Anda di halaman 1dari 24

Oleh wartawan Kompas.

com, IGN Sawabi

ADA mitos menyebutkan, empu (sebutan bagi pembuat keris) mengerjakan pembuatan keris
tanpa alat. Konon, besi hanya dipijit-pijit dan jadilah sebilah keris. Yang saya tuturkan dalam
tulisan ini adalah bagaimana keris dibuat, bukan bagaimana mitos dikisahkan.

Selain itu, tulisan ini tidak ada kaitannya dengan unsur magic-nya, tetapi murni keris sebagai
barang seni yang mengedepankan unsur keindahan pola pamor dan fisik bilah keris itu
sendiri. Juga bukan bagaimana cara membuat keris yang sakti atau bertuah.

Pada dasarnya, sebilah keris terdiri atas tiga jenis unsur logam, besi, baja, dan pamor (bisa
terbuat dari nikel dan yang lebih mahal terbuat dari batu meteorit). Namun, untuk keris jenis
kelengan tidak ada unsur pamornya sehingga hanya terdiri atas dua bahan, baja dan besi.

Mengawali pembuatan keris, seorang empu akan memilih besi terbaik untuk mendapatkan
hasil yang baik. Secara kasat mata, besi yang berumur tua akan menghasilkan keris yang
bagus karena karat pada besi berusia tua lebih sedikit dibandingkan dengan besi berusia
muda.

Ada baiknya saya perkenalkan nama-nama alat yang biasa dipergunakan para pembuat keris
dalam bekerja secara tradisional. Seperti yang ada di besalen milik Ki Sungkowo
Harumbrojo di Gatak, Sumberagung, Moyudan, Sleman, Yogyakarta.
1. Empu: Pembuat keris
2. Panjak: Asisten pembuat keris. Panjak terdiri atas dua orang, satu bertugas menyalakan api
dan memompa sehingga api terus menyala. Asisten satunya bertugas menghantamkan palu
(gandin besi) pada saat proses penempaan.
3. Besalen: Studio pembuat keris
4. Paron: Alas menempa besi. Terbuat dari besi baja berbentuk mirip lingga. Biasanya disebut
paron dengkul karena bentuknya mirip lutut orang yang sedang jongkok.
5. Kowen: Tempat air untuk mendinginkan alat-alat.
6. Cakarwa: Alat sejenis gancu yang berfungsi untuk mengarahkan bara api.
7.Ububan: Sejenis pompa. Terdiri atas dua tabung kayu yang bentuknya persis dengan
pompa-pompa yang kita kenal di bengkel-bengkel. Sekarang alat ini diganti menggunakan
blower.
8. Wirungan: terbuat dari balok batu yang dilubangi di tengahnya. Berfungsi sebagai alat
memfokuskan angin sehingga yang dihasilkan oleh pemompaan pada ububan.
9. Supit: alat sejenis tang dengan ukuran yang berbeda-beda (setidaknya membutuhkan lima
supit dengan ukuran berbeda-beda) sebagai alat memegangi besi yang dibakar. Digunakan
saat besi dibakar atau saat besi ditempa.
10. Ploncon: terbuat dari dua batang kayu yang digandeng. Di atas dua batang kayu inilah
empu melakukan pengikiran dan menyempurnakan bentuk keris.
11. Gandhen besi: Yang paling besar seberat 2 kg, biasanya dipegang oleh panjak.
12. Mimbal: palu besi dengan ukuran lebih kecil (kurang lebih seberat 5 ons), yang biasa
dipegang oleh empu.
13. Kikir: Ada berbagai bentuk kikir dengan ukuran kasar dan halus yang berbeda-beda.
14. Arang kayu jati: berguna sebagai bahan bakar. Selama ini diyakini arang kayu jati
merupakan penghasil panas terbaik, karena pemijaran sempurna hanya dihasilkan ketika
panas besi yang dipijar mencapai 1.100 derajad celcius.
15. Wungkal atau gerinda: Batu pengasah
16. Jeruk nipis: digunakan untuk mencuci keris yang secara fisik sudah selesai dibentuk dan
diasah.
17. Warangan atau arsenicum: benda ini bisa dibeli di toko-toko bahan kimia, berfungsi
untuk memunculkan pamor pada proses terakhir pembuatan keris. Tetapi harus hati-hati
sekali, karena arsenikum mengandung racun yang berbaya bagi kesehatan.
19.Tlawah: Balok kayu yang dilubangi di tengahnya, berfungsi untuk merendam keris dengan
air jeruk nipis saat dilakukan pencucian. (bersambung)

Keris
Dimasa lalu, setiap pria Jawa terutama bangsawan dan priyayi, pada saat menjalankan
tugasnya sehari-hari, selalu mengenakan busana tradisional lengkap dengan sebilah keris
dipinggangnya. Setiap priyayi paling tidak memiliki dua buah, satu untuk dipakai harian,
sedangkan yang lain untuk upacara resmi dan upacara di karaton. Tentu saja, keris yang
kedua mempunyai kualitas dan penampilan yang lebih bagus.

Dizaman kuno, keris dipergunakan sebagai senjata untuk berperang ataupun untuk bertarung
satu lawan satu. Pada saat ini, fungsi keris adalah untuk pelengkap busana tradisional. Namun
demikian, keris tetap dihargai, diperlakukan dengan baik. Orang tradisional menghargai keris
sebagai pusaka yang berharga dan barang seni yang bernilai tinggi. Keris dinilai berkualitas
tinggi, kalau mempunyai penampilan fisik yang anggun dan punya daya spiritual yang bagus.

