Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN PELAYANAN TB

TIM TB
RSJP Paramarta  TAHUN 2022
DAFTAR ISI

BAB I 3
PENDAHULUAN 3
BAB II 6
STANDAR KETENAGAAN 6
BAB III 10
STANDAR FASILITAS 10
BAB IV 14
TATA LAKSANA PELAYANAN 14
BAB V 21
LOGISTIK 21
BAB VI 22
KESELAMATAN PASIEN 22
BAB VII 24
KESELAMATAN KERJA 24
BAB VIII 26
PENGENDALIAN MUTU 26
BAB IX 27
PENUTUP 27
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak dahulu penyakit Tuberkulosis oleh masyarakat dikenal sebagai penyakit


menular dan merupakan salah satu masalah utama kesehatan di masyarakat
indonesia. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya penderita tuberkulosis yang
ditemukan di masyarakat dan kematian yang disebabkannya.

Pada tahun 1995, puskesmas merupakan ujung tombak dalam pelayanan di


masyarakat dengan menerapkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-
course). Dengan berjalannya waktu strategi DOTS telah mulai dikembangkan di Balai
Pengobatan Paru-Paru dan di Rumah Sakit, baik rumah sakit swasta maupun rumah
sakit pemerintah.

Pada tahun 2004 survey prevalensi tuberkulosis menunjukkan bahwa pola


pencarian pengobatan tuberkulosis ke rumah sakit ternyata cukup tinggi, yaitu sekitar
60 %.

Pasien tuberkulosis ketika pertama kali sakit mencari pengobatan ke rumah sakit.
Melihat dari besarnya animo masyarakat mencari pengobatan tuberkulosis ke rumah
sakit, maka Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Paramarta membuka
pelayanan klinik TB yang bekerjasama dengan pemerintah dalam hal ini adalah dinas
kesehatan Kota Bandung.

1.2. Tujuan.

Mengatur agar pelayanan dan tatalaksana pasien tuberkulosis di Rumah Sakit


dapat berjalan dengan baik, termasuk didalamnya :

a) Memberikan pelayanan Skrining dan rujukan terhadap pasien dengan tuberkulosis.

b) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas tuberkulosis.

c) Mendukung pelaksanaan program pemberantasan tuberkulosis pemerintah.


1.3. Ruang Lingkup Pelayanan.

Ruang lingkup pelayanan Tuberkulosis di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah
Paramarta adalah

a) Penjaringan pasien tuberkulosis,menegakkan diagnosa dan pengobatan.

b) Pencatatan dan pelaporan pasien tuberkulosis.

c) Menginformasikan dan atau mengirim pasien ke unit TB puskesmas atau rumah sakit lain.

d) PKRS berfungsi sebagai pelaksana penyuluhan TB di rumah sakit.

1.4. Batasan Operasional.

Batasan operasional dalam pelayanan Tuberkulosis adalah memberi asuhan


keperawatan dan kedokteran kepada pasien tuberkulosis.

1.5. Landasan Hukum

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

3) Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.

4) Keputusan menteri kesehatan No 203 / Menkes / SK / III / 1999 tentang gerakan terpadu
nasional penanggulangan tuberkulosis.

5) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 340/Menkes/PER/III/2010


Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.

6) Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit.

7) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan


Tuberculosis

8) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 tentang


Penaggulangan Tuberkulosis

9) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 02.02/Menkes/305/2014


tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkukosis
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia.

Kualifikasi sumber daya manusia yang ada dalam pelayanan TB RSJP Paramarta :

JUMLAH
JENIS KETENAGAAN PENDIDIKAN
TENAGA
Penanggung jawab Dokter 1
Ketua Tim TB Dokter 1
Sekretaris TimTB Perawat 1
Koordinator Medis Dokter Umum 1
Koordinator Keperawatan Perawat D3 / S1 1
Koordinator Laboratorium D3 Analis Laboratorium 1
Koordinator Farmasi Apoteker / Asisten Apoteker 1

2.2. Distribusi Ketenagaan.

Untuk distribusi ketenagaan di setiap instalasi ada satu orang koordinator dan
bergabung dalam tim TB.Untuk waktu kerja masing-masing koordinator ini disesusaikan
dengan kondisi masing-masing instalasi dimana petugas / tim TB bekerja.

