Anda di halaman 1dari 33

INFORMASI KONSUMEN TERKAIT PENERIMAAN TEKNOLOGI,

PEMBOIKOTAN, PENCARIAN Dan PEMBUKAAN PRODUK

ELFANI SAFARISA
Institut Negeri Agama Islam Kudus, Indonesia
@elfanias9@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to find out about consumer information related to technology acceptance,
boycott, product search and opening. This also conceals the effect of price adjustments in the
market, the platform browsing model (browsing bias), the intensity of the boycott effect remains
strong and stable, the application of technology in sales (0nlineshop), the causal effect of
increasing product ratings. And I also include several ways to innovate in business, and use
social media as a way to promote the products we sell. The data for this research were obtained
from the owners of the SMEs themselves. The method I used in this research was the
Participatory Action Research (PAR), Observation, Interview, and Outreach methods. This study
proves that the application of technology and product improvement have an effect on market
prices. Consumer information is also very influential in improving products and models of these
products. Factors that affect product marketing delays are the lack of use of online media in
promoting these products.

Keywords: application of technology, boycott, international politics, price influence,


product search and opening

ABSTRAk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang Informasi konsumen terkait penerimaan
teknologi, pemboikotan, pencarian dan pembukaan produk. Ini juga menyelidiki pengaruhi
penyesuaian harga di pasar, model perambahan platform (perambahan bias), intensitas efek
boikot tetap kuat dan stabil, pengaplikasian teknologi dalam penjualan (0nlineshop), efek kausal
dari peningkatan peringkat produk. Dan saya juga mencantumkan beberapa cara melakukan
inovasi dalam berbisnis, dan pemanfaatan media sosial sebagai salah satu cara untuk
mempromosikan produk yang kita jual. Data penelitian ini diperoleh dari pemilik umkm sendiri,
Metode yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah metode Participatory Action Research
(PAR), Observasi, Wawancara, dan Sosialisasi. Penelitian ini membuktikan bahwa
pengaplikasian teknologi dan peningkatan produk berpengaruh pada harga pasar. Informasi
konsumen juga sangat berpengaruh dalam peningkatan produk dan model dari produk tersebut.
Faktor yaang mempengaruhi terhambatnya pemasaran produk yaitu kurangnya penggunaaan
media online dalam mempromosikan produk tersebut.

Kata kunci: penerapan teknologi, pemboikotan, pengaruh harga, pembukaan produk

INTRODUCTION
`Kita harus melihat sistem harga sebagai suatu mekanisme untuk mengkomunikasikan
informasi jika kita ingin memahami fungsi sebenarnya dari suatu fungsi yang, tentu saja,
memenuhi kurang sempurna karena harga menjadi lebih kaku' (Hayek, 1945, hal. 526).

Mengikuti pengamatan awal Hayek, para ekonom menganggap penyesuaian harga sebagai
mekanisme penting dimana informasi tentang perubahan permintaan dan biaya dikomunikasikan
kepada pelaku pasar. Dengan demikian, langkah-langkah sejauh mana dan kecepatan dimana
guncangan eksogen ditransmisikan menjadi harga sering digunakan sebagai tolok ukur untuk
menilai fungsi pasar. Literatur empiris tentang transmisi harga (dan pass-through biaya) sangat
besar dan mencakup banyak perbedaan pasar dan periode waktu.1 Literatur ini dengan jelas
menunjukkan bahwa harga menyesuaikan (a)jarang dan/atau lambat dan (b) sering asimetris
hingga guncangan eksogen.

Argumen yang berbeda telah diajukan untuk menjelaskan lambat, tidak lengkap dan / atau
transmisi harga asimetris: kekuatan pasar, biaya menu, tertinggal penyesuaian manajemen
produksi dan persediaan, pembentukan kebiasaan dan inersia konsumsi dan diferensiasi produk
Baru-baru ini, penjelasan terkait perilaku pencarian konsumen telah banyak diterima perhatian
formal . Sementara detail teknisnya berbeda, fitur umum dari semuanya modelnya adalah
perilaku pencarian konsumen dan penetapan harga perusahaan ditentukan serentak. Insentif
perusahaan untuk menyesuaikan harga (ke atas atau ke bawah) terhadap guncangan eksogen
ditentukan oleh seberapa baik konsumen diinformasikan tentang harga. Pada saat yang sama,
motivasi konsumen untuk menjadi informasi dan belajar tentang harga individu tergantung pada
perilaku pengaturan harga rms (detail lebih lanjut akan diberikan di bagian berikut). Dalam
model ini kenaikan biaya ditransmisikan lebih banyak cepat dibandingkan dengan penurunan
biaya, karena konsumen mencari lebih banyak (dan dengan demikian informasi yang lebih baik)
dalam kasus pertama. Oleh karena itu, model-model ini menyediakan teoretis pencarian dasar
pemikiran untuk `fenomena roket dan bulu'.

Terlepas dari gelombang kerja teoretis baru-baru ini tentang dampak informasi dan
pencarian konsumen pada penetapan harga, bukti empiris langka. Alasan untuk ini dua kali lipat:
Pertama, sumbangan informasi konsumen atau biaya pencarian konsumen biasanya tidak dapat
diamati secara langsung dan karena itu sulit untuk diukur. Kedua, seperti yang ditunjukkan di
atas, perilaku penelusuran konsumen cenderung dipengaruhi oleh keputusan penetapan harga dan
dengan demikian endogen: perubahan harga yang sering dan substansial mengurangi insentif
konsumen untuk mencari karena tingkat depresiasi (harga) dalam formasi tinggi. Demikian juga,
keuntungan konsumen dari pencarian kecil jika perusahaan membebankan harga yang sama dan
dispersi harga di pasar rendah. Endogenitas pencarian konsumen ini membuat sulit untuk
mengidentifikasi efek kausal informasi mengenai penetapan harga pada umumnya, dan transmisi
harga pada khususnya.

Kami berkontribusi pada literatur empiris yang langka ini dalam dua dimensi: Pertama,
kami menerapkan ukuran baru dari informasi konsumen berdasarkan pola komuter yang tepat
yang bisa dibilang independen dari perilaku pengaturan harga perusahaan dan dengan demikian
memungkinkan identifikasi efek kausal. Kami menyelidiki transmisi harga di pasar retail gaso
line di Austria untuk jangka waktu tertentu ketika situs web melaporkan secara komprehensif
dan informasi terkini tentang harga bensin belum tersedia. Sebenarnya akan SPBU tertentu
sebenarnya adalah satu-satunya cara bagi konsumen untuk mengetahui harga bensin sewa saat ini
di SPBU tersebut.3 Sebagaimana dikemukakan oleh Marvel, informasi tentang harga bensin
berbeda secara signifikan antara dua kelompok konsumen: komuter dan non komuter. Komuter
dapat dengan bebas mencicipi semua penawaran harga bensin sepanjang rute komuter mereka
dan oleh karena itu biasanya memiliki informasi yang lebih baik daripada non komuter. Kami
memperoleh ukuran informasi konsumen dengan menggunakan data rinci tentang perilaku
komuter dari sensus Austria untuk menghitung bagian komuter melewati setiap SPBU.
Perhatikan bahwa ini ukuran informasi konsumen ditentukan oleh keputusan jangka panjang
konsumen untuk bolak-balik (yaitu tempat tinggal dan bekerja), yang ortogonal dengan jangka
pendek stasiun keputusan penetapan harga. Kedua, kami menggunakan pendekatan empiris yang
fleksibel untuk mengukur tingkat harga transmisi dengan memperkirakan model koreksi
kesalahan ambang batas (TECM). Metode ini menentukan nilai ambang optimal secara endogen
untuk setiap stasiun yang akan diklasifikasi mantra harga stasiun menjadi rezim yang berbeda,
dan memperkirakan penyesuaian harga terpisah parameter untuk setiap rezim. Pendekatan ini
memperhitungkan transmisi rms perubahan biaya pada kecepatan yang berbeda, tergantung pada
ukuran dan tanda kejutan biaya. Oleh karena itu kita dapat membedakan antara asimetri dalam
kecepatan penyesuaian dan asimetri dalam ambang batas (dan dengan demikian ukuran rezim
yang berbeda). Ini berubah menjadi penting untuk menafsirkan hasil empiris kami dalam terang
teoretis. model. Konsisten dengan prediksi teoretis, kami menemukan bukti empiris bahwa
bensin transmisi harga stasiun dipengaruhi oleh informasi konsumen. Bagian yang lebih besar
dari komuter yang terinformasi mengarah pada kecepatan transmisi harga yang lebih tinggi dan
elastisitas pass-through yang lebih tinggi. Kami selanjutnya menemukan efek yang signifikan
dan negatif informasi konsumen tentang asimetri dalam ambang batas penyesuaian. `roket dan
fenomena bulu 'menjadi kurang penting untuk pompa bensin dengan besar pangsa konsumen
yang terinformasi.

Persepsi publik yang negatif terhadap perusahaan dan negara yang dibentuk oleh politik
internasional sering menimbulkan menyerukan boikot. Misalnya, pada Oktober 2019 sebuah
tweet mendukung anti-pemerintah Hong Kong protes oleh manajer umum Houston Rockets
memicu reaksi keras di China, dan CCTV yang dikelola negara berhenti menyiarkan
pertandingan NBA. Pendukung protes Hong Kong, di gilirannya, menargetkan film Disney
Mulan untuk diboikot. Hanya beberapa bulan kemudian, negara-negara Muslim seperti Turki dan
Bangladesh menyerukan boikot barang Prancis setelah presiden Prancis didukung kartun Nabi
Muhammad. Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa itu penting untuk baik pembuat kebijakan
pemerintah dan manajer perusahaan untuk memahami sejauh mana konsumen perilaku
dipengaruhi oleh politik internasional. Bahkan, boikot semakin sering dan lebih sukses dalam
beberapa tahun terakhir meskipun free-ride dan masalah agen kecil, karena media sosial telah
mempermudah untuk menginformasikan kepada publik tentang tindakan kolektif dan membujuk
mereka untuk melakukannya berpartisipasi .

