Anda di halaman 1dari 64

KOMUNIKASI ANTARA PEMERINTAH DAN RAKYAT

DALAM AL QUR’AN PADA SURAH T{A<HA<

SKRIPSI:

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan


Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos.)

Oleh :

MUHAMMAD IKHSAN
NIM / NIRM: 17206242 / 017.35.4.1.1.I.0684

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AS-SUNNAH
DELI SERDANG SUMATERA UTARA
2021M/1442H
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Fokus Kajian ............................................................................................... 5
C. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6
E. Batasan Istilah ............................................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 8


A. Landasan Teoritis ........................................................................................ 8
1. Komunikasi antara Pemerintah dan Rakyat ............................................ 8
a. Definisi Komunikasi ......................................................................... 8
b. Komunikasi Pemerintahan .............................................................. 10
c. Komunikasi Rakyat ......................................................................... 11
d. Fungsi Komunikasi ......................................................................... 13
e. Tujuan Komunikasi ......................................................................... 13
2. Pemerintah dan Rakyat ......................................................................... 14
a. Definisi Pemerintah ......................................................................... 14
b. Fungsi pemerintah ........................................................................... 15
c. Tugas Pemerintah ............................................................................ 17
d. Hak-Hak Pemerintah. ...................................................................... 17
e. Warga Negara (Rakyat)................................................................... 18
f. Hak Rakyat Terhadap Pemerintah ...................................................... 19
g. Kewajiban Warga Negara ............................................................... 20
3. Al Qur‟an .............................................................................................. 21
a. Pengertian Al Qur‟an ...................................................................... 21
b. Karakteristik Al Qur‟an................................................................... 22
c. Surah T{ah> a ...................................................................................... 23
B. Kajian Terdahulu ....................................................................................... 24

BAB III : METODOLOGI DAN TEKNIK PENELITIAN .................................. 26


A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 26
B. Waktu Penelitian ....................................................................................... 26

i
ii

C. Metode dan Langkah-Langkah Penelitian ................................................ 26


D. Pemilihan Sumber Data............................................................................. 27
E. Prosedur dan Teknik Analisis Data ........................................................... 27

BAB IV : HASIL PENELITIAN .......................................................................... 29


A. Klasifikasi Ayat ......................................................................................... 29
B. Pembahasan Penelitian .............................................................................. 33
C. Kesimpulan Analisis ................................................................................. 56

BAB V : PENUTUP ............................................................................................. 59


A. Kesimpulan ............................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 60


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Komunikasi adalah salah satu aktifitas dari aktifitas-aktifitas
kehidupan yang lazimnya setiap hari dilakukan manusia selain makan,
minum, istirahat, dan lain-lain. Terlepas dari keseharian manusia yang selalu
berkomunikasi, ternyata sangat sedikit orang yang dapat mendefinisikannya
secara memuaskan yang menimbulkan banyaknya variasi definisi
komunikasi, diantaranya; ada yang mendefinisikannya dengan saling
berbicara satu sama lain, televisi, penyebaran informasi, gaya rambut dan
masih banyak lagi.1
Manusia tidak bisa terlepas dari yang namanya komunikasi. Manusia
tidak bisa hidup sendiri, ia membutuhkan orang lain untuk memenuhi
kelangsungan hidupnya, karena ia adalah makhluk sosial. Hal tersebut
memaksa manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain, ia harus
berkomunikasi dengan individu-individu tersebut agar ia dapat berinteraksi
dan berhubungan dengan baik dan memenuhi kebutuhannya.2
Islam adalah agama yang sempurna, Islam mengatur seluruh sendi-
sendi kehidupan manusia mulai dari yang terkecil dan sederhana yang bersifat
individu seperti makan, tidur, buang air, berpakaian, hingga yang terbesar dan
mencakup masyarakat dan negara. Allah berfirman:

            

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah aku
cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu”
(Al-Maidah[5] : 3)
Termasuk yang diatur dalam Islam adalah hubungan antara sesama
manusia yang kita kenal dengan hablun minanna>s, interaksi dan komunikasi
1
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), cet. 3, h. 1.
2
Rachmat Kriyantono, Pengantar Lengakap Ilmu Komunikasi (Jakarta : Prenadamedia
Group, 2019), cet. 1, h. 193.

1
2

yang baik dan benar, komunikasi antarpersona, komunikasi kelompok dan


komunikasi massa, yang semua itu juga diatur dalam Islam.3
Komunikasi yang termasuk urgen yang dibahas dalam Islam adalah
komunikasi antara pemerintah dan rakyatnya, karena manusia hidup
berbangsa-bangsa dan bernegara. Suatu negara akan tentram apabila
komunikasi antara pemerintah dan rakyatnya terjalin dengan baik.
Komunikasi yang tidak terjalin dengan baik antara keduanya dapat
menghalangi kemajuan, ketertiban, keamanan dan kedamaian suatu negara,
bahkan dalam kasus terburuk dapat mengantarkan suatu negara dalam
kehancuran karena terjadi pertumpahan darah, parampasan harta benda dan
kehormatan, serta kerusakan tersebar begitu luas.
Bagaimana tidak, unjuk rasa yang dilakukan masyarakat terhadap
pemerintah yang berangkat dari ketidakpuasan terhadap kinerja dan
keputusan pemerintah sehingga turun ke jalan dan berdemonstrasi kerap
berujung keruh dan terjadi kericuhan serta kerusakan.
Sebagai contoh, pada aksi demonstrasi tolak RUU Omnibus Law
Cipta Kerja, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus
menyatakan kepada awak media bahwa di Jakarta, enam polisi menjadi
korban dan terluka akibat bentrokan massa, beberapa fasilitas kepolisian juga
dirusak seperti pos lantas yang dirusak dan dibakar, begitu juga dengan
fasilitas umum seperti halte-halte bus dirusak dan akhirnya dibakar.4
Disisi lain, gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di
Jalan Merdeka, Jakarta pusat juga menjadi sasaran amukan massa
demonstrasi tolak Omnibuslaw, akibatnya kantor tersebut rusak karena
dihujani batu dan salah satu bagian bangunannya dibakar oleh massa demo
tolak Omnibus Law.

3
Harjani Hefni, Komunikasi Islam (Jakarta : Kencana, 2017), cet. 2, h. 217-223.
4
Maria Flora, Demo Amarkis Ini Deretan Fasilitas Umum di Jakarta yang dirusak Massa
Perusuh, diakses dari https://www.liputan6.com/news/read/4377582/demo-anarkistis-ini-deretan-
fasilitas-umum-di-jakarta-yang-dirusak-massa-perusuh, pada tanggal 24 November 2020 pukul
23:03 WIB.
3

Pada Aksi yang sama, Resto Legian di jalan Malioboro, Yogyakarta


juga menjadi sasaran amukan massa hingga akhirnya dibakar,5 di Medan,
Sumatera Utara, 253 orang diamankan polisi karena terkait kericuhan saat
demonstrasi berlangsung, Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Tatan Dirsan
Atmaja mengatakan bahwa aksi di empat daerah di Sumut, yaitu Padang
Sidimpuan, Labuhan Batu, Siantar, dan Medan berujung anarki dan ricuh.6
Hal-hal seperti ini bukan yang pertama kali terjadi di Indonesia,
melainkan banyak contoh-contoh komunikasi yang tidak sehat antara
pemerintah dan rakyat terjadi di Negara ini, seperti unjuk rasa untuk
memenjarakan Ahok terkait penistaan agama berakhir kericuhan pada malam
hari, yang menelan korban jiwa.
Begitu juga dengan demonstrasi yang terjadi pada 1998 yang
menuntut Presiden Soeharto untuk turun dari jabatan, kerusuhan membuat
warga ketakutan dan banyak menelan korban jiwa, dan masih banyak contoh-
contoh lainnya.
Bahkan tragedi yang memilukan dan menghancurkan kota terbesar di
Suriah yaitu Aleppo terjadi karena berangkat dari kekecewaan rakyat
terhadap pemerintah yang tidak mau memberi bantuan saat terjadi puncak
kekeringan pada tahun 2011, kemudian para pemuda melepaskan rasa
kekecewaan mereka dengan mencoret beberapa tembok di kota dengan kata-
kata dan sindiran pedas terhadap presiden yang membuat presiden marah
hingga menangkap dan membantai pemuda-pemuda tersebut.
Berawal dari sini, terjadilah demonstrasi yang berujung pembantaian
terhadap masyarakat Aleppo, hingga terjadi pemberontakan-pemberontakan7
dan terjadi peperangan yang berkepanjangan yang disebabkan karena
ketidakharmonisan komunikasi antara pemerintah dan rakyatnya.

5
Aditya Jaya Iswara, 5 Negara Dilanda Demo Besar, Termasuk Tolak UU Cipta Kerja di
Indonesia¸ diakses dari https://www.kompas.com/global/read/2020/10/09/132533270/5-negara-
dilanda-demo-besar-termasuk-tolak-uu-cipta-kerja-di-indonesia?page=all., pada tanggal 25
November 2020 pukul 0:16 WIB.
6
Datuk Haris Molana, Selain Medan, Ini 3 Lokasi Demo Ricuh di Sumut Kemarin, diakses
dari https://news.detik.com/berita/d-5206621/selain-medan-ini-3-lokasi-demo-ricuh-di-sumut-
kemarin, pada tanggal 24 November 2020 pukul 23:48 WIB.
7
Putri Yohani Masnun, 5 Latar Belakang Tragedi Aleppo yang Begitu Memilukan, di
akses dari https://hukamnas.com/latar-belakang-tragedi-aleppo,. pada tanggal 25 November pukul
2:19 WIB.
4

Berdasarkan data-data diatas, terbukti bahwa banyak terjadi


komunikasi yang tidak sehat antara pemerintah dan rakyat menimbulkan
kekacauan yang besar, peneliti tertarik untuk membahas masalah tersebut,
meneliti bagaimana komunikasi yang baik dan benar yang seharusnya
dibangun oleh masyarakat terhadap pemerintah sesuai syariat Islam.
Penulis mencari solusi dalam Al Qur‟an sebagai kitab suci, meningat
Al Qur‟an adalah sumber hukum pertama dalam Islam; kitab yang
diwahyukan dari langit yang semua kabar didalamnya adalah kebenaran dan
tidak ada keraguan; pedoman dan petunjuk bagi umat Islam secara khusus
dan bagi manusia secara umumnya untuk menjalankan kehidupan di dunia
ini. Allah berfirman:

           

"Alif Lam Mim, Kitab (Al Qur‟an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertakwa." (Al-Baqarah[2] : 1-2)
Firman-Nya:

 ...             

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al


Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (Q.S Al-
Baqarah[2] : 185)
Di dalam Al Qur‟an terdapat surah T{ah> a, surah ke 20. Peneliti
memilih surah T{a>ha karena memuat lebih banyak ayat-ayat yang terkait
dengan penelitian ini yaitu ayat 47-55, ayat 57-59, ayat 61-64, dan ayat 71-
76. Ayat-ayat tersebut menceritakan kisah tentang Nabi Musa dan Nabi
Harun diutus untuk berbicara dua perkara kepada Raja Negeri Mesir yaitu
Firaun, yaitu mengajak Firaun kepada Islam dan membebaskan Bani Israil,8
yang mana bentuk komunikasi tersebut menjadi acuan untuk berkomunikasi
terhadap pemimpin, penguasa, dan pemerintah dalam Islam. Berangkat dari
hal tersebut, penulis membuat penelitian dengan judul “KOMUNIKASI
88
As Sa„di, h. 589.
5

ANTARA PEMERINTAH DAN RAKYAT DALAM Al QUR’AN PADA


SURAH T{A<HA”.

B. Fokus Kajian
Dalam penelitian ini, penulis fokus untuk mengkaji ayat-ayat Al
Qur‟an dalam surah T{a>ha yaitu ayat-ayat yang menceritakan tentang Nabi
Musa dan Nabi Harun yang Allah perintahkan untuk berbicara kepada Firaun
yang benar-benar telah berada dalam puncak keangkuhan dan kesombongan,
memperbudak Bani Israil, membunuh anak laki-laki mereka dan menyisakan
anak-anak perempuan mereka, dan melakukan kemungkaran yang tidak ada
kemungkaran yang lebih tinggi dari yang ia lakukan, yaitu mengaku sebagai
tuhan. Allah Berfirman:

    

(seraya) berkata (Fir‟aun) :"Akulah Tuhanmu yang paling tinggi". (Q.S An


Na>zi‘a>t[79] : 24)

              

        

Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dan Katakanlah:


"Sesungguhnya Kami berdua adalah utusan Tuhanmu, Maka lepaskanlah
Bani Israil bersama Kami dan janganlah kamu menyiksa mereka.
Sesungguhnya Kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas
kerasulan Kami) dari Tuhanmu. dan keselamatan itu dilimpahkan kepada
orang yang mengikuti petunjuk. (Q.S T{ah> a[20] : 47)

          

        

“Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan pengikut-
pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya,
6

mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup


anak-anakmu yang perempuan. dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-
cobaan yang besar dari Tuhanmu. (Q.S Al Baqarah[2] : 49)

C. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis merumuskan beberapa masalah yang
menjadi titik fokus penelitian. Titik fokus tersebut adalah sebagai berikut:
Bagaimana komunikasi antara pemerintah dan rakyat yang terdapat
dalam Al Qur‟an surah T{a>ha?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian
ini adalah:
Untuk mengetahui komunikasi antara pemerintah dan rakyat yang
terdapat dalam Al Qur‟an surah Taha.
E. Batasan Istilah
1. Komunikasi
Komunikasi yang dimaksud adalah interpersonal communication
(komunikasi antarpribadi) yaitu komunikasi yang berlangsung antara dua
orang atau lebih secara tatap muka.
2. Pemerintah
Pemerintah adalah penguasa suatu negara yang menjalankan
wewenang dan kekuasaan yang mengatur kehidupan sosial, ekonomi dan
politik suatu negara atau bagian-bagiannya.
3. Rakyat
Rakyat adalah warga negara, yaitu sekumpulan manusia yang
dipersatukan oleh suatu rasa persatuan dan bersama-sama mendiami
suatu wilayah.
4. Surah T{ah> a
Surah T{ah> a adalah surah ke-20 dalam Al Qur‟an, termasuk
kategori surah makiyah/surah yang diturunkan di Mekkah dan memiliki
135 ayat.
7

