Anda di halaman 1dari 35

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAMAYU

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS KIAJARAN WETAN
Jalan Raya Pantura Kiajaran Wetan Kecamatan Lohbener – Indramayu Kode Pos 45252
Telp.081224512891 Email : kiajaranwetan925@gmail.com

LAPORAN PEMERIKSAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI


DI WILAYAH PUSKESMAS KIAJARAN WETAN
TAHUN 2022 H / 1443 M

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.

Masyarakat muslim Indonesia yang menunaikan ibadah haji mencapai 200


ribu orang lebih dengan risiko kesehatan yang masih cukup tinggi. Pada
sepuluh tahun terakhirini, jamaah haji Indonesia wafat di Arab Saudi
selama pelaksanaan operasional haji mencapai 2,1-3,2 per 1000 jamaah
yang menunjukkan 2-3 kali lipat lebih besar dibandingkan pada kondisi
normal di tanah air. Kondisi jamaah selama perjalanan ibadah haji, jamaah
usia lanjut dengan risiko kesehatan lain, ancaman penularan penyakit di
Arab Saudi dan ketersediaan pelayanan kesehatan masih menjadi masalah
kesehatan jamaah haji Indonesia, yang tentunya sangat berpengaruh
terhadap pelaksanaan ibadah haji.

1. Berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan


(Siskohatkes), hamper setiap tahun sekitar 60-67% dari total jamaah haji
yang berangkat ke Tanah Suci, tergolong dalam kelompok risiko tinggi (Risti)
yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan jamaah haji dalam
menjalankan ibadahnya di tanah suci. Angka kesakitan dan kematian
cenderung berfluktuatif, namun masih dapat dinyatakan tinggi. Penyakit
degeneratif, metabolic dan kronis masih mendominasi sebagai penyakit yang
diderita oleh jamaah haji terutama jamaah haji dengan usia lanjut. Setiap
tahunnya, jamaah haji Indonesia yang wafat di Arab Saudi sebagian besar
disebabkan oleh penyakit jantung, pernapasan, ginjal, metabolik, dan
hipertensi

2. Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2008 Pasal 3 tentang haji yang


menjelaskan bahwa penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk
memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaikbaiknya
kepada jamaah haji agar jamaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai
dengan ketentuan ajaran agama Islam. Pembinaan, pelayanan dan
perlindungan yang diberikan kepada jamaah haji, bukan hanya untuk yang
bersifat umum, tetap ijuga yang bersifat kesehatan. Sehingga
penyelenggaraan kesehatan haji merupakan kesatuan pembinaan,
pelayanan dan perlindungan kesehatan kepada jamaah haji sejak di tanah
air dan selama di Arab Saudi.

3 Ibadah haji merupakan kewajiban manusia terhadap Allah SWT, yaitu bagi
orang yang mampu (istitha’ah) mengadakan perjalanan ke Baitullah. Dengan
demikian, yang penting dalam pelaksanaan ibadah haji, yang dalamFiqh
Islam, istitha’ah (termasuk istitha’ah kesehatan) dinyatakan sebagai salah
satu syarat wajib untuk melaksanakan ibadah haji. Sebagaimana Allah SWT
berfirman di dalam Al-Quran Surah Ali Imran Ayat 97 “Padanya terdapat
tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim, barang siapa
memasukinya (Baitullahitu) menjadi amanlah dia, mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban
haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu)
dari semesta alam”. (Q.S Ali Imran Ayat 97)
Menunaikan ibadah haji tidak sama dengan pergi ketempat-tempat wisata di
manapun di dunia ini. Karena persiapan pergi haji amat sangat berbeda
dengan persiapan bepergian ketempat lain.

4 Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi kesehatan


yang memadai niscaya proses ritual peribadatan menjadi tidak maksimal.
Oleh karena itu setiap jamaah haji perlu menyiapkan diri agar memiliki
status kesehatan optimal dan mempertahankannya. Untukitu, upaya
pertama yang perlud itempuh adalah pemeriksaan kesehatan.

5 Pelayanan kesehatan adalah pemeriksaan, perawatan dan pemeliharaan


kesehatan jamaah haji yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi
kesehatan jamaah haji sebelum keberangkatan, menjaga agar jamaah haji
dalam kondisi sehat selama menunaikan ibadah haji sampai tiba kembali di
tanah air, serta mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang
mungkin terbawa keluar atau masuk oleh jamaah haji. Untuk itu diperlukan
ketersediaan dan kesiapan sumber daya di bidang kesehatan yang adildan
merata bagi jamaah haji untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.

6 Pemeriksaan kesehatan bagi jamaah haji selama di tanah air dilakukan


dalam tiga tahap, yaitu pertama, pemeriksaan di Puskesmas sebagai
tindakan selektif terhadap haji yang memenuhi salah satu persyaratan
istitha’ah yakni sehat lahir dan batin, yang dilakukan setelah pendaftaran
haji dimulai dan sebagai syarat untuk dapat mendaftarkan diri, kedua
pemeriksaan di Dinas Kesehatan daerah dilakukan secara lebih teliti dengan
tenaga pemeriksa dan fasilitas yang memadai.

Kesehatan adalah modal pelayanan ibadah haji, tanpa kondisi kesehatan


yang memedai, niscayapropesi ritual peribadatan menjadi tidak maksimal.
Oleh karena itu setiapjemaah haji perlu menyiapkan diri agar memiliki
status kesehatan optimal dan mempertahankanya. Untuk itu upaya pertama
yang perlu ditempuh adalah pemeriksaan kesehatan.
Pemeriksaan kesehatan merupakan upaya identifikasi status kesehatan
sebagai landasan karaktererisasi, prediksi dan penentuan cara eliminasi
faktor resiko kesehatan. Dengan demikian prosedur dan jenis pemeriksaan
mesti ditatalaksana secara holistic.
B. VISI DAN MISI

I. “Calon/ jemaah haji bebas penularan penyakit, mandiri dalam


pemeliharaan kesehatan, untuk istitho’ah ibadah haji”

II. MISI :

1. Memfasilitasi terselenggaranya upaya-upaya mencapai


kemandirian calon/ jemaah haji dalam pemeliharaan
kesehatannya dan perilaku hidup sehat.

2. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan kesehatan haji.

3. Mengembangkan dan memanfaatkan jejaring informasi tele


komunikasi berbasis komputer untuk pengambilan keputusan
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

III. UPTD PuskesmasKiajaranWetan

VISI : Terwujudnya masyarakat yang sehat melalui pelayanan yang


Prima diwilayah kerja Puskesmas Kiajaran Wetan menuju
Indramayu“ BERMARTABAT “
MISI :
1. Meningkatnya kualitas manajemen dan sumber daya manusia di
puskesmas.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
bermutu, meratadan berkeadilan.
3. Mengembangkan sarana prasarana untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
4. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan untuk masyarakat

C. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit


Menular.
2. Undang –Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
3. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji.’Undang-UndangNomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
4. Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 442 tahun 2009 tentang
Pedoman Peneyelenggaraan Kesehatan haji Indonesia.

D.Tujuan.

a. Tujuan Umum

Terselengaranya pemeriksaan kesehatan jemaah haji sebelum


keberangkatan melalui pendekatan etika, moral, keilmuan dan
profesionalisme dengan menghasilkankualifikasi data yang tepat dan
lengkap sebagai dasar pembinaan dan perlindungan kesehtan jemaah haji di
Indonesia dan pengelolaan kesehatan jemaah haji di Arab Saudi.
b. Tujuan Khusus
• Terindentifikasinya calon jemaah haji yang memenuhi persyaratan
kesehatan untuk ibadah haji.
• Terbinanya kondisi kesehatan calon jemaah haji dan kemandirian
pemeliharaan kesehatan.
• Tersedianya petugas kesehatan haji yang berpengetahuan, terampil,
berdedikasi dan profesional disetiap jenjang pelayanan kesehatan
haji.
E. RuangLingkup

Pemeriksaan kesehatan jemaah haji adalah penilaian status kesehatan bagi


jemaah haji yang telah memiliki nomor porsi sebagai upaya penyiapan
kesanggupan berhaji melalui mekanisme baku pada sarana pelayanan
kesehatan terstandar yang diselenggarakan secara kontinum
(berkesenambungan) dan komprehensif ( menyeluruh )

F. Metode

1 Anamnesis

2.Pemeriksaan Fisik.

3 Pemeriksaan penunjang.

4.Penilaian kemandirian.

5.Test kebugaran.
K. Penutup

Demikian laporan hasil pemeriksaan kesehatan haji oleh tim Puskesmas terhadap jamaah
haji.

Kiajaran Wetan, 4 Januari 2023

Ketua

H. KASNAWI, SKM.,MM.

NIP.19660105 199403 1 005

Anggota

1. dr. Hj. Yani Sugiarti Nrptt. 873.32.12.14.1.030

2. Endang Sudarjanti, Amd.Kep Nip. 19680810 199403 2 003

3. Arif Acbar, S. Kep.Ners Nip. 19871023 202012 1 003

4. Fifi Fitriani, S.Kep.Ners Nip. 19941207 201903 2 010

5. Waskeni, S.Kep Nip. 19790915 200801 2 012


RENCANA USULAN KEGIATAN (RUK) PROGRAM HAJI UPTD PUSKESMAS KIAJARAN WETAN
TAHUN 2023

KEBUTUHA
UPAYAK
NO ESEHATAN KEGIATAN TUJUAN SASARAN TARGET PENANGGUNGJ NSUMBERD MITRA WAKTUPEL KEBUTUHAN INDIKATORK SUMBERPE
SASARAN AWAB ANA KERJA AKSANAAN ANGGARAN ERJA MBIAYAAN
UKMPENGEMBANGAN
1 Pengukuran Test Untuk melakukan pemeriksaan CJH yang 30 CJH PJ Haji DAK Non Fisik PTM 1kali/tahun Pelayanan BOK
Kebugaran Calon status kesehatan Calon Jemaah terdaftar di Transport 5 ptg x 2 Kesehatan CJH
Jemaah Haji Haji Tahap II wilayah kerja hari x 50.000 = Rp.
(pemeriksaan Kedua) puskesmas 500.000
Kiajaran
Wetan Kue kotak CJH 30
bh + 5 etugas x 2
hari x 15000 =
Rp.1050. 000,-
Mami CJH30 bh +
5 Petugas x 2 hari
x 45000 = Rp
3.150.000,-
2 Kunjungan CJH risiko Melakukan kunjungan rumah CJH di wilayah 25CJH Pj Haji DAK Non Fisik Bides 1kali/tahun Tranport PNS 1 Pelayanan
tinggi di desa CJH dengan risiko tinggi kerja petugas x 50.000 x Kesehatan CJH
15 kasus = Rp. BOK
750.000,-
3 Pembinaan dan Membina Calon jamaah haji CJH yang 30 CJH PJ Haji DAK Non Fisik PTM 2kali/tahun Kue kotak 30 CJH + Pelayanan
pengawasan CJH baik yang tidak berisiko ataupun terdaftar di 5 ptg x 1hari x 2 kali Kesehatan CJH
yang resiko PTM agar dalam wilayah kerja x 15000 = Rp.
keadaan sehat sebelum puskesmas 1.050.000,-
keberangkatan selama KiajaranWet
menunaikan ibadah haji dan an
setiba kembali ketanah air Tranport PNS 5 BOK
petugas x 50.000 x
1hari x2 kali =
Rp.500.000
4 Pemeriksaan CJH Untuk melakukan pemeriksaan CJH yang 30 CJH PJ Haji DAK Non Fisik Dokter, 1kali /tahun Pelayanan
tahap Akhir / status kesehatan Calon Jemaah terdaftar di perawat, Transport PNS5 Kesehatan CJH
vaksinasi Haji Tahap II sebelum wilayah kerja lab, Ptg x 50.000 x
Masuk Embarkasi puskesmas imunisasi 1hari = Rp.
Kiajaran 250.000
Wetan BOK
Kue kotak 35 bhx
15000
=Rp.1.050.000,-
5 Surveilans Pemantauan kesehatan jamaah Jamaah haji yang 30 CJH PJ Haji DAK Non Fisik Surveilens 1kali/tahun Transport PNS Pelayanan
Epidemiologi haji setelah tiba di tanah air telah kembali di Rp.50.000,- x 2 Kesehatan CJH
/ pelacakan K3 JH sampai dengan 14 hari wilayah kerja Petugas X 6 hari =
600.000 BOK
SOPPEMERIKSAANKESEHATANBAGI
CALONJEMAAHHAJIINDONESIA
No. Dokumen :
SOP
No.Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