Perusahaan dapat menyesuaikan harga dalam menanggapi perubahan penjualan setelah


pecahnya boikot, dan beberapa pengecer bahkan dapat berpartisipasi dalam boikot dengan
menaikkan harga produk yang ditargetkan. Oleh karena itu, perkiraan efek boikot di atas akan
dikacaukan sejauh pilihan konsumen dipengaruhi oleh penyesuaian harga endogen tersebut.
Selain itu, sejak penjualan bir non-Jepang kemungkinan akan terpengaruh secara positif oleh
boikot, penting untuk menganalisis interaksi antara keduanya produk yang diboikot dan tidak
diboikot di pasar. Untuk mengatasi masalah ini, kami memperkirakan permintaan bir pra-boikot
menggunakan kerangka kerja permintaan pilihan diskrit produk yang berbed. Lalu kita
mensimulasikan penjualan bir pasca-boikot seandainya boikot tidak terjadi dengan menggunakan
estimasi konsumen parameter utilitas dan guncangan permintaan pra-boikot. Perbandingan
penjualan yang diprediksi dan diamati mengungkapkan bahwa sementara penjualan yang diamati
dari 10 bir Jepang paling populer adalah 83 persen lebih rendah rata-rata dari perkiraan penjualan
selama periode pasca-boikot, bir lokal terlaris diuntungkan sebagian besar dari boikot. Di sisi
lain, permintaan alternatif luar (misalnya konsumsi tanpa alkohol atau produk minuman keras
lainnya) relatif stabil. Sebagai strategi identifikasi alternatif, kami mempertimbangkan
spesifikasi utilitas yang diperkenalkan parameter boikot yang menangkap ukuran keinginan
konsumen untuk berpartisipasi dalam boikot, atau setara dengan disutilitas konsumen dari
mengkonsumsi produk yang diboikot. Kami memperkirakan modelnya menggunakan
pengamatan sebelum dan sesudah boikot. Hasil estimasi menunjukkan bahwa, seperti yang
diharapkan.
Perilaku konsumen di Web telah menjadi subjeknya penelitian yang cukup besar dalam
beberapa tahun terakhir, tetapi pemahaman itu dibuat sulit oleh fakta bahwa entitas utama yang
terlibat, konsumen dan bisnis, telah diubah. Pertama, setiap konsumen sekarang juga pengguna
komputer. Konsumen online melakukan semua fungsi konsumen tradisional di komputer saat
berinteraksi dengan sistem, yaitu situs Web komersial. Oleh karena itu, dia juga menunjukkan
semua karakteristik pengguna komputer. Kedua, toko fisik telah diubah menjadi toko virtual
melalui teknologi informasi (TI). Dalam dunia komersial fisik, sebagian besar TI yang digunakan
untuk operasi tetap ada di latar belakang, tidak terlihat oleh konsumen. Di e-commerce,
bagaimanapun, teknologi telah dipindahkan ke latar depan dan telah menjadi toko itu sendiri
sebagai Situs web.Toko berbasis web yang menggunakan “jaringan dan teknologi Internet untuk
komunikasi dan transaksi antara berbagai kelompok pemangku kepentingan seperti bisnis dan
konsumen” baru-baru ini juga disebut

Penerimaan teknologi juga bisa melalui usaha yang dapat dengan mudah di bangun
dengan modal yang relatif sedikit dibanding toko biasa contohnya adalah membangun Online
Shopping yang kebanyakan pembeli nya adalah wanita karena mereka terlalu sibuk mengurus
rumah tangga sehingga tidak memiliki waktu untuk berbelanja ke toko konvensional ataupun ke
mall Pengertian Online Shopping sendiri adalah proses pembelian barang/jasa oleh konsumen ke
penjual real-time, tanpa pelayan dan melalui Internet. Toko virtual ini mengubah paradigma
proses membeli produk/jasa dibatasi oleh tembok, pengecer atau mall. Proses tanpa batasan ini
dinamakan belanja online Business-to- Consumer (B2C). Ketika pebisnis membeli dari pebisnis
yang lain dinamakan belanja online Business-to- Business (B2B). Keduanya adalah bentuk e-
commerce (electronic commerce). Diawali tahun 1990-an. Tim Berners-Lee dengan world wide
web (www) server pertamanya, membuka penggunaannya secara komersial dan dipergunakan
sebagai sistem online toko pizza. Pizza Hut Tahun 1994, Netscape memperkenalkan enkripsi
data SSL transfer online, agar belanja lebih aman. Tahun 1995, Amazon meluncurkan situs
belanja online dilanjutkan dengan eBay di tahun 1996.

Pada dasarnya toko offline dan toko online adalah sama. Jika toko offline maka pembeli
atau konsumen akan mendatangi tempat usaha Sedangkan toko online adalah pembeli atau
konsumen “mendatangi toko” dengan membuka website. Jadi kesimpulannya, pengertian toko
online adalah sarana atau toko untuk menawarkan barang dan jasa lewat internet, dimana
pengunjung dapat melihat barang-barang di toko online. Mereka melihat barang-barang tersebut
yang berupa foto-foto, video dll. Toko online tersedia selama 24 jam sehari, memiliki lebih
banyak konsumen yang mengakses lewat internet kapan dan dimana pun, lebih banyak
menghemat BBM dan waktu. Toko online menjelaskan produk yang dijual dengan baik, melalui
teks, foto dan file multimedia. Mereka juga menyediakan informasi produk, prosedur
keselamatan, saran, dan cara penggunaannya, fasilitas untuk berkomentar, me-ranking itemnya,
akses meninjau situs lain, fasilitas real-time menjawab pertanyaan pelanggan, sehingga
mempercepat mendapat kata sepakat pembelian dari berbagai vendor pemilik toko online. Toko
Online selalu meningkatkan kinerjanya dengan menganalisa pengunjungnya sehingga mereka
tahu bahwa kita ada, bagaimana dan mengapa kita datang, di mana kita melihat dan mencari
produknya, melihat apa yang kita beli, dan bagian apa yang kita tidak suka, serta mengapa kita
pergi tanpa membeli.Berdasarkan informasi itu, mereka mengoptimalkan diri untuk memenuhi
kebutuhan pengunjungnya agar lebih baik, misalnya dengan fasilitas search box, reviews of
products, personalized recommendations. Selain menawarkan keuntungan, belanja online juga
memiliki resiko sehingga konsumen harus mempertimbangkan:
1. Komputer atau telepon genggam harus memiliki antivirus, update perlindungan spy-
ware, anti
phishing, anti pharming dan fire-wall,
2. Jika anak-anak boleh belanja melalui Online Shop, maka beritahukan semua hal
tentangnya baik
keuntungan maupun kerugiannya,
3. Professionalisme situs tercermin dari dicantumkannya nomor telepon, alamat, e-
messenger, e-mail, atau komentar orang-orang terhadap reputasi baik tidaknya toko online, jika
tidak ada, patut diragukan,
4. Memastikan posting konsumen tidak dibagikan dengan orang lain tanpa persetujuan,
terutama data KTP, Nomor Rekening Bank, yang tidak berhubungan dengan proses pembelian,
5. Adanya kebijakan tentang pengembalian yang adil dan wajar,
6. Dicantumkannya, jika ada, semua biaya yang tersembunyi, termasuk diskon, biaya
kirim, karena
mungkin barang yang sama memiliki harga yang berbeda dengan toko konvensional,
sehingga perlu cek lagi,
7. Adanya jaminan atau asuransi pengiriman produk, jika hilang atau rusak,
8. Lebih aman jika membayar dengan account paypal, namun jika menggunakan kartu
kredit, pastikan URL situs memiliki tanda secure (https) serta situsnya benar-benar
dikrekomendasikan oleh banyak pihak, atau jika menggunakan transfer via ATM bank, dan
bukan kartu debit pastikan keamanan transfernya offline, bukan melalui web.
9. Menyimpan dokumen transaksi, bukti pembayaran dan bukti pengiriman barang jika ada
claim dan yang berkaitan dengan tuntutan pidana nantinya,
10. Membersihkan data caches dan history komputer/ponsel, jika menggunakan milik
orang lain.

Hanya dalam waktu beberapa dekade, telah terjadi ledakan peringkat online, hingga titik di
mana hampir semuanya dinilai secara online. Sejalan dengan peningkatan ini ulasan telah
menjadi pengurangan drastis dalam biaya memperoleh informasi ini. Bagaimana apakah
pelanggan menggunakan informasi yang pada dasarnya gratis ini tentang produk dan layanan?
Ada banyak alasan untuk meyakini bahwa konten ulasan mungkin tidak bermanfaat bagi
pelanggan, termasuk keahlian domain yang tidak diketahui dari peninjau, potensi bias ulasan,
dan biaya membaca semua ulasan yang tersedia untuk produk tertentu. Tetapi jika peringkat
berkorelasi dengan kualitas produk dan pelanggan mengetahui hal ini, maka peringkat akan
berdampak permintaan produk.

Saya berusaha menjawab apakah peningkatan nilai rating yang dilaporkan untuk suatu
produk menyebabkan peningkatan permintaan produk. Untuk melakukan ini, saya tidak hanya
membutuhkan data peringkat, harga, dan volume pesanan, tetapi pengaturan di mana saya dapat
dengan jelas mengidentifikasi kausalitas. Saya juga mendalami apakah ada fitur dasar produk,
penjual, dan pelanggan yang memengaruhi sejauh mana peringkat menyampaikan informasi
yang berguna bagi pelanggan yang pada gilirannya mempengaruhi efek kausal dari peringkat.
Secara khusus, saya berhipotesis bahwa peringkat yang lebih tepat berdasarkan lebih banyak
ulasan harus lebih memengaruhi perilaku, pelanggan harus lebih mengandalkan peringkat ketika
mereka memiliki sedikit informasi luar tentang penjual, pembeli yang berpengalaman mungkin
menggunakan peringkat lebih sedikit, dan pembeli yang tidak tertarik dengan kualitas harus
melakukannya tidak terpengaruh oleh peringkat.
Saya menerapkan desain diskontinuitas regresi1 pada set data tingkat transaksi yang berisi
semesta peringkat produk dan pesanan dari situs e-niaga Way fair.com. Saya menggunakan
ambang pembulatan eksogen peringkat yang dihadapi pelanggan untuk memperkirakan efek
kausal dari peningkatan 0,5 bintang dalam peringkat yang ditampilkan pada volume pesanan dan
pendapatan untuk minggu setelah kenaikan, teknik yang dipelopori oleh Luca dan Anderson dan
Magruder. Saya menemukan efeknya menjadi peningkatan pesanan 4,1 persen volume dan
peningkatan 5,3 persen untuk pendapatan. Karena kedua besaran ini tidak secara statistik berbeda
satu sama lain, dan mengingat informasi saya tentang harga, saya menyimpulkan bahwa
peningkatan pendapatan murni karena peningkatan kuantitas yang diminta, bukan perubahan
harga.Selain itu, saya menemukan efek dari peringkat yang dilaporkan pada permintaan produk
menjadi heterogen di seluruh karakteristik produk dan penjual tertentu, dan bahwa efek ini
bervariasi. dengan cara yang intuitif, seperti yang ditunjukkan pada Bagian 5.3 hingga 5.6.
Secara khusus, efek dari peringkat pesanan produk terbesar untuk produk dengan jumlah ulasan
tinggi: ada tidak ada efek untuk produk terkecil, dan efek hingga sepuluh persen untuk produk
terbesar produk. Selain itu, untuk produk dari penjual dengan merek yang relatif tidak dikenal,
ada peningkatan pesanan produk sebesar 5,6 persen saat mereka melihat peningkatan peringkat,

