor pemerintah, kini
sudah mulai dipenuhi oleh sektor-sektor swasta. Hal ini tentunya dilatar belakangi oleh
semaikin meningkatnya kebutuhan manusia akan informasi, disamping berkembangnya
teknologi satelit di Indonesia.
 
Namun dengan tingkat kemajuan dalam perkembangan satelit di kawasan Asia Tenggara,
Indonesia dapat dikatakan juga memberikan dampak positif bagi negara-negara Asia
Tenggara lainnya. Seperti Filiphina dan Thailand yang menggunakan jasa satelit dari
Indonesia untuk keperluan di negerinya masing-masing. Dengan demikian tentunya berimbas
pula pada pemasukan kas negara dari penyewaan satelit maupun penggunaan secara bersama.
Mempercepat komunikasi dan informasi, merupakan suatu dampak yang sangat
menguntungkan dari digunakannya Satelit Palapa di Indonesia.
Sistem Informasi Geografis. Menurut Crisman (dalam Mohammad iqbal, 2012:204) SIG
merupakan suatu sistem yang terdiri dari perangkat keras, Perangkat lunak, data, manusia,
organisasi dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisa dan
menyebarkan informasi-informasi mengenai daerahdaerah di permukaan bumi. Komponen
Sistem Informasi Geografis Menurut Asnawati dan Galih Putra Kusuma (2011) Sistem
Informasi Geografi (SIG) dapat dibagi menjadi empat komponen yaitu : Perangkat Keras
Perangkat komputer tambahan untuk mendukung kegiatan SIG antara lain monitor untuk
menyajikan hasil digitizer, dan scanner untuk memasukkan data spasial serta printer dan
plotter untuk penyajian data dalam bentuk hardcopy.
1. Perangkat Lunak SIG Perangkat lunak SIG meliputi program dan user interface untuk
menjalankan perangkat keras. Perangkat lunak yang banyak digunakan antara lain ArcView,
ArcInfo, AutoCAD Map, MapInfo, IDRISI, ArcGIS, GRASS, dan ILWIS. Perangkat lunak
tersebut digunakan sesuai dengan spesifikasi dan kemampuannya dalam menyelesaikan
masalah SIG. User interface pada tiap perangkat lunak SIG memiliki daftar menu, graphical
icons, dan perintah – perintah.
2. Sumber Daya Pengguna Sumber daya pengguna sama pentingnya dengan perangkat
lunak dan perangkat keras. Sumber daya pengguna penting untuk menentukan sasaran dan
hasil pembuatan sistem dan memberikan pertimbangan serta alasan penggunaan SIG.
3. Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada organisasi, administrasi dan lingkungan
budaya yang dibutuhkan untuk operasi SIG. Infrastruktur meliputi ketrampilan, standar data,
clearinghouses, dan pola organisasi umum. Data Spasial Menurut Nugraha dan Hani’ah
(2011), data geografis yang spasial yang ciri-cirinya adalah :
1. Memiliki geometrik properties seperti koordinat dan lokasi.
2. Terkait dengan aspek ruang seperti persil, kota, kawasan pembangunan.
3. Berhubungan dengan semua fenomena yang terdapat di bumi, misalnya data,
kejadian, gejala atau objek. Flowchart Menurut Yakub (2012), Bagan alir (program
flowchart) adalah bagan yang menggambarkan urutan instruksi proses dan hubungan
satu
BAB 3 PENUTUP
KESIMPULAN Penelitian menggunakan dua variabel penting terkait bencana tanah
longsor yaitu variabel ancaman terdiri dari 5 faktor yaitu kemiringan lereng, jenis batuan,
curah hujan, jenis tanah dan penggunaan lahan dan variabel kerentanan. Kemudian Variabel
variabel kerentanan terdiri dari 4 faktor yaitu kerentanan fisik, sosial, ekonomi dan
lingkungan.