Kepala UPTD Puskesmas Kiajaran Wetan


Dinas Kesehatan
Puskesmas
Kabupaten
Indramayu Kiajaran Wetan
dr. Yulis Susanto
NIP.19820304 201412 1 001

1.Pengertian 1. Pemeriksaan kesehatan adalah rangkaian kegiatan pemeriksaan


yang meliputi anamnesa,pemeriksaan pisik,pemeriksaan penunjang
diagnosis dan penetapan diagnosis.
2. CalonJemaahHajiIndonesia(CJHI)adalahsetiaporangyangtelahadaterda
ptardidalammanipestkeberangkatan jamaah haji dari Kementrian
Agama Kabupaten Purwakarta.
2.Tujuan Sebagaiacuandal[ammelakukanpemeriksaankesehatan
Calon Jemaah Haji Indonesia ( CJHI ) sehingga terskriningnyakualitas dan
paktor risiko kesehatannya.
2.Tujuan Sebagaiacuandal[ammelakukanpemeriksaankesehatan
Calon Jemaah Haji Indonesia ( CJHI ) sehingga terskriningnyakualitas dan
paktor risiko kesehatannya.
3.Kebijakan Dokter Puskesmas mengikuti pelatihan pemeriksaan
kesehatancalonJemaahhaji.
4.Referensi BukuBahanBacaanPesertaPelatihanPetugasPemeriksa
KesehatanJemaahHajiTahun2010.
5.Langkah - 1. CJHI datang ke Puskesmas di wilayah domisilinya untuk tujuan
langkah pemeriksaan kesehatan,berdasarkan:
a. Surat panggilan pemeriksaan dari kepala puskesmas karena
tercantum dalam Daptar CJHI yang akan diberangkatan pada tahun
itu.
b. Kemauan sendiri dan masukDaptar CJHI yang akan
diberangkatkan pada tahun
2. Petugas ( loket/pendaptaran Puskesmas ) mencatatidentitas CJHI dalam
buku registerkhusus.
3. Petugas mengarahkan CJHI menuju ruangan pemeriksaan kesehatan
( dokter).
4. Dokter melakukan pemeriksaan keterapisehatan
CJHmenujuruanganpemeriksaankesehatanCJHIsesuai dengan standar
medis, yang mencakup anamnesa dan pemeriksaan pisik, serta
memberikan rujukan untuk dilakukan pemeriksaan penunjang diagnosis
Laboraturium (darah lengkap,urine lengkap) rotgent, dan EKG.
5. Beerdasarkan hasil pemeriksaan CJHI yang ada indikasi
mediskesehatannyatidakbaikmaka,selanjutnyaberubah menjadi
pasien.
6. BagiCJHI dengan pasien disarankan untuk dilakukan tindakan
medik/terapi di puskesmas atau dirujuk ke rumah sakit untuk upaya
kesehatan lebih lanjut sampai CJHI berangkat.
7. BagisemuaCJHIsetelahpenetapandiagnosisakhir,dokter
akan memberikan Buku Kesehatan Jemaah Haji ( BKJH) dengan kategori
sbb;
a. Bagi yang tidak setuju dilakukan pemeriksaan penunjang
diagnostic wajib menandatangani surat penolakan pemeriksaan
penunjang diagnosis dan tidak diterbitkan BKJH-nya
b. Bagi yang dilakukan pemeriksaan penunjang diagnosis
sesuairujukan,diterbitkan:
1. Memenuhisyarat
2. Memenuhisyaratdenganpendampingan
3. Tidakmemenuhisyaratsementara
4. Tidakmemenuhisyarat
8. Petugas menyerahkan BKJH kepada DinasKesehatan
(BidangP2PL)untukdilakukanveripikasi.

6.UntiTerkait 1. Pelaksanaprogram
2. lintassector
lintasprogram
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang
a. Tugas nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah secara inter
departemental
b. Kementrian Kesehatan bertanggung jawab dalam pembinaan dan
pelayanan kesehatan calon/ jemaah haji Indonesia

c. Tanggung jawab pelayanan ini sejak sebelum keberangkatan ke Arab


Saudi, diperjalanan pergi/ pulang, selama di Arab Saudi dan setelah
kembali ke tanah air.

d. Penyelenggaraan Pelayanan Pemeriksaan Kesehatanb ibadah haji


bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan
yang sebaik-baiknya melalui sistem dan manajemen penyelenggaraan
yang terpadu agar pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan dengan
aman, tertib, lancar dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama serta
jemaah haji dapat melaksanakan ibadah haji secara mandiri sehingga
diperoleh haji mabrur.