Orang Yang Sempurna

Menurut penilaian tradisional Jawa, seseorang telah dianggap sempurna kalau dia telah
mempunyai lima hal, yaitu: Wismo, Wanito, Kukilo, Turonggo dan Curigo/Keris. Penjelasan
singkatnya sebagai berikut :

1. Wismo artinya rumah. Orang yang telah mempunyai rumah tentunya penghasilannya
cukup dan hidupnya mapan.
2. Wanito. Orang yang telah kawin dan punya istri ( demikian pula tentunya seorang
wanita yang telah menikah), artinya telah memilih jalan hidup yang benar dan
bertanggung jawab.
3. Kukilo artinya burung. Penjelasan filosofisnya adalah : nyanyian burung itu merdu
bagai music atau alunan gamelan. Mendengar suara lembut, orang merasa tenang,
enak, bahagia. Alangkah indahnya, bila seorang ayah,kepala keluarga berbicara
dengan suara lembut ,itu tentu sangat menenangkan dan menyenangkan seluruh
keluarga.
4. Turonggo artinya kuda. Kuda adalah alat trransportasi yang praktis dimasa lalu. Dia
bisa dipakai menarik andong ataupun bisa ditunganggi untuk bepergian. Dalam hal
ini, orang hendaknya memiliki kendaraan kehidupan ( mempunyai jalan hidup) yang
bisa dengan baik dikendalikan supaya hidupnya mapan.
5. Curigo atau Keris. Kris itu tajam ujungnya. Ini melambangkan ketajaman pikir.
Adalah sangat penting orang punya pikiran yang tajam dengan wawasan yang luas.
Itu adalah urutan dimasa dulu. Kini, ada yang menyatakan bahwa urutan pertamanya
adalah keris dengan alasan : otak yang cemerlang, intelligentsia adalah paling penting.

Warongko dan Wilah

Secara umum, sebuah keris mempunyai dua bagian penting, yaitu warongko/sarung dan
wilah atau bilah keris.

Warongko adalah pakaian untuk melindungi bilah. Sejak dulu ada dua macam bentuk
warongko, yaitu Branggah atau Ladrang dan Gayaman.
Branggah dikenakan pada waktu upacara resmi dan kebesaran, sedangkan Gayaman untuk
dipakai harian.
Selain itu ada dua macam gaya warongko yaitu Gaya Ngayogyokarto dan Surokarto.

Sebuah keris dari kualitas tinggi, punya penampilan yang bagus. Bagian luar keris terdiri dari
(dari atas kebawah): Ukiran/pegangan; Mendhak/cincin; Warongko/sarung dari kayu yang
langsung membungkus bilah keris dan Pendhok/ sarung atau pembungkus warongko yang
terbuat dari bahan metal yang diukir. Supaya “pakaian luar” dari bilah keris bagus dan
menarik, diperlukan bantuan seniman yang mumpuni dan ahli dalam bidangnya.

Sebuah keris yang bagus, klasik, hanya bisa dibuat oleh seorang Empu Keris, yang memang
ahli dan berpengalaman dalam bidang pembuatan keris.

Keris yang bagus juga memerlukan materi yang bagus ,berupa : besi, nikel dan baja yang
bermutu. Kadang-kadang batu meteor yang mengandung titanium juga dipergunakan untuk
menciptakan pamor yang indah yang muncul dibilah keris.

Seni Tempa

Bilah keris dibuat dengan cara ditempa ditungku milik empu, dengan suara yang bertalu-talu
memukuli campuran besi, nikel dan baja dengan percikan-percikan api merah menyala
tersebar diruangan tempa.

Di Besalen, tempat penempaan keris, diruang perapian telah disiapkan bahan-bahan baku
untuk keris berupa 5 kg lempengan besi yang berukuran kira-kira lebar 4 cm, tebal 2 cm,
panjang 15 cm; 50 gram nikel dan 0,5 kg baja. Tiga komponen itu dicampur dengan jalan
ditempa dan dibakar. Besi dipanaskan, ditempa berulang-ulang. Nikel diselipkan antara
lempengan besi, dipanaskan membara sampai ukuran panjang tertentu, lalu dilipat dua dan
ditempa. Proses ini dilaksanakan berulang-ulang sampai mencapai lipatan yang dikehendaki,
tergantung kepada bentuk tampilan dari keris yang dikehendaki. Penempaan haruslah
dilakukan dengan sangat hati-hati dan jeli supaya muncul pamor bagus yang diinginkan
dibilah keris.

Sesudah itu, lempengan baja dengan besi dan nikel yang telah ditempa, dipanaskan lagi
sampai membara dan ditempa lagi untuk menguatkan bilah keris. Bilah keris dibentuk sesuai
kehendak, bisa dibuat Keris Lurus atau Keris Luk, dengan bengkokan. Jadi pembuatan keris
sesuai dengan blueprintnya dengan menggunakan pelbagai alat pertukangan. Supaya bisa
memunculkan pamor yang indah, selain nikel diperlukan batu meteor sebagai tambahan.
Pencampuran metal berlapis-lapis dan penempaan adalah teknik yang diterapkan untuk
menghasilkan bilah keris yang kecil, kuat, tipis.

Pada tahap finishing, bilah keris di-sepuhi, yaitu dipanaskan tetapi tidak sampai membara
kemudian disepuh supaya kuat, awet dan bagus . Keris dicelupkan kedalam ember yang berisi
air kelapa atau cairan campuran dari sulfur, jus jeruk dan garam. Keris sudah siap dan
beratnya kira-kira 0,4 kg saja!

Pada saat ini untuk membuat sebuah keris yang bagus dan berkualitas klasik, diperlukan : 100
kg arang jati, dan dikerjakan selama 40 hari atau bahkan lebih untuk jenis keris yang lebih
rumit. Sang Empu biasanya dibantu oleh dua orang pembantu untuk penempaan.

