E-ISSN: 2808-6724
ijoms.internationaljournallabs.com
mobility. However, the fact that the Cikarang - Kampung Bandan KRL
route is always busy indicates that KRL is still a solution for Bekasi -
Jakarta transportation problem, that many people choose. This research is
intended to find out what factors influence the choice of KRL mode and
what factors have the most influence on the choice of that mode. The
method used is stated preference, by collecting primary data in using
questionnaires from respondents who commute using Cikarang –
Kampung Bandan Line. Data processing and analysis was carried out with
the help of SPSS software version 16.0. The results of data processing and
analysis show that the factors that influence the choice of KRL mode are
cost-effectiveness and safety as well as convenience. congestion and ease
of access factors are the most influential factors afterward, and the
effectiveness of travel time is the last order factor out of a total of 5 factors
in the most influential hypothesis. With the result that 71% of respondents
chose KRL over motorbikes, it was concluded that KRL as a rail-based
mode is a solution to the Jakarta - Bekasi transportation problem.
1. Pendahuluan
Mobilitas perkotaan ditandai dengan kemacetan lalu lintas, polusi, pemborosan waktu, kebisingan,
dan banyak inefisiensi dalam hal kapasitas dan konsumsi ruang pada skala yang diperlukan untuk
memungkinkan ekonomi perkotaan modern untuk berfungsi secara produktif (Ceder, 2021). Waktu
dihabiskan secara tidak produktif di jalan, yang mengarah ke biaya operasional lebih tinggi, biaya
pemeliharaan jalan lebih tinggi dan juga kelelahan pengemudi/penumpang (Farda & Lubis, 2018). DKI
Jakarta merupakan salah satu dari kota-kota di dunia di mana tanda-tanda tersebut dapat dijumpai. Kota
Jakarta dianggap sebagai salah satu kota paling padat di dunia (Jakarta Traffic: TomTom Traffic Index,
2022). Pentingnya transportasi sebagai salah satu kebutuhan utama setiap masyarakat modern tidak bisa
dianggap remeh (Deka & Carnegie, 2021). Penyebabnya tak lain karena perekonomian masyarakat berpusat
di DKI Jakarta sebagai Ibukota. Tidak hanya masyarakat di Ibukota saja, namun masyarakat sekitar Ibukota
pun memenuhi kebutuhan pokok mereka dengan melakukan aktivitas transportasi dari dan ke Ibukota setiap
harinya. Adanya kebutuhan transportasi tersebut membuat masyarakat terdorong untuk memilih moda yang
mereka gunakan.
Mangga Dua adalah sebuah kawasan perbelanjaan yang terletak di Jakarta Pusat, yang berbatasan
langsung dengan Ancol, Jakarta Utara. Kawasan ini dibatasi oleh Jalan Gunung Sahari di sisi timur dan Jalan
Gajah Mada di sisi barat. Di dalam kawasan ini ada jalan besar lain yatu Jalan Pangeran Jayakarta dan Jalan
Mangga Dua Raya. Kawasan ini adalah salah satu dari 12 titik pariwisata pantai yang ditetapkan oleh
Pemerintah DKI Jakarta guna menarik datangnya wisatawan mancanegara. Dengan banyaknya pusat
perbelanjaan yang berlokasi di Mangga Dua, Mangga Dua merupakan salah satu kawasan perbelanjaan
terbesar di Asia Tenggara. Ramainya bangunan komersial di Mangga Dua mempengaruhi tingginya aktivitas
transportasi masyarakat dari berbagai wilayah di Jabodetabek yang menuju pusat-pusat perbelanjaan, ruko,
dan perkantoran. Akses menuju Kawasan ini telah didukung oleh banyak moda transportasi publik yang
dapat dipilih, termasuk Kereta Rel Listrik atau disingkat KRL.
