DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS KIAJARAN WETAN
Jalan Raya Pantura Kiajaran Wetan Kecamatan Lohbener – Indramayu Kode Pos 45252
Telp.081224512891 Email : kiajaranwetan925@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
3 Ibadah haji merupakan kewajiban manusia terhadap Allah SWT, yaitu bagi
orang yang mampu (istitha’ah) mengadakan perjalanan ke Baitullah. Dengan
demikian, yang penting dalam pelaksanaan ibadah haji, yang dalamFiqh
Islam, istitha’ah (termasuk istitha’ah kesehatan) dinyatakan sebagai salah
satu syarat wajib untuk melaksanakan ibadah haji. Sebagaimana Allah SWT
berfirman di dalam Al-Quran Surah Ali Imran Ayat 97 “Padanya terdapat
tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim, barang siapa
memasukinya (Baitullahitu) menjadi amanlah dia, mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban
haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu)
dari semesta alam”. (Q.S Ali Imran Ayat 97)
Menunaikan ibadah haji tidak sama dengan pergi ketempat-tempat wisata di
manapun di dunia ini. Karena persiapan pergi haji amat sangat berbeda
dengan persiapan bepergian ketempat lain.
II. MISI :
C. Dasar Hukum
D.Tujuan.
a. Tujuan Umum
F. Metode
1 Anamnesis
2.Pemeriksaan Fisik.
3 Pemeriksaan penunjang.
4.Penilaian kemandirian.
5.Test kebugaran.
K. Penutup
Demikian laporan hasil pemeriksaan kesehatan haji oleh tim Puskesmas terhadap jamaah
haji.
Ketua
H. KASNAWI, SKM.,MM.
Anggota
KEBUTUHA
UPAYAK
NO ESEHATAN KEGIATAN TUJUAN SASARAN TARGET PENANGGUNGJ NSUMBERD MITRA WAKTUPEL KEBUTUHAN INDIKATORK SUMBERPE
SASARAN AWAB ANA KERJA AKSANAAN ANGGARAN ERJA MBIAYAAN
UKMPENGEMBANGAN
1 Pengukuran Test Untuk melakukan pemeriksaan CJH yang 30 CJH PJ Haji DAK Non Fisik PTM 1kali/tahun Pelayanan BOK
Kebugaran Calon status kesehatan Calon Jemaah terdaftar di Transport 5 ptg x 2 Kesehatan CJH
Jemaah Haji Haji Tahap II wilayah kerja hari x 50.000 = Rp.
(pemeriksaan Kedua) puskesmas 500.000
Kiajaran
Wetan Kue kotak CJH 30
bh + 5 etugas x 2
hari x 15000 =
Rp.1050. 000,-
Mami CJH30 bh +
5 Petugas x 2 hari
x 45000 = Rp
3.150.000,-
2 Kunjungan CJH risiko Melakukan kunjungan rumah CJH di wilayah 25CJH Pj Haji DAK Non Fisik Bides 1kali/tahun Tranport PNS 1 Pelayanan
tinggi di desa CJH dengan risiko tinggi kerja petugas x 50.000 x Kesehatan CJH
15 kasus = Rp. BOK
750.000,-
3 Pembinaan dan Membina Calon jamaah haji CJH yang 30 CJH PJ Haji DAK Non Fisik PTM 2kali/tahun Kue kotak 30 CJH + Pelayanan
pengawasan CJH baik yang tidak berisiko ataupun terdaftar di 5 ptg x 1hari x 2 kali Kesehatan CJH
yang resiko PTM agar dalam wilayah kerja x 15000 = Rp.
keadaan sehat sebelum puskesmas 1.050.000,-
keberangkatan selama KiajaranWet
menunaikan ibadah haji dan an
setiba kembali ketanah air Tranport PNS 5 BOK
petugas x 50.000 x
1hari x2 kali =
Rp.500.000
4 Pemeriksaan CJH Untuk melakukan pemeriksaan CJH yang 30 CJH PJ Haji DAK Non Fisik Dokter, 1kali /tahun Pelayanan
tahap Akhir / status kesehatan Calon Jemaah terdaftar di perawat, Transport PNS5 Kesehatan CJH
vaksinasi Haji Tahap II sebelum wilayah kerja lab, Ptg x 50.000 x
Masuk Embarkasi puskesmas imunisasi 1hari = Rp.