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara teoretis, untuk mengetahui bagaimana komunikasi rakyat
terhadap pemerintah yang baik dan benar sesuai syariat Islam yang
berlandaskan Al Qur‟an dan Hadis.
2. Secara praktis, melihat kemungkaran yang dilakukan pemerintah kita
tidak lebih besar seperti yang dilakukan Firaun yang mengaku sebagai
tuhan, maka komunikasi yang disampaikan Nabi Musa terhadap Firaun
lebih pantas untuk menjadi kerangka acuan dan rujukan masyarakat
Islam dalam berkomunikasi terhadap pemerintah, karena komunikasi
yang dilakukan Nabi Musa adalah contoh komunikasi terhadap
seburuk-buruknya pemerintah.
3. Dan secara akademis, memberikan sumbangsih pemikiran bagi kajian
keilmuan dan masukan baru untuk perkembangan penelitian
selanjutnya.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis
1. Komunikasi antara Pemerintah dan Rakyat
a. Definisi Komunikasi
Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa Latin
communicatio yang berasal dari kata communis yang bermakna sama,
dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal.9
Adapau secara terminologis, banyak sekali definisi komunikasi yang
dikemukakan oleh para ahli, pada tahun 1976, Dance dan Larson telah
mengumpulkan setidaknya ada 126 definisi komunikasi yang berlainan
yang saat ini pastinya jumlah tersebut telah meningkat lebih banyak lagi.10
Dance menemukan tiga dimensi konseptual penting yang
mendasari definisi-definisi komunikasi. Dimensi pertama adalah tingkat
observasi para ahli yang berbeda-beda, ada yang terlalu umum sepeti
“proses menghubungkan satu sama lain bagian-bagian dunia kehidupan
yang terpisah”, ada juga yang terlalu sempit, seperti “alat mengirim pesan
militer perintah dan sebagainya melalui telepon, radio, kurir, dan
sebagainya.
Dimensi kedua adalah kesengajaan, sebagian ahli mendefinisikan
kesengajaan pengirim dalam mengirim pesan dan sengajaan penerima
untuk menerima pesan dan kesengajaan untuk mempengaruhi prilaku
untuk menerima pesan, sedangkan sebagian yang lain tidak menuntut
syarat yang demikian.
Dimensi yang ketiga adalah penilaian normatif. Ada yang
mensyaratkan keberhasilan dalam berkomunikasi seperti definisi dari John
B. Hoben “Komunikasi adalah pertukaran verbal, pikiran, atau gagasan”

9
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2015), cet. 9, h. 3-5.
10
Daryanto, Ilmu Komunikasi 1 (Bandung : Satu Nusa, 2012), cet. 2, h. 10.

8
9

dan ada yang tidak menyaratkan keberhasilan, seperti definisi dari Bernard
Berelson dan Gary Steiner “Komunikasi adalah transmisi informasi”11
Perbedaan definisi ini juga didasari karena bedanya sudut pandang
mereka terhadap komunikasi, mengingat bahwa sejarah ilmu komunikasi
dikembangkan oleh ilmuan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu.12 Carl
I. Hovland dari Universitas Yale yang mempelajari komunikasi dalam
hubungannya dengan perubahan sikap manusia13 mengatakan bahwa
komunikasi adalah proses dimana seseorang mengirim
stimulus/rangsangan (biasanya dengan simbol verbal) untuk mengubah
perilaku orang lain.14
Everett M Rogers, salah seorang pakar Sosiologi Pedesaan
Amerika yang telah banyak memberikan perhatian pada studi riset
komunikasi dalam hal penyebaran inovasi, sehingga wajar jika penulis
mengutip perkataan beliau dalam mendefinisikan komunikasi. Definisi
yang beliau kemukakan hampir sama seperti yang didefinisikan Hovland,
yaitu maksud komunikasi adalah untuk mengubah tingkah laku.
Kemudian Rogers mengembangkan definisinya bersama D.
Lawrenc Kincaid sehingga melahirkan definisi baru yaitu, “Komunikasi
adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau
melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lain, yang pada
gilirannya akan tiba saling pengertian yang mendalam”15
Harold D. Lasswell meyatakan bahwa cara yang tepat untuk
menggambarkan dan menerangkan suatu tindakan komukasi adalah denga
menjawab pertanyaan “Who Say what In wich Channel to whom with what
effect” yaitu “siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui
siaran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”.16 yang menunjukkan

11
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung : Rosda, 2015), cet. 15,
h. 60-62.
12
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT Grasindo, 2005), cet. 2, h. 5.
13
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : Rajawali Pers, 2011), cet. 12,
h.17.
14
Wiryanto, Pengantar, h. 6.
15
Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks (Bandung : Widya
Padjadjaran, 2009), h. 73.
16
Cangara, Pengantar, h. 19.
10

bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan


yang diajukan itu:
1) Komunikator (communicator, source, sender)
2) Pesan (message)
3) Media (channel, media)
4) Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient)
5) Efek (effect, impact, influence)
Jadi, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan
yang mempunyai pengaruh baik secara langsung maupun ridak langsung
oleh seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan
sosial.
b. Komunikasi Pemerintahan
Komunikasi pemerintahan adalah penyampaian pemerintah kepada
masyarakat berupa ide, gagasan, dan program dalam rangka mencapai
tujuan bernegara. Komunikasi pemerintahan sering juga disebut sebagai
komunikasi politik.17
Menurut Maswardi Rauf; salah seorang pakar politik, komunikasi
politik merupakan objek kajian ilmu politik karena pesan-pesan yang
diungkapkan dalam proses komunikasi berkaitan dengan kekuasaan politik
negara, pemerintah, dan juga aktivitas komunikator dalam kedudukan
sebagai pelaku politik.18
Ruang lingkup komunikasi politik dibagi dalam dua dimensi, yaitu
komunikasi sebagai kegiatan politik dan sebagai kegiatan ilmiah.
Komunikasi politik sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian
pesan-pesan yang bercirikan politik oleh pelaku-pelaku politik kepada
pihak lain. Adapun komunikasi politik sebagai kegiatan ilmiah, yaitu
kegiatan politik dalam sistem politik.19
Tujuan komunikasi politik sebagaimana yang dijabarkan para ahli
adalah untuk membangun citra politik yang baik bagi khalayak,

17
Eri Hariyanto, Komunikasi Pemerintah dan Efektivitas Kebijakan, diakses dari
https://klc.kemenkeu.go.id/pusku-komunikasi-pemerintah-dan-efektivitas-kebijakan/, pada tanggal
21 April 2021 pukul 15:21 WIB.
18
Zaenal Mukarom, Komunikasi Politik (Bandung : Pustaka Setia, 2016), h. 42.
19
Ibid.
11

membentuk dan membina pendapat umum, dan untuk mendorong


partisipasi politik agar rakyat ikut serta berperan dalam kegiatan politik.20
c. Komunikasi Rakyat
Komunikasi rakyat dalam Islam sangat berbeda dari praktek-
praktek yang dilakukan masyarakat kita, yaitu demonstrasi terhadap
pemerintah. Dalam Islam, jika ingin berkomunikasi dengan pemerintah,
menyampaikan aspirasi, dan bahkan menasehati mereka, kegiatan tersebut
tidak boleh dilakukan beramai-ramai di tempat terbuka sebagaimana yang
terjadi pada demonstrasi, melainkan menghampirinya secara individu dan
empat mata sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah :

‫ فَيَ ْخلَُو‬،ِ‫ َولَ ِك ْن لِيَأْ ُخ ْذ بِيَ ِده‬،ً‫ فَ ََل يُْب ِد لَوُ َع ََلنِيَة‬،‫ان ِِب َْم ٍر‬
ٍ َ‫من أَراد أَ ْن ي ْنصح لِس ْلط‬
ُ َ َ َ ََ َْ
.ُ‫ َوإِاَّل َكا َن قَ ْد أَ ادى الا ِذي َعلَْي ِو لَو‬،‫ فَِإ ْن قَبِ َل ِمْنوُ فَ َذ َاك‬،‫بِِو‬
“barang siapa yang ingin menasehati seorang penguasa maka jangan ia
tampakkan terang-terangan, akan tetapi hendaknya ia mengambil tangan
penguasa tersebut dan menyendiri dengannya. Jika ia menerina nasehat
tersebut maka itulah (yang diinginkan). Dan jika nasehatnya tidak
diterima, maka sungguh ia telah menunaikan kewajibannya”21 (H.R
Ahmad, dinyatakan sahih oleh Syaikh Albani)
Disamping komunikasi yang disampaikan tidak boleh terang-
terangan dan juga tidak beramai-ramai, Islam juga menuntut untuk
berlemah-lembut dalam bertutur kata terhadap penguasa/pemerintah,
sebagaimana firman Allah dalam Al Qur‟an:

              

Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, Sesungguhnya Dia telah


melampaui batas; Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan
kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut". (Q.S
T{ah> a[20] : 43-44)
20
Hariyanto, Komunikasi.
21
Ahmad bin Muhammad bin Hambal, Musnad al Imam Ahmad bin Hambal (Beirut :
Muassasah Ar Risalah, 2001) jilid 24, h. 49.
12

Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan Nabi Musa dan Nabi


Harun untuk berbicara kepada Firaun yang telah durhaka kepada Allah,
melampaui batas, angkuh, dan sombong agar ia meninggalkan kesesatan
dan patuh kepada Allah. Hal tersebut merupakan pelajaran yang sangat
berharga dimana Nabi Musa masih tetap diperintahkan untuk berbicara
dengan berlemah lembut kepada Firaun yang notabenenya begitu durhaka
kepada Allah . Kita tidak lebih baik dari Nabi Musa dan Harun, dan
tentu pemerintah kita tidak lebih buruk dan lebih rusak dari Firaun , maka
berlemah-lembutlah saat berbicara kepada mereka, dan jangan berkata-
kata dengan perkataan yang kasar kepada dan terhadap mereka.
Diutusnya Nabi Harun untuk menemani Nabi Musa adalah
permintaan Nabi Musa kepada Allah, karena pada mulanya, Allah hanya
mengutus Nabi Musa seorang untuk menemui Firaun, namun Nabi Musa
meminta kepada Allah agar ia ditemani oleh Harun  dalam urusannya
tersebut, Sehingga hal ini tidak bertentangan dangan nas sebelumnya
karena Allah telah mengabulkan permintaan Nabi Musa tersebut. Hal ini
terdapat dalam Al Qur‟an:

              

             

             

             

 

“Pergilah kepada Fir'aun; Sesungguhnya ia telah melampaui batas".


Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan
mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,
supaya mereka mengerti perkataanku, dan Jadikanlah untukku seorang
13

pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan


Dia kekuatanku, dan jadikankanlah Dia sekutu dalam urusanku, supaya
Kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau.
Sesungguhnya Engkau adalah Maha melihat (keadaan) kami". Allah
berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, Hai
Musa."” (Q.S T{a>ha[20] : 24-36)

d. Fungsi Komunikasi
Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson mengemukakan ada dua
fungsi umun komunikasi. Pertama, untuk kelangsung hidup diri sendiri
seperti, keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi,
menampilkan diri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi.
Kedua, untuk kelangsunga hidup masyarakat, memperbaiki hubungan
sosial masyarakat, dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat. 22
Adapun William I. Gorden mengemukakan ada empat fungsi
komunikasi. Komunikasi sosial untuk pembentukan komsep diri,
pernyataan eksistensi diri, untuk kelangsung hidup, memupuk hubungan
dan memperoleh kebahagiaan. Yang kedua adalah fungsi Ekspresif, yaitu
menyampaikan perasan komunikator melalui pesan-pesan atau perilaku
non verbal (biasanya). Yang ketiga, fungsi ritual yaitu kebiasaan yang
dilakukan sehari-hari sebagai perekat hubungan antarpribadi yang
bersifat ekspresif, seperti mencium tangan orang tua saat pergi kuliah,
termasuk ritual-ritual ibadah. Dan yang terakhir adalah fungsi
Isntrumental, yaitu untuk menginformasikan, mengajar, mendorong,
mengubah sikap dan keyakinan, perilaku, menggerakkan tindakan, dan
menghibur.23
e. Tujuan Komunikasi
M. Dallas Burnett dalam bukunya, Techniques for Effective
Communication, menyebutkan ada tiga tujuan sentral kegiatan
komunikasi, yaitu; to secure understanding (memastikan bahwa
komunikan mengerti pesan yang diterima), to establish acceptace (untuk

22
Mulyana, Ilmu Komunikasi, h. 5.
23
Ibid., h. 5-33.
14

pembinaan), dan to motivate action (untuk memotivasi komunikan untuk


melakukan sesuatu).24
Intinya, tujuan komunikasi adalah untuk melakukan perubahan
dalam diri komunikan, yakni perubahan sikap (attitude change),
perubahan pendapat (opinion change), perubahan perilaku (behaviour
change), dan perubahan sosialnya (social change).25

