PENGINDERAAN JAUH
OLEH :
Npm : 2021270009
Dosen Pengampu :
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari sistem
Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel
grid yang disebut dengan pixel (picture element). Pada data raster, resolusi (definisi visual)
tergantung pada ukuran pixel-nya.
Peta umum merupakan salah satu jenis peta jika dilihat dari isinya. Peta umum adalah
peta yang menggambarkan permukaan planet Bumi secara umum. Peta umum ini memuat
semua kenampakan yang terdapat di suatu daerah, baik kenampakan fisis atau alam
(contohnya: sungai gunung, macam- macam laut, macam- macam danau dan lain sebagainya)
maupun kenampakan sosial budaya (contohnya: jalan raya, jalan kereta api, pemukiman kota
dan lain sebagainya).
Peta ini disebut sebagai peta umum karena bersifat umum dan dapat digunakan untuk
berbagai macam kepentingan. Dalam membuat peta umum ini, unsur- unsur yang disajikan
tidak hanya satu macam saja, namun berbagai unsur di muka bumi.
BAB 2
Satelit adalah benda langit yang tidak memiliki sumber cahaya sendiri dan bergerak
mengelilingi planet tertentu sambil mengikuti planet tersebut beredar dengan periode revolusi
dan rotasi tertentu. Ada dua macam satelit, yakni satelit alam dan satelit buatan. Satelit alam
adalah benda-benda luar angkasa bukan buatan manusia yang mengorbit sebuah planet atau
benda lain yang lebih besar daripada dirinya. Contohnya Bulan yang merupakan satelit dari
Bumi.
Pergerakan satelit dalam mengelilingi bumi secara umum mengikuti hukum Keppler
(Pergerakan Keplerian) yang didasarkan pada beberapa asumsi yaitu pergerakan satelit hanya
dipengaruhi oleh medan gaya berat sentral bumi, satelit bergerak dalam bidang
orbit yang tetap dalam ruang, massa satelit tidak berarti dibandingkan massa bumi, satelit
bergerak dalam ruang hampa, dan tidak ada matahari, bulan, ataupun benda-benda langit
lainnya yang mempengaruhi pergerakan satelit.
Sementara satelit buatan merupakan benda buatan manusia yang diluncurkan ke luar
angkasa untuk keperluan tertentu. Sama seperti satelit alam, satelit buatan tersebut
merupakan sebuah benda diangkasa yang berputar mengikuti rotasi bumi. Satelit dapat
dibedakan berdasarkan bentuk dan keguaananya seperti: satelit cuaca, satelit komonikasi,
satelit iptek dan satelit militer.
Untuk dapat beroperasi satelit diluncurkan ke orbitnya dengan bantuan roket. Negara -
negara maju seperti Amerika Serikat, Rusia, Perancis dan belakangan Cina, telah memiliki
stasiun untuk melontarkan satelit ke orbitnya. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk
mengetahui sejarah dan perkembangan satelit buatan dan permasalahan yang muncul dari
satelit itu sendiri.
Satelit
Satelit adalah benda langit yang tidak memiliki sumber cahaya sendiri dan bergerak
mengelilingi planet tertentu sambil mengikuti planet tersebut beredar dengan periode revolusi
dan rotasi tertentu. Ada dua macam satelit, yakni satelit alam dan satelit buatan. Satelit alam
adalah benda-benda luar angkasa bukan buatan manusia yang mengorbit sebuah planet atau
benda lain yang lebih besar daripada dirinya. Contohnya Bulan yang merupakan satelit dari
Bumi.
Sejarah Satelit
Satelit buatan manusia pertama adalah Sputnik 1, diluncurkan oleh Soviet pada tanggal 4
Oktober 1957, dan memulai Program Sputnik Rusia, dengan Sergei Korolev sebagai kepala
disein dan Kerim Kerimov sebagai asistentnya. Peluncuran ini memicu lomba ruang angkasa
(space race) antara Soviet dan Amerika. Sputnik 1 membantu mengidentifikasi kepadatan
lapisan atas atmosfer dengan jalan mengukur perubahan orbitnya dan memberikan data dari
distribusi signal radio pada lapisan ionosphere.