Kiajaran 250.000
Wetan BOK
Kue kotak 35 bhx
15000
=Rp.1.050.000,-
5 Surveilans Pemantauan kesehatan jamaah Jamaah haji yang 30 CJH PJ Haji DAK Non Fisik Surveilens 1kali/tahun Transport PNS Pelayanan
Epidemiologi haji setelah tiba di tanah air telah kembali di Rp.50.000,- x 2 Kesehatan CJH
/ pelacakan K3 JH sampai dengan 14 hari wilayah kerja Petugas X 6 hari =
600.000 BOK
SOPPEMERIKSAANKESEHATANBAGI
CALONJEMAAHHAJIINDONESIA
No. Dokumen :
SOP
No.Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :
6.UntiTerkait 1. Pelaksanaprogram
2. lintassector
lintasprogram
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Latar Belakang
a. Tugas nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah secara inter
departemental
b. Kementrian Kesehatan bertanggung jawab dalam pembinaan dan
pelayanan kesehatan calon/ jemaah haji Indonesia
• Sumberdaya manusia
– Berpengetahuan
– Terampil
– Berdedikasi tinggi
D. Tujuan Umum
Tujuan Khusus
E. Sasaran
G. Strategi
a. Sosialisasi pemeriksaan dan pembinaan kesehatan calon jemaah haji
sehingga petugas dan masyarakat mengetahui manfaat dari
pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji.
b. Standarisasi pemeriksaan dan pembinaan kesehatan calon jemaah
haji.
c. Advokasi pada pengambil keputusan untuk dukungan politis dan
komitmen dalam pembiayaan terutama SKD dan respon KLB, bencana
dan musibah masal.
d. Intensifikasi pemeriksaan fisik didukung pemeriksaan laboratorium
yang akurat, tatalaksana kasus dengan pendekatan manajemen risiko
sesuai dengan standar yang berlaku.
e.
H. Target
a. Seluruh Puskesmas pemeriksa kesehatan calon jemaah haji dan
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melaksanakan
pemeriksaan, rujukan dan pembinaan kesehatan sesuai dengan
standar.
b. Cakupan pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji 100 %.
c. Cakupan tes kehamilan pada calon jemaah haji wanita pasangan usia
subur ( PUS ) 100%.
J. Pemeriksaan Kesehatan I
a. Pemeriksaan kesehatan I dilaksanakan di puskesmas oleh dokter
puskesmas sebagai pemeriksa kesehatan, dibantu tenaga
keperawatan dan analis laboratorium puskesmas sebelum melunasi
Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) ke Bank Penerima Setoran (BPS)
b. Pemeriksaan kesehatan I dilakukan untuk mengetahui faktor risiko
calon jemaah haji dan selanjutnya dilakukan manajemen terhadap
faktor risiko tersebut sehingga calon jemaah haji mencapai kesehatan
yang optimal untuk menunaikan ibadah haji.
c. Pada saat pemeriksaan kesehatan I tersebut, foto harus sudah
ditempel pada lembar Surat Keterangan Kesehatan yang akan
diserahkan ke BPS dan sesuai dengan wajah calon jemaah haji.
Selanjutnya calon jemaah haji diingatkan bahwa setelah memperoleh
kursi (seat) atau terdaftar di Siskohat, calon jemaah haji harus
kembali ke puskesmas untuk dilakukan pembinaan lebih lanjut dan
dibuatkan buku kesehatan
d. Pasfoto yang ditempel pada buku kesehatan dan surat keterangan
kesehatan harus sama dengan pasfoto yang digunakan untuk paspor
haji dan berukuran 4 x 6 cm kemudian dibubuhi stempel puskesmas
dan harus mengenai pasfoto.
e. Bila yang diperiksa calon jemaah haji wanita sebaiknya pemeriksa
kesehatan adalah dokter wanita. Apabila yang memeriksa dokter pria
harus didampingi oleh perawat wanita.
f. Data hasil pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji harus ditulis
dengan lengkap dan benar dalam BKJH dan dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya sesuai dengan lembar I Petunjuk Pengisian
Buku Kesehatan Jemaah Haji terlampir
g. Tenaga kesehatan harus mengisi kode diagnosis sesuai dengan hasil
pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji, sesuai dengan lembar II
petunjuk pengisian terlampir. Calon jemaah haji yang hasil
pemeriksaan kesehatannya BAIK atau KURANG BAIK kesehatannya,
tetapi besar harapan dapat disembuhkan sebelum keberangkatannya,
maka buku kesehatannya dapat ditanda tangani langsung oleh dokter
pemeriksa dengan catatan harus mengikuti pengobatan dan
pembinaan kesehatan secara teratur
h. Khusus untuk calon jemaah haji wanita pasangan usia subur (PUS)
perlu dilakukan pemeriksaan tes kehamilan (bagi puskesmas yang
sudah mampu). Bagi yang tidak hamil ditekankan untuk mengikuti
keluarga berencana (KB), untuk mencegah kehamilan sampai
keberangkatan. Kemudian menanda tangani surat pernyataan pada
buku kesehatan bahwa jika ternyata hamil menjelang saat
keberangkatan bersedia menunda keberangkatannya ke Arab Saudi
i. Khusus bagi calon jemaah haji usia lanjut (Usia >60 tahun ) selain
dilakukan pemeriksaan laboratorium (darah dan urin) perlu dirujuk
ke Rumah Sakit Kabupaten/ Kota untuk dilakukan pemeriksaan
EKG, foto thorak dan kimia darah sesuai indikasi. Hasil pemeriksaan
dilampirkan pada Buku Kesehatan Jemaah Haji
j. Bagi calon jemaah haji yang batuk lebih dari 3 minggu, dilakukan
pemeriksaan laboratorium Basil Tahan Asam (BTA) dan foto thorak.