2. Pemerintah dan Rakyat


a. Definisi Pemerintah
Pemerintah merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah
Negara. Tanpa pemerintah, negar tidak ada yang mengatur. Tidak mungkin
ada suatu Negara tanpa pemerintah,26 sehingga dapat dikatakan bahwa
pemerintah adalah jantung negara.
Definisi pemerintah menuju kepada alat perlengkapan negara
seluruhnya (aparatur negara) sebagai badan yang melaksanakan seluruh
tugas/kekuasaan negara atau melaksanakan pemerintahan dalam arti luas.27
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ada tiga makna pemerintah,
yaitu sebagai berikut.
1) Pemerintah adalah sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan
mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau
bagian-bagiannya;
2) Pemerintah adalah sekelompok orang yg secara bersama-sama
memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan;
3) Pemerintah adalah penguasa suatu negara (bagian negara).
Dalam KBBI juga terdapat definisi penguasa yang merujuk kepada
pemerintah, yaitu kelompok yg mengoordinasi dan mengendalikan
keputusan sampai di luar bidang kebijaksanaan.
Pemerintah disebut juga penguasa dan pemimpin negara.
Pemerintah disebut juga pemimpin karena ia adalah orang yang memimpin
negara. Dan disebut penguasa karena pemerintah adalah orang yang

24
Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, cet.22, h. 32.
25
Ibid., h. 8.
26
Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), cet. 5, h. 175.
27
Ibid., h. 176.
15

menguasai; orang yg berkuasa untuk menyelenggarakan sesuatu,


memerintah, di Negara ini.
Sedangkan dalam Islam juga terdapat beberapa sebutan bagi orang
yang mengatur negara yaitu, ulul amri, khalifah, imam. Di dalam nas-nas
Al Qur‟an dan Hadis sering didapati kata imam dipakai untuk orang yang
mengatur negara, seperti dalam hadis Rasulullah sebagai berikut.
ِِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ اّلِل َولكتَابِو َولَر ُسولو َوِِلَئ امة الْ ُم ْسلم‬:‫ ل َم ْن؟ قَ َال‬:‫يحةُ قُ ْلنَا‬
‫ني‬ َ ‫ين الناص‬
ُ ‫ال ّد‬
.‫َو َعا امتِ ِه ْم‬
“Agama adalah nasehat”, kami bertanya: “untuk siapa?” Nabi
menjawab: “untuk Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, imam-imam kaum
muslimin, dan kaum muslimin secara umum” (H.R Muslim)
Aimmatul muslimin (imam-imam kaum muslimin) maksudnya
adalah pemerintah, sebagaima yang dinyatakan oleh Syaikh Muhammad
Fuad Abdul Baqi bahwa imam-imam kaum muslimin adalah para
khalifah dan orang selain mereka yang mengurus perkara kaum muslimin
dari golongan orang yang memiliki wala>yah (pemerintah).28
b. Fungsi pemerintah
Aristoteles menyatakan dalam ajarannya; manusia adalah Zoon
Politicon bahwa manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin
berhubungan dan berkumpul dengan manusia lainnya. Manusia
mempunyai insting dan nurani untuk bermasyarakat sehingga kehidupan
menyendiri tanpa membutuhkan orang lain kemungkinan sangatlah
kecil.29
Berangkat dari insting tersebut manusia hidup berkelompok-
kelompok, dan ini telah menjadi tabiat manusia dari zaman diutusnya
nabi-nabi, seperti nabi Ibrahim dan nabi Lut yang hidup sezaman namun
diutus kepada kaum yang berbeda. Kelompok-kelompok manusia
tersebut berkembang seiring berjalannya waktu hingga menjadi
kelompok yang besar, berbangsa-bangsa dan bernegara. Dari sinilah
28
Muslim, jilid 1, h. 74.
29
Mawardi, Nur Hidayati, IAD-ISD-IBD (Bandung : Pustaka Setia, 2000), cet. 6, h. 239.
16

peran pemerintah untuk memimpin masyarakat dan negara agar tabiat


manusia yang hidup bermasyarakat tetap terjaga.
Setiap pemerintah yang berkuasa pada suatu negara berkewajiban
menciptakan kesejahteraan dan keamanan setiap warganya. Karena itu
pemerintah memiliki kewenangan (legitimasi) untuk menggunakan
kekuasaannya dalam mengendalikan perilaku anggota masyarakat.30
Berikut adalah fungsi pemerintah:
1) Pelayanan
Secara umum pelayanan yang dilaksanakan pemerintah
mencakup pelayanan publik dan pelayanan sipil yang
mengedepankan kesetaraan. Beberapa pelayanan yang dilaksanakan
pemerintah pusat merangkum masalah hubungan luar negeri,
peradilan, keuangan, agama, pertahanan dan keamanan.
2) Pengaturan
Dalam urusan ini pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah, memiliki faedah untuk menciptakan peraturan
perundang-undangan yang menata hubungan insan di dalam
masyarakat supaya kehidupan berlangsung lebih harmonis dan
dinamis.
3) Pembangunan
Pemerintah juga bermanfaat sebagai pemacu pembangunan,
baik di pusat maupun di daerah-daerah. Pembangunan yang
dimaksud di sini ialah pembangunan infrastruktur dan pun
pembangunan mental spiritual penduduk negara
4) Pemberdayaan
Fungsi pemberdayaan ini bertujuan untuk menyokong
otonomi wilayah sehingga masing-masing wilayah dapat mengelola
sumber daya secara maksimal. Untuk menjangkau tujuan itu maka
pemerintah wilayah harus menambah peran serta masyarakat dan

30
Hafied Cangara, Komunikasi Politik, Konsep, Teori, dan Strategi (Depok : Rajawali
Pers, 2018), cet. 6, h. 36.
17

swasta dalam pekerjaan pembangunan dan penyelenggaraan


pemerintahan.31
c. Tugas Pemerintah
Tugas pemerintah adalah selalu berusaha untuk memberikan tiga
bentuk pelayanan, yakni:
1) Menciptakan tatanan (order) dalam bentuk jaminan keamanan
guna memproteksi hak-hak milik warga negaranya.
2) Menyediakan fasilitas umum (public goods) yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat dalam memenuhi tuntutan
hidupnya sebagai anggota masyarakat.
3) Berusaha mengangkat derajat persamaan antara sesama manusia
(equality), sehingga tidak ada pihak yang merasa terpinggirkan,
melainkan memiliki kesempatan yang sama atas pronsip keadilan
untuk memperoleh akses dalam berusaha dan fasilitas lainnya
yang disediakan oleh pemerintah.32
d. Hak-Hak Pemerintah.
Dalam Islam Hak pemerintah hanya satu, yaitu ditaati perintahnya
selagi tidak disuruh untuk bermaksiat kepada Allah, dan hal ini terdapat
penjelasan yang banyak dalam Al Qur‟an dan Hadis Rasulullah mengenai
hal tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut.

          

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu.” (Q.S An Nisa[4] : 59)
Rasulullah  bersabda dari Abu Hurairah:

‫ َوَم ْن يُ ِط ِع ْاِل َِم َري فَ َق ْد‬،َ‫صى هللا‬ ِ


َ ‫ َوَم ْن يَ ْعص ِِن فَ َق ْد َع‬،َ‫اع هللا‬
َ َ‫اع ِِن فَ َق ْد أَط‬
َ َ‫َم ْن أَط‬
.‫ص ِان‬ ِ ِ ‫ ومن ي ع‬،‫أَطَاع ِِن‬
َ ‫ص ْاِلَم َري فَ َق ْد َع‬ َْ ْ ََ َ

31
Aris Kurniawan, Pengertian Pemerintah Menurut Para Ahli, diakses dari
https://www.gurupendidikan.co.id/pemerintah-adalah/#ftoc-heading-35, pada tanggal 8 Desember
2020 pukul 1:36 WIB.
32
Cangara, Komunikasi, h. 38.
18

“barang siapa yang menaatiku maka sungguh ia telah menaati Allah, dan
barang siapa yang bermaksiat kepadaku maka sungguh ia telah
bermaksiat kepada Allah. Dan barang siapa yang taat kepada al-amir
(pemerintah) maka sungguh ia telah taat kepadaku, dan barang siapa
yang bermaksiat kepada al-amir maka ia telah bermaksiat kepadaku.”33
(H.R Bukhari dan Muslim)
Bahkan Rasulullah mensifati orang yang mati dan ia tidak taat
kepada pemerintah, maka ia mati seperti matinya orang jahiliyyah, yaitu
mati dalam kesesatan dan kekacauan, karena tidak ada Imam bagi mereka
masyarakat jahiliyah dan tidak ada aturan,34 sebagaimana sabda Rasulullah
:

‫س ِِف‬ ِ ِ ِ ٍ َ‫من خلَع ي ًدا ِمن ط‬


َ ‫ات َولَْي‬
َ ‫ َوَم ْن َم‬،ُ‫ لَق َي هللاَ يَ ْوَم الْقيَ َامة ََّل ُح اجةَ لَو‬،‫اعة‬
َ ْ َ َ َ َْ
.ً‫اىلِياة‬
ِ ‫ مات ِميتةً ج‬،ٌ‫عن ِق ِو ب ي عة‬
َ َ َ َ َ ْ َ ُُ
“barang siapa yang melepaskan tangannya dari ketaatan (pada
penguasa/pemerintah) maka pasti ia akan menjupai Allah dengan tanpa
argumen pembelaan baginya. Dan barang siapa yang mati dalam keadaan
tidak ada baiat di lehernya, maka ia mati seperti mati orang jahiliyah”
(H.R Muslim).
e. Warga Negara (Rakyat)
Warga Negara atau rakyat merupakan salah satu unsur hakiki dan
pokok status negara. Rakyat suatu negara adalah semua orang yang
bertempat tinggal di dalam wilayah kekuasaan negara tersebut dan
tunduk pada kekuasaan negara tersebut sebagai bagian dari suatu
penduduk yang menjadi unsur negara yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan negara tersebut.35 Rakyat juga diartikan

33
Sahih Muslim Jilid 3 h.1466.
34
Sahih muslim jilid 3, h. 1476.
35
Tukiran Taniredja, dkk, Paradigma Terbaru Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa
(Bandung : Alfabeta, 2017), h. 70.
19

sebagai kumpulan manusia yang dipersatukan oleh suatu rasa persatuan


dan yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tersebut.36
Menurut Kansil, orang yang berada dalam wilayah suatu negara
itu dapat dibedakan menjadi penduduk dan bukan penduduk. Penduduk
ialah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu itu yang
ditetapkan oleh peraturan negara yang bersangkutan, diperkenankan
mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam wilayah negara
itu. Penduduk dapat dibedakan menjadi dua pula, yaitu :
1) Penduduk negara atau warga negara adalah penduduk yang
sepenuhnya dapat diatur oleh pemerintah negara tersebut dan
mengakui pemerintahnya sendiri.
2) Penduduk bukan warga negara atau orang asing adalah penduduk
yang bukan warga negara.
Sedangkan Bukan Penduduk adalah mereka yang berada dalam
wilayah suatu negara untuk sementara waktu dan yang tidak bermaksud
bertempat tinggal di wilayah negara tersebut.37
f. Hak Rakyat Terhadap Pemerintah
Secara garis besar, hak warga negara sepanjang yang diatur dalam
Undang-Undang Dasar 1945 adalah:
1) Sama kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan.
2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.
3) Hak atas kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan.
4) Hak untuk memeluk agama masing-masing dan untuk beribadah
menurut agama dan kepercayaannya.
5) Hak untuk mendapat pendidikan.
6) Memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
7) Hak khusus fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara
negara.

36
Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, h. 177.
37
Ibid.
20

8) Hak fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum


yang layak.38
Inilah hak-hak warga negara secara umum yang ditinjau
berdasarkan UUD 1945, tentunya setiap negara mempunyai penilaian
masing-masing terhadap hak warga negaranya.
Sedangkan dalam Islam sendiri termasuk hak rakyat terhadap
pemerintah adalah menasehatinya. Sebagaimana sabda Rasulullah g.
ِِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ اّلِل َولكتَابِو َولَر ُسولو َوِِلَئ امة الْ ُم ْسلم‬:‫ ل َم ْن؟ قَ َال‬:‫يحةُ قُ ْلنَا‬
‫ني‬ َ ‫ين الناص‬
ُ ‫ال ّد‬
.‫َو َعا امتِ ِه ْم‬
“Agama adalah nasehat”, kami bertanya: “untuk siapa?” Nabi
menjawab: “untuk Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, imam-imam kaum
muslimin, dan kaum muslimin secara umum” (H.R Muslim)
Aimmatul muslimin (imam-imam kaum muslimin) maksudnya
adalah pemerintah, sebagaima yang telah diterangkan sebelumnya.
Syaikh Muhammad Fuad Abdul Baqi menerangkan bahwa nasehat untuk
Aimmatul muslimin bekerja sama, tolong menolong, dan saling
membantu mereka diatas yang hak, menaati mereka.39
g. Kewajiban Warga Negara
Di samping warga negara memiliki hak, juga memiliki kewajiban,
yang harus dílaksanakan, Kewajiban warga negara secara garis besar
adalah sebagaimana yang diatur UUD 1945:
1) Taat kepada hukum dan pemerintahan.
2) Ikut serta dalam upaya pembelaan negara, pertahanan dan
keamanan negara.
3) Mengikuti pendidikan dasar.
4) Menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
5) Tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang.
38
Taniredja, Paradigma Terbaru Pendidikan, h. 84.
39
Muslim, jilid 1, h. 74.
21

tentunya setiap negara mempunyai penilaian masing-masing terhadap


kewajiban warga negaranya.
3. Al Qur‟an
a. Pengertian Al Qur‟an
Menurut bahasa, Al Qur‟an tentunya berasal dari bahasa Arab.
“Qara‟a” memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qira>'ah berarti
merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan lainnya dalam satu
ungkapan kata yang teratur. Al Qur‟an asalnya sama dengan qira>'ah, yaitu
akar kata (masdar-infinitif) dari qara'a, yaqra'u, qira>'atan wa qur'a>nan.40
Allah menjelaskan,

         