B. Tantangan pelayanan kesehatan haji


a. meningkatnya jumlah calon jemaah haji risiko tinggi
b. beragamnya latar belakang pendidikan, etnis dan sosial budaya
c. kondisi fisik yang kurang baik
d. kondisi lingkungan di Arab Saudi yang berbeda secara bermakna
dengan kondisi di tanah air
a) perbedaan musim (panas, dingin)
b) kelembaban udara yang rendah
c) perbedaan lingkungan sosial budaya
Pelayanan Berkualitas perlu

• Sumberdaya manusia

– Berpengetahuan

– Terampil

– Berdedikasi tinggi

• Sarana dan prasarana serta sistem informasi kesehatan haji terpadu


(Siskohat) bidang kesehatan
C. Visi Dan Misi
a. V i s i
“Calon/ jemaah haji bebas penularan penyakit, mandiri dalam
pemeliharaan kesehatan, untuk istitho’ah ibadah haji”
b. M i s i
a) Memfasilitasi terselenggaranya upaya-upaya mencapai
kemandirian calon/ jemaah haji dalam pemeliharaan
kesehatannya dan perilaku hidup sehat.
b) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan kesehatan haji.
c) Mengembangkan dan memanfaatkan jejaring informasi tele
komunikasi berbasis komputer untuk pengambilan keputusan
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
d) Mengembangkan dan meningkatkan sumber daya manusia yang
berpengetahuan, terampil, berdedikasi dan profesional dalam
kesehatan haji.
e) Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dalam
surveilans, penanggulangan KLB/ wabah dan bencana atau
musibah masal.
f) Mengembangkan kemitraan dengan lembaga swadaya
masyarakat (LSM), organisasi profesi, badan pengelola
pembiayaan pemeliharaan kesehatan, lembaga/ badan
penelitian dan kerja sama lintas program serta lintas sektor.

D. Tujuan Umum

Meningkatnya kondisi kesehatan calon/ jemaah haji Indonesia serta


terbebasnya masyarakat Indonesia/ Internasional dari transmisi penyakit
menular yang mungkin terbawa keluar/ masuk oleh calon/ jemaah haji
Indonesia

Tujuan Khusus

a. Terindentifikasinya calon jemaah haji yang memenuhi persyaratan


kesehatan untuk ibadah haji.

b. Terbinanya kondisi kesehatan calon jemaah haji dan kemandirian


pemeliharaan kesehatan.

c. Tersedianya petugas kesehatan haji yang berpengetahuan, terampil,


berdedikasi dan profesional disetiap jenjang pelayanan kesehatan haji.

E. Sasaran

Sasaran penyelenggaraan kesehatan haji Indonesia adalah seluruh


calon/ jemaah haji sejak terdaftar di daerah asal, di perjalanan, selama di
Arab Saudi dan 14 hari setelah kembali dari Arab Saudi, pengelola
kesehatan haji, tenaga kesehatan, instansi pemerintah di semua jenjang
administrasi yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan haji, dan
petugas kesehatan haji (Tim Kesehatan Haji Indonesia dan Panitia
Penyelenggaran Ibadah Haji di Arab Saudi bidang kesehatan)
F. Kebijakan
a. Meningkatkan sistem dan manajemen penyelenggaraan kesehatan
haji secara terpadu, menyeluruh baik lintas program maupun lintas
sektor dengan pendekatan epidemiologi.
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan haji dengan
mengoptimalkan kemampuan di puskesmas, dinas kesehatan
kabupaten/ kota, dinas kesehatan provinsi, embarkasi/ debarkasi
haji dan di Arab Saudi.
c. Mengembangkan dan meningkatkan pembinaan kesehatan calon/
jemaah haji dengan pendekatan manajemen risiko, profesional,
terintegrasi lintas program, lintas sektor terkait dan mengikut
sertakan peran masyarakat.
d. Mengembangkan dan memperkuat jejaring surveilans dengan fokus
penyakit potensial wabah terutama Meningitis meningokokus,
penyakit menular baru (new emerging diseases) dan penyakit menular
yang berjangkit kembali (re emerging diseases), sistem kewaspadaan
dini dan respon KLB, bencana serta musibah masal.
e. Mengembangkan dan meningkatkan profesionalisme sumber daya
manusia dalam penyelenggaraan kesehatan haji dibidang
pemeriksaan dan pembinaan, surveilans, Kesehatan Lingkungan,
penanggulangan KLB dan musibah masal, sistem informasi kesehatan
haji.
f. Menyediakan dan meningkatkan perangkat keras dan perangkat
lunak sistem informasi manajemen kesehatan haji pada setiap jenjang
administrasi kesehatan.
g. Menyiapkan dan menyusun daftar kebutuhan obat, alat kesehatan
haji maupun distribusinya.
h. Menjalin kerjasama lintas program, sektoral, regional Asean, bilateral
dengan Pemerintah Arab Saudi maupun Internasional.

G. Strategi
a. Sosialisasi pemeriksaan dan pembinaan kesehatan calon jemaah haji
sehingga petugas dan masyarakat mengetahui manfaat dari
pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji.
b. Standarisasi pemeriksaan dan pembinaan kesehatan calon jemaah
haji.
c. Advokasi pada pengambil keputusan untuk dukungan politis dan
komitmen dalam pembiayaan terutama SKD dan respon KLB, bencana
dan musibah masal.
d. Intensifikasi pemeriksaan fisik didukung pemeriksaan laboratorium
yang akurat, tatalaksana kasus dengan pendekatan manajemen risiko
sesuai dengan standar yang berlaku.
e.
H. Target
a. Seluruh Puskesmas pemeriksa kesehatan calon jemaah haji dan
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota melaksanakan
pemeriksaan, rujukan dan pembinaan kesehatan sesuai dengan
standar.
b. Cakupan pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji 100 %.
c. Cakupan tes kehamilan pada calon jemaah haji wanita pasangan usia
subur ( PUS ) 100%.