Bekasi merupakan salah satu kawasan pendukung transportasi dan aglomerasi perkotaan di
Jabodetabek. Kota ini mengalami pertumbuhan yang pesat, khususnya di daerah Cikarang. Transportasi di
wilayah Cikarang masih banyak bergantung pada infrastruktur jalan terutama jalan tol (Rahman, et al.,
2020). Melihat kondisi jalan menuju Jakarta yang selalu ramai, moda berbasis rel menjadi solusi paling
efisien. Banyak masyarakat wilayah Kota dan Kabupaten Bekasi menggunakan KRL untuk beraktivitas
setiap harinya ke berbagai daerah cangkupan rute KRL, termasuk daerah Mangga Dua. Masyarakat yang
berdomisili di wilayah Bekasi yang beraktivitas di wilayah Mangga Dua dapat memilih rute Cikarang –
Kampung Bandan. Menimbang jarak yang terlampau ±40 km dengan rute melewati beberapa jalan dengan
tingkat kepadatan arus yang tinggi, dan menimbang faktor-faktor lain seperti biaya perjalanan, keamanan,
dan kenyamanan, masyarakat tersebut terdorong untuk memilih moda transportasi KRL.
Walaupun begitu, tingginya penggunaan kendaraan pribadi (mobil dan motor) yang melakukan
aktivitas pergerakan dari Kota Bekasi menuju DKI Jakarta masih menjadi masalah transportasi yang terjadi
pada rute Bekasi – Jakarta (Hasiholan, Hariyani, & Ari, 2020). Hal ini mengindikasikan bahwa
kecenderungan masyarakat unuk memilih kendaraan pribadi sebagai moda untuk mobilisasi ke daerah
Jakarta sehari-hari masih tinggi. Pada tahun 2019 KRL merupakan jenis angkutan umum yang paling banyak
mendapat sentimen negatif jika dibandingkan jenis angkutan umum lainnya (Rachman, Nooraeni, &
Yuliana, 2021). Namun, fakta bahwa KRL rute Cikarang – Kampung Bandan masih selalu ramai oleh
penumpang mengindikasikan bahwa KRL sebagai moda berbasis rel masih merupakan solusi bagi
transportasi rute Bekasi – Jakarta yang banyak dipilih masyarakat. Adanya penelitian ini dimaksudkan untuk
mencari tahu faktor apa saja yang membuat masyarakat memilih moda transportasi KRL dibanding moda
transportasi lainnya, dan faktor apa yang paling dominan di antara faktor-faktor tersebut, dalam lingkup yang
lebih spesifik yaitu masyarakat yang berdomisili di wilayah Kota & Kabupaten Bekasi dan sekitarnya dan
beraktivitas sehari-hari di Mangga Dua yang memilih KRL rute Cikarang – Kampung Bandan (Cikarang
Line), dibandingkan dengan masyarakat yang berdomisili di wilayah Kota & Kabupaten Bekasi dan
sekitarnya dan beraktivitas sehari-hari di Mangga Dua yang memilih mengendarai sepeda motor.
2. Studi Literatur
Transportasi adalah alat yang digunakan untuk mengangkut manusia, hewan dan barang ke tempat
tujuan. Atau pengertian lain dari transportasi adalah memindahkan manusia, hewan atau barang dari tempat
asalnya ke tempat tujuan dengan menggunakan alat yang dapat dipindahkan oleh makhluk hidup atau mesin
(Yani & Amiruddin, 2021). Transportasi sangat penting untuk kegiatan ekonomi dan kehidupan sehari-hari
penduduk, karena memfasilitasi pergerakan barang dan orang, sehingga meningkatkan perekonomian
(Hensher, 2019). Transportasi bersifat umum atau publik dipercaya sebagai moda yang efisien karena dapat
mengangkut banyak penumpang sekaligus. Perkembangan transportasi publik sudah berkembang sejak
ratusan tahun yang lalu (Fowler, 2019). Teknologi dalam transportasi publik telah berkembang mulai dari
transportasi bertenaga manusia, hewan, mesin berbahan bakar minyak, hingga kini mesin bertenaga listrik.
Transportasi publik dapat dianggap sebagai cara bepergian yang berkelanjutan dan sering digalakkan oleh
pemerintah lokal (De Vos, Waygood, & Letarte, 2020).