Karena badan satelit ini diisi dengan nitrogen bertekanan tinggi, Sputnik 1 juga memberi
kesempatan pertama dalam pendeteksian meteorit, karena hilangnya tekanan dalam
disebabkan oleh penetrasi meteroid bisa dilihat melalui data suhu yang dikirimkannya ke
bumi. Sputnik 2 diluncurkan pada tanggal 3 November 1957 dan membawa awak mahluk
hidup pertama ke dalam orbit, seekor anjing bernama Laika. Pada bulan Mei, 1946, Project
Rand mengeluarkan desain preliminari untuk experimen wahana angkasa untuk mengedarai
dunia, yang menyatakan bahwa, “sebuah kendaraan satelit yang berisi instrumentasi yang
tepat bisa diharapkan menjadi alat ilmu yang canggih untuk abad ke dua puluh”.
Amerika sudah memikirkan untuk meluncurkan satelit pengorbit sejak 1946 dibawah
Kantor Aeronotis angkatan Laut Amerika (Bureau of Aeronautics of the United States Navy).
Project RAND milik Angkatan Udara Amerika akhirnya mengeluarkan laporan diatas, tetapi
tidak mengutarakan bahwa satelit memiliki potensi sebagai senjata militer. Tetapi, mereka
menganggapnya sebagai alat ilmu, politik, dan propaganda. Pada tahun 1954, Sekertariat
Pertahanan Amerika menyatakan, “Saya tidak mengetahui adanya satupun program satelit
Amerika.” Pada tanggal 29 Juli 1955, Gedung Putih mencanangkan bahwa Amerika Serikat
akan meluncurkan satelit pada musim semi 1958. Hal ini kemudian diketahui sebagai Project
Vanguard. Pada tanggal 31 Juli, Soviets mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan
satelit pada musim gugur 1957.
Satelit alami yaitu salah satu benda luar angkasa yang sudah ada (bukan buatan dari
manusia) yang mengorbit sebuah planet. Satelit alami bumi yaitu bulan. Selama bulan
mengelilingi planet bumi, bulan mengalami tiga gerakan sekaligus, yakni ber rotasi, ber
revolusi, bulan mengelilingi bumi dan revolusi bulan mengelilingi matahari.
Fungsi Satelit Alami
Secara tidak lansung satelit alami untuk melindungi sebuah planet yang diorbitnya dari
suatu hantaman benda langit lain seperti komet dan asteroid Untuk mengontrol
sebuah kecepatan rotasi pada sebuah planet karena efeknya gravitasional tidal wave
agar menyeimbangkan sebuah perputaran siklus air laut yang mengakibatkan pasang surut
pada air laut
Agar mengurangi suatu efek yang ditimbulkan akibat suatu radiasi sinar ultraviolet
Sebagai penerangan pada waktu malam hari
Satelit buatan ialah salah satu benda luar angkasa buatan manusia yang mengorbit
sebuah planet yang dalam pembuatannya mempunyai jenis dan fungsi tertentu dengan suatu
tujuan untuk kepentingan manusia. Berikut adalah jenis-jenis satelit yang berdasarkan
fungsinya :
Satelit navigasi, yaitu salah satu jenis satelit buatan manusia yang mempunyai fungsi
untuk dunia penerbangan dan pelayaran. Satelit navigasi ini bisa memberikan
sebuah informasi tentang posisi pesawat terbang dan kapal yang berada dalam perjalanan.
Satelit geodesi, yakni satelit jenis satelit buatan manusia yang mempunyai fungsi untuk
guna melakukan sebuah pemetaan bumi serta untuk mendapatkan berbagai sebuah informasi
tentang gravitasi.
Satelit komunikasi, yakni salah satu jenis satelit buatan manusia syang mempunyai fungsi
dalam dunia komunikasi, misalnya seperti televisi, telepon, dan sebagainya.
Satelit militer, yakni salah satu jenis satelit buatan yang mempunyai fungsi dalam dunia
militer negara, misalnya dalam mengintai suatu kekuatan dari senjata musuh.