2.3. Uraian Tugas

JABATAN KUALIFIKASI URAIAN TUGAS

Ketua Tim TB 1) Pendidikan:Dokt 1) Melaksanakan kebijakan, memberikan


er Umum arahan, menetapkan standar pelayanan
TB di rumah sakit;
2) Keterampilan:
Komputer 2) Melakukan perencanaan, penggerakan dan
pengendalian pelayanan TB di rumah sakit;

3) Melakukan koordinasi lintas


sektor/organisasi (pemanfaatan
sumberdaya efektif dan efisien);

4) Memfasilitasi rujukan internal dan


eksternal;

5) Mengelola informasi (akurat dan


akuntabel);

6) Memfasilitasi kebutuhan logistik (termasuk


obat, alat kesehatan dan peralatan yang
dibutuhkan) pada pelayanan TB di rumah
sakit;

7) Melakukan Self Assesment.

Sekretaris Tim 1) Pendidikan:D3/ 1) Melaksanakan kegiatan administrasi dan


TB S1 Kesehatan menginventarisir program kerja Tim TB;

2) Keterampilan: 2) Bertanggungjawab terhadap pencatatan


Komputer dan pelaporan semua kegiatan Tim TB;

3) Membuat dan mensosialisasikan Uraian


Tugas Tim TB di rumah sakit;

4) Bertanggungjawab terhadap penyediaan


dan penyimpanan berkas rekam medis;

5) Bertanggungjawab terhadap pelaporan


internal dan eksternal.

Koordinator 1) Pendidikan:Dokter 1) Melakukan asesmen medis langsung/


Medis Umum tidak langsungterhadap pasien,Meliputi:

2) Keterampilan: a) Pengkajian Medis;


Komputer b) Diagnosa medis;

c) Rencana medis;

d) Dokumentasi rekam medis.


e) Melakukan pencatatan dan pelaporan.

2) Melakukan sosialisasi pedoman ke Tim


Medis.

Koordinator 3) Pendidikan:D3/S1 1) Melakukan asuhan


Keperawatan Keperawatan keperawatan/kebidanan langsung
terhadap pasien,meliputi:
4) Keterampilan:
Komputer a) Pengkajian keperawatan/kebidanan;

b) Diagnosa keperawatan/kebidanan;

c) Rencana keperawatan/kebidanan;

d) Implementasi keperawatan/kebidanan;

e) Evaluasi keperawatan/kebidanan;

f) Dokumentasi asuhan
keperawatan/kebidanan.

g) Melakukan pencatatan dan pelaporan.

2) Melakukan sosialisasi pedoman ke Tim


Keperawatan.

Koordinator 1) Pendidikan:S1 1) Melakukan perhitungan kebutuhan obat


Farmasi Kefarmasian TB

2) Keterampilan: 2) Mengajukan kebutuhan obat TB ke Ketua


Komputer Tim TB

3) Melakukan sosialisasi pedoman ke Tim


Farmasi

Koordinator 1) Pendidikan:D3/D4 1) Mencatat / mendokumentasikan pasien-


Laboratorium Analis Kesehatan pasien yang diperiksakan sputum.

2) Keterampilan: 2) Merekapitulasi dan melaporkan hasil


Komputer pencatatan ke sekretaris TB

3) Melakukan pemeriksaan laboratorium


terkait TB, terutama pemeriksaan sputum
BTA.

4) Melakukan sosialisasi pedoman ke Tim


Analis.
BAB III

STANDAR FASILITAS

3.1. Standar Fasilitas.

3.1.1. Standar Peralatan Dan Pelaporan TB Di Instalasi Rawat Jalan RSJP


Paramarta

Alat medis diruang Poliklinik RSJP Paramarta:

N NAMA BARANG JUML


O AH
1. Meja 1
2. Kursi 3
3. Tempat Tidur Periksa Pasien 1
4. Lemari Arsip 1
5. Box X-Ray 1
6 Stetoskop 1
7 Tensimeter 1*
8 Timbangan Badan 1*
9 Masker 2*
10 Buku Pelaporan Tb 1*

*di nurse station

3.1.2. Standar Peralatan Dan Pelaporan TB Di Ruang Rawat Inap RSJP Paramarta.

N NAMA BARANG JUMLA


O H
1. Ruang Isolasi 1
2. Tempat Tidur Pasien 1
3. Meja Pasien 1
4. Kursi 1
5. Oksigen 1
6. Buku Pelaporan Tb 1*
*di nurse station
3.1.3. Standar Peralatan dan Pelaporan TB di Laboratorium RSJP Paramarta