Transportasi publik merupakan faktor kunci untuk fungsi sistem perkotaan (Pamuła & Pamuła,
2020). Perkembangan dan peningkatan transportasi publik berdampak positif bagi perekonomian kota dan
negara (Alkharabsheh, Moslem, Oubahman, & Duleba, 2021). Perkotaan merupakan tempat meningkatnya
konsentrasi global yang berpotensi langsung kepada meningkatnya jumlah moda transportasi darat.
Mengingat risiko tersebut, penting untuk menerapkan dan mengembangkan elektromobilitas dalam
transportasi publik di perkotaan (Pietrzak & Pietrzak, 2021). Mobilitas yang tinggi membuat jalan di
perkotaan ramai oleh pengendara dan seringkali terjadi antrian kendaraan yang panjang. Semakin banyak
masyarakat yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, maka jalan akan semakin padat oleh
pengendara. Karena itu, transportasi publik di perkotaan umumnya lebih maju dalam sisi teknologi, lebih
banyak armadanya, lebih bermacam-macam jenisnya, dan lebih terintegrasi rutenya ketimbang di daerah
non-perkotaan. Hal ini dimaksudkan agar pelaku perjalanan di perkotaan lebih tertarik untuk memilih
menggunakan transportasi publik daripada kendaraan pribadi.
Pada dasarnya pelaku perjalanan dalam memilih moda dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu: 1)
Kelompok Captive, yaitu rakyat miskin, penyandang disabilitas, dan golongan lain yang hanya
mengandalkan layanan angkutan umum. 2) Kelompok Choice, merupakan pelaku perjalanan yang memiliki
akses kendaraan pribadi dan dapat memilih moda untuk melakukan mobilitasnya (Guerra, 2022). Kelompok
choice dapat menilai layanan transportasi secara berbeda dari kelompok captive (Fang, Xue, Cao, & Sun,
2021). Penilaian dari kelompok captive digunakan dalam analisis pemilihan moda. Ritme kehidupan
perkotaan yang cepat menyebabkan masyarakat perkotaan sangat menghargai waktu, uang, dan kenyamanan.
Dalam penggunaan moda transportasi umum, baik itu bus, kereta, atau taksi, pelaku perjalanan tidak terlalu
tertarik dengan rutenya. (Ceder, 2021). Masyarakat Ibukota akan cenderung memilih moda yang dapat
memberikan efisiensi terhadap waktu & biaya, dengan kenyamanan pelayanan yang baik.
Kereta Rel Listrik atau disingkat KRL, merupakan kereta api yang bergerak dengan sistem
penggerak motor listrik. Di Indonesia, kereta api listrik banyak terdapat di wilayah Jabodetabek, dan sekitar
bandara sebagai kereta komuter bandara (Rifai & Fajriliani, Analysis of Passenger Satisfaction Level of
Service And Facilities of Electric Rail Train (KRL) Commuter Line Route Bekasi-Manggarai, 2020). KRL
adalah moda transportasi yang umum digunakan masyakarat Ibukota dan sekitarnya. KRL yang beroperasi di
bawah bendera PT. Kereta Commuter Indonesia (KCI) merupakan jenis transportasi yang besar, cepat,
murah dan efisien karena bisa mengangkut banyak penumpang dan memiliki jalur tersendiri sehingga tidak
terpengaruh kepadatan lalu lintas di jalan raya. KCI memulai modernisasi transportasi Commuter Line pada
tahun 2011 dengan menyederhanakan jalur eksisting menjadi lima jalan utama, meniadakan jalur KA
komuter ekspres, menerapkan gerbong perempuan, dan mengubah nama KRL ekonomi-AC menjadi
Commuter Line. Proyek akan dilanjutkan dengan renovasi, penataan ulang serta sterilisasi sarana dan
prasarana, termasuk kereta api dan stasiun kereta api, yang akan dilakukan oleh PT. KAI (Persero) bersama
Pemerintah. (Puri, Marzuqi, Chairuddin, & Sidjabat, 2020). Upaya tersebut dilakukan demi meningkatkan
pelayanan KRL agar dapat menunjang kebutuhan mobilitas masyarakat Jabodetabek sehari-harinya.