Peran Empu Keris

Dizaman kuno , masyarakat tradisional sangat menghormati empu keris. Setiap kerajaan tentu
punya empu-empu keris andalannya. Para empu membuat keris atas pesanan dari raja,
pangeran dan petinggi istana. Tentu saja ada empu yang menerima pesanan dari priyayi kecil,
prajurit, guru, seniman, petani, pedagang dan berbagai orang yang bekerja dibermacam
bidang.

Pada masa lalu, setiap orang hanya menyimpan keris yang khusus dibuat untuknya oleh
seorang empu keris. Itu prinsip utamanya.

Kedua, pejabat istana mengenakan keris jabatan yang dipinjamkan oleh raja . Pejabat-pejabat
yang mendapatkan pinjaman “Keris Jabatan” biasanya adalah Patih, Menteri, Hulubalang,
Adipati, Bupati dlsb. Mereka boleh menyimpan keris –keris tersebut selama masih menjabat.

Ketiga, seseorang yang menerima hadiah keris dari raja atau atasannya.

Keempat, anak yang menerima keris dari ayahnya. Dulu ada kebiasaan, seorang ayah
memberikan keris kepada putra-putranya telah dewasa. Juga menantu laki-laki yang
menerima keris dari mertuanya. Dia boleh menyimpan keris tersebut selama dia masih
menjadi menantu, tetapi kalau dia cerai dengan istrinya, kerisnya harus dikembalikan.

Secara prinsip, untuk masyarakat tradisional, keris merupakan milik pribadi, karena keris
dibuat untuk pemiliknya dengan bantuan seorang Empu Keris dan keris tersebut
mengandung harapan pemilik supaya mempunyai kehidupan yang berhasil lahir batin.

Kehendak pribadi yang merasuk kedalam keris tersebut akan berlaku selamanya dan itu
merupakan enerji yang kuat untuk selalu menjaga dan membantu pemiliknya demi mencapai
cita-citanya.

Oleh karena itu, dimasa kuno tidak ada perdagangan keris, karena setiap keris hanya
melayani tuannya,pemiliknya. Dalam perkembangan ada jual beli keris. Ketika membeli
keris, selain bentuk dan pamor yang diperhatikan, yang paling penting untuk dideteksi adalah
enerji spiritual atau tuah keris yang merupakan tugas utama yang asli dari keris itu. Anda
harus memilih keris yang “kehendak spiritualnya” sesuai dengan kehendak anda. Supaya
anda dan keris tersebut mempunyai hubungan yang harmonis. Anda menyenangi keris
tersebut, memperlakukannya dengan patut, sehingga keris juga merasa aman dan tenang
ditangan anda dan , mestinya si keris akan melayani tuan barunya dengan sepenuh hati.

Keris atau “isi” keris bisa diajak berdialog, disebut “nayuh” dalam bahasa Jawa.Seandainya,
anda belum bisa menayuh keris, jangan ragu untuk meminta bantuan seorang ahli menayuh
keris.

Ada istilah halus yang dipakai dalam perdagangan keris, bila anda mau membeli keris, anda
tidak menanya: “Berapa harga keris ini?” Tetapi anda harus mengatakan : “Berapa” Mas
Kawin” keris ini?”, seolah anda melamar untuk memiliki keris itu.

Setiap kali seorang empu membuat keris, sesuai dengan tata cara baku, dia harus terlebih
dahulu mempersiapkan diri secara batin. Dia harus membersihkan jiwa raganya, lahir batin
dengan cara berpuasa, mengurangi tidur dan tidur sebentar sesudah tengah malam, berhari-
hari melakukan meditasi. Dia dengan khusuk memohon kepada Gusti, Tuhan untuk membuat
keris yang bagus dan cocok untuk pemesannya.

Sang Empu juga memohon supaya selama proses pembuatan segalanya berjalan lancar,
aman; dia, para pembantunya dan si pemesan supaya selamat dan supaya dia diberi berkah
untuk berhasil membuat keris sesuai dengan permintaan pelanggannya. Dia juga akan
memohon restu dari gurunya atau almarhum gurunya dalam meditasinya.

Sesudah yakin bahwa dia telah mendapatkan berkah Ilahi, dia juga akan meminta supaya si
pemesan juga melakukan tirakatan dengan membersihkan jiwa raganya lahir batin dan berdoa
kepada Gusti, Tuhan supaya diperkenankan untuk mempunyai keris baru yang bagus dan
cocok. Bila perlu dia juga harus berpuasa untuk beberapa hari. Yang paling penting, selama
proses pembuatan keris, dia harus mempunyai pikiran dan hati yang bersih. Empu akan
mencatat nama lengkapnya, pekerjaannya, hari, tanggal, bulan dan tahun kelahirannya,
bentuk /dapur keris dan pamor keris yang diminta dan tentu saja harapan akan mission
kerisnya.

Data tersebut akan dipergunakan oleh Empu untuk mulai pembuatan keris, supaya bisa dibuat
keris yang berkualitas. Seperti dalam adat, sesaji tradisional diadakan dan ditaruh dalam
besalen dengan tujuan positif untuk mendapatkan berkah dan perlindungan Gusti, Tuhan
selama berlangsungnya proses pembuatan keris.

Keris apa yang akan dibuat dan apa misi dari keris tersebut, itu tentu disesuaikan dari
pekerjaan si pemesan. Semua orang tentu mempunyai kemauan yang baik, tetapi setiap
profesi tentu mempunyai ke-khasan masing-masing.Misalnya ada berbagai profesi seperti :
raja, pejabat tinggi Negara, birokrat, prajurit, saudagar, petani, executive, diplomat, guru,
satpam, dll. Sehingga, kiranya mudah dimengerti bahwa sebuah keris yang bagus untuk
seorang pedagang, belum tentu cocok dipakai oleh pegawai negeri sipil.

Selain enerji spiritual asli yang diciptakan selama proses pembuatan keris, ada pula keris
yang “diisi” oleh mahluk halus yang disebut qodam untuk membantu melindungi atau
menolong pemilik keris.