I. Kegiatan manajemen penyelenggaraan kesehatan haji


a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Pelatihan
d. Pembinaan teknis
e. Sistem Informasi
f. Monitoring dan Evaluasi

J. Pemeriksaan Kesehatan I
a. Pemeriksaan kesehatan I dilaksanakan di puskesmas oleh dokter
puskesmas sebagai pemeriksa kesehatan, dibantu tenaga
keperawatan dan analis laboratorium puskesmas sebelum melunasi
Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) ke Bank Penerima Setoran (BPS)
b. Pemeriksaan kesehatan I dilakukan untuk mengetahui faktor risiko
calon jemaah haji dan selanjutnya dilakukan manajemen terhadap
faktor risiko tersebut sehingga calon jemaah haji mencapai kesehatan
yang optimal untuk menunaikan ibadah haji.
c. Pada saat pemeriksaan kesehatan I tersebut, foto harus sudah
ditempel pada lembar Surat Keterangan Kesehatan yang akan
diserahkan ke BPS dan sesuai dengan wajah calon jemaah haji.
Selanjutnya calon jemaah haji diingatkan bahwa setelah memperoleh
kursi (seat) atau terdaftar di Siskohat, calon jemaah haji harus
kembali ke puskesmas untuk dilakukan pembinaan lebih lanjut dan
dibuatkan buku kesehatan
d. Pasfoto yang ditempel pada buku kesehatan dan surat keterangan
kesehatan harus sama dengan pasfoto yang digunakan untuk paspor
haji dan berukuran 4 x 6 cm kemudian dibubuhi stempel puskesmas
dan harus mengenai pasfoto.
e. Bila yang diperiksa calon jemaah haji wanita sebaiknya pemeriksa
kesehatan adalah dokter wanita. Apabila yang memeriksa dokter pria
harus didampingi oleh perawat wanita.
f. Data hasil pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji harus ditulis
dengan lengkap dan benar dalam BKJH dan dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya sesuai dengan lembar I Petunjuk Pengisian
Buku Kesehatan Jemaah Haji terlampir
g. Tenaga kesehatan harus mengisi kode diagnosis sesuai dengan hasil
pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji, sesuai dengan lembar II
petunjuk pengisian terlampir. Calon jemaah haji yang hasil
pemeriksaan kesehatannya BAIK atau KURANG BAIK kesehatannya,
tetapi besar harapan dapat disembuhkan sebelum keberangkatannya,
maka buku kesehatannya dapat ditanda tangani langsung oleh dokter
pemeriksa dengan catatan harus mengikuti pengobatan dan
pembinaan kesehatan secara teratur
h. Khusus untuk calon jemaah haji wanita pasangan usia subur (PUS)
perlu dilakukan pemeriksaan tes kehamilan (bagi puskesmas yang
sudah mampu). Bagi yang tidak hamil ditekankan untuk mengikuti
keluarga berencana (KB), untuk mencegah kehamilan sampai
keberangkatan. Kemudian menanda tangani surat pernyataan pada
buku kesehatan bahwa jika ternyata hamil menjelang saat
keberangkatan bersedia menunda keberangkatannya ke Arab Saudi
i. Khusus bagi calon jemaah haji usia lanjut (Usia >60 tahun ) selain
dilakukan pemeriksaan laboratorium (darah dan urin) perlu dirujuk
ke Rumah Sakit Kabupaten/ Kota untuk dilakukan pemeriksaan
EKG, foto thorak dan kimia darah sesuai indikasi. Hasil pemeriksaan
dilampirkan pada Buku Kesehatan Jemaah Haji
j. Bagi calon jemaah haji yang batuk lebih dari 3 minggu, dilakukan
pemeriksaan laboratorium Basil Tahan Asam (BTA) dan foto thorak.
Apabila hasilnya positif maka diberi pengobatan sesuai dengan
ketentuan Program Pemberantasan TB Paru Nasional
k. Hasil pemeriksaan kesehatan harus ditulis sesuai kode diagnosis
calon jemaah haji risti maksimal 5 kode dengan urutan pertama yang
terberat.