Stated preference adalah metode survei yang mengukur preferensi orang untuk alternatif
berdasarkan pengambilan keputusan dalam situasi-situasi pilihan hipotetis (Aizaki, Nakatani, & Sato, 2014).
Metode Stated Preference pertama kali digunakan untuk penelitian transportasi oleh Davidson, J.D. pada
tahun 1973 (Hartini, Audina, Saptadi, & Pasha, 2022). Dalam prinsip transportasi, Stated Preference
digunakan sebagai sarana pendekatan dalam pengendalian sistem transportasi yang dibuat dengan membuat
hipotesis situasi perjalanan, yang mengacu pada pendekatan dengan menggunakan pendapat responden
dalam menghadapi berbagai alternatif pilihan (Indriastuti, Purwanto, & Basuki, 2019). Pengertian lain
menyebutkan bahwa teknik stated preference adalah teknik kuesioner dengan membuat alternatif situasi
perjalanan hipotetik yang merupakan kombinasi dari perubahan atribut layanan dari dua moda, kemudian
diuji pada responden dengan menyebarkan kuesioner untuk mengetahui respon penumpang terhadap situasi
perjalanan eksperimental (Rifai, Putra, Isradi, Mufhidin, & Prasetijo, 2022). Metode stated preference
dipilih karena dinilai sebagai metode yang paling cocok untuk penelitian analisis pemilihan moda.
Survei sebagai instrumen dalam penelitian dengan metode stated preference perlu diuji validitas dan
reliabilitasnya. Validitas mengacu pada kelayakan tes sebagai ukuran penilaian (JIN & QI, 2018). Dalam
konteks ini, survei terhadap responden sebagai istrumen pengujian diuji kelayakannya sebagai ukuran
penilaian untuk pemilihan moda KRL dan sepeda motor bagi masyarakat Kota dan Kabupaten Bekasi yang
beraktivitas di Kawasan Mangga Dua sehingga survei dapat dinyatakan valid. Selain valid, instrument uji
dalam penelitian juga harus reliabel sehingga perlu dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas adalah pengujian
ketelitian, ketelitian atau ketelitian yang ditujukkan oleh instrumen ukur. Uji reliabilitas dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana suatu instrumen ukur dapat diandalkan dan konsisten jika pengukuran dilakukan
dua kali atau lebih pada populasi yang sama dengan alat ukur yang sama. (Rifai & Fajriliani, Analysis of
Passenger Satisfaction Level of Service And Facilities of Electric Rail Train (KRL) Commuter Line Route
Bekasi-Manggarai, 2020).
3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode stated preference digunakan untuk mengetahui faktor yang membuat
masyarakat Kota & Kabupaten Bekasi memilih moda KRL, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
mengenai pendapat responden terhadap variabel kemudahan, biaya, waktu, hambatan, keamanan dan
kenyamanan moda kepada responden. Pengumpulan data primer berupa data survei dilakukan menggunakan
kuesioner yang disebar dengan memanfaatkan media google form. Pengumpulan data dari responden
dilaksanakan pada Bulan November sampai dengan Desember 2022. Kuesioner online disebarkan melalui
media sosial agar sampai kepada responden yang ditargetkan. Dalam penelitian ini, responden yang
ditargetkan yaitu masyarakat usia produktif atau angkatan kerja (usia 15 tahun ke atas) yang berdomisili di
Kota atau Kabupaten Bekasi, dan beraktivitas sehari-hari di Kawasan Mangga Dua. Dengan menggunakan
rumus Isaac dan Michael dengan persentase kesalahan 10%, dari total penduduk Angkatan kerja Kota dan
Kabupaten Bekasi yang berjumlah 3.497.829 penduduk, didapat jumlah responden yang diperlukan adalah N
= 99,997, dibulatkan menjadi 100 responden acak. Data dari responden-responden tersebut diuji validitas dan
reliabilitasnya agar dapat diakui keabsahannya.