Qur’a>nah disini berarti qira>'ah, maka Al Qur‟an memiliki arti


maqru>’ yaitu yang dibaca. Secara khusus, Al Qur‟an adalah nama bagi
sebuah kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad. Maka, jadilah ia
sebagai sebuah identitas diri.
Para ahli berbeda pendapat tentang asal kata Al Qur‟an, ada yang
mengatakan Al Qur‟an berasal dari kata qarana yang berarti
menggaungkan sesuatu dengan yang lain, sebagaimana yang dikemukakan
oleh al-Asy‟ari (wafat 324 H). Ada juga yang mengatakan Al Qur‟an
berasal dari kata qara‟in, bentuk jamak dari kata qarinah yang berarti
petunjuk atau indikator.
Sedangkan Imam Asy-Syafi‟I (wafat 204 H) mengatakan bahwa Al
Qur‟an adalah ism „alam dengan timbangan (wazan) Fu„lan, berdiri
sendiri, tidak berasal dari kata apapun yang sejak awal secara khusus di
gunakan sebagai nama kitab suci yang diturunkan kepada nabi
Muhammad, sebagaimana nama kitab-kitab suci sebelumnya, yaitu Zabur,
Taurat, dan Injil.41

40
Syaikh Manna al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur‟an, terj. Aunur Rafiq el-Mazni
(Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 2017), cet. 15, h.16.
41
Amari Ma‟ruf, Nur Hadi, Mengkaji Ilmu Tafsir 1 Untuk Kelas X Madrasah Aliyah
Program Keagamaan (Solo : Aqila, 2014), h. 5.
22

Sedangkan menurut istilah, Syaikh Muhammad Khudairi Beik


dalam kitab Tarikh at-Tasyri‟ al-Islam, bahwa “Al Qur‟an adalah firman
Allah yang berbahasa Arab, yang diturunkan kepada nabi Muhammad,
untuk dipahami isinya dan selalu diingat, yang disampaikan dengan cara
mutawatir, yang ditulis dalam mushaf, yang dimulai dengan surah al-
Fatihah dan diakhiri surah an-Nas.”
Subkhi Shahih mengatakan bahwa “Al Qur‟an adalah kitab Allah
yang mengandung mukjizat, yang diturunkan kepada nabi Muhammad,
yang ditulis dalam mushaf-mushaf, yang disambaikan secara mutawatir,
dan bernilai ibadah membacanya.” 42
Definisi lain, Al Qur‟an adalah:

‫ املتعبد بتَلوتو‬-‫ملسو هيلع هللا ىلص‬- ‫كَلم هللا املنزل على دمحم‬
firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad, yang
pembacaannya menjadi suatu ibadah.43
Jadi, Al Qur‟an adalah Mukjizat berupa kalam Allah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril yang
dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas yang
membacanya berbuah pahala.
b. Karakteristik Al Qur‟an
Al Qur‟an adalah mukjizat Islam yang abadi dimana semakin maju
ilmu pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya. Allah
menurunkan Al Qur‟an kepada nabi Muhammad, demi membebaskan
manusia dari berbagai kegelapan hidup menuju cahaya ilahi, dan
membimbing mereka ke jalan yang lurus.
Al Qur‟an memecahkan persoalan persoalan kemanusiaan di
berbagai segi kehidupan, baik yang berkaitan dengan masalah kejiwaan,
jasmani, sosial, ekonomi maupun politik, dengan pemecahan yang penuh
bijaksana, karena ia diturunkan oleh yang maha bijaksana lagi maha
terpuji. Untuk menjawab setiap problem yang ada, Al Qur‟an meletakkan
dasar-dasar umum yang dapat dijadikan landasan oleh manusia, yang

42
Ma‟ruf, Mengkaji Ilmu Tafsir, h. 6.
43
Al-Qaththani, Pengantar Studi, h. 18.
23

relevan di segala zaman. Dengan demikian, Al Qur‟an akan selalu aktual


di setiap waktu dan tempat.
Dari Ibnu Abbas dengan hadits mauquf, “Al Qur‟an itu diturunkan
sekaligus ke langit dunia pada Lailatul Qadar, setelah itu diturunkan
selama 20 tahun.” Dalam satu riwayat disebutkan, “telah dipisahkan Al
Qur‟an dari adz-Dzikr, lalu diletakkan di Baitul Izzah di langit dunia,
kemudian malaikat Jibril menurunkannya kepada nabi Muhammad.”44
Jadi proses diturunkannya Alquran adalah dengan dua tahap, tahap
pertama Allah menurunkan Al Qur‟an dari Lauh Mahfudz secara
keseluruhan ke langit dunia kemudian Al Qur‟an diturunkan secara
berangsur-angsur dari langit dunia kepada nabi Muhammad selama kurang
lebih 22 tahun 2 bulan.
Diantara keistimewaan Alquran adalah:
1) Al Qur‟an adalah mukjizat.
2) Kebenarannya mutlak.
3) Membacanya bernilai ibadah.
4) Wajib disampaikan dengan lafaz nya.45
Al Qur‟an terdiri dari 30 juz, 144 surah, 6236 ayat, makkiyah,
madaniyah. Makiyah adalah yang diturunkan sebelum hijrahnya nabi
Muhammad meskipun bukan di Mekah. Sedangkan madaniyah, yang
diturunkan sesudah hijrah sekalipun di Makkah dan di Arafah.
c. Surah T{ah> a
Nama surah T{a>ha diberikan secara tauqifi oleh Allah. Dan
dengan nama tersebut itulah ayat pertama dalam surah Taha dimulai,
sebagaimana ada beberapa surah yang memang ayat pertamanyadimulai
dari nama surah tersebut, seperti Yasin, Sad, Qaf.46
Surah Taha turun sebelum Islamnya Umar, dan Islamnya Umar
adalah pada tahun kelima setelah kenabian dekat dengan peristiwa hijrah
kaum muslimin yang pertama ke habasyah. Maka surah ini telah turun di
tahun ke-5 atau akhir dari tahun keempat kenabian. Jumhur ahli tafsir

44
Ibid., h. 38.
45
Ibid.,h. 39.
46
Tafsir Maudui, h.
24

mengatakan bahwa seluruh ayat dalam surah Taha diturunkan di Mekah


atau tergolong kategori makiyah.
Surah taha turun setelah surah maryam dan sebelum surah
alwaqiah, sedangkan urutan surah Taha di dalam mushaf adalah setelah
surah maryam dan sebelum surah al-anbiya. Surah Taha adalah surah ke-
45 jika dilihat dari sisi urutan turunnya, adapun surah Taha urutannya di
dalam mushaf adalah surah ke 20 dan memiliki 135 ayat.47
Selain percakapan antara Nabi Musa dan Firaun, di dalam surah
T{ah> a juga terdapat beberapa pembahasan-pembahasan lainnya, antara lain
isi kandungan sutah T{a>ha adalah sebagai berikut.
1) Al Qur‟an diturunkan sebagai peringatan
2) Kagungan Zat (Allah) yang telah menurunkan Al Qur‟an
3) Perintah menyembah Allah dan mendirikan salat
4) Tongkat Nabi Musa, mukjizat dan tanda-tanda kebesaran Allah
5) Nabi Musa dan Nabi Harun diutus menjadi Rasul
6) Nabi Musa dan Nabi Harun diutus berdakwah kepada Firaun
7) Tantangan Penyihir
8) Penyihir-penyihir Firaun Taubat
9) Nabi Nusa membelah laut atas perintah Allah
10) Nikmat Allah kepada Bani Israil
11) Bani Israil menyembah patung anak sapi
12) MahaKuasa Allah
13) Kisah permulaan Nabi Adam dan Iblis
14) Balasan-balasan perbuatan manusia.

B. Kajian Terdahulu
Berdasarkan penelusuran Peneliti, terdapat penelitian terdahulu yang
relevan dengan penelitian yang akan penulis lakukan, penelitian tersebut
berjudul “METODE DAKWAH NABI IBRAHIM DALAM AL QUR‟AN”
yang ditulis oleh Dwi Fajar Satria pada 2017 (mahasiswa STAI As-Sunnah
jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam). Di dalam skripsi tersebut, Saudara

47
Tafsir Maudui, h. 492.
25

Dwi Fajar Satria menyampaikan bahwa metode dakwah ada tiga, yang hatta
Nabi Ibrahim juga berdakwah dengan metode yang tiga ini yaitu:
Yang petama adalah dakwah dengan al Hikmah, yaitu menyampaikan
kebenaran dengan cara yang pantas dan pada waktu yang tepat. Yang kedua
adalah dakwah dengan al mau‘iz}ah al hasanah, yaitu mengajak ke jalan Allah
dengan memberikan nasehat atau bimbingan yang baik. Dan yang terakhir
adalah muja>dalah billati> hiya ah{san/berdebat dengan cara yang ahsan/paling
baik.
Kajian terdahulu yang relevan yang berikutnya adalah sebuah
Penelitian yang dilakukan oleh saudara Muh. David Fardani pada 2019 yang
berjudul “KEPEMIMPINAN DALAM AL QUR‟AN”. Beliau merupakan
mahasiswa jurusan Ilmu Al Qur‟an dan tafsir di Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung. Di dalam skripsi tersebut, Saudara Muh. David Fardani
menyebutkan tentang pentingnya kepemimpinan dalam Islam, ayat-ayat Al
Qur‟an tentang karakteristik pemimpin, dan kritetia pemimpin dalam Islam.
Persamaan antara kedua penelitian diatas dengan penelitian yang
peneliti lakukan adalah ketiganya sama-sama terkategori penelitian pustaka
(library reasearch) dan sama-sama melakukan penelitian dalam Al Qur‟an.
Sedangkan perbedaannya adalah, saudara Dwi Fajar Satria meneliti tentang
metode dakwah Nabi Ibrahim yang terdapat dalam Al Qur‟an, dan saudara
Muh. David Fardani meneliti seputar kepemimpinan yang dikabarkan dalam
Al Qur‟an seperti, karakteristik pemimpin, nilai dasar kepemimpinan, kriteria
pemimpin yang tidak termasuk ranah komunikasi, sedangkan peneliti meneliti
tentang komunikasi yang terdapat dalam Al Qur‟an antara pemerintah dan
rakyat.
BAB III

METODOLOGI DAN TEKNIK PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Metode Penelitian adalah aspek yang tidak dapat dipisahkan dari
sebuah penelitian. Bahkan keberadaan metode tersebut akan membentuk
karakter keilmiahan dari sebuah penelitian. Penelitian ini merupakan
penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang berusaha
mendapatkan dan mengolah data-data kepustakaan untuk mendapatkan
jawaban dari masalah pokok yang diajukan. Berdasarkan sumber data, adapun
jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu
penelitian yang menekankan pada penelusuran dan penelaahan literatur
terhadap berbagai kitab, buku, jurnal dan berbagai karya yang ada, khususnya
yang berkaitan dengan Komunikasi antara pemerintah dan rakyat, dimana
data-data yang dihasilkan merupakan jawaban dari rumusan masalah.

B. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari 1 Januari 2021 hingga 30 April
sebagaimana yang dijadwalkan oleh pihak kampus STAI As-Sunnah Deli
Serdang.

C. Metode dan Langkah-Langkah Penelitian


Langkah dan tahap-tahap yang dilalui dalam penelitian ini adala
sebagai berikut:
1. Menetapkan topik penelitian, yaitu Komunkasi antara Pemerintah dan
Rakyat dalam Al Qur‟an Surah T{a>ha
2. Menghimpun ayat-ayat Al Qur‟an surah Taha yang terdapat padanya
indikasi yang menunjukkan terjadinya komunikasi antara pemerintah
dan rakyat.
3. Mengelompokkan dan mengurutkan ayat-ayat tentang kisah Nabi
Musa dan Firaun berdasarkan golongan ayat-ayat makiyah atau
madaniyah.

26
27

4. Jika ada, peneliti akan mengkaji sebab latar belakang turunnya ayat-
ayat Al Qur‟an tentang komunkasi antara pemerintah dan rakyat.
5. Menjelaskan maksud ayat-ayat tersebut berdasarkan penjelasan ulama
Tafsir (berdasarkan buku-buku tafsir yang telah ditetapkan)
6. Menyusun kesimpulan yang menggambarkan komunikasi antara
pemerintah dan rakyat dalam Al Qur‟an surah T{a>ha.
D. Pemilihan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua
sumber data, yaitu sumber primer dan sekunder. Sumber data primer adalah
Al Qur‟an, adapun sumber data sekunder yang penulis gunakan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Taisirul Karimur Rahman fit Tafsiri Kalamil Mannan karangan
Abdullah bin Nasir As-Sa‟diy.
2. Tafsir Al Qur‟an al-Azim yang dikenal dengan tafsir Ibnu Katsir oleh
Abu al-Fida Ismail ibnu Katsir ad-Dimasyqiy.
3. Tafsir at-Tabariy karangan Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir At-
Tabariy.
4. At-Tafsir al-Maudhu‟I li suwaril Qur‟anil Karim karya tim yang
diketuai oleh Musthafa Muslim.

E. Prosedur dan Teknik Analisis Data


Analisis yaitu penanganan terhadap suatu objek untuk mendapatkan
kejelasan dari sebuah masalah yang ditangani dengan cara memilah dan
memilih antar suatu pengertian yang lain. Analisis yang digunakan adalah
analisis isi (conten analisis) yaitu metodelogi penelitian yang memanfaatkan
seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang tepat dari sebuah buku
atau dokumen. Pada pendapat lain juga disebutkan bahwa analisis isi adalah
teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha
menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan secara objektif dan
sitematis.48

48
Lexy J. Meleong, Metodologi Penilitian Kualitatif (Bandung : Rosda, 2012), h. 220.
28

Langkah-langkah dalam menganalisis data dengan model analisis data


Miles and Huberman yaitu :
1. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformsi data “kasar” yang
mucul dari catatan yang tertulis dilapangan.
2. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang menberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3. Menarik kesimpulan atau verifikasi adalah penarikan kesimpulan hanyalah
sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-
kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangung. Makna-makna
yang muncul dari data harus di uji kebenarannya, kekokohannya, dan
kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya.49
Adapun alat analisis yang peneliti gunakan pada teknik analisis data
ini adalah unsur-unsur komunikasi yang lima yaitu, komunikator, komunikan,
pesan, media, dan efek.