Platform e-niaga mengoperasikan pasar online yang menengahi banyak sekali transaksi
langsung antara pembeli dan penjual.1 Itu raksasa e-commerce mendapatkan pendapatan komisi
dari setiap unit yang terjual di pasar, tetapi mereka juga menjual produk pihak pertama bersama
dengan produk pihak ketiga. Ini dapat dianggap sebagai perambahan platform. Penjual pihak
ketiga harus bersaing tidak hanya dengan penjual lain tetapi juga dengan platform yang membuat
aturan diterapkan pasar.2 Itu mungkin terdengar tidak adil bagi penjual pihak ketiga. Apalagi
beberapa pengamat berpendapat bahwa platform mengarahkan konsumen ke produk pihak
pertama mereka dengan memanipulasi mesin pencari dan sistem rekomendasi. Bias seperti itu
bisa dianggap sebagai bias konten sendiri.3 Praktek-praktek ini telah menarik perhatian terutama
dari para pembuat kebijakan dan publik.4 Misalnya memposting proposal yang menyarankan
bahwa perusahaan teknologi terbesar di Amerika, seperti Amazon, Facebook, dan Google,
dipecah karena mereka memiliki terlalu banyak kekuatan.5 Terutama, dia berpendapat bahwa
“Amazon menghancurkan perusahaan kecil dengan menyalin barang yang mereka jual Amazon
Marketplace dan kemudian menjual versi bermereknya sendiri.” Sebenarnya, sebelumnya
pernyataan ini diberikan, India memberlakukan pemisahan platform besar. Di bulan Februari
2019, pemerintah India memberlakukan peraturan baru yang melarang penggunaan ganda mode
marketplace dan reseller, yang akhirnya memisahkan Amazon dan Flipkart.6 Tujuan dari
makalah ini adalah eksplorasi efek penjualan pihak pertama dan bias konten sendiri pada penjual
dan konsumen pihak ketiga. Pertama, model benchmark diperiksa di mana platform monopoli
mengoperasikan satu-satunya pasar yang memungkinkan penjual dan konsumen untuk
bertransaksi secara langsung, tetapi tidak menjual terlebih dahulu produk pesta. Itu bisa dianggap
sebagai perantara murni. Model mengakomodasi keputusan partisipasi endogen oleh penjual dan
konsumen.

LITERATURE RIVIEW
Teori
Sejumlah model teoretis mengaitkan transmisi harga asimetris dengan perilaku pencarian
konsumen. Fitur utama dari model ini adalah kekakuan harga atau, sebaliknya, kecepatan
penyesuaian harga terkait dengan intensitas pencarian konsumen atau ketersediaan informasi
konsumen: Jika lebih banyak konsumen yang mendapat informasi, pasar menjadi lebih
kompetitif, margin harga-biaya menurun, dan perubahan biaya terjadi diteruskan ke konsumen
lebih cepat. Meskipun mekanisme pastinya berbeda, penyesuaian harga asym metric dalam
model ini dihasilkan oleh konsumen yang mencari lebih banyak ketika biaya atau harga
meningkat daripada ketika biaya atau harga menurun: Di Yang dan Ye konsumen tidak
mengamati biaya produksi secara langsung, tetapi mempelajari biaya dengan cara mengamati
harga rms. Konsumen belajar tentang kejutan biaya positif lebih cepat dan kenaikan biaya
dengan demikian diteruskan lebih cepat daripada penurunan biaya. Di Tapata konsumen mencari
lebih banyak ketika biaya meningkat, dan karena itu kenaikan harga input berlalu lebih cepat.
Dalam Lewis (2011) konsumen lebih banyak mencari ketika harga (dan arenanya biaya)
meningkat, dengan konsekuensi serupa pada asimetri harga dinamika. Dalam Cabral dan
Fishman (2012) konsumen belajar tentang kejutan biaya dengan mengamati perubahan harga,
yang mendorong mereka untuk mencari pasar. Untuk menghindari perusahaan pencarian
konsumen menahan diri untuk tidak memberikan penurunan biaya yang kecil, yang mengarah ke
lebih lambat pass-through dari penurunan biaya (kecil) relatif terhadap kenaikan biaya.

karenanya biaya meningkat, dengan konsekuensi serupa pada asimetri harga dinamika.
Dalam Cabral dan Fishman (2012) konsumen belajar tentang kejutan biaya dengan mengamati
perubahan harga, yang mendorong mereka untuk mencari pasar. Untuk menghindari perusahaan
pencarian konsumen menahan diri untuk tidak memberikan penurunan biaya yang kecil, yang
mengarah ke lebih lambat pass-through dari penurunan biaya (kecil) relatif terhadap kenaikan
biaya. Untuk memudahkan interpretasi bukti empiris yang ada, kami meninjau kembali secara
singkat Model Tappata (2009), yang paling dekat hubungannya dengan analisis empiris kami.
Dalam model ini sejumlah kecil n > 1 perusahaan menjual produk yang homogen. Mereka
menghadapi biaya marjinal konstan c dan bersaing dalam harga. Ada satuan massa konsumen
dengan permintaan unit untuk produk dan kemauan untuk membayar v > c. SEBUAH share λ ∈
[0, 1] konsumen dapat mencicipi semua harga tanpa biaya. Seperti biasa di literatur (lihat
misalnya Baye, Morgan, dan Scholten, 2004) kami mengacu pada konsumen ini sebagai
'pembeli'. Konsumen ini membeli dengan harga terendah, asalkan tidak melebihi kesediaan
mereka untuk membayar v. Di bagian empiris kita akan mendapatkan ukuran untuk pangsa
pembeli berdasarkan perilaku perjalanan masing-masing konsumen.

Kerangka Teoritis dan Tindakan Studi

Pembahasan metrik akan menyertai pembangunan hipotesis berbasis teori sehingga kita
nanti bisa memeriksa jaringan nomologis untuk menguji validitas konstruk. Meskipun
pendekatan ini tidak mengikuti konvensional format artikel, kami merasa dapat dibenarkan
mengingat menekankan pada metrik dalam edisi khusus. Ada berbagai upaya untuk membangun
model perilaku konsumen secara online. Contohnya termasuk melihat "konversi" peselancar
Web ke pelanggan Web, mempelajari perolehan informasi konsumen dan keputusan pembelian
online, dan menentukan alasan untuk tidak berbelanja online. Teori biaya transaksi telah
digunakan untuk menjelaskan dampak TI di pasar struktur tetapi juga untuk memahami perilaku
konsumen individu. Misalnya pembeli biaya pencarian adalah biaya transaksi yang besar dan
mereka dapat menentukan perilaku pembeli dan akhirnya pasar struktur. Sebuah pertanyaan
penting adalah apakah konsumen online berpikir dan bertindak berbeda dari bagian lawan offline
mereka. Jika demikian, metrik mana yang dapat kita gunakan untuk membatasi perbedaan?
Misalnya, konsumen online tidak dapat bergantung pada panca indera untuk melakukan
pembelian; alih-alih, mereka harus bergantung pada representasi produk terbatas seperti itu
seperti foto dan deskripsi teks. Namun, studi memiliki menunjukkan bahwa representasi produk
secara online, memang kualitas keseluruhan dari pengalaman berbelanja, penting untuk kedua
sikap terhadap belanja online sebagai serta niat untuk membeli. Bagaimanapun, tidak dapat
mengandalkan tampilan produk yang menarik, musik yang menarik, dan cli entele "hip" untuk
meyakinkan pelanggan mereka untuk membeli. Sebaliknya, mereka mungkin bergantung pada
halaman Web yang dirancang dengan baik dan fitur Web yang canggih, seperti sistem
rekomendasi dan checkout sekali klik. Konsumen online juga bisa memiliki lingkungan sosial
dan kerja yang berbeda dari konsumen offline. Misalnya, niat untuk membeli secara online
dipengaruhi oleh tingkat kurangnya waktu luang konsumen, seperti dalam belanja offline, tetapi
juga oleh tingkat gaya hidup kabel mereka.

Perbedaan utama antara perilaku konsumen online dan offline adalah bahwa konsumen
online umumnya lebih kuat, menuntut, dan utilitarian dalam dirinya. ekspedisi belanja.
Akibatnya, loyalitas pelanggan pada Web rendah secara keseluruhan; meskipun, seperti di dunia
fisik, itu dipengaruhi oleh ketersediaan konten yang bagus dan relevan dengan cara yang
menyenangkan Konteks. Tempat kekuasaan tampaknya bergeser dari vendor ke konsumen siapa
tidak menyukai iklan dan promosi tradisional online. Penelitian juga memiliki menunjukkan
bahwa fitur situs tertentu, seperti ketersediaan bagian FAQ atau promosi di pintu masuk toko
Web, dapat memengaruhi lalu lintas di situs Web dan penjualan keseluruhan. Tidak seperti
konsumen offline, konsumen online memperhatikan risiko yang melekat dalam pembelian di
Web, risiko seperti penipuan kartu kredit dan tidak menerima produk yang tepat. Risiko yang
dirasakan belanja online dan persepsi kemudahan penggunaan Situs web telah terbukti
mempengaruhi sikap terhadap pembelian online. Namun, dampak kemudahan penggunaan yang
dirasakan tampaknya bervariasi tergantung pada jenis tugas yang dilakukan konsumen.
Tantangan yang jelas dalam literatur empiris tentang hubungan antara informasi dan harga
adalah pengukuran informasi konsumen individu wakaf atau aktivitas pencarian pembeli. Dalam
karya seminalnya tentang `The Economics of Informasi', Stigler (1961) berpendapat bahwa
konsumen akan mencari lebih banyak jika manfaat dari peningkatan pencarian dan/atau jika
biaya pencarian menurun. Dengan tidak adanya langsung mengukur endowment informasi
konsumen, variabel proxy biasanya digunakan dapat diklasifikasikan menurut garis ini, yaitu
indikator yang terkait dengan manfaat dari juga sebagai biaya pencarian. Dalam salah satu studi
empiris pertama tentang dampak informasi konsumen dan harga di pasar bensin, Marvel (1976)
menggunakan konsumsi bensin per mobil untuk proxy manfaat dari pencarian. Keuntungan akan
lebih besar jika konsumsi per kapita tinggi. Median pendapatan keluarga dan sekolah digunakan
untuk mengukur biaya pencarian. Marvel (1976) berpendapat bahwa peningkatan pendapatan
keluarga meningkatkan biaya peluang waktu (biaya pencarian)9 dan bahwa pendidikan yang
lebih baik meningkatkan efisiensi pencarian. Sorensen (2000), menyelidiki pasar obat resep,
berpendapat bahwa frekuensi pembelian merupakan elemen penting dari keputusan pencarian.
Jika resep dibeli berulang kali, informasi harga diperoleh dari pencarian pasar bisa digunakan
beberapa kali sebelum informasi ini `kedaluwarsa'. Pasar ini harus demikian dicirikan oleh
konsumen yang memiliki informasi lebih baik dibandingkan dengan pasar untuk produk lebih
jarang dibeli.