Sifat Fisik Keris

Keris Lurus dan Keris Luk

Ada Keris Lurus dan Keris Luk. Ada berbagai macam Keris Luk seperti Keris Luk 3, artinya
keris dengan belok 3, ada Keris Luk 5, Keris Luk 7, Keris Luk 9 dll.

Keris Lurus dan Keris Luk mempunyai arti simbolis.

Keris Lurus melambangkan kepercayaan diri dan mental yang kuat.

Keris Luk 3 melambangkan keberhasilan cita-cita.


Keris Luk 5 melambangkan : dicintai oleh banyak orang.

Keris Luk 7 melambangkan kewibawaan.

Keris Luk 9 melambangkan kewibawaan, kharisme dan kepempiminan.

Keris Luk 11 melambangkan kemampuan untuk mencapai pangkat tinggi.

Keris Luk 13 melambangkan : kehidupan stabil dan tenang.

Dapur Keris

Dapur atau bentuk khusus keris ditunjukkan oleh kombinasi dari bagian-bagian keris dan luk
dari keris. Dapur-dapur keris diciptakan oleh raja-raja Jawa.

Di masa kuno, sudah ada 19 macam dapur keris seperti Sempana, Tilam Upih, Jalak
Dhindhing, Kebo Lajer dll, ciptaan para raja kuno dengan empu-empu terkenal, seperti :

Sri Maharaja Dewa Buddha dari Kerajaan Medhangkamulan di Gunung Gede, Jawa Barat
ditahun Saka 142. Empu Ramayadi.

Sang Raja Balya dari Kerajaan Medhangsiwanda, Madiun, Jawa Timur ditahun Saka 238.
Empu Sakadi.

Raja Berawa dari Kerajaan Medhangsiwanda, di sebelah utara Gunung Lawu, Grobogan,
Jawa Tengah. Empu Sukasadi.

Raja Buddhawana dari Kerajaan Medhangsiwanda di tahun Saka 216. Empu Bramakedhali.

Prabu Buddha Kresna dari Kerajaan Medhangkamulan di tahun Saka 246. Empu Saptagati.

Prabu Sri Kala dan Watugunung dari Kerajaan Purwocarito di tahun Saka 412. Empu
Sunggata dan Janggito.

Raja Basupati di Wiroto, Purwocarito di tahun Saka 422. Empu Dewayasa.

Raja Drestarata di Astinapura, Purwocarito, di tahun Saka 725. Empu Mayang.

Pada tahun Saka 748, terjadi perang Baratayuda versi Jawa. Perang hebat itu menghancurkan
segalanya termasuk musnahnya semua senjata keris dan tombak dll. Memakan waktu satu
abad untuk kerajaan-kerajaan baru memerintahkan para empu untuk membuat keris dengan
dapur yang sudah ada dan bahkan ditambah lahirnya dapur-dapur baru.

Raja Gendrayana dari Mamenang, Jawa Timur. Di tahun Saka 827 mencipta dapur Pandawa,
Karna Tinandhing dan Bima Kurda. Empu Yamadi.

Raja Citrasoma dari Pengging, Jawa tengah, di tahun Saka 941 mencipta dapur Rara Sadewa
dan Megantara. Empu Gandawisesa.
Raja Banjarsekar dari Pejajaran, Jawa Barat. Ditahun Saka 1186 mencipta dapur Parungsari,
Tilamsekar dan Tilamupih. Empu Andaya.

Raja Siyung Wanara dari Pejajaran, Jawa barat. Ditahun 1284 Saka mencipta dapur Jangkung
dan Pandawa Cinarita. Empu : Marcukandha, Macan dan Kuwung.

Raja Brawijaya V, ratu terakhir Kerajaan Majapahit, Jawa Timur. Ditahun Saka 1380
mencipta dapur Nagasasra, Sabukinten, Anoman dll. Empu Dhomas.

Dimasa Raja Shah Alam Akbar ( Raden Patah), ratu pertama Demak, Jawa Tengah, beberapa
wali dari Walisongo yaitu Sunan Bonang mencipta dapur Sengkelat. Empu Suro, ditahun
Saka 1429. Sunan Kalijaga mencipta dapur Kidangsoka dan Balebang. Empu Jakasuro.

Sejak saat itu, tidak ada dapur baru yang diciptakan. Para empu penerus hanya melanjutkan
pembuatan keris dengan dapur-dapur sebelumnya yang jumlah seluruhnya ada 120 dapur.
Setiap dapur mempunyai arti simbolis yang berbeda.

Dibawah ini beberapa dapur yang terkenal :

Sempana artinya mimpi, maksudnya terimalah pengetahuan atau ajaran itu secara bijak.

Tilam Upih adalah untuk mengingatkan : Sebaiknya anda memperlakukan orang lain seperti
anda memperlakukan istri anda, artinya dengan baik dan penuh perhatian. Demikian juga
perlakuan anda terhadap keris anda, seyogyanya seperti perlakuan kepada istri .

Karno Tinanding . Ini mengingatkan supaya setiap saat orang itu terus belajar untuk
menambah ilmu dan ketrampilannya. Didunia ini harus siap berlomba untuk menambah
kepandaian. Itulah makna kehidupan, tidak ada yang kalah.

Sabuk Inten adalah permata sangat indah. Untuk menjadi orang yang mulia dan dihormati,
anda harus punya budi pekerti luhur, tata krama dan tata susila.
Pandawa Cinarita supaya panca indera tenang dan terkendali baik, anda harus sabar,
menyukuri apa yang telah anda dapatkan selama ini.

Jangkung artinya tinggi semampai, maksudnya anda dilindungi dengan baik.

Para Empu Kondang zaman kuno

Pejajaran, Jawa Barat :

Empu Windusarpa; Empu Sanggabumi lalu pindah ke Sumatra dan menciptakan pedang
Minangkabau yang kuat dan bagus.