Responden dimintai pendapat tentang kemudahan, biaya, waktu, hambatan, keamanan dan
kenyamanan moda yang mereka gunakan sehari-hari dengan memilih 1 (satu) dari 3 (tiga) opsi jawaban yang
disajikan, di mana opsi-opsi jawaban tersebut merupakan skala sikap yang memiliki skor 1 – 3. Seluruh
jawaban responden untuk tiap butir pertanyaan diuji korelasinya menggunakan Rumus Korelasi Pearson.
Setelah uji validitas, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Chronbach metode Alpha. Uji
validitas dan reliabilitas dilakukan menggunakan bantuan program pengolahan data SPSS versi 16.0. Setelah
teruji bahwa survei tersebut valid dan reliabel, hasil survei responden dianalisis dan dilihat hubungan antara
pemilihan moda transportasi umum (Y) dengan kemudahan (X1), biaya (X2), waktu tempuh (X3),
hambatan (X4), dan keamanan dan kenyamanan (X5).
Penelitian dimulai dengan melakukan studi pendahuluan tentang dasar-dasar penelitian analisis
pemilihan moda. Dilanjutkan dengan penentuan lokasi studi dan pengumpulan data yang diperlukan, dalam
penelitian ini data primer berupa hasil survei karakteristik responden dan pemilihan moda, dan data sekunder
berupa peta lokasi, jumlah penduduk, dan bacaan-bacaan yang mendukung data primer lainnya. Setelah
terkumpul, data dicek apakah sudah memenuhi kebutuhan atau belum; jika belum maka pengumpulan data
dilakukan Kembali, jika sudah maka lanjut ke proses selanjutnya. Proses selanjutnya yaitu pengolahan data
primer, yaitu hasil survei yang didapat dari responden dengan bantuan software SPSS, analisis data, dan
pengambilan kesimpulan dan saran. Proses penelitian ini disajikan dalam bagan alir Figure 1.
Mulai
Studi Pendahuluan
Pengumpulan Data
Tidak
Cek Kebutuhan
Data
Ya
Selesai
Sumber: Penulis
Transjakarta, 2022). Selain TransJakarta, transportasi publik yang melintasi Jalan Mangga Dua Raya adalah
mikrolet rute M53 (Pulogadung – Kota), M39 (Pasar Senen – Kota), dan bajaj.
Selain moda-moda tersebut, KRL juga melintasi wilayah Mangga Dua, dengan stasiun Kampung
Bandan dan stasiun Jayakarta sebagai stasiun akses terdekat. Kota dan Kabupaten Bekasi, sebagai salah satu
Kawasan penyokong ekonomi Ibukota merupakan salah satu wilayah cangkupan rute KRL yang banyak
menyumbang tenaga produktif di Jakarta. Banyak masyarakat wilayah Kota dan Kabupaten Bekasi
menggunakan KRL untuk beraktivitas setiap harinya ke berbagai daerah cangkupan rute KRL, termasuk
daerah Mangga Dua. Mereka dapat memilih rute Cikarang – kampung Bandan (Cikarang Line) untuk
perjalanan pulang dan pergi sehari-hari. Lokasi studi ditunjukkan pada Figure 2.
Pada penelitian ini, uji realibilitas dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0.
Suatu instrumen penelitian dinyatakan reliabel apabila nilai Alpha Cronbach > 0,6. Hasil pengolahan data
responden dengan SPSS disajikan pada Table 2. Hasil pengolahan data 100 responden dengan menggunakan
SPSS memberi output nilai Alpha Cronbach 0,689; Cronbach’s Alpha Based on Standardized Items 0,690;
dan N of Items 5. Karena nilai Alpha Cronbach yang diperoleh (0,689) > 0,6 maka instrument penelitian
dapat dinyatakan reliabel.
Berdasarkan Table 3, masyarakat Kota dan Kabupaten Bekasi yang melakukan perjalanan ke
Kawasan Mangga Dua sehari-hari mayoritas berprofesi sebagai pekerja, dengan persentase 90% dan yang
lainnya merupakan kelompok pelajar/mahasiswa. 71% responden memilih moda KRL sebagai moda yang
digunakan sehari-hari, sementara 29% lainnya memilih sepeda motor. Dalam pemilihan moda ini terdapat
faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat memilih moda KRL. Faktor-faktor tersebut berikut nilai per
variabel yang telah diurutkan dari nilai tertinggi ke nilai terendah disajikan pada Table 4.
