Anda di halaman 1dari 8

KESIMPULAN REFLEKSI MATERI PEMBEKALAN 24 NOVEMBER 2022

Materi 1: Manajemen Bencana

- Krisis kesehatan yaitu peristiwa atau rangkaian yang mengakibatkan timbulnya


korban jiwa, korban luka/sakit, pengungsian dan adanya potensi bahaya yang
berdampak pada kesehatan.

- Penanggulangan krisis kesehatan mengutamakan kegiatan pengurangan resiko


krisis kesehatan. Tahap penanggulan krisis kesehatan meliputi:
1. Tahap pra bencana
Kegiatan yang dilakukan dalam pra bencana yaitu pencegahan, mitigasi dan
kesiapsiagan

2. Tahap tanggap darurat


Kegiatan yang dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah RHA (Rapid
Health Assasment atau penilaian cepat permasahalan kesehatan), aktivasi
klaster kesehatan, logistic kesehatan yang dibutuhkan dan memastikan
pelayanan kesehatan memenuhi standar minimal pelayanan.

3. Tahap pasca bencana yaitu rehabilitation dan rekonstruksi.


Adapun kegiatan pasca bencana yaitu :
 Penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan sumber daya kesehatan
pasca bencana
 Penyusunan rencana aksi rehabilitation dan rekonstruksi bidang kesehatan
 Pelaksanaan kegiatan
 Pemantauan, evaluasi, pembelajaran dan pelaporan.

- Pendekatan klaster meliputi:


1. Klaster kesehatan
2. Klaster ekonomi
3. Klaster pemulihan dini
4. Klaster logistic
5. Klaster pendidikan
6. Klaster pengungsian dan perlindungan
7. Klaster pencarian dan penyelamatan

- Klaster Kesehatan terdiri dari tim dan sub klaster:


1. Tim Klaster kesehatan
 Tim data dan informasi
 Tim logistic kesehatan
 Tim promosi kesehatan

2. Sub Klaster
 Sub Klaster pelayanan Kesehatan
 Sub Klaster pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan
 Sub Klaster pelayanan gizi
 Sub Klaster kesehatan Jiwa
 Sub Klaster kesehatan reproduksi
 Sub Klaster DVI

- Tujuan Rapid Health Assasment (RHA) adalah menilai permasalahan kesehatan


dan potensi resiko identifikasi kebutuhan dan membuat rekomendasi dalam
rangka respons cepat kejadian bencana.

- Kegiatan yang dilakukan dalam Rapid Health Assasment yaitu:


1. Mengumpulkan data
2. Mengolah dan menganalisis data
3. Menyajikan informasi

- Sebelum dilakukannya kegiatan RHA terlebih dahulu dilakukan persiapan RHA


agar proses pendataan dapat berjalan dengan lancar dan maksimal maka proses
pelaksanaan RHA dapat dilaksanakan.

- Proses pelaksanaan RHA yaitu:


1. Pengumpulan data RHA dapat dilakukan:
 Observasi langsung
 Melakukan wawancara
 Menumpulkan informasi
 Survey cepat

2. Analisis data yaitu data yang dikumpulkan dianalisis dengan membandingkan


standart minimal penanggulan krisis kesehatan untuk manajement dan teknis
sebagai bahan menyusun rekomendasi.

3. Penyajian hasil dan rekomendasi/pelaporan


 Gambaran singkat kejadian bencana
 Perkiraan luas daerah bencana
 Kapasitas respon yang ada
 Rekomendasi untuk kebutuhan dan kegiatan yang perlu dilaksanakan.

Materi 2: Surveilans dan Penyelidikan Epidemiologi COVID-19


- Berdasarkan revisi ke 2 pedoman kesiapsiagaan menghadapi COVID-19, telah
dilakukan revisi pedoman kesiapsiagaan menghadapi COVID-19 menyesuaikan
dengan perkembangan situasi global.

- Perubahan yang terjadi pada:


1. Bab 1 (pendahuluan)
2. Bab 2 (surveilans dan respon)
3. Bab 4 ( pencegahan dan pengendalian infeksi )
4. Beberapa lampiran

- Dinkes agar menyebarluaskan revisi pedoman ini agar dapat dimanfaatkan oleh
semua pihak yang berkepentingan

- Defenisi operasional antara lain:


1. Pasien dalam pengawasan
 Pasien dalam pengawasan petugas kesehatan atau petugas terkait
 Seseorang yang mengalami deman atau ada riwayat demam
 Batuk pilek dan nyeri pada tenggorokan
 Pneumoni ringan hingga berat
 Memiliki riwat perjalan ke negara terjangkit pada 14 hari sebelum timbul
gejala

2. Orang dalam pemantauan: seseorang yg mengalami gejala demam atau ISPA


tanpa pneumoni dan memiliki riwayat perjalan ke negara yang terjangkit pada
14 hari terakir sebelum timbul gejala.