Empu Nimbok Sombro, wanita cantik, buah karyanya yang berupa keris juga indah dan
sangat dicari oleh para kolektor.

Majapahit, Jawa Timur :

Empu Supomadrangi, dikenal sebagai Empu Supo atau Empu Jakasuro 1. Raja Brawijaya
sangat menyenangi keris-keris buatannya. Oleh Raja, dia diberi pangkat tinggi dan gelar
kebangsawanan dengan nama Pangeran Sendhang Sedayu dan dikawinkan dengan adik raja,
selain itu diberi tanah perdikan Sedayu di Jawa Timur.

Empu Supo punya nama yang melegenda dalam bidang perkerisan, orang percaya bahwa dia
telah membuat keris dengan tangan telanjang diatas laut. Oleh karena itu dia dijuluki dengan
nama Empu Rambang, artinya orang yang bisa membuat keris diatas air.

Empu Supogati, saudara Empu Suro; Empu Jakasuro, anaknya; Empu Wangsa yang mukim
di Tembayat; Empu Gedhe yang tinggal di Banyumas, Jawa Tengah.

Semua empu yang bekerja untuk Majapahit disebut Empu Dhomas yang terdiri dari 800
empu dari seluruh penjuru tanah air.

Tuban, Jawa Timur :


Banyak empu Tuban yang adalah pindahan dari Pejajaran, diantaranya lima orang anak Empu
Kuwung, yaitu : Empu Rara Sembaga; Empu Bekeljati; Empu Suratman; Empu Paneti; Empu
Salaeta. Empu lokal yang terkenal adalah Joko Kajal.

Blambangan, Jawa Timur :

Empu Surowiseso; Empu Kalunglungan; Empu Mlayagati; Empu Cakrabirawa dll.

Madura :

Empu Keleng atau Empu Kasa, ketika di Pejajaran namanya Empu Wanabaya;

Empu Macan, putra dari Empu Pangeran Sedayu, cucunya Brawijaya.

Ketika mukim di Pajang namanya adalah Empu Umyang, lalu pindah ke Madiun dengan
nama Empu Tundhung Madiun; Empu Palu, anak Empu Kasa dan Empu Gedhe, anak Empu
Palu.

Demak, Jawa Tengah :

Empu Purwosari; Empu Purwotanu; Empu Subur; Empu Jakasupo II.

Pajang, Jawa Tengah :

Empu Cublak; Empu Umyang atau Empu Jakasupo II atau Empu Tundhung Madiun.
Sewaktu mukim di Mataram, dia ditunjuk untuk mengepalai 800 orang empu. Untuk
pengabdiannya, dia di-anugerahi kedudukan kebangsawanan dengan nama Pangeran
Sendhang.

Empu-empu yang lain : Empu Wanagati; Empu Surawangsa; Empu Jakaputut dan Empu
Pengasih.

Palembang :

Empu Supo Lembang, keturunan Empu Sedhah.

Mataram, Jogjakarta :

Semasa pemerintahan Sultan Agung, Kerajaan Mataram mempunyai 8oo empu dari seluruh
penjuru tanah air. Para empu tersebut diperintahkan untuk membuat senjata termasuk keris
dan tombak yang bagus dan kuat untuk dipergunakan para prajuritr menyerang benteng
Belanda VOC di Batavia, Jakarta.
Setiap 100 empu dipimpin seorang mantri. Nama ke-delapan mantri tersebut adalah : Empu
Tepas dari Semarang; Empu Mayi dari Karang; Empu Legi dari Majapahit; Empu Gedhe dari
Pajang; Empu Luwing dari Madura; Empu Guling; Empu Ancer dari Kalianjir dan Empu
Salaeta dari Tuban.

Pimpinan ke delapan mantri adalah Empu Ki Nom atau Pangeran Sendhang. Dia juga
disebut Empu Galeng karena dengan tangan kosong mampu membuat keris di-galengan
sawah.

Empu-empu Mataram yang lain adalah : Empu Lanang; Empu Suro; Empu Setratoya; Empu
Setrakiting; Empu Lujuguna; Empu Setranaya dll.

Kartosuro, Jawa Tengah :

Empu Setranaya III; Empu Sendhangwarih; Empu Taruwangsa;Empu Japan; Empu Braja;
Empu Sendhag Koripan dll.

Surakarta, Jawa Tengah :

Empu Brajaguna II; Empu Brajaguna III; Empu Singawijaya. Semasa Raja Paku Buwono X,
empunya antara lain: Empu Japan dan Empu Jayasukadgo.

Jogjakarta :

Di Jogja ada banyak empu yang tinggal dibeberapa wilayah Jogja seperti di Kajar, Bener,
Imogiri, Ngentha-Entha. Semasa pemerintahan Raja Hamengku Buwono V, salah satu
empunya adalah Wangsawijaya yang mendapat pangkat tinggi dengan nama Tumenggung
Jayanegara.

Kepala Empu ( Jejeneng dalam bahasa dan istilah Jawa) dimasa Hamengku Buwono V
adalah Tumenggung Riyokusumo.

Empu Supowinangun adalah empu semasa Raja Hamengku Buwono VIII yang banyak
membuat keris untuk Patih Danurejo VII. Empu lainnya adalah : Empu Lurah Prawiradahana;
Empu Bekel Tarunadahana; Empu Jayangpenglaras.

Kepala empu/ Jejeneng empu disaat Hamengku Buwono VIII adalah Empu Wedono
Prawirodipuro.