K. Pemeriksaan Kesehatan II
a. Pemeriksaan kesehatan II dilaksanakan oleh Tim Penyelenggara
Kesehatan Haji Kabupaten/ Kota dengan penanggung jawab Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang anggotanya terdiri dari Dinas
Kesehatan dan Rumah Sakit Umum Kabupaten/ Kota
b. Pemeriksaan kesehatan II dilakukan terhadap seluruh calon jemaah
haji untuk menentukan layak tidaknya calon jemaah haji berangkat
ke Arab Saudi
c. Pelaksana pemeriksaan kesehatan II dan rujukan adalah dokter,
perawat dan tenaga kesehatan lainnya (dinas kesehatan dan rumah
sakit) dan atau dokter yang pernah bertugas sebagai Tim Kesehatan
Haji Indonesia (TKHI) atau Tim Kesehatan Haji Daerah (TKHD) yang
ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
d. Tim Pelaksana Penerima Rujukan Kabupaten/ Kota adalah dokter
spesialis yang ditetapkan oleh Tim Penyelenggara Kesehatan Haji
Kabupaten/ Kota
e. Pada saat memeriksa calon jemaah haji, tenaga kesehatan harus
memeriksa dengan teliti apakah calon jemaah haji yang diperiksa
sesuai dengan foto yang terdapat dalam BKJH
f. Bagi calon jemaah haji wanita pasangan usia subur harus dilakukan
tes kehamilan sebelum divaksinasi Meningitis meningokokus
tetravalen
g. Dokter pemeriksa kesehatan II harus menentukan kesimpulan sesuai
dengan hasil pemeriksaan, yang dinyatakan BAIK atau TIDAK BAIK
h. Bagi calon jemaah haji yang BAIK kesehatannya diberikan imunisasi
Meningitis meningokokus tetravalen. BKJH diisi dengan lengkap dan
ditanda tangani oleh dokter pemeriksa kesehatan II dan selanjutnya
dianjurkan untuk mengikuti pembinaan kesehatan hingga waktu
keberangkatan ke pelabuhan Embarkasi Haji
i. Bagi calon jemaah haji yang TIDAK BAIK kesehatannya tetapi
menurut dokter pemeriksa kesehatan dapat disembuhkan sebelum
keberangkatan maka kesimpulan hasil pemeriksaan ditentukan
setelah pengobatan terakhir dan apabila sampai dengan pengobatan
terakhir tidak sembuh maka dinyatakan tidak baik kesehatannya dan
ditunda/ ditolak keberangkatannya
j. Bagi calon jemaah haji penderita penyakit menular yang
membahayakan diri sendiri maupun orang lain, dilakukan
pengobatan hingga tidak membahayakan lagi. Jika memerlukan
pengobatan yang lama dan diperkirakan tidak sembuh hingga saat
keberangkatan ke Arab Saudi, maka dokter pemeriksa kesehatan II
bersama Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/ Kota
memutuskan menunda/ menolak keberangkatan calon jemaah haji
tersebut
k. Bagi calon jemaah haji berumur lebih dari 60 tahun dan sesuai
dengan indikasi agar dilengkapi dengan hasil foto thorak, EKG, dan
laboratorium kimia darah, hasilnya ditulis dan dilampirkan pada
BKJH
l. Pelanggaran terhadap pelaksanaan pemeriksaan kesehatan calon
jemaah haji dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

L. Pelayanan Medis dalam Penyelenggaraan Haji


a. Tujuan Pemeriksaan
a) Teridentifikasinya kondisi kesehatan dan faktor risiko calon
jemaah haji.
b) Tercatatnya data kondisi kesehatan dan faktor risiko calon
jemaah haji secara benar dan lengkap dalam Buku Kesehatan
Jemaah Haji (BKJH) Indonesia.
c) Berfungsinya BKJH sebagai catatan medis calon jemaah haji
untuk memudahkan tindak lanjut dalam pengobatan dan
perawatan di perjalanan, embarkasi haji, selama di Arab Saudi
dan 14 hari sekembalinya dari Arab Saudi.
d) Terpenuhinya persyaratan kesehatan calon jemaah haji
(istihito’ah) yang diberangkatkan
b. Di Tanah Air

Pelaksanaan pelayanan medis di tanah air dilaksanakan di


puskesmas, rumah sakit kabupaten/ kota, embarkasi/ debarkasi haji.
a. Puskesmas
Memberikan pelayanan pengobatan rawat jalan, rawat inap bila
tersedia dan rujukan ke rumah sakit kabupaten/ kota bila
diperlukan.
b. Rumah Sakit Kabupaten/Kota
a) Memberikan pelayanan pengobatan rawat jalan, rawat inap,
pemeriksaan penunjang medis (laboratorium, EKG, foto thoraks
dan lain-lain), konsultasi dan rujukan spesialisasi
b) Memberikan jawaban konsultasi kepada dokter puskesmas yang
merujuk calon jemaah haji
c) Dokter spesialis menentukan obat-obatan yang harus dibawa
oleh calon jemaah haji risti

c. Embarkasi/ Debarkasi Haji


a. Memberikan pelayanan pengobatan, rawat jalan, rawat
sementara, pemeriksaan penunjang medis dan rujukan ke
rumah sakit yang telah ditetapkan selama calon jemaah haji
berada di asrama haji pada saat keberangkatan
b. Melegalisir obat-obatan yang dibawa oleh calon jemaah haji
c. Menerbitkan surat keterangan layak terbang bagi calon jemaah
haji risiko tinggi yang sakit dan hamil
d. Memantau kesehatan dan memberikan pelayanan pengobatan,
rawat jalan, rawat sementara, rujukan bagi jemaah haji pada
saat sekembalinya dari Arab Saudi

M. IMUNISASI MENINGITIS
a. Tujuan
Tujuan imunisasi meningitis meningokokus tetravalen untuk
memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit Meningitis
meningokokus tertentu, sesuai dengan vaksin yang diberikan pada
calon jemaah haji

b. Penatalaksanaan Imunisasi Meningitis Meningokokus


a) Imunisasi Meningitis meningokokus tetravalen pada calon
jemaah haji diberikan minimal 10 hari sebelum keberangkatan
ke Arab Saudi
b) Bila imunisasi diberikan kurang dari 10 hari sejak
keberangkatan ke Arab Saudi harus diberikan profilaksis
dengan Ciprofloxacin 500 mg dosis tunggal
c) Pelaksanaan imunisasi bersamaan dengan pemeriksaan
kesehatan II di Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
c. Efikasi Vaksin, Daya Lindung dan Imunisasi Ulang (Revaksinasi)
a. Efikasi vaksin : 95 %
b. Daya lindung/ proteksi kekebalan : 2 tahun, antibody terbentuk
10 hari setelah imunisasi.
c. Imunisasi ulang dilakukan setelah 2 tahun.

d. Kontra Indikasi
Wanita hamil, panas tinggi serta bagi mereka yang peka atau alergi
terhadap phenol.

e. Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI)


a) Hampir tidak ada, kadang-kadang timbul bercak kemerahan
(skin rash) yang sangat ringan dan dapat terjadi Syok
Anaphilaksis (renjatan)
b) Bila terjadi syok dapat diatasi dengan suntikan Adrenalin 1 :
1000 dengan dosis 0,2 – 0,3 cc secara Intra Musculair (IM)
c) Untuk tindakan pengamanan bagi calon jemaah haji setelah
diimunisasi meningitis meningokokus tetravalen dianjurkan
menunggu 30 menit.

f. Pencatatan
a. Setelah imunisasi meningitis meningokokus tetravalen
kemudian dicatat pada kartu International Certificate of
Vaccination (ICV): nama calon jemaah haji, nomor paspor,
tanggal imunisasi, nama vaksin, nomor vaksin/batch number
dan dosis.
b. ICV ditanda tangani oleh dokter, baik dokter Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota atau dokter yang ditunjuk, dokter
Kepala KKP Embarkasi/ dokter yang ditunjuk dan distempel
“Port Health Authority” (bukan stempel dinas kesehatan
kabupaten/ kota atau puskesmas).
c. Bagi calon jemaah haji yang tidak mempunyai bukti imunisasi
Meningitis meningokokus tetravalen harus imunisasi di
pelabuhan Embarkasi dan diberi kartu ICV serta minum
Cyprofloxacin 500 mg dosis tunggal sebagai profilaksis.
N. Surveilans Epidemiologi (SE)
a. Tujuan
Tujuan SE kesehatan haji adalah mencegah keluarnya penyakit
menular dari Indonesia dan masuknya penyakit menular dari luar
negeri yang mungkin terbawa oleh calon/ jemaah haji ke Indonesia,
mengetahui distribusi penyakit, kematian menurut waktu dan
tempat serta faktor risiko yang terdapat pada calon/ jemaah haji
Indonesia
b. Kegiatan
a) SE dilakukan melalui jejaring surveilans kesehatan haji (net
working) sejak di tanah air sampai dengan di Arab Saudi.
b) Pengumpulan, pengolahan, analisis dan diseminasi data atau
informasi, dilakukan dengan menggunakan fasilitas sistem
komputerisasi haji terpadu (Siskohat) bidang kesehatan di Arab
Saudi, pusat, embarkasi/ debarkasi haji dan dinas kesehatan
provinsi yang telah tersedia jaringan Siskohat bidang kesehatan.
c) Pengumpulan, pengolahan, analisis dan diseminasi data atau
informasi di puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/ kota dan
dinas kesehatan provinsi yang belum tersedia jaringan Siskohat
bidang kesehatan dilakukan dengan mengirim laporan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
d) Dinas kesehatan Kabupaten/ Kota bersama-sama petugas
puskesmas melaksanakan SE paska haji dengan mengamati
kondisi kesehatan jemaah haji secara pasif dan aktif.
• SE secara pasif adalah jemaah haji mengirimkan K3JH
setelah 14 hari setibanya di daerah asal ke Puskesmas
pemeriksaan awal/ terdekat.
• SE secara aktif adalah petugas puskesmas mengunjungi ke
rumah jemaah haji untuk mengetahui kondisi kesehatannya
apabila setelah 14 hari jemaah haji tidak mengirimkan
K3JH.
• Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota bertanggung jawab
mengkoordinasikan pelaksanaan SE yang dilaksanakan oleh
Puskesmas.
• Pembiayaan SE secara aktif disediakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota.
O. Dasar Hukum

Permenkes No.15 Tahun 2016 Tentang Istito’ah Jama’ah Haji


a. Pengertian
Bab. 1 ayat 1, pasal 2 :
Istito’ah adalah kemampuan jema’ah haji secara jasmaniah,
ruhaniah, pembekalan dan keamanan untuk menunaikan ibadah
haji tanpa menelantarkan kewajiban terhadap keluarga.
b. Istito’ah Kesehatan Jama’ah
Haji adalah Kemampuan jama’ah haji dari aspek kesehatan yang
meliputi fisik dan mental yang terukur dengan pemeriksaan yang
dapat dipertanggung jawabkan sehingga Jema’ah haji dapat
menjalankan ibadahnya sesuai tuntunan agama islam.
BAB III

PENATALAKSANAAN

A. Pemeriksaan Kesehatan
a. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama di Puskesmas

Hasil Kegiatan

No Uraian Jumlah %
Jumlah jemaah haji yang
1. Memeriksankan kesehatan 25 JH 100%

JL bds Jenis Kelamin


2 1. Laki- Laki 12 JH 48%
2. Perempuan 13 JH 52%

JH bds Kelompok Umur


1. 20 tahun 1 JH 4%
3 2. 20-49 tahun 14 JH 56%
3. 50-59 tahun 7JH 28%
4. 61 tahun 3 JH 12%

JH bds Tingkat Pendidikan


1. SD 12 JH 48%
4 2.SMP’ 7 JH 28%
3.SLT 4 JH 16%
4. PT 2 JH 8%

Jh bds Pekerjaan
1. Ibu Rumah Tangga 2 JH 8%
2. PNS/TNI/POLRI 2 JH 8%
5 3. BUNM/ D 1 JH 4%
4. Mahasiswa 0 JH 0%
5. Swasta 7JH 28%
6. Wiraswsta. 12 JH 48%
7. Petani 6 JH 24%
8. Pensiunan 1 JH 4%

JH bds Kategori Kesehatan


1.. Mandiri 11 JH 44%
6 2. Observasi 11 JH 44%
3. Pengawasan 3 JH 12%
4. Tunsa 0 JH 0%

7 Jumlah bds Rujukan


1. Rujuk 14 JH 56%
2. TdjRujuk 11 JH 44%

8 Jh bds Kelurahan
1. Larangan 5 JH 20%
2. Langut 1JH 4%
3. Kiajaran Wetan 4 JH 16%
4. Kiajaran Kulon 11 JH 44%
5. Lanjan 2 JH 8%
6. Waru 2 JH 8.%
7.Luar Wilayah 0 JH 0%

Berdasarkan yang
diberangkatkan ke tanah suci ;

1. Jumlah Calon jama’ah haji


9 yang diberangkatkan 17JH 68%

2. Jumlah calon jama’ah haji


yang gagal berangkat 8 JH 32%
karena keterbatasan
kuota.