3. Kontak erat
 Seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam ruangan atau
berkunjung atau bercakap-cakap dalam radius 1 meter dengan pasien
dalam pengawasan, probable atau konfirmasi.
 Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan
membersihkan ruangan di tempat perawatan kusus.
 Orang yang merawat atau menunggu pasien di ruangan
 Orang tinggal serumah dengan pasien
 Tamu yang berada satu ruangan dengan pasien
 Orang yang bepergian dan bekerja sama sengan pasien

4. Kasus probable: pasien dalam pengawasan yang diperiksa untuk COVID-19


tetapi inkonklusif (tidak dapat disimpulkan) atau seseorang dengan hasil
konfirmasi posistif pan-coronavirus atau beta coronavirus

5. Kasus konfirmasi: seseorang yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil


pemeriksaan laboratorium positif

- Tata laksana COVID-19


1. Kontak erat resiko rendah:
 Tanpa gejala
 Kontak dengan pasien dalam pengawasan
Tindakan yang dilakukan yaitu: dengan membatasi aktifitas
2. Kontak erat resiko tinggi:
 Tanpa gejala
 Kontak dengan pasien terkonfirmasi
Tindakan yang dilakukan : dilakukan pemeriksaan sampel hari ke 1 dan
ke 14 atau dilakukan observasi

3. Orang dalam pemantauan :


 Gejala ringan
 Riwayat dari negara atau daerah terjangkit
Tindakan yang dilakukan dengan mengisolasi diri di rumah

4. Pasien dalam pengawasan :


 Gejala ringan hingga berat
 Riwayat dari daerah terjangkit
 Riwayat paparan
Tindakan yg dilakukan : pemeriksaan sampel hari ke 1 dan ke 2 hingga
isolasi di rumah sakit.

- Kebutuhan untuk surveilans COVID-19 antara lain:


1. Alat pelindung diri (APD)
2. Bahan dan alat pengambilan sampel
3. Media transport (VTM)
4. Biaya pengepakan dan pengiriman sampel
5. Biaya untuk melakukan PE contact Tracing

- Langkah strategis
1. Surveilance migrasi yaitu mendata penduduk yg pergi ke daerah terjangkit
COVID-19 dan membentuk jejaring surveilance migrasi yg melibatkan
kantor kesehatan, pelabuhan, bandara, dll.
2. Surveilance ILI (Influenza Like Illness) dan pneumonia melalui system
kewaspadaan dini dan respon bagi masyarakat bepergian ke daerah terjangkit
3. Upaya promotive dalam pencegahan penularan virus corona serta guna
meminimalisasi potensi kepanikan di masyarakat akibat ketidaktahuan
maupun kesalahan informasi

- Karantina
1. Dalam penangana COVID-19 karantina adalah langkah yang dilakukan untuk
memisahkan seseorang yg sudah terpapar covid karena memiliki riwayat
kontak dengan pasien positif atau riwayat bepergian ke wilayah yang telah
terjadi transmisi komunitas
2. Meskipun belum menunjukan adanya gejala apapun atau virus sedang dalam
masa inkubasi karantina wajib dilaksanakan untuk mencegah resiko
penularan.
3. Berdasarkan aturan karantina terbaru. Prosedur karantina dilakukan selama 5
hari. Artinya karantina dinyatakan selesai jika pada pemeriksaan ke 2 (exit
test) dihari ke 5 memberikan hasil negative.

- Isolasi
1. Isolasi dilakukan sebagai upaya untuk memisahkan orang yang sudah
terkonfirmasi COVID-19 dari orang yang sehat untuk mengurangi resiko
penularan
2. Prosedur ini juga dilakukan bagi seseorang yang hasil exit test karantinanya
dinyatakan positif
3. Lokasi isolasi disesuaikan dengan kondisi pasien, jika pasien bergejala berat
maka isolasi dilakukan dirumah sakit

- Upaya pencegahan COVID-19


1. Menggunakan masker: berdasarkan penelitian menggunakan masker dapat
mencegah 80% penularan COVID-19
2. Mencuci tangan dengan benar: cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
setidaknya selama 20 detik dapat membunuh kuman dan virus
3. Menjaga daya tahan tubuh dengan konsumsi gizi seimbang
4. Social distancing atau menjaga jarak
5. Desinfeksi barang yang sering dipegang
- Pengendalian COVID-19
1. Pemerintah
 Memperlambat dan menghentikan transmisi/penularan
 Menyediakan pelayan yang optimal untuk pasien
 Meminimalkan dampak dari pandemic COVID-19 dari sistem kesehatan,
pelayanan sosial, kegiatan ekonomi dan kegiatan di sektor lainnya.

2. Masyarakat
 Patuh terhadap anjuran pemerintah
 Menerapkan PHBS
 Pemberdayaan masyarakat melalui satgas COVID-19 baik desa sampe ke
tingkat RT RW

- Pengendalian COVID-19 meliputi:


1. Virus COVID-19 mengalami pelemahan yakni akan menimbulkan gejala
yang lebih ringan dari gejala awal
2. Banyak di antara kita yang menjadi OTG
3. Hasil penelitian disebutkan seseorang yang pernah dinyatakan positif PCR
tetapi tidak menimbulkan gejala atau gejala ringan saja sampai sedang setelah
lewat dari 11 hari tersebut sudah tidak dapt menularkan kepada orang lain.

- Penatalaksanaan pasien COVID-19


1. Tidak perlu dilakukan 2 kali pemeriksaan swab dan PCR negative
2. Hasil swab PCR sekali serta sudah dipantau selama 10 hari tanpa gejala
dinyatakan selesai pemantauan dan sehat
3. Pemeriksaan swab PCR ulang hanya dilakukan pada orang gejala sedang atau
berat yang dirawat di RS setelah dilakukan pemeriksaan swab PCR 1 kali dan
hasilnya negative dan 3 hari tanpa gejala dinyatakan sudah sehat
4. Tidak perlu dilakukan pemeriksaan swab berulang-ulang pada orang yang
pernah dinyatakan positif PCR swab apalagi tanpa gejala
5. Setelah dilakukan pemantaun selama 10 hari dan tanpa gejala maka dapat
dinyatakan sehat

Anda mungkin juga menyukai