Pendekatan baru untuk mengukur dampak biaya pencarian diadopsi oleh Sherman dan
Weiss (2017). Berdasarkan data yang dikumpulkan secara manual dari pasar luar ruang di
Yerusalem, penulis menggunakan variasi cross-sectional dan temporal pada pejalan kaki
kemacetan sebagai salah satu proxy dari biaya pencarian. Bukti tidak langsung tentang dampak
biaya dan manfaat dari pencarian dalam jangka waktu yang lama disediakan dalam Eckard
(2004). Eckard (2004) membandingkan dispersi harga komoditas yang sama pada tahun 1901
dan 2001 dan menemukan bahwa dispersi harga telah meningkat dari waktu ke waktu, meskipun
pengenalan teknologi pengurangan biaya pencarian yang signifikan dalam transportasi dan
komunikasi. Itu penulis berpendapat bahwa produk yang dianalisis merupakan bagian yang jauh
lebih kecil dalam anggaran konsumen pada tahun 2001 dibandingkan tahun 1901. Penurunan
biaya pencarian dengan demikian mungkin telah terlampaui oleh penurunan manfaat dari
pencarian (terkait dengan pengurangan bagian anggaran dari produk-produk ini) dari waktu ke
waktu.
Terlepas dari kekhawatiran yang disebutkan di atas tentang mengapa ulasan mungkin tidak
memengaruhi perilaku pengguna, ada banyak alasan untuk mempercayainya. Jika pelanggan
peduli dengan kualitas produk dan umumnya setuju tentang apa yang diperlukan oleh kualitas
itu, maka mereka harus bersedia membayar lebih untuk barang dengan kualitas lebih tinggi (atau
lebih cenderung membeli barang saat meningkatkan kualitasnya dan mempertahankan harganya
tetap).2 Dan karena banyak yang menggunakan ulasan sebagai proksi untuk menyimpulkan
kualitas, kami mengharapkan ulasan yang lebih tinggi untuk meningkatkan konsumen tuntutan.
Memang, menurut survei tahun 2018 oleh BrightLocal3 , 68 persen individu katakanlah ulasan
positif membuat mereka lebih cenderung menggurui bisnis.

Kami menganalisis transmisi harga antara Indeks Minyak Mentah Brent sebagai biaya
kami mengukur Ct dan harga eceran bensin Pi,t. Tersedia harga eceran yang seimbang panel
semua N = 281 stasiun bensin dari perusahaan minyak terkemuka yang terintegrasi secara
vertikal di Austria. Harga eceran diamati setiap hari untuk periode dari 1 Januari 2003 hingga 5
Desember 2004 (T = 705 hari), dan diukur dalam Eurocents per liter.10 Indeks Minyak Mentah
Brent diambil dari bursa komoditas berjangka ICE (Intercontinental Exchange), berspesialisasi
dalam perdagangan Brent, jenis utama Eropa minyak mentah. Harga minyak mentah (setelah
dikurangi pajak) dilaporkan setiap hari dalam Dolar AS dan dikonversi menjadi Eurocent per
liter berdasarkan kurs yang berlaku kecepatan. Karena persaingan di pasar bensin eceran sangat
terlokalisir (Slade, 1986; Pinkse, Slade, dan Brett, 2002), variabel yang menunjukkan intensitas
persaingan didasarkan pada kedekatan spasial stasiun saingan. 281 stasiun dalam sampel oleh
karena itu digabungkan dengan semua (2.815) pom bensin di Austria. Lokasi geografis yang
tepat dan karakteristik semua SPBU dikumpulkan oleh perusahaan Experian Catalist pada
Agustus 2003.11 Ukuran persaingan yang pertama adalah dihitung sebagai jumlah stasiun
saingan dalam radius 2 km di sekitar tertentu stasiun.12 Selain itu, kami menggunakan jarak
mengemudi ke stasiun saingan terdekat (tidak milik perusahaan minyak yang sama). Terakhir,
kami menyertakan variabel dummy yang menunjukkan apakah stasiun tersebut terletak di
sepanjang jalan raya (Autobahn), yang merupakan premium lokasi dengan persaingan yang
berkurang dan permintaan yang sangat tidak elastis (sejak meninggalkan jalan raya untuk
mencari stasiun saingan sangat mahal). Untuk memperhitungkan heterogenitas stasiun, kami
menyertakan jumlah pompa dari lokasi, variabel dummy yang menunjukkan apakah stasiun
tersebut memiliki layanan petugas (bukan swalayan) dan apakah buka 24 jam sehari. Untuk
mengontrol untuk lokal kondisi permintaan kami menyertakan volume harian rata-rata bensin
yang terjual pada periode tersebut Dalam pertimbangan.

Untuk memperoleh ukuran yang menunjukkan dukungan informasi konsumen, kami


menggunakan pola perjalanan yang diamati. Gagasan utama di balik ukuran informasi kami
adalah berdasarkan gagasan, pertama kali disebutkan dalam Marvel (1976), bahwa komuter
memiliki akses untuk informasi tentang distribusi harga di sepanjang rute perjalanan mereka
secara virtual tidak ada biaya, `hanya karena stasiun dapat dijelajahi di sepanjang rute yang
diambil untuk bekerja dengan hanya sedikit usaha tambahan dan penundaan'. Komuter juga
diuntungkan lebih dari informasi tersebut, karena mereka mengkonsumsi lebih banyak bensin.13
Kami menggunakan data pada tingkat regional yang sangat terpilah, memungkinkan kami untuk
mengidentifikasi dan menghubungkan komuter dengan stasiun bensin individu, dan untuk
menghitung bagian komuter per SPBU. Ini akan menjadi ukuran pangsa pembeli λ kami. Oleh
karena itu kami berkontribusi pada literatur tentang dinamika harga dengan memberikan
alternatif dan ukuran yang lebih langsung dari anugerah informasi konsumen, baru bagi literatur
tentang transmisi biaya. Perhatikan bahwa (i) keputusan (jangka panjang) untuk bepergian
independen dari dinamika harga (jangka pendek), yang memungkinkan interpretasi kausal dari
hasilnya, dan bahwa (ii) tidak seperti proxy untuk perilaku penelusuran berdasarkan penggunaan
Internet, pola komuter memberikan indikator untuk `clearinghouse informasi' itu tidak dapat
diakses oleh rms, konsisten dengan sebagian besar model pencarian konsumen.14 Identifikasi
dengan demikian didasarkan pada variasi spasial dari ukuran informasi ini.

Dalam kumpulan data ini, saya mengamati suatu produk setiap kali menerima peringkat
baru dari pengguna. Untuk setiap pengamatan, saya menghitung peringkat bintang rata-rata
kumulatif untuk produk tersebut (termasuk peringkat yang baru saja ditinggalkan pelanggan),
sehingga dalam data saya, saya melacak bintang yang tepat peringkat untuk setiap produk dari
waktu ke waktu. Misalnya, jika suatu produk diberi peringkat sepuluh kali, itu muncul sepuluh
kali dalam kumpulan data, dengan setiap pengamatan mencantumkan peringkat bintang yang
tepat produk pada saat rating baru diterima.12 Dalam setiap pengamatan, saya memiliki
informasi tentang sejumlah variabel yang terkait dengan produk pada saat peringkat baru.
Sementara peringkat bintang yang tepat dari suatu produk menunjukkan rata-rata kumulatif
sederhana dari peringkat bintang untuk produk, peringkat bintang yang dibulatkan adalah
peringkat bintang persis yang dibulatkan ke setengah bintang terdekat yang ditampilkan kepada
pengguna di menelusuri halaman. Ada sembilan kemungkinan peringkat yang dibulatkan yang
dapat dilihat pelanggan di penelusuran halaman: 1, 1,5, 2, dan seterusnya hingga 5. Ambang
pembulatan terdekat untuk suatu produk pada titik waktu adalah ambang pembulatan yang paling
dekat dengan peringkat bintang yang tepat (misalnya, jika sebuah produk memiliki peringkat
yang tepat antara 4 dan 4,5 bintang, ambang terdekatnya adalah 4,25, seperti itu adalah titik di
kisaran itu di mana semua peringkat di bawah akan menjadi 4, dan semua peringkat diatas akan
menjadi 4,5). Ada delapan ambang pembulatan: 1,25, 1,75, 2,25, dan seterusnya sampai 4.75.