Bentuk pengendalian pemanfaatan ruang berupa meningkatkan perizinan, pemberian


insentif dan disinsentif, penentuan lokasi relokasi permukiman penduduk yang berada pada
jarak daerah rawan bencana longsor dan perlu diberi peringatan maupun sanksi terhadap
penggunaan lahan yang tidak sesuai terutama di kawasan lindung.

Berdasarkan analisis arahan pemanfaatan ruang dapat dilihat bahwa kawasan yang mutlak
dilindungi diperuntukkan sebagai hutan lindung. Sedangkan kawasan yang dapat
dikembangkan/dikembangkan bersyarat berupa kawasan hutan produksi, kawasan peruntukan
lahan basah, kawasan peruntukan lahan kering, perkebunan dan permukiman Penggunaan
variabel yang mengacu ke Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No 02
Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana tidak dapat diaplikasikan
di semua daerah karena kondisi setiap daerah berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Barus B. 1999. Pemetaan Bahaya Longsoran Berdasarkan Klasifikasi Statistik Peubah
Tunggal Menggunakan Sig: Studi Kasus Daerah CiawiPuncak-Pacet, Jawa-Barat. Jurnal Ilmu
Tanah Dan Lingkungan.
Bayuaji D.G. Nugraha A.L dan Sukmono A. 2016. Analisis Penentuan Zonasi Risiko
Bencana Tanah Longsor Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus: Kabupaten
Banjarnegara). Jurnal Geodesi Undip. Faizana F. Nugraha A.L. dan Yuwono B.D. 2015.
Pemetaan Risiko Bencana Tanah Longsor Kota Semarang. Jurnal Geodesi Undip.
Hamida, F. N., & Widyasamratri, H. (2019). Risiko Kawasan Longsor Dalam Upaya
Mitigasi Bencana Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Pondasi, 24(1), 67-89.
Nurjanah D. Kuswanda D. dan Siswanto A. 2012. Manajemen Bencana. Bandung:
Alfabeta
Raharjo P.D. Hidayat E. Winduhutomo S. Widiyanto K. dan Puswanto E. 2014.
Penggunaan Model Analytic Hierarchy Process Untuk Penentuan Potensi Ancaman Longsor
Secara Spasial. Prosiding Geoteknologi Lipi.
Rahmad R. Suib S. dan Nurman A. 2018. Aplikasi SIG Untuk Pemetaan Tingkat
Ancaman Longsor Di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Majalah Geografi Indonesia.
Saputra I.W.G.E. dan Eka W.G. 2015. Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor Di
Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Denpasar: Program Pasca Sarjana Universitas
Udayana Denpasar.
Setiawan, R., Kurniadi, D & Bunyamin, H. (2017). Perancangan Sistem Pengelolaan
Penanggulangan Bencana Alam Garut Berbasis Sistem Informasi Geografis. Jurnal
Algoritma, 14(2), 343- 349
Sitorus S.R. 2006. Pengembangan Lahan Berpenutupan Tetap Sebagai Kontrol Terhadap
Faktor Resiko Erosi dan Bencana Longsor. Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen
Pekerjaan Umum. Jakarta.
Surono. 2003. Potensi Bencana Geologi Di Kabupaten Garut. Prosiding Semiloka
Mitigasi Bencana Longsor Di Kabupaten Garut. Pemerintah Kabupaten Garut.
Usup F.M.H. Franklin P.J. dan Karongkong H.H. 2019. Analisis Aspek Kebencanaan Di
Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolang Mongondow Utara.
https://journal.unesa.ac.id/index.php/jg/i
ssue/view/776 https://journal.unesa.ac.id/index.php/jg/i
ssue/view/JGGP18-1 https://journal.unesa.ac.id/index.php/jg/i
ssue/view/522 https://journal.unesa.ac.id/index.php/jg/i
ssue/view/V17.1 http://geo.fish.unesa.ac.id/web/index.ph p/en/publikasi/jurnal

Anda mungkin juga menyukai