Pakualaman, Jogjakarta :

Empu Ngabehi Kartocurigo 1; Empu Karyocurigo II; Empu Ngabehi Karyodikromo; Empu
Mas Saptotaruno dan Empu Joyokaryo.
Tangguh

Tangguh keris adalah perkiraan waktu pembuatan sebuah keris. Ini biasanya diamati dari
bentuk keris, pamornya, material yang dipakai. Nama-nama tangguh dihubungkan dengan
nama-nama kerajaan kuno seperti :

Tangguh Kahuripan, Jawa Timur dari abad XI.

Tangguh Singasari, Jawa Timur dari abad XII.

Tangguh Pejajaran, Jawa Barat dari abad XIII.

Tangguh Majapahit, jawa Timur dari abad XIV.

Tangguh Blambangan, Jawa Timur dari abad XIV.

Tangguh Sedayu, Jawa Timur, dari abad XIV.

Tangguh Tuban, Jawa Timur, dari abad XIV.

Tangguh Madura, jawa Timur, dari abad XIV.

Tangguh Demak, Jawa Tengah, dari abad XV.

Tangguh Pajang, Jawa Tengah, dari abad XVI.

Tangguh Mataram, Jogjakarta, semasa Panembahan Senopati dan Sultan Agung, dari abad
XVI dan XVII.

Tangguh Kartosuro, Mataram, Jawa Tengah, sejak Raja Amangkurat II dari 1680 – 1743.

Tangguh Surakarta, Jawa Tengah, sejak masa Sunan Paku Buwono II, tahun 1743.

Tangguh Jogjakarta, sejak Sultan Hamengku Buwono 1, tahun 1755.

Pamor

Untuk pencinta keris, pamor yang ada dibilah keris adalah bunga dari keris bahkan jiwa dari
keris tersebut. Pamor membuat keris bercahaya lebih menarik dan bernilai lebih. Pamor
muncul sebagai akibat penempaan canggih dari besi dengan nikel atau batu meteor, ini
bukannya ukiran.

Para empu keris mewarisi seni canggih penempaan keris dari para empu sepuh zaman kuno,
sejak sekian ratus tahun yang lalu. Dipakai juga batu meteor untuk mempercantik pamor.

Ada beberapa jenis pamor. Bila anda berminat untuk mulai memiliki keris, berhati-hatilah.
Pilihlah keris dengan pamor yang membuat hidup anda nyaman, hindari untuk mengkoleksi
keris dengan pamor yang jelek perlambangnya.
Beberapa Pamor Favorit :

Pamor Kulbuntet . Pamor ini dimaksudkan untuk melindungi pemilik keris dari segala
macam serangan, supaya selamat.

Pamor Batulapak. Member keselamatan dan keberuntungan. Pemilik disenangi banyak


orang.

Pamor Udan Mas. Pembawa rejeki dan kekayaan.

Pamor Kancingkulino. Menyebabkan pemiliknya bisa mencapai pangkat tinggi dan


keberuntungan.

Pamor Purnamandadari. Pembawa kemakmuran dan pikiran jernih. Ini cocok untuk
executive, diplomat dll.

Pamor Satriyo Pinayungan. Pemilik kuat memangku jabatan tinggi, makmur dan disenangi
banyak orang.

Pamor Bawaretno atau Pamor Alif untuk menjadi pemimpin yang cakap, mrantasi gawe (
mampu menyelesaikan semua persoalan dan berhasil dalam bekerja) dan ber martabat.
Pamor Pancuran Mas, supaya terus dapat rejeki.

Pamor Tunggak Semi. Pemilik dan keturunannya hidup makmur.

Pamor Likas. Simbul kemakmuran untuk pedagang, petani, peternak. Selalu selamat dan
punya banyak teman.

Pamor Ngurutan untuk menolak serangan halus jahat, racun, dan semua kekuatan hitam.
Pemilik selamat, punya pekerjaan dan posisi bagus.

Pamor Dewangkoro. Ini cocok untuk prajurit, melindungi dari tembakan peluru, senjata
tajam dan musuh jahat.

Pamor Mustar. Melindungi dari segala macam serangan, melindungi rumah dari kebakaran,
untuk mendinginkan orang yang sedang marah.

Pamor Rotomo. Membantu menemukan kembali barang hilang. Bagus untuk pencari ikan,
hasil tangkapannya banyak; petani akan panen buah banyak.

Pamor Jeng Isi Donya. Ini melambangkan kekayaan dan kemampuan mengelola. Pedagang
akan banyak untung dan disenangi orang banyak.

Pamor Lintang Kemukus. Bagus untuk kelancaran komunikasi, hubungan. Akan dengan
cepat menerima berita, mengetahui sesuatu secara otomatis, juga dalam bidang spiritual.

Pamor yang sebaiknya dihindari :


Ada beberapa pamor keris, menurut pengalaman mempunyai pengaruh yang kurang baik bagi
pemilik keris, antara lain :
Pamor Manerakung. Ini pamor jelek, pemilik bisa cilaka.

Pamor Buto Ijo. Jelek, senjata makan tuan, bikin pemilik susah.

Pamor Lulut. Bikin pemiliknya sakit-sakitan.


Pamor lain yang tidak baik diantaranya : Gedah, Pasiyungan, Sengkolo, Ngangsar, Buntel
Mayit, Kudhung Mayit, Nerjang Landep, Pegat Waja, Pedhot, Belah Pucuk dll.

Tata cara mengenakan keris

Keris adalah pelengkap busana pria tradisional pada masa kini dan dipakainya disebelah
belakang pinggang. Oleh karena itu, dalam bahasa Jawa juga disebut “wangkingan” artinya
tempatnya dibelakang. Tentu saja cara memakainya yang pantas.

Keris dalam bahasa halus/kromo inggil disebut “ Dhuwung” artinya lumayan.

Keris juga diartikan sebagai rahasia yang harus disimpan.Sebagai orang dewasa, orang tua (
tua sikap dan jalan pikirnya, bukan hanya tua umurnya), manusia seharusnya mengerti
rahasia kehidupan dengan jalan belajar ilmu sejati atau kebatinan. Ada pepatah Jawa :
“Curigo manjing warongko” artinya : Bersatunya keris dengan warongko/ sarungnya.