Peralatan di dalam Lab:

N NAMA BARANG JUMLA


O H
1. Mikroskop 1
2. Objek Glass 1 BOX
3. Rak Pewarna 1
4. Rak Pengering 1
5. Bunsen 1
6. Ose 1
7. Pipet Pewarna 1
8. Hemostat / Penjepit Objek 1
Glass
9. Lidi 1
10 Korek 1
.
11 Reagen Ziehl Neelsen 1
.
12 Buku Pelaporan 2
.

Peralatan di bilik sputum:

N NAMA BARANG JUMLA


O H
1. Bilik Sputum 1
2. Exhaust 1
3. Tissue 1 box
4. Sabun 1
5. Wastafel 1
6. Tempat sampah infeksius 1
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1. Konsep Pelayanan Secara Umum

Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang di kelola


dengan menggunakan strategi TB.Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah
menurunkan angka kematian dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara
menyembuhkan pasien. Kemudian dilakukan evaluasi tim TB dan laporan TB. Strategi
secara umum berupa:

a) Pelayanan yang dilakukan adalah skrining dan rujukan.

b) Pengobatan hanya dilakukan untuk pasien kasus jantung dengan TB ketika di


rawat inap.

c) Rujukan diakukan untuk pasien yang memerlukan pelayanan Poli DOTS

d) Dilakukan secara kerjasama tim (teamwork) dokter, perawat dan farmasi,

e) Laboratorium,serta melibatkan tenaga kesahatan lain yaitu gizi dan pendaftaran.

f) Pelayanan dilakukan sesuai standar asuhan keperawatan.

g) Peralatan yang tersedia memenuhi ketentuan undang-undang.

h) Semua tindakan terdokumentasikan dengan baik.

i) Harus ada sistem monitor dan evaluasi.

j) Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan


tersangka pasien TB dilakukan di unit pelayanan.

k) Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif,yang


menunjukkan gejala sama,harus diperiksa dahaknya.

6.1 Pelayanan TB di Unit Kerja

4.2.1. Pelayanan dan Pencatatan di Unit Rawat Jalan.

Pelayanan program TB di Instalasi Rawat Jalan:


a) Pasien yang berkunjung ke rawat jalan RSJP Paramarta dilakukan skrining
gejala batuk di mulai di security. Pasien diwajibkan memakai masker. Pasien
yang bergejala batuk diingatkan Kembali untuk tetap memakai masker dan
ditunjukan pamflet etka batuk.

b) Pasien yang bergejala batuk akan dilakukan asesmen ulang oleh dokter. Pasien
yang masuk kriteria kasus sesuai dengan PNPK tuberculosis akan diarahkan
oleh dokter untuk dirujuk dengan menyertakan formulir TB 09 dan dokumen rumah
sakit lainnya atau diarahkan ke laboratorium untuk pengambilan sampel dengan
disertai formulir TB 05.

c) Kategori diagnosis TB akan dicatat oleh dokter di asesmen medis rawat jalan.
Kemudian akan memberikan notifikasi ke Tim TB dengan menyebutkan nama
pasien, tanggal berkunjung, dan nomor rekam medis pasien.

d) Tim TB akan melakukan pencatatan setiap unit kerja setiap minimal satu minggu
sekali dan mencatat di formulir TB 03 dan TB 06.

4.2.2. Pelayanan dan Pencatatan di Unit IGD

Pelayanan program TB di Instalasi Gawat Darurat:

a) Pasien yang berkunjung ke rawat jalan RSJP Paramarta dilakukan skrining gejala
batuk di mulai di triase IGD. Pasien diwajibkan memakai masker. Pasien yang
bergejala batuk diingatkan Kembali untuk tetap memakai masker dan ditunjukan
pamflet etika batuk.

b) Pasien yang bergejala batuk akan dilakukan asesmen ulang oleh dokter. Pasien
yang masuk kriteria kasus sesuai dengan PNPK tuberculosis yang berat akan
diarahkan oleh dokter untuk dirujuk dengan menyertakan formulir TB 09 dan
dokumen rumah sakit lainnya atau jika indikasi rawat inap akan diarahkan ke
laboratorium untuk pengambilan sampel dengan disertai formulir TB 05.

c) Kategori diagnosis TB akan dicatat oleh dokter di asesmen medis gawat darurat.
Kemudian akan memberikan notifikasi ke Tim TB dengan menyebutkan nama
pasien, tanggal berkunjung, dan nomor rekam medis pasien.

d) Tim TB akan melakukan pencatatan setiap unit kerja setiap minimal satu minggu
sekali dan mencatat di formulir TB 03 dan TB 06.