Dari Table 4 dapat disimpulkan bahwa efektivitas segi biaya dan keamanan juga kenyamanan
merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam pemilihan moda KRL. Faktor hambatan dan kemudahan
akses menjadi faktor paling berpengaruh kedua, dan efektivitas waktu tempuh menjadi faktor urutan terakhir
dari total 5 faktor dalam hipotesis yang paling berpengaruh. Adapun perbandingan nilai rata-rata antara
moda KRL dengan sepeda motor disajikan pada Table 5. Berdasarkan hasil penilaian pada Table 5, rata-rata
keseluruhan faktor untuk moda KRL masih lebih besar daripada sepeda motor.
Nilai rata-rata
Faktor
KRL Sepeda Motor
Kemudahan akses menuju stasiun
2,761 1,670
KRL
Efektivitas biaya perjalanan 2,775 1,966
Efektivitas waktu tempuh 2,634 2,559
Hambatan 2,761 2,414
Keamanan dan kenyamanan
2,775 2,067
moda
*Skala Nilai: 1-3
Sumber: Hasil Pengolahan Data
5.2 Saran
Dalam bagian ini penulis menyantumkan aspirasi dari responden terhadap peningkatan fasilitas KRL
di segi keamanan dan kenyamanan, yang dimayoritasi oleh komplain terhadap jadwal yang sering
mengalami keterlambatan dan jumlah armada kereta yang dinilai sebagian responden belum cukup untuk
menunjang kegiatan transportasi masyarakat Bekasi dan sekitarnya yang sangat banyak. Selain itu, jalan
akses dari dan ke Stasiun Kampung Bandan juga banyak mendapat kritik karena dinilai kurang nyaman bagi
pejalan kaki, sehingga disarankan untuk dilakukan revitalisasi atau penertiban supaya nyaman dilalui.
Beberapa responden juga menyarankan untuk review ulang kebijakan mengenai hak tempat duduk, sebab
seringkali responden tidak mendapatkan tempat duduk karena seluruh kursi digunakan untuk penumpang
prioritas. Saran-saran lain menganjurkan pengelola KRL untuk terus mempertahankan kebersihan fasilitas
KRL.
Adapun saran dari penulis berdasarkan kesimpulan, sebaiknya penelitian dilakukan dengan jangka
waktu yang lebih panjang agar naskah penelitian dapat disusun dengan lebih mendetail. Dalam analisis
pemilihan moda, baiknya dilakukan perhitungan probabilitas pemilihan bagi kedua moda yang dibandingkan
untuk mendapat hasil analisis yang maksimal.
6. Referensi
Aizaki, H., Nakatani, T., & Sato, K. (2014). Stated preference methods using R. CRC Press.
Alkharabsheh, A., Moslem, S., Oubahman, L., & Duleba, S. (2021). An integrated approach of multi-criteria
decision-making and grey theory for evaluating urban public transportation systems. Sustainability,
13(5), 2740.
Ceder, A. (2021). Urban mobility and public transport: Future perspectives and review. International Journal of
Urban Sciences, 25(4), 455-479.
De Vos, J., Waygood, E. O., & Letarte, L. (2020). Modeling the desire for using public transport. Travel
Behaviour and Society, 19, 90-98.
Deka, D., & Carnegie, J. (2021). Predicting transit mode choice of New Jersey workers commuting to New
York City from a stated preference survey. Journal of Transport Geography, 91, 102965.
Fang, D., Xue, Y., Cao, J., & Sun, S. (2021). Exploring satisfaction of choice and captive bus riders: An impact
asymmetry analysis. Transportation Research Part D: Transport and Environment, 93, 102798.
Farda, M., & Lubis, H. A. (2018). Transportation system development and challenge in jakarta metropolitan
area, indonesia. International Journal of Sustainable Transportation Technology, 1(2), 42-50.