Dari sudut pandang spiritual/kebatinan, itu berarti : Manunggalnya Sang Pencipta dan
ciptaannya, Manunggaling Kawulo Gusti dalam bahasa Jawa. Dalam bahasa sehari-hari
bilah keris harus berada didalam warongko.

Harga sebuah keris

Setelah kita mengetahui betapa sulitnya membuat sebuah keris klasik ciptaan seorang Empu,
kita mengerti kenapa harganya relatif tidak murah. Itu semua disesuaikan dengan
pengalaman, penghargaan dari laku tirakatnya dan harga-harga material dan beaya
operasional yang dikeluarkan selama 40 hari hanya untuk membuat sebuah keris klasik yang
bermutu. Pada saat ini harga sebuah keris klasik ciptaan Empu berkisar antara Rp.10 juta
sampai dengan Rp.50 juta, tergantung dari kualitasnya.

Harganya akan jauh lebih mahal kalau bilah keris dilapis dan dipercantik dengan lapisan
emas. Terkadang sampai 100 gram emas dipakai.

Ongkos untuk mempercantik penampilan keris juga mahal. Harganya akan lebih mahal lagi
kalau warongko/sarung keris juga dari materi yang mahal.

Itulah harga untuk sebuah karya klasik seorang Empu Keris masa kini.

Pada masa kini, hanya ada beberapa empu keris tradisional Seorang empu tradisional, dia
hanya mampu membuat 6 atau 7 keris per tahun. Biasanya, mereka itu sudah fully booked.
Sehingga bila anda ingin memesan membuat keris kepada empu, harus bersabar menunggu
antrian sampai satu atau dua tahun.

Karena permintaan pasar yang cukup tinggi untuk keris, ada sejumlah pembuat keris ( yang
tidak masuk kategori Empu), mereka mampu menempa lebih cepat.

Diperlukan kira-kira satu minggu untuk memproduksi sebuah keris. Dibeberapa tempat di
Jawa, ada tempat-tempat penempaan dan pembuatan keris dengan produksi masal. Keris-
keris itu memenuhi pasar. Kerisnya tidak jelek, sedang kualitasnya. Secara popular, keris
semacam ini disebut “keris untuk souvenir”. Dan harganya tentu saja jauh lebih murah dari
bikinan Empu.

Empu Keris masa kini

Diantara empu keris masa kini, yang kondang adalah Empu Sungkowo Harumbrojo, putra
dari almarhum Empu Djeno Harumbrojo dari desa Gatak, Moyudan, Sleman,
Jogjakarta.Klasnya sebagai empu keris didapat dari pengalaman berkarya mengikuti
ayahandanya selama lebih dari 30 tahun. Empu Sungkowo masih tetap melestarikan cara
tradisional dalam membuat keris, lengkap dengan sesaji dan laku tirakat.

Empu Harumbrojo adalah masih keturunandari Empu Supodriyo dari kerajaan Majapahit
abad XIV. Keris bikinan Harumbrojo sangatlah dicari oleh para penggemar dan kolektor
keris dari Indonesia dan juga dari mancanegara seperti dari negeri –negeri Asia, Perancis,
Belanda dan Eropah lainnya ,juga dari Amerika Serikat

Pembuat keris yang lain dengan pengalaman lebih dari 25 tahun adalah Djiwo Dihardjo dari
desa Banyusumurup, Imogiri, Jogjakarta. Daftar pelanggannya tidak saja pelanggan lokal,
tetapi juga para pembesar dalam dan luar negeri.

Empu Karyadiwangsa dari Kajar, Gunung Kidul, Jogja juga termasuk empu tradisional
menurut pengamatan Bapak Lumintu, seorang pengamat keris senior dari Jogjakarta.
Untuk diketahui dalam penempaan keris tradisional dengan tata cara kuno, dipercaya bahwa
: kepandaian, kerja keras dan material yang baik, akan tidak bisa dipakai menghasilkan keris
yang bagus ,kalau tidak didahului dengan tirakat seperti puasa, meditasi dan doa khusuk
kepada Tuhan.

Saat ini, ada banyak penempa keris dan tombak di Solo, Jogja, Surabaya, Tulungagung,
Taman Mini Jakarta, Madura, Brunai dll. Mereka adalah pembuat keris, tetapi tidak bisa
disebut Empu kalau dalam pembuatannya tidak dibarengi dengan tata cara tradisional seperti
sesaji dan laku tirakat.

Pembuat keris dari Surakarta antara lain : KRT. Supowijoyo ( Suparman) dari Kadipiro,
H.Fauzan dari Purwosari, Kelompok STSI Kenthingan dari Jebres, Suyanto dari Bibis Kulon
dan Harjosuwarno yang berkarya ditempat pembuatan keris di Surolayan milik Go Tik
Swan/ KRT. Harjonegoro di Kratonan.

Bangsa Indonesia bangga bahwa karya pinisepuhnya yang berupa Keris telah diakui oleh
UNESCO pada tahun 2005 sebagai Warisan Budaya Indonesia.
Bersambung.

Jagadkejawen,
Suryo S.Negoro
JagadKejawen mengucapkan terimakasih kepada Bapak Lumintu, pengamat keris senior dari
Jogjakarta sebagai sumber gambar pamor di artikel ini,

Mengunjungi Sang Pembuat Keris


REP | 09 July 2010 | 09:23 Dibaca: 2005 Komentar: 57 13

Panggil saja dia Ki atau Empu. Nama lengkapnya Ki Empu Sungkowo Harumbrojo, keturunan ke-17
Empu Supodriyo dari Kerajaan Majapahit abad XIV. Beliau bukan pande besi biasa, tapi menyandang
gelar Empu. Ini bukan gelar yang diturunkan dari ayahandanya, melainkan gelar yang dia peroleh
dengan susah payah dari pengalaman berkarya sebagai empu keris selama mengikuti ayahnya, Empu
Djeno Harumbrodjo, sejak 30 tahun silam. Sebagai satu-satunya empu yang ada di Jogja, beliau
masih tetap memegang teguh memegang tradisi. Membuat keris lengkap dengan sesaji dan laku
tirakat.