4.2.3. Pelayanan dan Pencatatan di Unit Rawat Inap

Pelayanan program TB di Instalasi Rawat Inap:

e) Pasien yang menginap di RSJP Paramarta dilakukan skrining oleh perawat rawat
inapIG. Pasien diwajibkan memakai masker. Pasien yang bergejala batuk
diingatkan Kembali untuk tetap memakai masker dan ditunjukan pamflet etika
batuk.

f) Pasien yang bergejala batuk akan dilakukan asesmen ulang oleh dokter. Pasien
yang masuk kriteria kasus sesuai dengan PNPK tuberculosis yang berat akan
diarahkan oleh dokter untuk pengambilan dahak dengan disertai formulir TB 05.

g) Kategori diagnosis TB akan dicatat oleh dokter di asesmen medis gawat darurat.
Kemudian akan memberikan notifikasi ke Tim TB dengan menyebutkan nama
pasien, tanggal berkunjung, dan nomor rekam medis pasien.

h) Tim TB akan melakukan pencatatan setiap unit kerja setiap minimal satu minggu
sekali dan mencatat di formulir TB 03 dan TB 06.

i) Pasien yang terkonfirmasi bakteriologis atau diagnose klinis TB bisa dilakukan


pengobatan sementara di RSJP Paramarta dengan penulisan resep KDT
bermerek di RSJP Paramarta. Pasien yang dilakukan perujukan atau pulang akan
diberikan pengantar untuk melanjutkan pengobatan di fasilitas dengan program
TB DOTS Degnan disertai formulir TB 09.

4.2.4. Pelayanan dan Pencatatan di Unit Rawat Laboratorium

Pelayanan program TB di Instalasi Rawat Inap:

a) Pasien yang membawa Formulir TB 05 dari rawat jalan akan diedukasi mengenai
pengambilan dahak. Pasien akan diberikan 3 buah tabung dahak dan diingatkan
untuk tetap membawaformulir TB05. Kemudian pasien akan disarankan untuk
mengirim sampel ke fasilitas yang mampu melakukan pemeriksaan dahak
tuberculosis. Lab akan mengisi formulir register laboratorium TB/ TB 04.
b) Pasien di rawat inap yang disarankan untuk dilakukan pemeriksaan dahak TB
akan membawa formulir TB 05. Pengambilan sampel dilakukan di bilik dahak.
Pemeriksaan akan dikirimkan ke lab jejaring Diagnos. Hasil akan diberitahukan
melalui rekam medis elektronik. Lab akan mengisi formulir register laboratorium
TB/ TB 04. Pasien yang terkonfirmasi secara bakteriologis ataupun klinis akan
dipindahkan ke ruang isolasi dengan standar PPI yang berlaku.

c) Cara pengambilan dahak di bilik sputum adalah dengan cara mengantar pasien
yang transportable dari ruang rawat inap ke bilik dahak. Pasien akan
mengumpulkan dahak di tabung yang telah disediakan. Dahak pasien dan formulir
TB 05 akan diantar ke laboratorium oleh tenaga Kesehatan.

6.2 Pencatatan, Evaluasi/Sosialisasi, dan Pelaporan

4.3.1 Pencatatan

Pencatatan dilakukan baik oleh Tim TB maupun di Unit Kerja. Formulir yag
dilakukan pencatatan diantaranya:

1) Formulir TB 03: Register Pasien TB di UPK.

2) Formulir TB 04: Register Laboratorium TB.

3) Formulir TB 05: Formulir Permohonan Laboratorium TB untuk Pemeriksaan


Dahak.

4) Formulir TB 06: Buku Daftar Tersangka Pasien (Suspek) TB.

5) Formulir TB 09: Formulir Rujukan/ Pindah Pasien TB.