49
Matthew B. Miles & A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
tentang Metode-Metode Baru (Jakarta: Ul Press, 1992), h. 19.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Klasifikasi Ayat
1. Taha ayat 47-55

              

                

             

                

              

               

             

 

[47] Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dan Katakanlah:


"Sesungguhnya Kami berdua adalah utusan Tuhanmu, Maka lepaskanlah
Bani Israil bersama Kami dan janganlah kamu menyiksa mereka.
Sesungguhnya Kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas
kerasulan Kami) dari Tuhanmu. dan keselamatan itu dilimpahkan kepada
orang yang mengikuti petunjuk.
[48] Sesungguhnya telah diwahyukan kepada Kami bahwa siksa itu
(ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling.
[49] Berkata Fir'aun: "Maka siapakah Tuhanmu berdua, Hai Musa?.

29
30

[50] Musa berkata: "Tuhan Kami ialah (tuhan) yang telah memberikan
kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya
petunjuk.
[51] Berkata Fir'aun: "Maka Bagaimanakah Keadaan umat-umat yang
dahulu?"
[52] Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di
dalam sebuah kitab, Tuhan Kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa.
[53] Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah
menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air
hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari
tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.
[54] Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya
pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-
orang yang berakal.
[55] Dari bumi (tanah) Itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami
akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu
pada kali yang lain.

2. Taha ayat 57-59

          

             

      

[57] Berkata Fir'aun: "Adakah kamu datang kepada Kami untuk mengusir
Kami dari negeri Kami (ini) dengan sihirmu, Hai Musa?
[58] Dan Kamipun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam
itu, Maka buatlah suatu waktu untuk Pertemuan antara Kami dan kamu, yang
Kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu di suatu tempat yang
pertengahan (letaknya).
31

[59] Berkata Musa: "Waktu untuk Pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah
di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari
sepenggalahan naik."

3. Taha ayat 61-64

              

           

          

          

[61] berkata Musa kepada mereka: "Celakalah kamu, janganlah kamu


mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, Maka Dia membinasakan kamu
dengan siksa". dan Sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan
kedustaan.
[62] Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara
mereka dan mereka merahasiakan percakapan (mereka).
[63] mereka berkata: "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli
sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan
hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama.
[64] Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian
datanglah dengan berbaris. dan Sesungguhnya beruntunglah oran yang
menang pada hari ini.

4. Taha ayat 71-76

              

           
32

               

              

                 

             

               

[71] Berkata Fir'aun: "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa)


sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah
pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka
Sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan
bersilang secara bertimbal balik, dan Sesungguhnya aku akan menyalib
kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan Sesungguhnya kamu akan
mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya".
[72] Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu
daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada Kami
dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; Maka putuskanlah apa
yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat
memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja.
[73] Sesungguhnya Kami telah beriman kepada Tuhan Kami, agar Dia
mengampuni kesalahan-kesalahan Kami dan sihir yang telah kamu paksakan
kepada Kami melakukannya. dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih
kekal (azab-Nya).
[74.] Sesungguhnya Barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam Keadaan
berdosa, Maka Sesungguhnya baginya neraka Jahannam. ia tidak mati di
dalamnya dan tidak (pula) hidup.
33

[75] dan Barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam Keadaan beriman,


lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, Maka mereka Itulah orang-orang
yang memperoleh tempat-tempat yang Tinggi (mulia),
[76] (yaitu) syurga 'Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka
kekal di dalamnya. dan itu adalah Balasan bagi orang yang bersih (dari
kekafiran dan kemaksiatan).

B. Pembahasan Penelitian
1. Pembahasan surah Taha ayat 47-55
a. Ayat 47

             

         

“Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dan Katakanlah:


"Sesungguhnya Kami berdua adalah utusan Tuhanmu, Maka lepaskanlah
Bani Israil bersama Kami dan janganlah kamu menyiksa mereka.
Sesungguhnya Kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti
(atas kerasulan Kami) dari Tuhanmu. dan keselamatan itu dilimpahkan
kepada orang yang mengikuti petunjuk”
Syaikh As Sa„di mengatakan bahwa dalam ayat ini Allah
memerintahkan Nabi Musa dan Nabi Harun untuk menemui Firaun untuk
berbicara kepadanya tentang dua hal:50
Yang pertama yaitu mengajak Firaun kepada Islam, membersihkan
diri, dan mendapat hidayah dari Allah subhanah, sebagaimana firman-
Nya.

               

 

50
As Sa„di Arab, h. 579.
34

“Pergilah kamu kepada Fir'aun, Sesungguhnya Dia telah melampaui


batas, dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu
untuk membersihkan diri (dari kesesatan)", dan kamu akan kupimpin ke
jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya” (Q.S An
Na>zi„a>t[79] : 17-19)
Yang kedua agar Firaun membebaskan bangsa yang mulia pada
saat itu dari jeratan dan perbudakan Firaun yaitu, Bani Israil, mereka
dipekerjakan dengan paksa oleh Firaun dibawah perbudakannya untuk
mendirikan bangunan-bangunan yang besar dan kota-kota. Maka Nabi
Musa, meminta kepada Firaun agar mereka dibebaskan dan mereka dapat
mengatur diri mereka sendiri, dan Nabi Musa dapat menegakkan agama
dan syariat Allah ditengah-tengah mereka.
Pada ayat ini tidak ditunjukkan dialog antara Nabi Musa dan
Firaun melainkan Allah memberikan Nabi Musa poin-poin yang akan
diucapkan kelak terhadap Firaun. Adapun percakapan yang terjadi
terdapat dalam ayat berikut.

             

              

“dan Musa berkata: "Hai Fir'aun, Sesungguhnya aku ini adalah seorang
utusan dari Tuhan semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan sesuatu
terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu
dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, Maka lepaskanlah
Bani Israil (pergi) bersama aku"” (Q.S Al A„ra>f[7] : 104-105)

[‫ك‬ َ َ‫]قَ ْد ِجْئ ن‬


َ ِّ‫اك ِِبيٍَة ِم ْن َرب‬ “sesungguhnya kami telah datang

kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Rab-mu”,


disini Nabi Musa dan Nabi Harun menegaskan kepada Firaun bahwa
mereka benar adalah utusan Allah dengan menunjukkan bukti kebenaran
akan kerasulan mereka yaitu mukjizat Nabi Musa, yang mana tongkatnya
35

dapat berubah menjadi ular besar dengan sebenar-benarnya bukan karena


tipuan mata dan sihir akan tetapi memang benar-benar tongkat tersebut
berubah menjadi ular sebagaimana yang terdapat pada kitab Tafsir As
Sa„di,51 dan mukjizat lainnya yaitu tangan Nabi Musa yang dapat
berubah menjadi putih bercahaya, sebagaimana Firman Allah .

             

“Maka Musa menjatuhkan tongkat-nya, lalu seketika itu juga tongkat itu
menjadi ular yang sebenarnya, dan ia menarik tangannya (dari kempitan
ketiaknya), Maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya
(kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya.” (Q.S Al A‘ra>f[7] : 107-
108).

[‫ا ْْلَُدى‬ ‫“ ] َوال اس ََل ُم َعلَى َم ِن اتابَ َع‬dan keselamatan diberikan kepada
siapa saja yang mengikuti hidayah/petunjuk”, ayat ini ditutup dengan
kabar gembira bagi yang mau mendengar, mengikuti petunjuk, dan jalan
yang lurus, mau meminta dan mencari hidayah dengan syariat yang jelas
ini, bahwa mereka akan memperoleh keselamatan di dunia dan di akhirat
sebagaimana yang diterangkan oleh Syaikh As Sa„di.52
Dan gaya komunikasi seperti ini juga dilakukan oleh Rasulullah
, yakni memberikan kabar gembira kepada orang yang diseru kepada
jalan hidayah dan Islam, yaitu bahwa jika mereka mengikuti petunjuk
tersebut niscaya Allah akan beri mereka keselamatan. Sebagaimana
surat-surat Rasulullah disaat menyeru orang kepada Islam, seperti surat
beliau  kepada Heraklius, Raja romawi yang berbunyi:

51
As Sa„di, h. 542.
52
As Sa„di, h. 542.
36

‫ َس ََل ٌم َعلَى‬،‫الر ِوم‬


ُّ ‫اّلِلِ إِ ََل ِىَرْق َل َع ِظي ِم‬
‫ول ا‬ ِ ‫ ِمن ُُمَ ام ٍد رس‬،‫اّلِلِ الار ْْحَ ِن الارِحي ِم‬
َُ ْ ‫بِ ْس ِم ا‬
ِ ‫ فَأ‬،‫اْلس ََلِم‬
ُ‫اّلِل‬
‫ك ا‬ َ ِ‫َسل ْم تَ ْسلَ ْم يُ ْؤت‬
ْ
ِ
ْ ِْ ‫وك بِ َد َعايَة‬
َ ُ‫ فَِإِّن أ َْدع‬،‫ أَاما بَ ْع ُد‬.‫َم ِن اتابَ َع ا ْْلَُدى‬
ِ ْ َ‫َجرَك َمارت‬
.‫ني‬ َْ ‫أ‬
“Bismilla>hirrah}ma>nirrah{i>m, dari Muhammad Rasulullah kepada
Heraklius Pembesar Romawi, keselamatan bagi siapa saja yang
mengikuti petunjuk, amma> ba„du. Aku mengajakmu kepada Islam, maka
Islamlah agak kau selamat dan Allah akan memberimu pahala dua kali
lipat.”
Dari keterangan diatas maka sepatutlah bagi orang yang akan
mendatangi penguasa dan pemerintah, mendakwahi mereka dan
memberikan nasehat kepada mereka agar mendoakan mereka dan
memberikan kabar gembira jika mereka mau mengikuti jalan yang lurus
yaitu dakwah dan nasehat yang dibawa kepada mereka.
b. Ayat 48

[‫إِلَْي نَا‬ ِ ‫“ ]إِ اَّن قَ ْد أ‬Sesungguhnya kami telah diwahyukan kepada


‫ُوح َي‬
kami” disini Nabi Musa dan Nabi Harun kembali menegaskan bahwa
kabar yang mereka bawa bukan datang dari diri mereka sendiri

melainkan wahyu yang datangnya dari Allah  yaitu kabar, [ َ ‫أَ ان الْ َع َذ‬
‫اب‬

َ ‫] َعلَى َم ْن َك اذ‬
‫ب َوتَ َواَل‬ “bahwa sesungguhnya azab akan ditimpakan

kepada orang yang mendustakan (ajaran yang kami bawa) dan berpaling
(tidak mempedulikannya)” yaitu kabar-kabar yang datang dari Allah dan
rasul-rasul-Nya, dan memalingkan mukanya dari kepatuhan dan
mengikuti para rasul. Syaikh As Sa„di mengatakan bahwa dalam ayat ini
terdapat tarhi>b/ancaman terhadap Firaun jika tidak mau mengikuti Musa
37

dan Harun  setelah sebelumnya di-targ\i>b/diberikan motivasi pada ayat


sebelumnya berupa keselamatan jika mau mengikuti petunjuk.53
Hal ini (tarhi>b) juga terdapat dalam surat Rasulullah  kepada
Heraklius, di dalam surat tersebut setelah beliau menyebutkan bahwa
Heraklius akan mendapatkan keselamatan jika ia masuk Islam,
Rasulullah memberikan ancaman bahwan jika ia menolak, ia akan
menanggung dosa orang-orang Ari>siyyi>n dan itu adalah dosa yang sangat
banyak.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam mendakwahi dan menasehati
atau menegur pemerintah secara khusus, dan secara umum kepada siapa
saja, tidak cukup hanya menyampaikan targ\i>b saja, dan juga tidak cukup
tarhi>b tanpa targ\i>b, melainkan disampaikan kedua-duanya sebagai satu
padu yang tidak dapat dipisahkan antara motivasi bagi yang taat dan
ancaman bagi yang ingkar., Meskipun demikian, tarhi>b dan targ\i>b ini
tidak membekaskan manfaat bagi Firaun, ia malah mengingkari Allah
dan utusan-Nya dan kufur serta mengajak debat dalam masalah ini
sebagai (cerminan) sifat kezaliman dan kecongkakannya.

c. Ayat 49
Setelah Nabi Musa dan Nabi Harun menyampaikan maksud dan

tujuannya menemui Firaun, Firaun menjawab [‫َيموسى‬


َ ُ َ ‫“ ]فَ َم ْن َربُّ ُك َما‬siapa
Tuhanmu berdua wahai Musa?” Syaikh Ibnu Katsir menjelaskan bahwa
maksud dari pertanyaannya adalah, siapa Tuhan yang telah mengutus dan
mengirimmu? Aku tidak mengenalnya, dan setahuku, tidak ada Ilah lain
bagimu selainku, Firaun bertanya bukan karena ia tertarik dan ingin
mengikuti ajakan tersebut, akan tetapi sebagai bentuk pengingkarannya
terhadap ajakan dan dakwah tersebut dan Nabi Musa menjawab
pengingkaran tersebut dengan jawaban yang memadai, jelas, dan
sempurna.54