Beruntung saya bisa menemuinya di suatu pagi menjelang siang, di sebuah besalen* yang terletak di
samping rumahnya di bilangan barat Jogja. Kala itu beliau tengah menempa batangan besi panas di
atas sebuah paron*, dibantu seorang panjak*. Baru saja saya melongokkan kepala ke pintu besalen
saya disambut dengan percikan bunga api yang mengenai pergelangan tangan kiri saya. Panas dan
pedih, serta menimbulkan bekas.

Sash' pic

Besalen yang tak seberapa luas itu penuh dengan supit, ploncon, ganden, mimbal, kikir, dan
berbagai peralatan yang saya tidak tahu namanya. Sebuah prapen* berukuran sedang terletak di
tengah-tengah dengan ububan* dan kowen* di kanan kirinya. Arang kayu jati menumpuk di pinggir
prapen. Blower kecil ada di ujung wirungan. “Supaya panjak tidak tertalu capek mompa ububan. Jadi
sering pake blower. Tapi sebenarnya lebih baik pake ububan, soalnya besar kecilnya api di prapen
jadi bisa diatur,” terang Empu Sungkowo saat saya menanyakan fungsi dan keberadaan ‘benda
modern’ berupa blower di sela-sela peralatan yang serba tradisional.
Sash' pic

Dengan sabar beliau menjelaskan kepada saya tentang bagaimana proses pembuatan sebuah keris.
Dimulai dari pemilihan besi yang baik, menentukan pamor (nikel atau meteor), pembakaran dan
penempaan (yang diulang-ulang), hingga akhirnya memasuki proses pembuatan luk (lekukan yang
ada di keris), pengikiran, penyepuhan, pembuatan sajen, hingga akhirnya jadilah sebuah keris
dengan nilai seni dan harga yang tinggi.

Ini adalah kali pertamanya saya melihat proses pembuatan keris atau seni tampa pamor. Sekaligus
juga kali pertama saya memegang keris sungguhan secara langsung (selama ini yang saya tahu
hanyalah keris yang biasa dijadikan hiasan pengantin pria). Saya takjub melihatnya. Saya baru saja
tahu bahwa motif atau pamor yang ada di dalam keris merupakan hasil kreasi dan keahlian Empu.
Selama ini saya tidak pernah menyadari bentuk dan motif keris yang serumit itu.

Secara singkat Empu Harumbrojo menjelaskan kepada saya tentang berbagai macam jenis pamor.
Dari sekian banyak yang beliau sebutkan hanya beberapa yang saya ingat, misalnya pamor
beraswutah dan kulitsemangka yang biasa dipakai para petani. Ada juga pamor udanriris, tritik,
tunggak, ronsirih, hingga pamor rekan. Menurut Empu Harumbrojo, semakin sulit pamor yang
diminta oleh si pemesan, harga yang dipatok untuk sebuah keris juga semakin tinggi.
Sash' pic

Untuk membuat sebilah keris, biasanya Empu Harumbrojo menghabiskan waktu 40 hari. Di hari-hari
tertentu yang merupakan hari pantangan, beliau selalu libur tidak bekerja. Menurut kepercayaanya,
jika beliau tetap nekad bekerja pada hari-hari tersebut biasanya sesuatu yang buruk pasti terjadi.
Namun Jika memang terpaksa harus bekerja, dia akan memulai kerjanya di atas jam 4 sore. Selain 5
hari yang menjadi pantangan (Selasa Pahing, Rabu Wage, Kamis Pahing, Kamis Wage, dan Kamis
Legi), dalam 40 hari pembuatan keris beliau akan berpuasa pada hari kamis wage, jumat kliwon, dan
sabtu legi.

Berbagai macam orang telah datang kepadanya untuk memesan keris. Mulai dari orang biasa hingga
petinggi negeri. Rata-rata dari pemesan meminta keris yang bisa membawa kewibawaan dan rejeki.
Pelanggan beliau tak hanya dari dalam negeri saja. Pemesanan keris dari Belanda, Prancis, Polandia,
Slovekia, Singapura, dan negara-negara lain juga cukup banyak. Bahkan, Tentara Amerika juga sudah
beberapa kali melakukan studi banding ke Baselannya guna mengetahui seluk beluk pembuatan
keris.

Setelah puas bertanya ini itu tentang seluk-beluk pembuatan keris, saya pun pamit pulang. Di jalan,
saya sempat iseng bertanya rekan saya yang kebetulan seorang pria. “Menurut falsafah Jawa, untuk
disebut sebagai priyayi, pria dewasa, atau ksatria yang paripurna adalah memiliki 5 hal dalam
hidupnya, yaitu wanita, turangga (Kuda atau tunggangan), kukila (burung atau peliharaan), wisma
(rumah), dan curiga (keris atau senjata). La kamu kan belum punya curiga. Kenapa tadi tidak
sekalian pesen di rumah Empu?”

catatan:

Besalen: Studio tempat membuat keris II paron: alas untuk menempa batangan besi panas II panjak:
asisten pembantu Empu II prapen: perapian II ububan: Sejenis pompa. Terdiri atas dua tabung kayu
yang bentuknya persis dengan pompa-pompa yang kita kenal di bengkel-bengkel. Sekarang alat ini
diganti menggunakan blower II kowen: tempat air untuk mendinginkan alat-alat

Anda mungkin juga menyukai