Satelit GEO (Geostatinonary Earth Global) jenis satelit ini satelit yang berada dalam
orbit geostasioner yakni sekitar antara 36000 km dari sebuah permukaan bumi. Orbit
stasioner ini yaitu suatu orbit yang bisa mengakibatkan waktu revolusi satelit GEO sama
dengan rotasi bumi, yakni 1 hari. Contohnya satelit GEO ini satelit palapa dan satelit intelsat.
Satelit Satelit Di Indonesia
Palapa yangterus dilakukan guna menutupi berbagai kekurangannya, juga berimbas pada
perkembangan alat-alat komunikasi seperti televisi, radio, maupun telephon.
Itulah salah satu dari sekian dampak dari adanya ataupun digunakannya Satelit Palapa di
Indonesia. Pembangunan pada bidang telekomunikasi menjadi semakin maju. Sebagai
contoh, dunia pertelevisian Indonesia yang dulunya dipegang oleh sektor pemerintah, kini
sudah mulai dipenuhi oleh sektor-sektor swasta. Hal ini tentunya dilatar belakangi oleh
semaikin meningkatnya kebutuhan manusia akan informasi, disamping berkembangnya
teknologi satelit di Indonesia.
Namun dengan tingkat kemajuan dalam perkembangan satelit di kawasan Asia Tenggara,
Indonesia dapat dikatakan juga memberikan dampak positif bagi negara-negara Asia
Tenggara lainnya. Seperti Filiphina dan Thailand yang menggunakan jasa satelit dari
Indonesia untuk keperluan di negerinya masing-masing. Dengan demikian tentunya berimbas
pula pada pemasukan kas negara dari penyewaan satelit maupun penggunaan secara bersama.
Mempercepat komunikasi dan informasi, merupakan suatu dampak yang sangat
menguntungkan dari digunakannya Satelit Palapa di Indonesia.
Sistem Informasi Geografis. Menurut Crisman (dalam Mohammad iqbal, 2012:204) SIG
merupakan suatu sistem yang terdiri dari perangkat keras, Perangkat lunak, data, manusia,
organisasi dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisa dan
menyebarkan informasi-informasi mengenai daerahdaerah di permukaan bumi. Komponen
Sistem Informasi Geografis Menurut Asnawati dan Galih Putra Kusuma (2011) Sistem
Informasi Geografi (SIG) dapat dibagi menjadi empat komponen yaitu : Perangkat Keras
Perangkat komputer tambahan untuk mendukung kegiatan SIG antara lain monitor untuk
menyajikan hasil digitizer, dan scanner untuk memasukkan data spasial serta printer dan
plotter untuk penyajian data dalam bentuk hardcopy.
1. Perangkat Lunak SIG Perangkat lunak SIG meliputi program dan user interface untuk
menjalankan perangkat keras. Perangkat lunak yang banyak digunakan antara lain ArcView,
ArcInfo, AutoCAD Map, MapInfo, IDRISI, ArcGIS, GRASS, dan ILWIS. Perangkat lunak
tersebut digunakan sesuai dengan spesifikasi dan kemampuannya dalam menyelesaikan
masalah SIG. User interface pada tiap perangkat lunak SIG memiliki daftar menu, graphical
icons, dan perintah – perintah.
2. Sumber Daya Pengguna Sumber daya pengguna sama pentingnya dengan perangkat
lunak dan perangkat keras. Sumber daya pengguna penting untuk menentukan sasaran dan
hasil pembuatan sistem dan memberikan pertimbangan serta alasan penggunaan SIG.
3. Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada organisasi, administrasi dan lingkungan
budaya yang dibutuhkan untuk operasi SIG. Infrastruktur meliputi ketrampilan, standar data,
clearinghouses, dan pola organisasi umum. Data Spasial Menurut Nugraha dan Hani’ah
(2011), data geografis yang spasial yang ciri-cirinya adalah :
1. Memiliki geometrik properties seperti koordinat dan lokasi.
2. Terkait dengan aspek ruang seperti persil, kota, kawasan pembangunan.
3. Berhubungan dengan semua fenomena yang terdapat di bumi, misalnya data,
kejadian, gejala atau objek. Flowchart Menurut Yakub (2012), Bagan alir (program
flowchart) adalah bagan yang menggambarkan urutan instruksi proses dan hubungan
satu
BAB 3 PENUTUP
KESIMPULAN Penelitian menggunakan dua variabel penting terkait bencana tanah
longsor yaitu variabel ancaman terdiri dari 5 faktor yaitu kemiringan lereng, jenis batuan,
curah hujan, jenis tanah dan penggunaan lahan dan variabel kerentanan. Kemudian Variabel
variabel kerentanan terdiri dari 4 faktor yaitu kerentanan fisik, sosial, ekonomi dan
lingkungan.