Makalah ini berkontribusi pada literatur yang berkembang tentang kekuatan pendorong di
belakang boikot dan mereka berdampak pada penjualan produk.5 Secara khusus, makalah ini
mempelajari apakah politik internasional mempengaruhi hasil pasar dari produk yang dibedakan
dengan mengubah persepsi publik tentang suatu negara. Dengan pengecualian Hendel, Lach, dan
Spiegel (2017) yang mempelajari tentang boikot keju cottage yang diselenggarakan di Israel
pada tahun 2008 untuk mengekang kekuatan pasar, karya sebelumnya terutama meneliti efek
pengganti boikot, jenis boikot yang paling umum, di mana perusahaan berfungsi sebagai wakil
negara asal mereka. Ashenfelter, Ciccarella, dan Shatz (2007) dan Chavis dan Leslie (2009)
mempelajari boikot anggur Prancis di AS akibat dari penentangan pemerintah Prancis terhadap
penggunaan kekuatan militer terhadap Irak. Sedangkan Chavis dan Leslie (2009) menemukan
bahwa penjualan bahasa Perancis anggur turun 13 persen selama enam bulan periode boikot,
Ashenfelter, Ciccarella, dan Shatz (2007) berpendapat bahwa penurunan tersebut sebagian besar
disebabkan oleh musim dan penurunan anggur sekuler penjualan dan menyimpulkan bahwa tidak
ada efek boikot. Hong, Hu, Prieger, dan Zhu (2011) menunjukkan bahwa boikot mobil Prancis di
China, yang diakibatkan oleh persepsi bias anti-China di kalangan politisi Prancis dalam
pandangan mereka tentang kerusuhan politik di Tibet pada awal tahun 2008, mengakibatkan a
Penurunan penjualan mobil Prancis sebesar 25-33 persen selama dua periode boikot (lima bulan
bersamaan) di 2008. Clerides, Davis, dan Michis (2015) menemukan dampak negatif perang Irak
terhadap penjualan AS minuman ringan di beberapa negara Arab, namun hampir tidak
berdampak pada penjualan penjualan deterjen kain AS.
Makalah ini terkait dengan dua helai literatur. Untai pertama mencakup studi penjualan
pihak pertama oleh perantara platform, yang dapat diartikan sebagai campuran salah satu dari
dua model bisnis populer: mode marketplace dan reseller.7 Pihak pertama efek penjualan telah
dipelajari dari perspektif yang luas, seperti masalah ayam dan telur dalam koordinasi partisipasi
antara pembeli dan penjual, efek negatif pada insentif investasi penjual dengan tinggi potensi
permintaan, tingkat substitusi antara penjual produk, dan produk label pribadi platform. Namun
demikian, penelitian ini tidak mengizinkan bias konten sendiri atau hak istimewa platform dalam
bentuk apa pun. Untai kedua terdiri dari studi tentang bias pencarian konsumen. Studi yang ada
selidiki manfaat menjadi penjual 'terkemuka' dalam pencarian konsumen dan mengeksplorasi
bagaimana platform perantara memanipulasi bias pencarian. Namun, ini studi tidak membahas
masalah penjualan pihak pertama oleh perantara. Literatur mencakup beberapa laporan yang
menggambarkan studi tentang kombinasi penjualan pihak pertama dan bias konten sendiri. Studi
oleh Burguet et al. dan de Corniere`dan Taylor membahas topik ini dengan mengizinkan
platform perantara untuk mengintegrasikan satu penjual yang bersaing dan untuk mengarahkan
konsumen yang kurang informasi ke penjual tersebut. Namun, dalam model mereka, platform
tidak diperbolehkan mengumpulkan komisi penjual pihak ketiga, yang merupakan perbedaan
yang sangat penting dari penelitian ini disajikan di sini.

RESEARCH METHOD

1. Metode Participatory Action Research (PAR) adalah metode riset yang dilakukan
secara partisipatif kepada masyarakat atau warga untuk mendorong aksi-aksi
perubahan menuju yang lebih baik.
2. Metode Observasi. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui pengamatan disertai dengan pencatatan terhadap objek yang diamati.
pengamatan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
Observasi dilakukan langsung ke lapangan untuk mengetahui potensi UMKM Umami
Food yang ada di Jepara dan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi.
3. Wawancara. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden. Wawancara
dilakukan kepada pemilik usaha dan karyawan usaha mikro kecil menengah Arsyie
Hijab.
4. Sosialisasi. Sosialisasi merupakan suatu metode yang dilakukan melalui proses
interaksi kepada masyarakat untuk menyampaikan suatu ide atau gagasan yang
diharapkan dapat dipelajari dan diterapkan oleh masyarakat. Sosialisai pada
pedapingan ini dilakukan kepada pemilik dan karyawan Arsyie Hijab.

RESULTS

1. implementasi strategi penerapan teknologi apa yang harus dilakukan arsyie Hijab dalam
mengembangkan usahanya
Arsyie Hijab merupakan usaha yang dikelola oleh ibu Dzahin Arsyila Althafunnisa yang
berdiri pada tahun 2017. Usaha ini merupakan usaha di bidang hijab kekinian dengan produk
utama yaitu hijab segiempat motif, unrtuk produk lainnya ada hijab segiempat rawis, pashmina,
hijab pet langsung, hijab paris, dan berbagai macam ciput. Selain itu, usaha ini juga menjual
bebeberapa tas dengan merk jims honey. Berdasarkan observasi penulis, usaha ini bersifat usaha
bisnis keluarga karena usaha ini didirikan oleh sepasang suami istri. Usaha ini menjual
produknya melalui offline dan online. Melalui offline dengan menjualnya di toko dekat pasar
mayong jepara. Sedangkan, menjual secara online hanya melalui media sosial facebook dan
Instagram. Usaha ini juga melayani jasa antar sampai rumah dengan beban biaya. Usaha ini juga
membuka jasa reseller. Usaha ini memiliki jumlah karyawan 2orang akan tetapi jika terdapat
banyak pesenan pemilik usaha ikut terjun langsung membantu bagian packing dan pelayanan.
Mengingat jumlah modal yang digunakan masih terbatas jadi pemilik usaha belum berani untuk
merekrut banyak karyawan. Akibat dari adanya pandemi juga membuat toko sedikit sepi dari
biasanya.
Penerapan teori TAM pada Online shopping mengacu pada penggunaan internet dalam
bisnis mengalami perkembangan, dari pertukaran informasi secara elektronik ke aplikasi strategi
bisnis, seperti: pemasaran, penjualan, dan pelayanan pelanggan. E-commerce atau Online shop
dapat digunakan pada jaringan global, dan biasanya dilengkapi dengan aplikasi pemrosesan
pesanan secara On-line, Electronic Data Interchange (EDI) untuk mengirim dokumen bisnis, dan
keamanan sistem pembayaran Electronic Funds Transfer (EFT). Penerimaan teknologi dalam
penerapannya pada bisnis online shopping memberikan gambaran bahwa bisnis online harus lah
memiliki unsur kepercayaan. Penerimaan Konsumen belanja online dapat bervariasi saat
berbelanja untuk produk yang berbeda Zhou. et al., (2004). Sebagai contoh, konsumen dirasakan
risiko yang berbeda dengan produk yang berbeda Bhatnagar dan Ghose (2004b); Bhatnagar dkk.
(2000); Pires dkk. (2004) Konsumen online menjadi semakin beragam. Hal ini ditunjukkan
dalam penelitian yang menyatakan bahwa faktor pengaruh berbagai konsumen belanja online.
Dengan demikian, persyaratan untuk konten informasi dan format presentasi yang diberikan oleh
pengecer online dapat berbeda. Lingkungan belanja online mencakup konten informasi dan
presentasi, transaksi, bantuan online dan layanan konsumen. Lingkungan belanja online
berpotensi dapat meningkatkan pengalaman online dan meningkatkan loyalitas konsumen.
Misalnya, menyenangkan dan menarik belanja visual-lingkungan online yang juga menyediakan
komunitas online dan interaktif dapat meningkatkan eksplorasi dan belanja impulsif pembeli, dan
lingkungan berbelanja yang mudah dan dikontrol secara online mungkin cocok berorientasi
dengan tujuan pembeli. Oleh karena itu, strategi pemasaran online yang optimal adalah untuk
mempersonalisasikan lingkungan belanja untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi konsumen
yang berbeda (misalnya, berorientasi tujuan atau pengalaman, dan pemula atau berpengalaman).

Tahapan Pemasaran
1. penyediaan stok barang/produk
penyediaan barang ini biasanya diambil langsung dari konveksi hijab agar
modal tidak terlalu banyak dan dapat menjualnya dengan harga terjangkau
2. pemilihan tempat yang strategis
bertujuan agar produk dapat lebih mudah dijumpai oleh masyarakat
3. penjualan
bisa dilakukan secara offline melalui toko dan secara online melalui media
sosial
4. promosi
mengadakan beberapa promosi agar menarik minst konsumen
5. pengemasan
jika melakukan pengiriman dengan jarak jauh maka dilakukan pengemasan
secara baik

2. Bagaimana implementasi penguatan daya saing apa yang harus dilakukan Arsyie Hijab
dalam mengembangkan usahanya
Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis baik kepadanpemilik maupun karyawan
Arsyie Hijab, produk yang diperjual belikan sudah cukup baik, dan juga produk sesuai dengan
tren masa kini, akan tetapi belum bisa memaksimalkan pemasaran dengan menggunakan
teknologi yang ada yaitu berkaitan dengan penggunaan media sosial. Selain itu produk yang
ditawarkan hampir sama dengan toko yang lain. Hal ini perlu dipertimbangkan oleh pemilik agar
produk lebih menarik minat masyarakat.

3. Bagaimana implementasi pemanfaatan informasi konsumen atau pasar untuk Arsyie Hijab
dalam mengembangkan usahanya
Seiring berjalannya waktu arus globalisasi terus menerus berlangsung dengan cepat
semakin banyak informasi yang berbeda terutama model fashion dan hijab yang semakin
beragam. Hal ini dapat memengaruhi produk yang dijual oleh UMKM arsyie Hijab karena ini
terkait dengan permintaan pasar yang selalu berubah-ubah. Namun hsl ini juga dapat
menguntungkan pelaku usaha karena jika menyediakan barang yang sedang dicari dan
digandrungi maka pasti banyak pembeli. Hal ini perlu disiasati pelaku usaha dengan cara terus
menggali informasi pasar melalui media sosial maupun dalam kehidupan nyata agar dapat
menyediakan produk secara tepat dan efisien.

4. Bagaimana implementasi faktor inovasi apa yang dilakukan Arsyie Hijab dalam
mengembangkan usahanya
Pemilik Arsyie Hijab melakukan inovasi dengan cara memberikan harga lebih murah agar
menarik minat konsumen. Selain itu, pemilik juga menyediakan berbagai model dan motif hijab
dari yang untuk dewasa maupun anak kecil dan juga menyediakan perlengkapan hijab seperti
ciput. Agar berbeda dengan penjual hijab yang lain pemilik melakukan inovasi dengan
mengkhususkan tokonya lebih banyak menjual hijab dengan stok dan warna yang lebih banyak
dan beragam agar menarik minat pelanggan karena pembeli bisa memilih hijab sesuai dengan
seleranya tanpa harus berpindah-pindah toko.

Tahapan penelitian

Tahap Persiapan Identifikasi Sosialisasi


Masalah

Evaluasi Pendampingan
dan Pelatihan
Gambar 1. 1

Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini meliputi 4 tahap yaitu:


1. Tahap Persiapan Pada tahap ini merupakan tahap awal yang dilakukan dengan cara
mencari
sumber literature dan melakukan survei lokasi
2. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini merupakan dilakukan identifikasi masalah melalui wawancara
langsung, dan observasi pada UMKM Arsyie Hijab
3. Sosialisasi
Proses ini meliputi beberapa materi kepada pemilik dan seluruh karyawan yang ada di
UMKM Arsyie Hijab. Adapun materi yang diberikan tersebut antara lain:
a. Pemberian materi tentang risiko pada usaha
b. Pemberian materi tentang bagaimana cara mengelola risiko rantai pasokan,
c. Memberikan materi tentang strategi diversifikasi dalam mengembangkan usaha.
4. Pendampingan dan Pelatihan
Setelah mendapatakan materi selanjutnya dilakukan proses pendampingan pada
Arsyie Hijab yaitu dengan menerapkan pelatihan bagaimana cara meningkatkan daya
saing yang ada pada usahanya, dan menerapkan strategi-strategi untuk
mengembangkan usahanya melalui penerapan teknologi. Pada pedampingan diikuti
oleh pemilik dan seluruh karyawan yang ada.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses akhir dari sebuah program kegiatan,dalam rangka upaya
mengevaluasi seluruh rangkaian kegitan evaluasi dilakukan oleh semua pihak secara
tersistem, dan cermat, agar semua kendalan dan hambatan dapat teratasi dengan baik.