Fowler, J. (2019). The Historical Development of London Transport. London Transport: A Hybrid in History
1905–1948, 17-29.
Guerra, E. (2022). What the heck is a choice rider? A theoretical framework and empirical model. Journal of
Transport and Land Use, 15(1), 165-182.
Hartini, S., Audina, S., Saptadi, S., & Pasha, C. Y. (2022). Feeder design for sustainable transportation using
stated preference: case study in Gubug-Tegowanu, Grobogan City. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science Vol. 998 No. 1, 012008.
Hasiholan, S. M., Hariyani, S., & Ari, I. R. (2020). Faktor-Faktor Pemilihan Moda antara Kendaraan Pribadi
dan Kereta Commuter Line Rute Bekasi-Jakarta. Planning for Urban Region and Environment Journal
(PURE), 9(2), 67-77.
Hensher, D. (2019). Transport economics. In D. Hensher, A Research Agenda for Transport Policy (pp. 7-15).
Cheltenham, UK,: Edward Elgar Publishing.
Indriastuti, A., Purwanto, D., & Basuki, K. (2019). Mode Choice Analysis between Bus Rapid Transit and the
Alternate Public Transit in Semarang City. 11th Asia Pacific Transportation and the Environment
Conference (APTE 2018), 16-21.
Jakarta Traffic: TomTom Traffic Index. (2022, 12 1). Retrieved from TomTom:
https://www.tomtom.com/traffic-index/jakarta-traffic/
JIN, Y. Y., & QI, X. W. (2018). The SPSS-Based Analysis of an English Mid-term Test—Take Grade Eight
Students for Example. Sino-US English Teaching, 15(3), 131-135.
Koridor: Transjakarta. (2022, 12 1). Retrieved from Transjakarta Corporation Web Site:
https://transjakarta.co.id/produk-dan-layanan/infrastruktur/koridor/
Pamuła, T., & Pamuła, W. (2020). Estimation of the energy consumption of battery electric buses for public
transport networks using real-world data and deep learning. Energies, 13(9), 2340.
Pietrzak, O., & Pietrzak, K. (2021). The economic effects of electromobility in sustainable urban public
transport. Energies, 14(4), 878.
Puri, D. T., Marzuqi, F., Chairuddin, I., & Sidjabat, S. (2020). Customer Perception on KA Commuter Line
Service Quality (Study Case on Connecting Passengers of KA Commuter Line Bekasi Timur–
Manggarai Connecting to Tanah Abang). Advances in Transportation and Logistics Research, 3, 22-
30.
Rachman, F. F., Nooraeni, R., & Yuliana, L. (2021). Public Opinion of Transportation integrated (Jak Lingko),
in DKI Jakarta, Indonesia. Procedia Computer Science, 179, 696-703.
Rahman, H. Z., Petroceany, J. S., Perdana Miraj, E. S., Dwirahman, R., Abdurrachman, Y., Subandi, A., . . .
Fairio, G. (2020). Improvement Transportation Connectivity of Rail-Based Infrastructure at Cikarang,
Indonesia. Malaysian Construction Research Journal; Vol. 31, 1-7.
Rifai, A. I., & Fajriliani, Y. I. (2020). Analysis of Passenger Satisfaction Level of Service And Facilities of
Electric Rail Train (KRL) Commuter Line Route Bekasi-Manggarai. Journal of World Conference
(JWC) Vol. 2, No. 2, 126-135.
Rifai, A. I., Putra, M. G., Isradi, M., Mufhidin, A., & Prasetijo, J. (2022). Evaluation of Selection of Public
Transport Mode Corridor Blok M–Bundaran Hotel Indonesian in the New Normal Era with Stated
Preference. IJEBD International Journal Of Entrepreneurship And Business Development eISSN 2597-
4785 pISSN 2597-4750, 5(4), 792-805.
Yani, M., & Amiruddin, A. (2021). Analysis of train noise level at bandar khalipah station, deli serdang using
sound level meter 130 dB. In Journal of Physics: Conference Series, (Vol. 1811, No. 1, p. 012017).
IOP Publishing.