Berdasarkan analisis arahan pemanfaatan ruang dapat dilihat bahwa kawasan yang mutlak
dilindungi diperuntukkan sebagai hutan lindung. Sedangkan kawasan yang dapat
dikembangkan/dikembangkan bersyarat berupa kawasan hutan produksi, kawasan peruntukan
lahan basah, kawasan peruntukan lahan kering, perkebunan dan permukiman Penggunaan
variabel yang mengacu ke Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No 02
Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana tidak dapat diaplikasikan
di semua daerah karena kondisi setiap daerah berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Barus B. 1999. Pemetaan Bahaya Longsoran Berdasarkan Klasifikasi Statistik Peubah
Tunggal Menggunakan Sig: Studi Kasus Daerah CiawiPuncak-Pacet, Jawa-Barat. Jurnal Ilmu
Tanah Dan Lingkungan.
Bayuaji D.G. Nugraha A.L dan Sukmono A. 2016. Analisis Penentuan Zonasi Risiko
Bencana Tanah Longsor Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus: Kabupaten
Banjarnegara). Jurnal Geodesi Undip. Faizana F. Nugraha A.L. dan Yuwono B.D. 2015.
Pemetaan Risiko Bencana Tanah Longsor Kota Semarang. Jurnal Geodesi Undip.
Hamida, F. N., & Widyasamratri, H. (2019). Risiko Kawasan Longsor Dalam Upaya
Mitigasi Bencana Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Pondasi, 24(1), 67-89.
Nurjanah D. Kuswanda D. dan Siswanto A. 2012. Manajemen Bencana. Bandung:
Alfabeta
Raharjo P.D. Hidayat E. Winduhutomo S. Widiyanto K. dan Puswanto E. 2014.
Penggunaan Model Analytic Hierarchy Process Untuk Penentuan Potensi Ancaman Longsor
Secara Spasial. Prosiding Geoteknologi Lipi.
Rahmad R. Suib S. dan Nurman A. 2018. Aplikasi SIG Untuk Pemetaan Tingkat
Ancaman Longsor Di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Majalah Geografi Indonesia.
Saputra I.W.G.E. dan Eka W.G. 2015. Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor Di
Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Denpasar: Program Pasca Sarjana Universitas
Udayana Denpasar.
Setiawan, R., Kurniadi, D & Bunyamin, H. (2017). Perancangan Sistem Pengelolaan
Penanggulangan Bencana Alam Garut Berbasis Sistem Informasi Geografis. Jurnal
Algoritma, 14(2), 343- 349
Sitorus S.R. 2006. Pengembangan Lahan Berpenutupan Tetap Sebagai Kontrol Terhadap
Faktor Resiko Erosi dan Bencana Longsor. Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen
Pekerjaan Umum. Jakarta.
Surono. 2003. Potensi Bencana Geologi Di Kabupaten Garut. Prosiding Semiloka
Mitigasi Bencana Longsor Di Kabupaten Garut. Pemerintah Kabupaten Garut.
Usup F.M.H. Franklin P.J. dan Karongkong H.H. 2019. Analisis Aspek Kebencanaan Di
Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolang Mongondow Utara.
https://journal.unesa.ac.id/index.php/jg/i
ssue/view/776 https://journal.unesa.ac.id/index.php/jg/i
ssue/view/JGGP18-1 https://journal.unesa.ac.id/index.php/jg/i
ssue/view/522 https://journal.unesa.ac.id/index.php/jg/i
ssue/view/V17.1 http://geo.fish.unesa.ac.id/web/index.ph p/en/publikasi/jurnal