DISCUSSION
1. Analisis strategi penerapan teknologi apa yang harus dilakukan arsyie Hijab
dalam mengembangkan usahanya
Arsyie Hijab merupakan usaha kecil menengah yang pemasarannya hanya berada
sekitar jepara saja. Oleh karena itu diperlukannya strategi penerapan teknologi
secara maksimal agar produk-produknya dapat tersebar luas.
Penerapan dan pemanfaatan teknologi secara maksimal seperti:
1. memaksimalkan website
Adanya Halaman Khusus tentang Produk Hijab dengan menambahkan
halaman khusus tentang produk yang dijual. Hal ini akan membuat konsumen
menjadi mudah ketika akan memilih dan melihat-lihat produk yang
ditawarkan. Di halaman ini juga kamu bisa memberikan penjelasan dengan
lebih rinci tentang produk tersebut. Pemilik juga bisa memberikan keterangan
baik tentang bahan, kelebihan ataupun keunggulan dari produk tersebut.
2. Memaksimalkan instragam
Ini merupakan salah satu media sosial dengan pengguna terbanyak saat ini.
Sehingga, tentu saja ketika bisa memaksimalkannya maka akan banyak calon
konsumen baru yang akan berbelanja. Selain itu juga membuat foto produk
yang menarik agar semakin menarik minat pelanggan.
3. Memaksimalkan marketplace
Tren belanja online yang semakin meningkat membuat pengguna marketplace
juga semakin banyak. Ini tentu menjadi salah satu keuntungan yang bisa
didapatkan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan informasi yang
jelas dan detail, bekerjasama dengan agen ekspedisi.
2. Analisis penguatan daya saing apa yang harus dilakukan Arsyie Hijab dalam
mengembangkan usahanya
Daya saing produk hijab dari arsyie hijab sangatlah kuat selain kualitasnya
bagus harganya pun sangat terjangkau sehingga membuat produknya memilik
daya saing yang lebih kuat. Namun kekuatan ini harus terus dipertahankan
karena semakin bertambahnya waktu pasti ada toko lain yang akan melakukan
hal yang sama, ini adalah sebagai tantangan bagi pemilik UMKM hijab ini.
Cara meningkatkan daya saing:
1. Jalankan Pemasaran Online
Banyak usaha kecil menengah yang belum menjalankan pemasaran secara
digital. Padahal, zaman yang telah modern mengharuskan untuk “go
online” supaya bisnis lebih mampu bersaing.  
2. Ikuti Perkembangan Tren
Saat ada tren yang baru, di situlah ada peluang baru yang bisa
dimanfaatkan untuk meraup keuntungan. Anda perlu segera merespons
permintaan pasar dengan menyediakan produk yang sedang hits di
kalangan masyarakat. Dengan mengikuti perkembangan tren, pemilik
usaha bisa selalu menyediakan kebutuhan masyarakat yang berubah-ubah.
Sehingga bisnis akan selalu relevan dan terus dicari oleh konsumen.
3.  Lakukan Inovasi yang Menarik
Tanpa inovasi, cepat atau lambat bisnis akan ditinggalkan. Pemilik usaha
harus membuat gebrakan baru. Perubahan diperlukan agar konsumen tidak
merasa bosan dengan produk yang itu-itu saja. Namun pastikan inovasi itu
menarik dan dapat menjawab kebutuhan konsumen yang selama ini belum
pernah ditawarkan oleh bisnis lain, sehingga bisnis akan menciptakan tren
yang baru dan tidak hanya sekadar mengikuti tren saja.
4.  Perlakukan Pelanggan dengan Baik
Dalam meningkatkan daya saing, Anda harus memperlakukan pelanggan
dengan baik. Pelanggan adalah sumber penghasilan bisnis. Jika pelanggan
meningkat, penghasilan bertambah, begitu juga sebaliknya. Maka dari itu,
layani setiap pelanggan secara profesional dan penuhi permintaan mereka.
Perhatikan kepuasan pelanggan, karena keberadaan mereka akan
menjamin keberlangsungan usaha ke depannya.
5. Belajar Manajemen Bisnis
Pelaku usaha harus menguasai manajemen bisnis. Usaha kecil menengah
juga perlu memiliki manajemen bisnis yang baik agar semua lini dalam
bisnis dapat berjalan sesuai dengan perencanaan dan berhasil mencapai
tujuan.1
3. Analisis pemanfaatan informasi konsumen atau pasar untuk Arsyie Hijab dalam
mengembangkan usahanya
Berdasarkan penelitian penulis mengetahui informasi kosumen atau pasar
sangatlah penting karena hal ini dapat sangat membantu pemilik Arsyie Hijab
dalam menentukan produk yang dijual dapat meraup keuntungan serta dapat
membantu kosumen dalam pemenuhan kebutuhannya.
Dengan memanfaatkan teknologi informasi di bidang bisnis akan memberikan
dampak positif yang besar untuk jalanya bisnis yang kita bangun. Berikut
beberapa manfaat penting teknologi informasi dalam bidang bisnis
1) Munculnya peluang bisnis baru (E-business), dengan semakin
majunya teknologi dan informasi akan mendorong beberapa orang untuk
menciptakan beberapa peluang yang sangat menguntungkan dan sebagai
modal bisnis yang sangat menguntungkan. Contohnya pemanfaatan kemajuan
teknologi dan komunikasi adalah google. Di mana search engine google
banyak digunakan untuk mencari sesuatu di internet dan perusahaan google
akan mendapatkan banyak keuntungan.
2) Mengurangi biaya produksi dan operasional, kemajuan teknologi dan
informasi dapat membantu perusahaan dalam mengurangi biaya produksi
sehingga perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang besar dengan
mengeluarkan pengeluaran yang sedikit. Dan mengurangi operasional
sehingga perusahaan dapat menambah jumlah produksi di setiap barang
produksinya.
3) Mempermudah proses komunikasi dan monitoring setiap karyawan,
mempermudah proses komunikasi dan monitoring setiap karyawan yang
bekerja, sehingga karyawan tidak perlu repot-repot datang ke ruang rapat dan
1
https://leukeun.com/en_US/blog/our-blog-1/post/cara-meningkatkan-daya-saing-bisnis-anda-di-tengah-
ketatnya-persaingan-404 (diakses pada tanggal 26 november 2022)
berkumpul bersama, dan bisa melakukan teleconference untuk saling
berkomunikasi mengenai beberapa ide. Hal tersebut membuat rapat menjadi
lebih praktis dan juga dapat mengawasi kinerja para karyawan.
4) Akses informasi dan penyebaran informasi, mempublikasikan berita melalui
internet dapat tersebar luas dengan cepat dibandingankan dengan enggunakan
fax atau pos. Kita dapat menyebar luaskan informasi ke seluruh dunia dan
dapat berinteraksi langsung melalui komputer.
5) Komunikasi yang cepat, fasilitas yang ada di internet banyak membuktikan
kecepatanya berkomunikasi dengan orang yang dituju, seperti E-mail yang
telah banyak digunakan untuk mengirim dan menerima dokumen. Chat atau
video conferencing juga mempercepat komunikasi.
4. Analisis faktor inovasi apa yang dilakukan Arsyie Hijab dalam mengembangkan
usahanya
Dalam dunia bisnis persaingan sangatlah ketat. Setiap pelaku usaha pasti
berlomba lomba menyediakan yang terbaik. Oleh karena itu perlu adanya inovasi
produk. Ide inovasi dan kreatifitas dalam bisnis hijab akan membantu bisnis agar
lebih mudah melakukan penyesuaian terhadap permintaan pasar. Inovasi juga
akan membantu perusahaan kamu agar bisa menghasilkan produk yang
berkualitas. Inovasi tidak hanya pada kualitas produk saja, ini juga meliputi
layanan yang kamu berikan kepada pelanggan. Dengan mengembangkan kualitas
pelayanan maka bisnis milikmu juga akan semakin berkembang baik karena
mendapatkan feedback yang bagus dari konsumen. Sedangkan di sisi lain,
kreatifitas memiliki peran penting juga untuk memenangkan persaingan pasar.
Kreatifitas akan mendorong kamu untuk membuat ide produk hijab yang lebih
baru dan unik.
Dengan kreatifitas yang tinggi, maka tidak sulit bagi siapa saja untuk bisa
menghasilkan produk premium yang lebih unggul dibandingkan kompetitor.
Bahkan dengan kreatifitas pelaku usaha bisa lebih siap dalam melawan segala
perubahan tren bisnis yang terjadi.
Inovasi Bisnis pada Proses
Inovasi bisnis bukan hanya dari produk saja. Namun, inovasi bisnis ini juga dapat
dilakukan pada bagian proses. Berikut beberapa contoh inovasi bisnis dari segi
proses, yaitu:
- toko offline berubah menjadi toko online. Hal yang paling terlihat dari inovasi
bisnis di bagian proses adalah proses penjualan yang dulunya dilakukan secara
offline, sekarang dilakukan secara online.
Dulunya menjual barang dengan menggunakan sistem online dianggap sebagai
hal yang tidak biasa. Namun, sekarang sudah banyak marketplace sehingga
menjual barang secara online dianggap sebagai hal yang lumrah. Lebih-lebih
setelah adanya pandemi, proses bisnis justru lebih banyak menggunakan sistem
online dibandingkan dengan offline.
- cara pembayaran. Selain sistem berjualan, cara pembayaran juga berubah. Dulu,
kita banyak menemukan sistem pembayaran secara tunai. Namun sekarang kita
sendiri lebih nyaman melakukan pembayaran dengan menggunakan scan barcode
atau menggunakan fitur transfer.
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan ketika sedang melakukan inovasi
bisnis, seperti:
1. Terus Gali Kreativitas
Bisnis tidak hanya mengenai perhitungan matang antara laba dan modal. Tetapi,
juga membutuhkan proses kreativitas agar dapat memajukan bisnis. Bentuk
kreativitas sangat diperlukan ketika menjalankan teknik pemasaran.
Contohnya saja seperti produksi iklan, mendesain kemasan produk, menulis teks
yang menarik, hingga meningkatkan kualitas produk serta layanan. Sehingga,
pelaku usaha harus mempunyai kreativitas serta bekerjasama dengan tim dengan
visi serta misi yang sama agar bisa meningkatkan nilai bisnis.
2. Melakukan Analisis Kompetitor
Ketika melakukan salah satu contoh inovasi bisnis, Anda harus melakukan
analisis kompetitor terlebih dulu. Anda dapat menganalisis produk seperti apa
yang kompetitor miliki, detail produk, layanan hingga fitur yang dimiliki. Bahkan
strategi pemasaran yang dimiliki oleh competitor juga harus diketahui. Jika sudah
memahami apa yang kurang di merek yang Anda miliki namun dikuasai oleh
kompetitor, Anda dan tim harus mulai melakukan inovasi agar dapat lebih unggul
dari mereka.
Minimal, level produk yang Anda miliki tidak berbeda jauh dengan kompetitor di
mata konsumen. Anda dapat mengadopsi strategi yang sama dengan kompetitor,
bahkan berpikir semakin kreatif agar dapat menyajikan hal yang baru untuk
konsumen.
3. Lihat Testimoni Konsumen
Dari testimoni yang diberikan konsumen, Anda bisa memperoleh ide baru untuk
dipelajari. Seluruh opini yang diberikan konsumen, entah opini yang baik maupun
buruk, harus dipertimbangkan dengan baik untuk melakukan inovasi. Hindari
mengabaikan kolom review di situs jual beli maupun komentar di media sosial.
Anda harus menampung seluruh saran agar bisa membuat strategi yang lebihhebat
untuk usaha yang Anda miliki di masa depan.
4. Optimalkan Teknologi
Seperti dalam contoh inovasi bisnis, mengoptimalkan teknologi dapat dilakukan.
Di era yang semakin canggih ini, sebagai pebisnis Anda juga harus melakukan
pendekatan digital marketing agar bisa meningkatkan cakupan bisnis. Anda bisa
memulainya dengan memasarkan produk serta layanan di platform digital seperti
website atau media sosial. Jika belum memiliki website, Anda bisa mulai
membuat website. Dengan memiliki website, konsumen akan lebih mudah
mengakses informasi produk yang Anda sediakan. Selain itu konsumen juga
semakin mudah melakukan transaksi pembelian secara online.
5. Jangan Ragu Melakukan Perubahan
Bisnis yang telah sukses juga harus tetap melakukan inovasi. Jangan ragu ketika
ingin melakukan inovasi. Anda dapat melakukan perubahan positif agar bisa
menyesuaikan bisnis sesuai dengan permintaan konsumen sekarang ini. Mungkin
Anda tidak dapat merubah layanan atau produk yang disediakan. Tetapi, beberapa
aspek seperti teknik marketing dapat diubah serta disesuaikan.
6. Bentuk Tim yang Solid
Seluruh tim dari atasan sampai bawahan memiliki peran ketika melakukan inovasi
bisnis. Anda dapat melakukan brainstorming selama beberapa hari agar bisa
menampung ide serta saran yang dimiliki pegawai. Selain itu pelatihan karyawan
yang sesuai dengan bidang yang dimilikinya juga dapat menjadi aset perusahaan,
sehingga mereka dapat berkembang untuk mengembangkan bisnis.
7. Tingkatkan Kualitas Produk
Pastikan selalu memperbaiki apa yang kurang dari produk, layanan maupun jasa
yang sekarang ini Anda sediakan. Anda dapat mencari inovasi dan ide agar bisa
meningkatkan kualitas produk agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Anda
tidak perlu menciptakan produk baru yang berbeda dari yang diciptakan saat ini.
Namun, Anda dapat memperbaiki kualitas produk yang sudah dikeluarkan agar
semakin bagus.
8. Lakukan Strategi Pemasaran yang Baru
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, strategi pemasaran merupakan bentuk
inovasi bisnis yang terlihat serta kuat. Satu produk bisa dipasarkan dengan
berbagai macam metode berbeda agar dapat menarik perhatian konsumen.
Ada berbagai macam inovasi ketika melakukan strategi pemasaran, seperti:
a. Menggunakan media pemasaran berbeda-beda. Anda dapat menggunakan
media pemasaran mulai dari yang konvensional seperti di koran hingga
menggunakan iklan digital seperti di media sosial.
b. Menggunakan model iklan. Salah satu bentuk pemasaran yang sekarang ini
sangat digandrungi adalah menggunakan model iklan seperti tokoh berpengaruh
baik influencer maupun yang lainnya.
c. Menggunakan copywriting yang sesuai dengan target konsumen serta
mengikuti trend sekarang ini.
Menciptakan iklan video.
Begitu banyak inovasi ketika melakukan strategi pemasaran. Anda beserta dengan
tim harus membuat formula yang pas agar bisa menarik banyak calon konsumen
yang terlihat potensial.
9. Ikuti Perkembangan Zaman
Ketika berhasil melakukan sebuah inovasi, hindari berhenti begitu saja. Anda
sebagai seorang pelaku bisnis tentu harus mengikuti trend yang terjadi sekarang
ini.
Contohnya saat ini semua bisnis mempunyai website official. Bila tidak
melakukan adaptasi dengan perkembangan pasar, brand yang Anda miliki bisa
tertinggal serta mudah dilupakan oleh konsumen begitu saja.
10. Jadwalkan Program Inovasi Internal
Sebagai pemilik usaha, Anda dapat mencetuskan ide sehingga setiap tim
melakukan program inovasi internal dengan teratur. Langkah ini dilakukan agar
bisa menampung energi kreatif karyawan serta melakukan eksekusi ide brilian
yang dapat direalisasikan.
11. Penuhi Fasilitas Kantor
Sebisa mungkin, buat kantor menjadi nyaman serta sesuai dengan persona dari
brand yang Anda miliki. Sehingga pegawai atau konsumen yang datang langsung
bisa lebih nyaman. Kantor yang nyaman bisa meningkatkan persepsi konsumen
akan merek atau brand yang Anda miliki.
12. Lakukan Laporan Kinerja
Laporan per kuartal diperlukan agar bisa menilai seperti apa grafik pertumbuhan
perusahaan. Anda dapat mencatat apa saja yang menjadi faktor kenaikan serta
cara untuk mempertahankannya.
Jika grafik mengalami penurunan, laporan tersebut dapat digunakan untuk
mencari solusi serta membuat rencana bisnis yang jauh lebih potensial.
CONCLUSION
1. Strategi penerapan teknologi dilakukan untuk mengembangkan pemasaraan dan
pengenalan produk kepada masyarakat . Lingkungan belanja online berpotensi dapat
meningkatkan pengalaman online dan meningkatkan loyalitas konsumen. Misalnya,
menyenangkan dan menarik belanja visual-lingkungan online yang juga menyediakan
komunitas online dan interaktif dapat meningkatkan eksplorasi dan belanja impulsif
pembeli, dan lingkungan berbelanja yang mudah dan dikontrol secara online mungkin
cocok berorientasi dengan tujuan pembeli. Oleh karena itu, strategi pemasaran online
yang optimal adalah untuk mempersonalisasikan lingkungan belanja untuk memenuhi
kebutuhan dan preferensi konsumen yang berbeda
2. Daya saing produk hijab dari arsyie hijab sangatlah kuat selain kualitasnya bagus
harganya pun sangat terjangkau sehingga membuat produknya memilik daya saing
yang lebih kuat. Namun kekuatan ini harus terus dipertahankan karena semakin
bertambahnya waktu pasti ada toko lain yang akan melakukan hal yang sama, ini
adalah sebagai tantangan bagi pemilik UMKM hijab ini.
3. mengetahui informasi kosumen atau pasar sangatlah penting karena hal ini dapat
sangat membantu pemilik Arsyie Hijab dalam menentukan produk yang dijual dapat
meraup keuntungan serta dapat membantu kosumen dalam pemenuhan
kebutuhannya.Dengan memanfaatkan teknologi informasi di bidang bisnis akan
memberikan dampak positif yang besar untuk jalanya bisnis yang kita bangun.
Berikut beberapa manfaat penting teknologi informasi dalam bidang bisnis
4. Dengan kreatifitas yang tinggi, maka tidak sulit bagi siapa saja untuk bisa
menghasilkan produk premium yang lebih unggul dibandingkan kompetitor. Bahkan
dengan kreatifitas pelaku usaha bisa lebih siap dalam melawan segala perubahan tren
bisnis yang terjadi.