Apabila hasilnya positif maka diberi pengobatan sesuai dengan
ketentuan Program Pemberantasan TB Paru Nasional
k. Hasil pemeriksaan kesehatan harus ditulis sesuai kode diagnosis
calon jemaah haji risti maksimal 5 kode dengan urutan pertama yang
terberat.
K. Pemeriksaan Kesehatan II
a. Pemeriksaan kesehatan II dilaksanakan oleh Tim Penyelenggara
Kesehatan Haji Kabupaten/ Kota dengan penanggung jawab Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang anggotanya terdiri dari Dinas
Kesehatan dan Rumah Sakit Umum Kabupaten/ Kota
b. Pemeriksaan kesehatan II dilakukan terhadap seluruh calon jemaah
haji untuk menentukan layak tidaknya calon jemaah haji berangkat
ke Arab Saudi
c. Pelaksana pemeriksaan kesehatan II dan rujukan adalah dokter,
perawat dan tenaga kesehatan lainnya (dinas kesehatan dan rumah
sakit) dan atau dokter yang pernah bertugas sebagai Tim Kesehatan
Haji Indonesia (TKHI) atau Tim Kesehatan Haji Daerah (TKHD) yang
ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
d. Tim Pelaksana Penerima Rujukan Kabupaten/ Kota adalah dokter
spesialis yang ditetapkan oleh Tim Penyelenggara Kesehatan Haji
Kabupaten/ Kota
e. Pada saat memeriksa calon jemaah haji, tenaga kesehatan harus
memeriksa dengan teliti apakah calon jemaah haji yang diperiksa
sesuai dengan foto yang terdapat dalam BKJH
f. Bagi calon jemaah haji wanita pasangan usia subur harus dilakukan
tes kehamilan sebelum divaksinasi Meningitis meningokokus
tetravalen
g. Dokter pemeriksa kesehatan II harus menentukan kesimpulan sesuai
dengan hasil pemeriksaan, yang dinyatakan BAIK atau TIDAK BAIK
h. Bagi calon jemaah haji yang BAIK kesehatannya diberikan imunisasi
Meningitis meningokokus tetravalen. BKJH diisi dengan lengkap dan
ditanda tangani oleh dokter pemeriksa kesehatan II dan selanjutnya
dianjurkan untuk mengikuti pembinaan kesehatan hingga waktu
keberangkatan ke pelabuhan Embarkasi Haji
i. Bagi calon jemaah haji yang TIDAK BAIK kesehatannya tetapi
menurut dokter pemeriksa kesehatan dapat disembuhkan sebelum
keberangkatan maka kesimpulan hasil pemeriksaan ditentukan
setelah pengobatan terakhir dan apabila sampai dengan pengobatan
terakhir tidak sembuh maka dinyatakan tidak baik kesehatannya dan
ditunda/ ditolak keberangkatannya
j. Bagi calon jemaah haji penderita penyakit menular yang
membahayakan diri sendiri maupun orang lain, dilakukan
pengobatan hingga tidak membahayakan lagi. Jika memerlukan
pengobatan yang lama dan diperkirakan tidak sembuh hingga saat
keberangkatan ke Arab Saudi, maka dokter pemeriksa kesehatan II
bersama Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/ Kota
memutuskan menunda/ menolak keberangkatan calon jemaah haji
tersebut
k. Bagi calon jemaah haji berumur lebih dari 60 tahun dan sesuai
dengan indikasi agar dilengkapi dengan hasil foto thorak, EKG, dan
laboratorium kimia darah, hasilnya ditulis dan dilampirkan pada
BKJH
l. Pelanggaran terhadap pelaksanaan pemeriksaan kesehatan calon
jemaah haji dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
M. IMUNISASI MENINGITIS
a. Tujuan
Tujuan imunisasi meningitis meningokokus tetravalen untuk
memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit Meningitis
meningokokus tertentu, sesuai dengan vaksin yang diberikan pada
calon jemaah haji
d. Kontra Indikasi
Wanita hamil, panas tinggi serta bagi mereka yang peka atau alergi
terhadap phenol.