53
As Sa„di, h. 543.
54
Ibnu Katsir, Jilid 5, h. 387.
38

d. Ayat 50

Allah Berfirman [‫َى َدى‬ ‫]قَ َال َربُّنَا الا ِذي أ َْعطَى ُك ال َش ْي ٍء َخ ْل َقوُ ُثُا‬
“Musa berkata: „Tuhan Kami ialah (tuhan) yang telah memberikan
kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya

petunjuk‟” ini serupa dengan Firman Allah [ُ‫خلَ َقو‬


َ ‫َح َس َن ُك ال َش ْي ٍء‬ ِ
ْ ‫]الاذي أ‬
“dia yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan” (As-
Sajdah[32] : 7) Dzat yang menciptakan seluruh makhluk dan memberi
mereka akal, insting (naluri) dan kodrat alamiyah untuk kelanjutan
hidupnya masing-masing, bentuk ciptaan yag indah, yang mana akal-akal
manusia tidak sanggup untuk menggagas bentuk yang lebih baik dari
ciptaan Allah, sebagaimana yang telah diterangkan oleh Syaikh As
Sa„di.55
Syaikh Ibnu Katsir mengatakan bahwa sebagian ahli tafsir
mengatakan “„Tuhan Kami ialah (tuhan) yang telah memberikan kepada
tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk”
ِ
hal tersebut serupa dengan Firman-Nya [‫فَ َه َدى‬
َ ‫“ ] َوالاذي قَد‬dan Yang
‫ار‬
menentukan kadar masing-masing dan memberi petunjuk” (Q.S Al
A„la>[87] : 3) yakni, Dia yang menetapkan suatu ketetapan, lalu
memberikan petunjuk kepada makhluk-makhluk-Nya mengenai
ketetapan tersebut. Dengan kata lain, Allah telah menetapkan rezeki, ajal,
serta amal perbuatan seluruh makhluk, yang tidak ada satupun makhluk-
Nya yang dapat menghindari ketetapan tersebut.56
Dari penjelasan diatas terdapat sebuah pelajaran yang berharga
dalam menjawab debat dari penguasa. Disini Firaun menetang eksistensi
Allah sebagai Rabb semesta alam karena ia menganggap bahwa dirinya

lah Tuhan yang maha tinggi, maka ia mendebat [‫َيموسى‬


َ ُ َ ‫]فَ َم ْن َربُّ ُك َما‬
55
As Sa„di, h. 544.
56
Ibnu katsir, jilid 5, h. 387.
39

“siapakah Tuhanmu berdua wahai Musa?” Nabi Musa pun menjawab


dengan jawaban yang sempurna, yaitu memperkenalkan Allah dengan
sifat-sifat yang lebih tinggi dari pada apa yang ada pada Firaun. Boleh
jadi Firaun kaya, kuat, hebat dan berkuasa, akan tetapi Allah jauh lebih
hebat, lebih kaya dan lebih berkuasa karena Dia lah Allah yang Maha
Kuasa dan Maha Perkasa sehingga Firaun menyadari
ketidakberdayaannya sebagai makhluk Allah.
Jika terjadi perdebatan saat komunikasi dengan pemerintah atau
penolakan ditempat maka kita dituntut harus tetap sabar dalam
menjelaskan perkara dan tidak terbawa suasana sehingga emosi menjadi
meningkat. Akan tetapi, debatilah mereka dengan cara yang paling baik.
Allah subhanah berfirman:

             

           

“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S An Nah}l[16] : 125)
Jika berdebat dalam dakwah dengan masyarakat umum kita sudah
dituntut untuk mendebati dengan cara yang ah}san terlebih lagi apabila
lawan debat kita adalah seorang pemimpin dan penguasa, tentu hal
tersebut lebih besar daripada hanya mendakwahi masyarakat umum.

e. Ayat 51
Syekh Ibnu Katsir berkata pendapat yang paling tepat mengenai
makna tersebut adalah, nabi Musa telah memberitahu Firaun bahwasanya
yang mengutusnya adalah rabb semesta alam yang telah menciptakan,
memberi rezeki, memberikan petunjuk, maka untuk membalas dan
membantah fakta yang tidak terbantahkan tersebut, dan ia merasa tidak
40

mampu untuk menentang dalil yang pasti ini, ia segera bertanya tentang

umat-umat terdahulu sebagai bantahannya.57 [‫ُوَل‬


َ ‫ْاِل‬ ِ ‫]قَ َال فَما َب ُل الْ ُقر‬
‫ون‬ُ َ َ
“berkata Fir'aun: „Maka Bagaimanakah Keadaan umat-umat yang
dahulu?‟”
Syaikh As Sa„di menyebutkan bahwa maksud dari pertanyaan
diatas adalah bagaimana kondisi mereka dan bagaimana berita tentang
mereka dan bagaimana kesudahan mereka, padahal mereka itu telah
mendahului kami dengan sikap pengingkaran, kekufuran, kezaliman dan
pertentangan. Jadi kami hanyalah mengikuti mereka saja,58 itulah
pertentangan dari Firaun.

f. Ayat 52

ٍ َ‫ِِف كِت‬
Allah berfirman [‫اب‬ ‫“ ]قَ َال ِع ْل ُم َها ِعْن َد َرِّّب‬Musa menjawab:
"Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab”
Syekh Ibnu Katsir menjelaskan bahwasanya dalam menjawab pertanyaan
Firaun tentang kesudahan orang-orang terdahulu yang juga tidak
menyembah Allah maka Musa berkata menjawab mereka, meskipun
tidak menyembah Allah, amalan perbuatan mereka di sisi Allah sungguh
tetap dicatat dan akan diberikan balasan kepada mereka sesuai dengan
amalan perbuatan mereka yang terdapat di dalam kitab Allah yaitu
Lauhul Mahfudz.59
ِ
َ َ ‫“ ]ََّل يَض ُّل َرِّّب َوََّل‬Tuhan kami tidak akan salah dan tidak
[‫ي ْنسى‬

(pula) lupa” Maksudnya adalah setiap perbuatan mereka tidak ada


sedikitpun yang tertinggal melainkan semuanya diketahui oleh Allah
subhanah baik yang kecil maupun yang besar tidak terabaikan satupun.
Dan Allah juga tidak lupa karena ilmu Allah meliputi segala sesuatu.
Allah subhanah berfirman:

57
Ibnu Katsir, Jilid 5, h. 387.
58
As Sa„di, h. 545.
59
Ibnu Katsir, jilid 5, h. 388.
41

        

“dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah


Maha mengetahui segala sesuatu.” (Q.S Al Baqarah[2] : 231)

             

“kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan
adalah (pengetahuan) Allah Maha meliputi segala sesuatu.” (Q.S An
Nisa[4] : 126)

g. Ayat 53
Allah berfirman:

            

      

“yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah
menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit
air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis
dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.”
Ayat ini merupakan kelengkapan ucapan Nabi Musa yang
menyebutkan tentang Rabbnya ketika sebelumnya Musa  ditanya oleh
Firaun tentang rabbul ‘a>lami>n, yaitu “Tuhan Kami ialah (tuhan) yang
telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya,
kemudian memberinya petunjuk”. Namun kemudian hal tersebut
dialihkan Firaun dengan mempertanyakan tentang orang-orang terdaluhu.
Disini Nabi Musa menanggapi pertanyaan Firaun dengan cerdas
sehingga Nabi Musa dapat menjawab pertanyaan Firaun tentang umat-
umat terdahulu juga dapat membahas pembahasan yang sebelumnya
dialihkan Firaun, yaitu dengan jawaban “Pengetahuan tentang itu
42

(orang-orang terdahulu) ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab”


sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.
Sebagaimana yang dikatakan Syaikh Ibnu Katsir, dengan jawaban
seperti ini Nabi Musa dapat melengkapi ucapannya tentang Allah, yaitu
menyebutkan bahwa Allah, Rabb seluruh alam adalah Rabb “yang telah

menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan” [‫ ]م ْه ًدا‬atau pada ayat lain


َ
disebut [‫ ] ِم َها ًدا‬yakni hamparan yang kalian tinggal di dalamnya, berdiri,

tidur diatasnya, beraktifitas, dan melakukan perjalanan di atas


permukaannya.60

[‫سب ًَل‬ ِ
ُ ُ ‫ك لَ ُك ْم ف َيها‬
َ َ‫] َو َسل‬ “dan yang telah menjadikan bagimu di

bumi itu jalan-jalan” Syaikh As Sa „di menjelaskan maksudnya adalah


terbuka dan terhubungnya jalur-jalur antara satu daerah dengan daerah
lain, dan dari satu wilayah ke wilayah lain agar orang-orang sanggup
mencapai seluruh penjuru bumi dengan cara yang termudah, yang
melalui perjalanan-perjalanan itu mereka mendapat banyak manfaat
daripada hanya menetap di daerah sendiri.61

[‫ش اّت‬
َ ٍ ‫]وأَنْزَل ِمن ال اسم ِاء ماء فَأَخرجنَا بِِو أ َْزواجا ِمن نَب‬
‫ات‬َ ْ ًَ ْ َْ ً َ َ َ َ َ “dan

menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air
hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam”
Syaikh As Sa‟di berkata bahwa Allah menurunkan hujan dan
menumbuhkan dengan air hujan itu seluruh jenis tumbuh-tumbuhan yang
bermacam-macam dan beragam bentuk serta karakteristiknya yang itu
semua Allah buat dengan sedemikian rupa untuk kita, sebagai rezeki
yang Allah berikan bagi kita dan untuk hewan-hewan peliharaan atau
hewan yang kita ternak. Sekiranya Allah tidak jadikan yang demikian,

60
Ibnu Katsir, jilid 5, h. 389.
61
As Sa „di, h. 547.
43

niscaya binasalah apa yang ada di muka bumi baik manusia maupun
hewan.62 Maka dari itu pada ayat selanjutnya Allah berfirman:

h. Ayat 54

Allah berfirman [‫ُّهى‬


َ ‫الن‬ ِ ‫ت ِِل‬
‫ُوِل‬ ٍ ‫ك ََلَي‬ِ ِ
َ َ ‫] ُكلُوا َو ْار َع ْوا أَنْ َع َام ُك ْم إ ان ِِف َذل‬
“Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya
pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi
orang-orang yang berakal”.
Syaikh As-Sa„di berkata bahwa kalimat perintah yang ada pada

kalimat [‫كم‬
ُ ‫أَنْ َعام‬ ‫“ ] ُكلُوا َو ْار َع ْوا‬makanlah dan gembalakanlah binatang-
ْ َ
binatangmu” adalah bukan kalimat perintah menunjukkan kewajiban,
melainkan kalimat perintah yang bentuknya al imtina>n yaitu ucapan
selamat, yang hal tersebut menunjukkan bahwa hukum asal memakan
tumbuh-tumbuhan adalah al iba>h}ah} yaitu boleh-boleh saja/diperbolehkan
kecuali tumbuh-tumbuhan yang terdapat mudarat/berbahaya apabila
dimakan seperti tumbuhan beracun dll, maka tumbuhan tersebut
diharamkan untuk dimakan.63

Pada kalimat [‫ُّهى‬


َ ‫الن‬ ِ ‫ت ِِل‬
‫ُوِل‬ ٍ ‫ك ََلَي‬ِ ِ
َ َ ‫“ ]إ ان ِِف َذل‬Sesungguhnya pada
yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-

orang yang berakal” Syaikh Ibnu Katsir mengatakan bahwa kalimat [ ‫إِ ان‬
ٍ ‫ك ََلَي‬ِ
‫ت‬ َ َ ‫“ ]ِِف ذَل‬Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-
tanda kekuasaan Allah” maksudnya adalah bukti-bukti, hujjah-hujjah

dan argumen [‫ُّهى‬


َ ‫الن‬ ِ ‫“ ]ِِل‬bagi orang-orang yang berakal” yakni orang
‫ُوِل‬
yang berakal sehat lagi lurus, bahwasanya tidak ada sesembahan yang

62
Assa‟di arab, h. 590.
63
Assa‟di arab, h. 590.
44

berhak diibadahi dengan benar selain Allah, dan tiada Rabb kecuali
hanya Dia.64
Dengan demikian, kekuasaan Allah, keagungan dan rahmat-Nya
yaitu bahwa:
1) Allah adalah Tuhan yang telah memberikan bentuk kejadian
kepada segala sesuatu kemudian memberikan mereka petunjuk;
2) Menunjukkan kekuasaan dan rahmat Allah, yaitu Allah menjadikan
bumi sebagai hamparan, menjadikan diatas bumi jalan-jalan yang
dapat dilalui, menurunkan hujan dan memberi rezeki;
Hujjah-hujjah diatas telah cukup bagi ulun nuha> atau orang yang
berakal sehat dan lurus pemikirannya untuk menerima dakwah Islam dan
menerima Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah
dengan haq, tiada sekutu bagi-Nya.
Terkhusus dalam hal ini bagi rakyat yang mendatangi
pemerintah/penguasa untuk mengajak mereka kepada Islam, maka
hujjah-hujjah diatas telah cukup bagi mereka jika memang penguasa
tersebut Allah beri hidayah untuk menerima Islam dan memiliki akal
yang sehat dan pemikiran yang lurus.

i. Ayat 55

Kemudian ayat [ ً‫ِمْن َها َخلَ ْقنَا ُك ْم َوفِ َيها نُعِي ُد ُك ْم َوِمْن َها ُُنْ ِر ُج ُك ْم ََت َرة‬

‫ُخَرى‬
ْ ‫“ ]أ‬Dari bumi (tanah) Itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya
Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan
mengeluarkan kamu pada kali yang lain”. Setelah sebelumnya Allah
menceritakan tentang bumi, Allah memberitahukan kepada kita bahwa
Dia-lah yang telah menciptakan kita berasal dari tanah (awal kejadian)
karena sesungguhnya bapak kita, Adam diciptakan dari tanah, dan ke
dalam tanah juga kita akan dikembalikan dan dikubur setelah kematian
kita, dan dari sanalah pula kita dibangkitkan sekali lagi.