LIMITATION
Keterbatasan saya dalam penyusunan artikel ini lebih dominan ke arah koneksi internet
yang sangat lamban dan itu membuat saya susah dalam menerjemahkan kata dari bahasa Inggris
ke dalam bahasa Indonesia. Dan dalam penyusunan ini saya masih di fase percobaan dan baru
belajar jadi teruntuk bapak dosen mohon untuk dimaklumi jika ada aturan penyusunan yang
salah. Saya juga belum menguasai komputer yang saya miliki, serta saya masih belajar untuk
memahami konteks yang saya kerjakan
Keterbatasan dalam umkm yang saya dampingin yaitu 1. Modal yang dimiliki pemilik
umkm tersebut, 2. Keterbatasan ruangan di toko, karena masih banyak produk yang belum
tersususn rapi dan masih di tumpuk jadi satu, 3. Keterbatasan produk, masih banyak jenis hijab
yang belum tersedia di toko, 4. Walaupun tempatnya strategis tapi lahan parkirnya sangat minim

REFERENCE
Kouyaté and Cramon-Taubadel (2016) uncover 492 recent papers using price transmission as a search
term. Excellent reviews of the voluminous empirical literature on price transmission and cost
pass-through are provided in Meyer and Cramon-Taubadel (2004), Frey and Manera (2007),
Wolman (2007), Bakucs, Falkowsky, and Fertö (2014), Hassouneh et al. (2015) and Lloyd
(2017). The existing literature often uses the terms `price transmission' and `cost pass-through'
interchangeably to characterize the impact of cost changes on retail product prices.

Bacon (1991) introduces the term `rockets and feathers phenomenon' for situations in which prices
respond more quickly to cost increases than to decreases

The availability of price comparison websites as well as smart phone applications and automobile global
positioning system, which provide the current price of gasoline at nearby retail locations, had a
substantial eect on consumer search costs in the gasoline market. At the same time, it also makes
it easier for rms to monitor each other's prices and could thus facilitate collusion between rms. In
such a setting, identication of the eects of consumer information on price dynamics is impeded.
Interesting empirical studies on price search behavior on the basis of these technologies include
Lewis and Marvel (2011), De los Santos, Hortacsu, and Wildenbeest (2012) and Byrne and de
Roos (2017)
See Tappata (2009) for details.