10 Jumlah CJH yang melakukan


vaksinasi :
1. Vaksin Covid-19 Dosis 1 25 JH 100%
2. Vaksin Covid-19 Dosis 2 25 JH 100%
3. Vaksin Covid-19 Dosis 3 22 JH 88%
4. Vaksin Meningitis (MM) 17 JH 68%
11 Jumlah pasangan usia subur 13 JH 52%
yang memeriksaan tes urin
12 Jumlah jamaah haji berdasarkan
Istito’ah dari 17 orang :
1. Yang tidak memenuhi 0 JH 0%
syarat Istito’ah
2. Yang memenuhi syarat 10 JH 59%
Istitoah dengan
pendampingan
7 JH 41%
3. Memenuhi syarat Istitoah

b. Analisis Hasil Kegiatan


a. Jumlah Calon Jamaah Haji yang mendaftar kesehatan ke puskesmas
Kiajaran Wetan sebanyak 25 orang dan Jumlah Calon Jamaah Haji yang
memeriksakan kesehatan sebanyak 25 orang dengan cakupan 100%.
b. Dari jumlah calon Jemaah haji yang memeriksakan kesehatan sebanyak
25 orang, berdasarkan jenis kelamin adalah 12 orang Laki-laki (48%) dan
perempuan sebanyak 12 orang (52%)
c. Berdasarkan kelompok umur calon Jemaah haji yang sudah memeriksa
kesehatan adalah 1 orang berumur 20 tahun (4%), antara 20 tahun – 49
tahun sebanyak 14 orang (56%), kelompok umur 50 tahun – 59 tahun
sebanyak 7 orang (28%), kelompok umur 61 tahun sebanyak 3 orang (12%)
d. Berdasarkan tingkat pendidikan maka yang berpendidikan SD sebanyak
12 orang (45%), SMP sebanyak 7 orang (28%), SLT sebanyak 4 orang
(16%), PT sebanyak 2 orang (8%)
e. Berdasarkan pekerjaan Ibu Rumah Tangga berjumlah 2 orang (8%),
PNS/TNI/POLRI berjumlah 2 orang (8%), BUMN/D berjumlah 1 orang
(4%), Swasta berjumlah 7 orang (28%), Wiraswasta berjumlah 12 orang
(48%), Petani berjumlah 6 orang (24%), Pensiunan berjumlah 1 orang (4%)
f. Berdasarkan Kategori Kesehatan Mandiri berjumlah 11 orang (44%),
observasi 11 orang (44%), Pengawasan berjumlah 3 orang (12%)
g. Berdasarkan Kelurahan Larangan berjumlah 5 orang (20%), Langut
berjumlah 1 orang (4%), Kiajaran Wetan berjumlah 4 orang (16%), Kiajaran
Kulon 11 orang (44%), Lanjan berjumlah 2 orang (8%), Waru berjumlah 2
orang (8%)
h. Berdasarkan yang calon jemaah haji diberangkatkan ke tanah suci
berjumlah 17 orang (68%) sedangkah calon Jemaah haji yang gagal
berangkat karena keterbatassan kuota berjumlah 8 orang (32%)
i. Berdasarkan Calon Jamaah Haji yang melakukan vaksinasi Covid-19
dosis 1 berjumlah 25 orang (100%), dosis 2 berjumlah 25 orang (100%),
dosis 3 berjumlah 22 orang (88%), dan vaksin Meningitis berjumlah 17
orang (68%)
j. Berdasarkan pasangan usia subur yang memeriksaan tes urin berjumlah
13 orang (52%
k. Berdasarkan memenuhi syarat Istitoah dari 17 calon jamaah haji yang
diberangkatkan yang tidak memenuhi syarat 0 orang (0%), yang memenuhi
syarat Istitoah dengan pendampingan 10 orang (59%), dan memenuhi
syarat Istitoah 7 orang (41%)
BAB IV

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Dari hasil kegiatan Pemeriksaan Kesehatan Calon Jamaah Haji Tahun 2022 maka
dapat disimpulkan bahwa :

Dari Jumlah Calon Jamaah Haji yang memeriksakan kesehatan di Puskesmas yang
bisa diberangkatkan hanya 17 Calon Jamaah Haji dari Jumlah 25 orang calon
jamaah haji yang telah memeriksakan kesehatan.

Berdasarkan Istitoah maka hanya 7 orang Calon Jamaah Haji yang memenuhi
syarat Istitoah dan sisanya sejumlah 10 orang Calon Jamaah Haji memenuhi
syarat Istitoah dengan pendampingan

Demikian Laporan Hasil Pemeriksaan Kesehatan Calon Jamaah Haji Tahun 2022
DOKUMENTASI

FOTO KEGIATAN PEMERIKSAAN KESEHATAN HAJI DI PUSKESMAS


KEGIATAN VAKSINASI COVID 19 DOSIS 2 CALON JAMA’AH HAJI
KEGIATAN VAKSINASI BOOSTER COVID 19
KEGIATAN HOST SPORT CALON JAMA’AH HAJI
KEGIATAN VAKSINASI MENINGITIS CALON JAMA’AH HAJI
KEGIATAN SWAB CALON JAMA’AH HAJI
FOTO BERSAMA TIM KESEHATAN PUSKESMAS DAN CALON JAMA’AH HAJI
KEGIATAN K3 JH

Anda mungkin juga menyukai