4.3.2 Evaluasi/Sosialisasi

Evaluasi program TB dilakukan setiap 3 bulan sekali melibatkan unit kerja yang
terkait diantaranya. Anggota tim TB, Kepala Bagian Pelayanan, Direktur, dan Unit
terkait Seperti Rawat Jalan, Rawat Inap, dan Instalasi Gawat Darurat. Evaluasi
dilakukan untuk membahas kendala, mutu, dan insidensi. Hasil rapat akan
didokumentasikan ke notulensi rapat evaluasi tim TB.

Sosialisasi dilakukan kepada petugas yang baru ataupun yang belum


mendapatkan sosialisasi mengenai bagaimana program berjalan yang dibuktikan
dengan bukti partisipasi sosialisasi program TB. Sosialisasi ulang dilakukan tiap 3
bulan sekali atau jika ada perubahan program kepada kepala unit kerja yang
bersangkutan yang dituangkan dalam notulensi rapat evaluasi timTB dan bukti bukti
partisipasi sosialisasi program TB.

Edukasi mengenai program TB dilakukan baik melalui social media ataupun


edukasi langsung ke pengunjung rawat jalan. Edukasi dilakukan 3 bulan sekali.
Dibuktikan dengan berita acara edukasi yang dilakukan oleh tim PSRS.

4.3.3 Pelaporan

Pelaporan dilakukan setelah rapat evaluasi program dalam periode 3 bulan sekali
dan dilaporkan langsung ke Dinas Kesehatan Kota Bandung.

6.3 Diagnosis TB.

Diagnosis TB mengacu pada PNPK Tuberkulosis tahun 2021. Selengkapnya


mengenai diagnosis TB dapat dilihat di PNPK Tuberkulosis tahun 2021.

4.4.1 Tanda dan Gejala pasien TB 

Gejala Utama:

1) Batuk >= 2 minggu 

2) Batuk berdahak

3) Batuk berdahak dapat bercampur darah

4) Dapat disertai nyeri dada

5) Sesak napas

Gejala lain meliputi :

1) Malaise

2) Penurunan berat badan

3) Menurunnya nafsu makan

4) Menggigil
5) Demam

6) Berkeringat di malam hari

4.4.2 Klasifikasi kasus dan tipe pasien TB

1) Presumtive TB: keluhan dan gejala TB

2) TB terkonfirmasi bakteriologis: BTA, Biakan, TCM, Ekstra paru terkonfirm, TB


anak dengan bakteriologis. 

3) TB Klinis: thorax mangarah TB, tidak membeaik dengan antibiotika, ekstra paru
histopatologis dan laboratoris terkonfirmasi tanpa bakteriologis, anak dengan skoring→
pasien klinis direkomendasikan untuk pemeriksaan bakteriologis. 

4.4.3 Klasifikasi pasien tb berdasarkan riwayat pengobatan

Diantaranya adalah klasifikasi pasien TB berdasarkan Riwayat pengobatan:

1)  Kasus baru: belum mendapat OAT atau mendapat Oat kurang dari 28 hari 

2) Kasus dengan riwayat pengobatan:

a) Kambuh: berobat oat selesai sembuh dan terjangkit kembali

b) Kasus Pengobatan setelah gagal: berobat, selesai, tidak sembuh

c) Kasus seteah loss to follow up: berobat lebih dari satu bulan dan tidak
melanjutkannya

3) Kasus lain-lain: pernah mendapat oat hasil akhir tidak didokumentasikan

4) Kasus riwayat pengobatan tidak diketahui.


Gambar 4.1. Alur Diagnosis TB Paru
Catatan : Pada keadaan-keadaan tertentu dengan pertimbangan kegawatan dan medis
spesialistik, alur tersebut dapat digunakan secara lebih fleksibel.

6.4 Pemeriksaan dan Tatalaksana

Pemeriksaan TB mengacu pada pemeriksaan bakteriologis untuk konfirmasi.


Diantara adalah Tes Cepat Molekuler dan BTA. Tatalaksana TB berdasarkan dari jenis
kasus dan mengacu pada PNPK Tuberkulosis tahun 2021. Selengkapnya mengenai
tatalaksana TB dapat dilihat di PNPK Tuberkulosis tahun 2021.
BAB V

LOGISTIK

Kegiatan logistik Obat Anti Tuberkulosis dan Pot Dahak dalam pelayanan. TB
RS.Jantung dan Pembuluh Darah Paramarta merupakan serangkaian kegiatan yang
meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, pendistribusian, monitoring dan evaluasi.
Secara keseluruhan kebutuhan logistik baik obat maupun pot untuk specimen dahak
RS.Jantung dan Pembuluh Darah Paramarta masih mengandalkan dana Rumah Sakit.