64
Ibnu Katsir 16 jilid 5.3, h. 389.
45

Syaikh Ibnu Katsir menyebutkan kita akan dibangkitkan kembali


dari kubur sesuai firman Allah:

         

“Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil
memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam
kubur) kecuali sebentar saja.”65
Syaikh As Sa„di menyatakan bahwa dalam ayat ini terdapat dalil
yang logis terhadap bangkitnya orang dari kubur/setelah kematiannya.
Pada ayat sebelumya Allah menyebutkan bahwa Dia dapat
menghidupkan bumi yang mati dengan menurunkan hujan Allah
menumbuhkan dari bumi itu tumbuh-tumbuhan, maka Allah mampu
untuk menghidupkan dan membangkitkan orang yang telah meninggal
dari kuburnya, hal tersubut mudah bagi Allah dan dapat diterima akal
manusia sebagaimana Allah dengan mudahnya dapat menghidupkan
bumi yang tandus dan mengeluarkan darinya berbagai macam tumbuhan
yang sangat banyak.66
2. Pembahasan surah Taha ayat 57-59
a. Ayat 57
Allah berfirman:

       

“Berkata Fir'aun: "Adakah kamu datang kepada Kami untuk mengusir


Kami dari negeri Kami (ini) dengan sihirmu, Hai Musa?”
Sebelumnya, karena Nabi Musa mengatakan bahwa dirinya adalah
seorang utusan Allah, Firaun meminta bukti bahwa Nabi Musa adalah
benar utusan Allah, sebagaimana Firman-nya:

65
Ibnu Katsir jilid 16/5.3, h. 389.
66
As Sa„di, h.548.
46

              

          

“Fir'aun menjawab: "Jika benar kamu membawa sesuatu bukti, Maka


datangkanlah bukti itu jika (betul) kamu Termasuk orang-orang yang
benar". Maka Musa menjatuhkan tongkat-nya, lalu seketika itu juga
tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya. Dan ia mengeluarkan
tangannya, Maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya
(kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya.” (Q.S Al A„ra>f[7] :
106-108)
Syaikh As Sa„di berkata tabiat manusia menyukai tanah
kelahirannya, sulit untuk keluar dan meninggalkannya. Firaun
mengetahui hal ini sehinga ia memprovokasi dan mengambil hati
rakyatnya dengan mengatakan bahwa Nabi Musa akan menguasai tanah
mereka dan akan mengusir mereka agar mereka membenci Nabi Musa
dan berusaha melawannya.67
Firaun tetap tidak mau beriman walau telah ditampakkan bukti
yang nyata baginya. Maka dari itu Firaun mengklaim mukjizat Nabi
Musa yang diperlihatkan kepadanya berupa tongkat yang dapat berubah
menjadi ular dan tangan Nabi Musa yang dapat mengeluarkan cahaya
tersebut, keduanya bukanlah mukjuzat dan tanda-tanda kenabian
melainkan hanyalah sihir dan kepalsuan belaka.68
b. Ayat 58
Allah berfirman:

            

 

67
As Sa„di, h. 552.
68
As Sa„di, 551.
47

“Dan Kamipun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir


semacam itu, Maka buatlah suatu waktu untuk Pertemuan antara Kami
dan kamu, yang Kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu di
suatu tempat yang pertengahan.”

Syaikh As Sa„di berkata bahwa [‫سوى‬


ً ُ ‫اَّن‬
ً ‫] َم َك‬ “tempat yang

pertengahan” adalah tempat yang netral, dan datar agar dapat diliahat
banyak orang. Hal ini diperkuat oleh Mujahid dan Qatadah dengan

menyatakan bahwa [‫سوى‬


ً ُ ‫اَّن‬
ً ‫ ] َم َك‬adalah tempat yang adil, yakni suatu
tempat yang rata diantara manusia, tempat yang tidak terdapat kegaduhan
dan tidak tertutup dari pandangan orang lain.69
c. Ayat 59
Allah berfirman:

        

“Berkata Musa: "Waktu untuk Pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah
di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari
sepenggalahan naik.”
Syaikh As Sa„di mengatakan bahwa “hari raya” maksudnya adalah
hari perayaan mereka yang mereka pada hari tersebut sedang berlibur dan
menghentikan kesibukan-kesibukan mereka sehingga mereka kosong dan
dapat ikut menyaksikan.70 Jadi Nabi Musa memilih di hari raya dan
waktunya dipagi hari/duha.

3. Pembahasan surah Taha ayat 61-64


a. Ayat 61
Allah berfirman:

69
Ibnu Katsir 16, h. 391.
70
As Sa„di, h. 552.
48

              

 

“Berkata Musa kepada mereka: "Celakalah kamu, janganlah kamu


mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, Maka Dia membinasakan
kamu dengan siksa". dan Sesungguhnya telah merugi orang yang
mengada-adakan kedustaan.”
Syaikh Ibnu Katsir menyebutkan bahwa setelah terjadi kesepakatan
antara Firaun dan nabi Musa, Firaun segera bergegas untuk menghimpun
para penyihir dari berbagai kota kerajaanya. Sebagaimaa firman Allah:

      

“Firaun berkata (kepada pemuka kaumnya): "Datangkanlah kepadaku


semua Ahli-ahli sihir yang pandai!"” (Q.S Yunus[10] : 79)
Kemudian pada hari yang ditentukan, Firaun memberikan
dorongan untuk menyemangati para penyihir agar mereka melaksanakan
tugas dengan sebaik-bainya, dan mereka pun mengharapkan imbalan dari
Firan sebagaimana yang telah dijanjikan.71 Sebagaimana firman Allah:

              

    

Maka tatkala Ahli-ahli sihir datang, merekapun bertanya kepada


Fir'aun: "Apakah Kami sungguh-sungguh mendapat upah yang besar
jika Kami adalah orang-orang yang menang?" Fir'aun menjawab: "Ya,
kalau demikian, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi
orang yang didekatkan (kepadaku)". (Q.S Asy Syu„ara>‟[26] : 41-42)

71
Sahih Ibnu Katsir, jilid 5, h.16.
49

Maka dari itu Nabi Musa berkata kepada mereka [ ‫َويْلَ ُك ْم ََّل تَ ْفتَ ُروا‬

ٍ ‫اّلِلِ َك ِذَب فَيس ِحتَ ُكم بِع َذ‬


‫اب‬ َ ْ ْ ُ ً ‫] َعلَى ا‬ “Celakalah kamu, janganlah kamu

mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, Maka Dia membinasakan


kamu dengan siksa” maksudnya jangan kalian dukung kebatilan dengan
praktik sihir kalian dan berencana mempecundangi kebenaran dan
membuat kedustaan atas nama Allah, jika tidak maka Allah akan
mengazab kalian, itulah maksud dari ayat ini sebagaimana yang jelaskan
oleh Syaikh As Sa„di.72
b. Ayat 62
Allah berfirman:

     

“Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara


mereka dan mereka merahasiakan percakapan (mereka).”
Syaikh Ibnu Katsir menyatakan bahwa setelah mereka/para
penyihir mendengar ucapan Nabi Musa, maka terjadilah pertengkaran
diantara mereka. Sebagian mereka berkata bahwa perkataan Nabi Musa
adalah perkataan seorang Nabi, sebagian yang lain berkata “justru Musa
adalah seorang penyihir”. 73

[‫اجوى‬
ْ ‫الن‬ ‫َسُّروا‬
Firman-Nya
َ َ ‫] َوأ‬ “dan mereka merahasiakan

percakapan (mereka).” Maksudnya mereka berbisik-bisik antara satu


sama lain. Jadi bantah-bantahan ini adalah masalah interal para penyihir
dalam menyikapi Nabi Musa.
c. Ayat 63
Allah berfirman:

72
As Sa„di, jidil 4, h. 553.
73
Sahih Ibnu Katsir, jilid 5, h. 738.
50

          

  

“mereka berkata: "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli


sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan
hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama.”
Syaikh Ibnu Katsir menyatakan bahwa setelah sebelumnya para
penyihir berbantah-bantahan pada kalangan internal mereka terhadap
Nabi Musa, sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain seperti
yang Allah sampaikan pada ayat diatas.74
d. Ayat 64
Allah berfirman:

           

“Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian


datanglah dengan berbaris. dan sesungguhnya beruntunglah orang yang
menang pada hari ini.”
Syaikh As Sa„di mengatakan bahwa ini adalah himbauan dari
sebagian mereka (para penyihir) kepada sebagian yang lain agar mereka
berusaha keras dalam mengalahkan Nabi Musa, itulah maksud dari

[‫كم‬ ِْ ‫“ ]فَأ‬maka himpunlah segala daya (sihir) kamu sekalian”.75


ُ ‫َْجعُوا َكْي َد‬
ْ
[‫استَ ْعلَى‬
ْ ‫] َوقَ ْد أَفْ لَ َح الْيَ ْوَم َم ِن‬ “dan sesungguhnya beruntunglah

orang yang menang pada hari ini”. Syaikh Ibnu Katsir mengatakan
maksudnya adalah pihak yang menang adalah yang beruntung baik dari
pihak mereka (Nabi Musa) atau dari pihak kita (para penyihir).76

74
Sahih Ibnu Katsir, jilid 5, h. 378.
75
As Sa„di, jilid 4, h.554.
76
Sahih Ibnu Katsir, jilid 5, h. 739.
51

4. Pembahasan surah Taha ayat 71-76


a. Ayat 71
Allah Berfirman:

              

          

  

“Berkata Fir'aun: "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa)


sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah
pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka
Sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian
dengan bersilang secara bertimbal balik, dan Sesungguhnya aku akan
menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan Sesungguhnya
kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih
kekal siksanya”
Setelah sebelumnya terjadi “adu kekuatan” antara Nabi Musa dan
para penyihir, para penyihir pun kalah dan mengaku beriman kepada
Allah, sebagaimana Firman-Nya:

        

“lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya


berkata: "Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa".” Q.S
(Q.S Taha[20] : 70)
Firaun marah mendengar pernyataan tersebut dan berkata
kebagaimana yang terdapat dalam ayat diatas, dan menuduh para
penyihir telah bersekongkol dengan Nabi Musa untuk menjatuhkan

Firaun dengan berkata [‫حر‬ ِ ‫ِ ِ اِ ا‬


ْ ‫الس‬ َ ّ ‫“ ]إناوُ لَ َكبريُُك ُم الذي َعل َم ُك ُم‬Sesungguhnya
ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian”
sebagaimana firman Allah dalam ayat lain:
52

              

      

“Fir'aun berkata: "Apakah kamu beriman kepadanya sebelum aku


memberi izin kepadamu?, Sesungguhnya (perbuatan ini) adalah suatu
muslihat yang telah kamu rencanakan di dalam kota ini, untuk
mengeluarkan penduduknya dari padanya; Maka kelak kamu akan
mengetahui (akibat perbuatanmu ini);” (Q.S Al A„ra>f[7] : 123)
Kemudian Firaun mengancam mereka sebagaimana yang tertera
pada ayat diatas bahwa ia akan menghukum mereka dengan memotong
silang kaki dan tangan mereka dan akan menyalib mereka di pangkal
pohon kurma.

b. Ayat 72
Allah berfirman:

               

     

“Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu


daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada
Kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; Maka
putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu
hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja.”
Syaikh As Sa„di mengatakan terkait ayat diatas bahwa ketika
Firaun menyerang para penyihir dengan pernyataan dan ancaman
tersebut, maka dari itu Allah mudahkan jiwa mereka untuk tunduk
ِ َ‫الْب يِن‬
kepada Allah dan berkata [‫ات‬ ِ ِ
ّ َ ‫]قَالُوا لَ ْن نُ ْؤثَرَك َعلَى َما َجاءَ ََّن م َن‬
“Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu
daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada
53

Kami” maksudnya kami tidak akan memilihmu atas petunjuk dan


keyakinan yang telah kami dapatkan.77

Firman Allah [‫فَطَرََّن‬


َ ‫] َوالا ِذي‬ “dan atas (Allah) Yang telah

menciptakan kami” bisa mengandung makna sebagai bentuk sumpah

sehingga bermakna “demi yang menciptakan kami” [ ٍ َ‫ت ق‬


‫اض‬ ِ ْ‫فَاق‬
َ ْ‫ض َما أَن‬

ْ ِ‫ضي َى ِذه‬
‫اْلَيَا َة الدُّنْيَا‬ ِ ‫“ ]إِاّنَا تَ ْق‬Maka putuskanlah apa yang hendak kamu

putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada


kehidupan di dunia ini saja.”
Jadi, mereka bersumpah bahwa Allah lah yang telah menciptakan
mereka, sehingga hanya Dia-lah yang berhak untuk disembah dan ditaati.

Karena sebelumnya Firaun membahas tentang kekekalan [ ‫َولَتَ ْعلَ ُم ان أَيُّنَا‬

‫َش ُّد َع َذ ًاَب َوأَبْ َقى‬


َ ‫“ ]أ‬dan Sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di
antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya” maka mereka
menerangkan bahwa apapun yang akan dilakukan Firaun terhadap
mereka berupa hukuman dan siksaan, itu hanya terjadi di dunia yang fana
dan tidak kekal.

c. Ayat 73
Allah berfirman:

               

“Sesungguhnya Kami telah beriman kepada Tuhan Kami, agar Dia


mengampuni kesalahan-kesalahan Kami dan sihir yang telah kamu
paksakan kepada Kami melakukannya. dan Allah lebih baik (pahala-
Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)”

77
Sahih Ibn Katsir, jilid 5, h. 744.
54

Syaikh As Sa„di berkata bahwa keimanan menghapuskan


kesalahan-kesalahan, dan taubat mentup dosa yang silam.78 Mereka
berharap dengan berimannya mereka kepada Allah, Allah akan
mengampuni kesalahan-kesalahan mereka, yaitu kekufuran dan
kemaksiatan mereka.

Beliau juga mengatakan bahwa secara eksplisit kalimat [ ‫َوَما أَ ْكَرْىتَ نَا‬
ِ ِِ
‫الس ْح ِر‬
ّ ‫“ ] َعلَْيو م َن‬dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami untuk
melakukannya” menunjukkan bahwa pada saat Nabi Musa menasehati
mereka (para penyihir) sebagaimana yang tertuang pada ayat 61, ternyata
telah mempengaruhi mereka dan membekas kuat pada diri mereka. Oleh
karena itu mereka berbantah-bantahan setelah mendengar nasehat Nabi
Musa, namun Firaun menuntut dan memaksa mereka untuk membuat
makar yang telah digariskan sebelumnya,79 sehingga mereka
menjalankannya karena terpaksa.