f. Pencatatan
a. Setelah imunisasi meningitis meningokokus tetravalen
kemudian dicatat pada kartu International Certificate of
Vaccination (ICV): nama calon jemaah haji, nomor paspor,
tanggal imunisasi, nama vaksin, nomor vaksin/batch number
dan dosis.
b. ICV ditanda tangani oleh dokter, baik dokter Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota atau dokter yang ditunjuk, dokter
Kepala KKP Embarkasi/ dokter yang ditunjuk dan distempel
“Port Health Authority” (bukan stempel dinas kesehatan
kabupaten/ kota atau puskesmas).
c. Bagi calon jemaah haji yang tidak mempunyai bukti imunisasi
Meningitis meningokokus tetravalen harus imunisasi di
pelabuhan Embarkasi dan diberi kartu ICV serta minum
Cyprofloxacin 500 mg dosis tunggal sebagai profilaksis.
N. Surveilans Epidemiologi (SE)
a. Tujuan
Tujuan SE kesehatan haji adalah mencegah keluarnya penyakit
menular dari Indonesia dan masuknya penyakit menular dari luar
negeri yang mungkin terbawa oleh calon/ jemaah haji ke Indonesia,
mengetahui distribusi penyakit, kematian menurut waktu dan
tempat serta faktor risiko yang terdapat pada calon/ jemaah haji
Indonesia
b. Kegiatan
a) SE dilakukan melalui jejaring surveilans kesehatan haji (net
working) sejak di tanah air sampai dengan di Arab Saudi.
b) Pengumpulan, pengolahan, analisis dan diseminasi data atau
informasi, dilakukan dengan menggunakan fasilitas sistem
komputerisasi haji terpadu (Siskohat) bidang kesehatan di Arab
Saudi, pusat, embarkasi/ debarkasi haji dan dinas kesehatan
provinsi yang telah tersedia jaringan Siskohat bidang kesehatan.
c) Pengumpulan, pengolahan, analisis dan diseminasi data atau
informasi di puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/ kota dan
dinas kesehatan provinsi yang belum tersedia jaringan Siskohat
bidang kesehatan dilakukan dengan mengirim laporan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
d) Dinas kesehatan Kabupaten/ Kota bersama-sama petugas
puskesmas melaksanakan SE paska haji dengan mengamati
kondisi kesehatan jemaah haji secara pasif dan aktif.
• SE secara pasif adalah jemaah haji mengirimkan K3JH
setelah 14 hari setibanya di daerah asal ke Puskesmas
pemeriksaan awal/ terdekat.
• SE secara aktif adalah petugas puskesmas mengunjungi ke
rumah jemaah haji untuk mengetahui kondisi kesehatannya
apabila setelah 14 hari jemaah haji tidak mengirimkan
K3JH.
• Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota bertanggung jawab
mengkoordinasikan pelaksanaan SE yang dilaksanakan oleh
Puskesmas.
• Pembiayaan SE secara aktif disediakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota.
O. Dasar Hukum
PENATALAKSANAAN
A. Pemeriksaan Kesehatan
a. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama di Puskesmas
Hasil Kegiatan
No Uraian Jumlah %
Jumlah jemaah haji yang
1. Memeriksankan kesehatan 25 JH 100%
Jh bds Pekerjaan
1. Ibu Rumah Tangga 2 JH 8%
2. PNS/TNI/POLRI 2 JH 8%
5 3. BUNM/ D 1 JH 4%
4. Mahasiswa 0 JH 0%
5. Swasta 7JH 28%
6. Wiraswsta. 12 JH 48%
7. Petani 6 JH 24%
8. Pensiunan 1 JH 4%
8 Jh bds Kelurahan
1. Larangan 5 JH 20%
2. Langut 1JH 4%
3. Kiajaran Wetan 4 JH 16%
4. Kiajaran Kulon 11 JH 44%
5. Lanjan 2 JH 8%
6. Waru 2 JH 8.%
7.Luar Wilayah 0 JH 0%
Berdasarkan yang
diberangkatkan ke tanah suci ;
Dari hasil kegiatan Pemeriksaan Kesehatan Calon Jamaah Haji Tahun 2022 maka
dapat disimpulkan bahwa :
Dari Jumlah Calon Jamaah Haji yang memeriksakan kesehatan di Puskesmas yang
bisa diberangkatkan hanya 17 Calon Jamaah Haji dari Jumlah 25 orang calon
jamaah haji yang telah memeriksakan kesehatan.
Berdasarkan Istitoah maka hanya 7 orang Calon Jamaah Haji yang memenuhi
syarat Istitoah dan sisanya sejumlah 10 orang Calon Jamaah Haji memenuhi
syarat Istitoah dengan pendampingan
Demikian Laporan Hasil Pemeriksaan Kesehatan Calon Jamaah Haji Tahun 2022
DOKUMENTASI