Pengadaan dibuktikan dengan dokumen bukti pengadaan obat OAT dan bukti
pengadaan pot dahak.
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

7.1 Definisi

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.

7.2 Tujuan

a) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

b) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

c) Menurunnya kejadian tidak diharapakan (KTD) di RS

d) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan


kejadian tidak diharapkan

7.3 Standart Patien Safety.

Standar keselamatan pasien (patient safety) untuk pelayanan klinik TB adalah:

1) Ketepatan Identitas. Target 100% label identitas tidak tepat apabila tidak
terpasang, salah pasang, salah penulisan nama, salah penulisan gelar (Tn/Ny/An),
salah jenis kelamin, salah alamat.

2) Terpasang gelang identitas pasien rawat inap. Target 100% pasien yang masuk
ke rawat inap terpasang gelang identitas pasien.

3) Pelaksanaan SBAR. Target 100% konsul ke dokter via telpon menggunakan


metode SBAR.

4) Ketepatan penyampaian hasil pemeriksaan penunjang. Target 100% yang


dimaksud tidak tepat apabila : salah ketik hasil, mengetik terbalik dengan hasil
lain, hasil tidak terketik, salah identitas.

5) Ketepatan pemberian obat. Target 100% yang dimaksud tidak tepat apabila salah
obat, salah dosis, salah jenis, kurang/kelebihan dosis, salah rute pemberian, salah
identitas pada etiket, salah pasien
6) Ketepatan tranfusi. Target 100% yang dimaksud tidak tepat apabila salah identitas
pada permintaan salah tulis jenis produk darah,salah pasien
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

7.1 Pengertian

Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat


kerja / aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.

7.2 Tujuan

a) Terciptanya budaya keselamatan kerja di RSJP Paramarta.

b) Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

c) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.

d) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya


kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

7.3 Tata Laksana Keselamatan Karyawan

a) Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan


infeksi, yaitu :

o Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat menularkan infeksi.

o Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu boot/alas kaki


tertutup, celemek, masker dll) terutama bila terdapat kontak dengan spesimen
pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret, dll.

o Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah menangani


pasien.

b) Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius.

c) Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu:

o Dekontaminasi dengan larutan klorin.

o Pencucian dengan sabun.


o Pengeringan.

d) Menggunakan baju kerja yang bersih


BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu dilakukan untuk mencegah kesalahan dalam


pemeriksaan, penegakan diagnosis, pengobatan maupun pemeriksaan
laboratorium agar hasil pemeriksaan tepat dan benar.

Pemantauan Mutu OAT. Mutu OAT diperiksa melalui pemeriksaan


pengamatan fisik obat yang meliputi :
a) Keutuhan kemasan dan wadah.

b) Penandaan/label termasuk persyaratan penyimpanan.

c) Pengontrolan nomer batch dan tanggal kadaluarsa.

Pemantauan Mutu Laboratorium. Pada prinsipnya pemantauan mutu


laboratorium berdasarkan standart pemeriksaan laboratorium.
BAB IX

PENUTUP

Pada dasarnya pelayanan TB baik di rawat jalan maupun di rawat inap


merupakan bagian pelayanan di RSJP Paramarta tidak saja membutuhkan
ketrampilan teknis medis ataupun asuhan keperawatan saja, tetapi unsur
pengelolaan/manajemen pelayanan juga sangat mempengaruhi keberhasilan
pelayanan ini. Dimana masing-masing pihak terkait dapat memahami perannya
yang selanjutnya akan melakukan pelayanan sesuai kriteria yang telah ditetapkan.

Telah disusun suatu Pedoman Pelayanan TB di RSJP Paramarta sebagai


acuan untuk melaksanakan dan mengelola pelayanan kesehatan tuberkulosis di
ruang lingkup RSJP Paramarta.

Ditetapkan di Bandung

pada tanggal 13 Oktober 2021

Direktur

dr. Jimmy Pambudi, MARS

Anda mungkin juga menyukai