We follow Tappata (2009) and assume that ∂g−1 ∂µ > ∂E[p−pmin] ∂µ to ensure that the market
equilibrium is unique.

Measures of family income are also used as proxies for search costs in Barron, Taylor, and Umbeck
(2000), for example. Similarly, Chandra and Tappata (2011), Remer (2015) and Chesnes (2016)
ascribe consumers of alternative products or dierent types of stores to dierent income levels,
arguing that individuals consuming premium gasoline (Chandra and Tappata, 2011; Remer, 2015)
or going to branded gas stations (Chesnes, 2016) earn more, have higher search costs and
therefore search less. By estimating a structural model, Nishida and Remer (2018) provide
empirical evidence that search costs and household income are indeed closely related.

We use gross prices including a fuel tax and VAT. The fuel tax amounts to 40.7 Eurocents in 2003 and
41.7 Eurocents after January 1st 2004. The 20 percent VAT is calculated based on the sum of net
prices and fuel tax. There is no variation in fuel tax or VAT across Austrian regions.

See http://www.catalist.com for company details.

This approach has been widely used in the empirical literature, see for instance Hastings (2004), Barron,
Taylor, and Umbeck (2004), Eckert and West (2005), Hastings and Gilbert (2005), Hosken,
McMillan, and Taylor (2008), Lewis (2008) or Pennerstorfer (2009)

Houde (2012) emphasizes the role of commuters in determining the competitive pressure in local markets.
Theoretical models of Claycombe (1991) and Raith (1996) indicate that markets become more
competitive if the share of commuters increases.

The period of investigation comprises the years 2003 and 2004, when online price comparison sites were
not yet available.

Municipalities are very small regional units in Austria. The average municipality has a size of 13.8
square-miles and a population of 3,373 inhabitants.

The assignment of commuters to this group is based on the shortest path algorithm in ArcGIS. We
compare the distance of the optimal (i.e. the fastest) route between the individual's place of
residence and his/her place of work, with the sum of the distances from the place of residence to
station i and from station i to the place of work. If the distance of traveling via the respective
station i is equal or only marginally longer than the shortest path distance, then the respective
commuter is assumed to pass by station i and is counted as a shopper for this station. If the
commuting distance is long there may be multiple routes of similar length as the optimal
commuting path. We thus weight transit commuters for a particular station by the fraction of
possible routes passing by the respective gasoline station. A more detailed description on the
calculation is provided in Pennerstorfer et al. (2019).

17We are aware that this measure may underestimate the total number of uninformed consumers, but this
denition is a restriction implied by the availability of the data.

18In the sensitivity analysis we include the total number of shoppers and non-shoppers instead of the
share of informed consumers, but nd qualitatively very similar results. The regression results are
also robust to alternative ways of calculating the share of shoppers λ. See Section 5 for a
discussion.

ferences Ajzen, Icek. 1991. The theory of planned behavior. Organ. Behavior and Human Decision
Processes 50(2) 179–211.

Alba, Joseph, John Lynch, Barton Weitz, Chris Janiszewski, Richard Lutz, Alan Sawyer, Stacy Wood.
1997. Interactive home shopping: Consumer, retailer, and manufacturer incentives to participate
in electronic marketplaces. J. Marketing 61(3) 38–53.

Andrews, J. C., S. Durvasula. 1991. Suggestions for manipulating and measuring involvement in
advertising message content. R. H. Holman and M. S. Solomon, eds. Advances in Consumer
Research, vol. 18. Association for Consumer Research.

Anonymous. 1998. Repeat customers are scarce for most sites. Internet World 4(30) 14.

Assael, Henry. 1992. Consumer Behavior and Marketing Action. PWSKENT, Boston, MA.

Atkinson, J. W. 1964. An Introduction to Motivation. Van Nostrand, Princeton, NJ.

Bagozzi, Richard P. 1980. Causal Methods in Marketing. John Wiley and Sons, New York.

Bakos, Yannis. 1997. Reducing buyer search costs: Implications for electronic marketplaces.
Management Sci. 43(12) 1676–1692.

Richard P. Bagozzi, Paul R. Warshaw. 1989. User acceptance of computer technology: A comparison of
two theoretical models. Management Sci. 35(8) 982–1003.

Also, this is much larger than the market share of products that were the target of a surrogate boycott in
previous studies: 2.7 percent for French wine in the U.S. market in 2002 (Chavis and Leslie,
2009; Ashenfelter, Ciccarella, and Shatz, 2007) and 2.6 percent for French automobiles in the
Chinese market in 2008 (Hong, Hu, Prieger, and Zhu, 2011).

Online purchases, unseen by peers or casual observers, could have been a bypass channel for those who
would deviate from the boycott movement.

Throughout the paper, we use the term “sales” to denote a quantity sold and distinguish it from sales
revenue.

For instance, a civic group called ‘The Korean Council for Justice and Remembrance for the Issues of
Military Sexual Slavery by Japan’ has been organizing weekly rallies in front of the Japanese
Embassy every Wednesday since 1992, demanding compensation for the comfort women victims.

A number of papers have examined how boycotts affect the stock prices of target firms. Pruitt and
Friedman (1986) and Davidson III, Worrell, and El-Jelly (1995) found that consumer boycott
announcements were followed by decreases in targeted firms’ stock prices, whereas Koku,
Akhigbe, and Springer (1997) found the opposite result. Also, Teoh, Welch, and Wazzan (1999)
found that shareholder pressure on firms only resulted in positive market reactions
As an exception, Clerides, Davis, and Michis (2015) found both short-run and long-run effects of the
boycott on some (not all) US products in several Arab countries. Unlike them, however, the
treatment period is very clearly defined in our case, and hence the post-boycott sales gap can be
interpreted inarguably as the effect of the boycott.

DellaVigna and Kaplan (2007) showed that the media can also affect voting behavior.

Lan and Li (2015) showed that nationalism may decline as foreign trade increases.

Abhishek, V.; Jerath, K. and Zhang, Z. J., 2016, ‘Agency selling or reselling? Channel structures in
electronic retailing,’ Management Science, 62, pp. 2259–2280.

Anderson, S. P. and Bedre-Defolie, O., 2021, ‘Hybrid platform model,’ Mimeo. ¨

Anderson, S. P.; De Palma, A. and Thisse, J.-F., 1992, Discrete choice theory of product differentiation
(MIT Press, Cambridge, Massachusetts, U.S.A.)

Armstrong, M.; Vickers, J. and Zhou, J., 2009, ‘Prominence and consumer search,’ The RAND Journal of
Economics, 40, pp. 209–233.

Armstrong, M. and Zhou, J., 2011, ‘Paying for prominence,’ The Economic Journal, 121, pp. F368–
F395.

Burguet, R.; Caminal, R. and Ellman, M., 2015, ‘In Google we trust?’ International Journal of Industrial
Organization, 39, pp. 44–55.

de Corniere, A. and Taylor, G., 2014, ‘Integration and search engine bias,’ ` The RAND Journal of
Economics, 45, pp. 576–597.

See Hahn et al. (2001) for more information

See Bar-Isaac and Tadelis (2008) for a survey of the theoretical underpinnings of the effects of reputation
in online settings. Jullien and Park (2014), for example, show that a seller’s revenue stream is
increasing in its reputation for quality

https://www.brightlocal.com/research/local-consumer-review-survey/

It is worth noting that a key purpose of customer ratings is to help solve the asymmetric information
problem in online markets, and support markets that might not otherwise be able to exist (see
Klein and Leffler (1981), Shapiro (1983), and Atkeson et al. (2015)) by allowing sellers of high
quality products to price above sellers of low quality products. Alternatively, it allows high
quality sellers of a product to price above low quality sellers of the same product. Since my
setting is one where each product is sold by a unique seller, I will focus on product quality
specifically.

For a survey of past studies, see Tadelis (2016).

For example, perhaps high demand products receive high ratings due to their popularity.

As of this writing, the default is 48 products per page.


Note that elsewhere on the site, a different rounding is implemented. See Appendix C for an analysis on
these separate rounding thresholds.

Because Wayfair sells the same product on various international and brand sites, ratings are shared across
sites. In other words, a rating for a rug on an affiliate site will also appear on the ratings page (and
aggregate ratings) for that same rug on Wayfair.com

Instead, it is past orders and clicks which drive search ranking. I control for the former in Appendix B.2.1
to remove concerns of feedback effects, and find that my estimated causal effects is mostly
unchanged.

I will also note that the capability to sort products by rating was only implemented in 2014. Additionally,
if the sorting of products was responsible, I would expect to see strong causal effects in my
placebo tests in Appendix B where I use fake rating thresholds in my analysis, as well as in my
tests on the tenth star rounding thresholds in Appendix C. Instead, in these robustness checks I
find no effect of rounded ratings.

I drop observations if the rating left by a customer was flagged as incomplete or fraudulent. These ratings
do not impact cumulative averages, and are never shown to customers on Wayfair’s site.

Note that when I use product fixed effects in my estimations, this is equivalent to using the date that the
product was first listed on Wayfair.com, which is unavailable in my data.

Some of the variables, however, contain data from dates after May 10, 2018. For example, for an
observation on May 10, 2018, total orders in the next seven days contains data for the week
following May 10.

See Appendix B.3.4 for the analysis without dropping observations that have not been ordered within
ninety days. My causal effects on orders and ratings are statistically unchanged, but larger in
magnitude.

https://www.jurnal.id/id/blog/contoh-inovasi-bisnis-sbc/
Akben-Selkuk, E. (2016), “Faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing perusahaan: bukti dari
pasar yang sedang berkembang”, International Journal of Financial Studies, Vol. 4 No.2,
hal. 9.
Meyer, J., & von Cramon‐Taubadel, S. (2004). Asymmetric price transmission: a survey. Journal
of agricultural economics, 55(3), 581-611.
https://masoemuniversity.ac.id/berita/hambatan-dalam-melakukan-perdagangan-
internasional.php
https://www.kompasiana.com/emijulaikah/57492108337b61ad0f7fa86a/manfaat-teknologi-
informasi-di-bidang-bisnis (diakses pada tanggal 26 november 2022)

https://leukeun.com/en_US/blog/our-blog-1/post/cara-meningkatkan-daya-saing-bisnis-anda-di-
tengah-ketatnya-persaingan-404 (diakses pada tanggal 26 november 2022)

Anda mungkin juga menyukai