Kalimat [‫وأَبْ َقى‬


َ ‫اّلِلُ َخْي ٌر‬
‫“ ] َو ا‬dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan
lebih kekal (azab-Nya)” bermakna apa yang Allah janjikan berupa
ganjaran dan kebaikan terhadap orang beriman lebih baik dan lebih kekal
dari pada apa yang dijanjikan oleh Firaun berupa upah, kedudukan, dan
jabatan di dunia, sehingga klaim Firaun bahwa ancaman dan siksaannya
itu kekal telah terbantahkan.

d. Ayat 74
Allah berfirman:

             

78
As Sa„di, jilid 4, h.559.
79
As Sa„di, jilid 4, h. 559.
55

“Sesungguhnya Barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam Keadaan


berdosa, Maka Sesungguhnya baginya neraka Jahannam. ia tidak mati di
dalamnya dan tidak (pula) hidup.”
Syaikh Ibnu Katsir mengatakan bahwa ayat ini termasuk bagian
dari kelengkapan nasehat yang diberikan para penyihir kepada Firaun.
Mereka memberi peringatan kepada Firaun atas murka dan siksa Allah
yang abadi kepada orang yang menghadap Allah pada hari kiamat sedang
ia masih dalam kekafirannya.80

e. Ayat 75
Allah berfirman:

          

“dan Barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam Keadaan beriman,


lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, Maka mereka Itulah orang-
orang yang memperoleh tempat-tempat yang Tinggi (mulia)”
Ayat ini adalah kebalikan dari ayat sebelumnya, yaitu orang yang
datang menghadap Allah pada hari kiamat dalam keadaan beriman
hatinya serta dibenarkan oleh jiwanya dengan perkataan dan perbuatan,
maka mereka itulah yang memperoleh derajat yang tinggi di surga.81
Hal ini merupakan hal indah dalam sebuah ajakan/seruan, yaitu
targib dan tarhib. Setelah sebelumnya menyampaikan ancaman jika tidak
beriman kepada Allah dan mati dalam kekufuran akan kekal selamanya
di neraka, setelah itu datanglah kabar gembira bahwa masih ada
kesempatan untuk kembali bagi orang yang ingin beriman dan bertaubat
kepada Allah yang bahkan mendapatkan surga dihari kemudian.

f. Ayat 76
Allah berfirman:

             

80
Sahih Ibnu Katsir, jilid 5, h. 746-747.
81
Sahih Ibnu Katsir, jilid 5, h. 748.
56

“(yaitu) syurga 'Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka


kekal di dalamnya. dan itu adalah Balasan bagi menyucikan diri.”
Setelah memberikan kabar gembira bagi orang yang kembali
kepada Allah akan mendapat surga sebagaimana yang terdapat pada ayat
sebelumnya, diayat ini dijelaskan gambaran surga yang dijanjikan
tersebut.

‫تَ َزا‬
Syaikh As Sa„di menjelaskan bahwa kalimat [‫كى‬ ‫ك َجَزاءُ َم ْن‬ ِ
َ ‫] َو َذل‬
“dan itu adalah balasan bagi orang yang menyucikan diri” maksudnya
adalah orang yang menyucikan diri dari kesyirikan, kekufuran, kefasikan,
dan kedurhakaan, ia pun memupuknya dengan keimanan dan amal salih,
itulah orang yang menyucikan diri.82
C. Kesimpulan Analisis
1. Mengutus Seorang Delegasi
Ketika rakyat ingin menegur pemerintah, menasehati, menegur dan
mengkritik pemerintah, rakyat hendaknya mengutus seorang delagasi yang
mewakili mereka untuk menyampaikan itu semua terhadap pemerintah. Orang
yang didelegasikan mewakili rakyat untuk mendatangi pemerintah haruslah
seorang tokoh yang berpengaruh dan diketahui kepiawayannya dalam
berkomunikasi.
2. Berkata dengan Lemah Lembut
Sang delegasi haruslah berkata-kata lembut, tidak keras dalam
menyampaikan maksud dan tujuan ia datang dan menghadap ke pemerintah,
apalagi berkata-kata kasar kepada mereka. Hal ini dapat melembutkan hati
mereka untuk mendengarkan keluhan rakyat atas izin Allah tentunya.
3. Memperkenalkan Diri
Sang delegasi juga harus memperkenalkan diri mereka saat
menyampaikan maksud dan tujuan mereka saat mendatangi pemerintah,
darimana mereka berasal, siapa yang mengutus mereka, hal tersebut adalah
informasi penting yang perlu disampaikan saat menghadap kepada
pemerintah.

82
As Sa„di, jilid 4, h. 562.
57

4. Menjelaskan Maksud dan Tujuan


Sang delegasi juga harus menjelaskan maksud dan tujuan ia datang dan
menghadap kepada pemerintah dengan jelas dan benar. Ia harus menjelaskan
bahwa maksud kedatangannya adalah untuk menasehati, menegur, atau
memberi kritik dan saran kepada pemerintah, agar kehidupan bernegara
menjadi lebih baik lagi kedepannya atas izi Allah.
5. Mengajak kepada Islam
Jika aparat pemerintahan yang didatangi qadarullah adalah bukan
seorang muslim, maka diantara maksud dan tujuan mendatanginya adalah
untuk mengajak dan menyerunya kepada Islam. Tidaklah mengapa menyeru
mereka kepada Islam didalam majelis mereka sebagai aparat pemerintahan,
mudah-mudahan mereka mendapat hidayah dari Allah dan menerima ajakan
dan memeluk Islam.
6. Menyampaikan dengan Hikmah
Hendaklah pesan-pesan dan nasehat-nasehat yang disampaikan kepada
pemerintah disampaikan dengan hikmah, hikmah disini adalah bukti-bukti dan
argument-argumen yang jelas, logis dan dapat mudah diterima, yaitu Al
Qur‟an dan Hadis Rasulullah. Argumen yang disampaikan dengan
berlandaskan Al Qur‟an dan Sunnah diatas pemahaman Salafus Salih mustahil
untuk ditolak, karena fitrah manusia adalah mematuhi perintah Allah dan tidak
mungkin menolaknya.
7. Berdoa dan Memberikan Keselamatan
Jika telah membawa nasehat dan terguran kepada pemerintah yang
merupakan pesan dari Allah karena pesan tersebut dilandasi dari Al Qur‟an
dan Sunnah berdasarkan pemahaman Salafus Salih, maka hendaklah
memberikan dorongan dan semangat kepada pemerintah untuk menyetujui hal
tersebut, karena yang menunggu mereka adalah keselamatan jika mengikuti
petunjuk dari Allah walau mungkin terasa berat untuk mengikuti nasehat
tersebut. Jika hal tersebut benar adalah perintah Allah, mengikutinya akan
mendapatkan keselamatan dan jalan keluar atas izin Allah.
8. Targhib dan Tarhib
58

Menyampaikan targhib dan tarhib/ancaman dan motivasi adalah bagian


dari kelengkapan menyampaikan perintah Allah terhadap pemerintah. Hal ini
penting untuk disampaikan keduanya sebagai satu padu baik ancaman bagi
yang ingkar dan motivasi serta balasan kebaikan bagi orang yang taat dan
tidak dapat dipisahkan. Dengan adanya targhib/ancaman bagi yang ingkar
membuat orang takut untuk melanggar perintah Allah dan termotivasi serta
bersemangat untuk mematuhi perintah Allah dengan adanya tarhib/motivasi.
9. Mendebati dengan Cara yang Ahsan
Jika terjadi perdebatan yang tidak terelakkan saat menyampaikan
pesan terhadap pemerintah, maka debatilah mereka dengan cara yang
ahsan/terbaik atau paling baik agar tidak menimbulkan permusuhan dan
pertengkaran, karena tujuan sang delegasi datang mendatangi pemerintah
adalah untuk islah atau perbaikan/kebaikan, bukan untuk menyebar kebencian
dan mencari permusuhan.
10. Memberikan Nasehat dan Peringatan
Memberikan nasehat dan peringatan tidak hanya pada aparat
pemerintah yang ditemui dan dikunjungi, melainkan kepada para bahawan
dan orang kepercayaan mereka juga perlu diberikan nasehat dan peringatan
jika memungkinkan. Jika mereka menerima ajakan kita, maka hal tersebut
dapat memberikan kemudahan dan wasilah untuk menyampaikan pesan
kepada pemerintah karena mereka kelak akan menyampaikan pesan yang
sama terhadap pemerintah sehingga kegiatan “negosiasi” akan lebih efektif.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan terdahulu dapat disimpulkan bahwa komunikasi
antara pemerintah dan rakyat yang terdapat dalam Al Qur‟an pada surah Taha
terdapat faedah yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Masyarakat/rakyat yang ingin menyampaikan pesan terhadap pemerintah
hendaknya mengutus seorang delegasi yang mewakili mereka, dan tidak
mendatanginya dengan beramai-ramai.
2. Bersopan santun dan berlemah lembut saat berbicara kepada pemerintah.
3. Sang delegasi memperkenalkan diri kepada aparat pemerintah yang
didatanginya termasuk memberitahukan kepada pemerintah siapa yang
mengutus mereka.
4. Menjelaskan maksud dan tujuan datangnya sang delegasi mendatangi
pemerintah dengan jelas, tidak ada yang ditutup-tutupi agar tidak terjadi
salah faham.
5. Mengajak kepada Islam jika aparat yang didatangi qadarullah bukan
pemeluk agama Islam.
6. Menyampaikan pesan dengan hikmah, yaitu membawa bukti-bukti yang
jelas perihal pesan yang disampaikan dengan berlandaskan Al Qur‟an dan
hadis berdasarkan pemahaman Salaful Ummah.
7. Berdoa dan memberikan keselamatan untuk memberikan semangat kepada
pemerintah bahwa keselamatan yang menanti mereka jika mengikuti pesan
yang berlandaskan Al Qur‟an dan hadis berdasarkan pemahaman Salaful
Ummah.
8. Memberikan motivasi dan ancaman (taghib dan tarhib) menguatkan hati
mereka untuk mengikuti pesan yang datangnya dari Allah tersebut.
9. Mendebati pemerintah dengan cara yang paling baik/terbaik jika terjadi
perdebatan tidak dapat terelakkan.
10. Jika memungkinkan, nasehat dan peringatan yang diberikan tidak hanya
untuk aparat pemerintah yag didatangi melainkan bawahannya juga.

59
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Rineka Cipta, 2009 M.

Al-Mubarakfuri, Shafiyyurrahman, dkk, Shahih Tafsir Ibnu Katsir terjemahan


oleh Abu Ihsan al-Atsari, Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2018 M, jilid 2.

Al-Qaththan, Syaikh Manna, Pengantar Studi Ilmu Al Qur‟an Terjemahan oleh


Aunur Rafiq el-Mazni, Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 2017 M.

As-Sa‟di, Abdurrahman bin Nashir, Tafsir Al Qur‟an terjemahan oleh Muhammad


Iqbal, dkk, Jakarta: Pustaka Sahifa, 2012 M, jilid 1.

Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2011 M.

Cangara, Hafied, Komunikasi Politik, Konsep, Teori, dan Strategi, Depok:


Rajawali Pers, 2018 M.

Daryanto, Ilmu Komunikasi 1, Bandung: Satu Nusa, 2012 M.

Effendy, Onong Uchjana, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Rosda, 2013
M.

Effendy, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, Bandung: Rosda, 2015 M.

Fiske, John, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2014 M.

Hefni, Harjani, Komunikasi Islam, Jakarta: Kencana, 2017 M.

Komala, Lukiati, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks, Bandung:


Widya Padjadjaran, 2009 M.

Kriyantono, Rachmat, Pengantar Lengakap Ilmu Komunikasi, Jakarta:


Prenadamedia Group, 2019 M.

Ma‟ruf, Amari, dan Nur Hadi, Mengkaji Ilmu Tafsir 1 Untuk Kelas X Madrasah
Aliyah Program Keagamaan, Solo: Aqila, 2014 M.

Mawardi, dan Nur Hidayati, IAD-ISD-IBD, Bandung: Pustaka Setia, 2000 M.

Meleong, Lexy J, Metodologi Penilitian Kualitatif, Bandung: Rosda, 2012 M.

Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Rosda, 2015 M.

Taniredja, Tukiran, dkk, Paradigma Terbaru Pendidikan Pancasila Untuk


Mahasiswa, Bandung: Alfabeta, 2017 M.

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Grasindo, 2005 M.

60
61

Wikipedia, Agama Menurut Jumlah Penganut, diakses dari


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Agama_menurut_jumlah_penganut.

Flora, Maria, Demo Amarkis Ini Deretan Fasilitas Umum di Jakarta yang dirusak
Massa Perusuh, diakes dari
https://www.liputan6.com/news/read/4377582/demo-anarkistis-ini-
deretan-fasilitas-umum-di-jakarta-yang-dirusak-massa-perusuh.

Iswara, Aditya Jaya, 5 Negara Dilanda Demo Besar, Termasuk Tolak UU Cipta
Kerja di Indonesia¸ diakses dari
https://www.kompas.com/global/read/2020/10/09/132533270/5-negara-
dilanda-demo-besar-termasuk-tolak-uu-cipta-kerja-diindonesia?page=all.

Kurniawan, Aris, Pengertian Pemerintah Menurut Para Ahli,diakses dari


https://www.gurupendidikan.co.id/pemerintah-adalah/#ftoc-heading-35.

Masnun, Putri Yohani, 5 Latar Belakang Tragedi Aleppo yang Begitu Memilukan,
diakses dari https://hukamnas.com/latar-belakang-tragedi-
aleppo#:~:text=Latar%20belakang%20tragedi%20Aleppo%20memang,p
erhatian%20dari%20berbagai%20belahan%20dunia.&text=Kota%20Ale
ppo%20diserang%20oleh%20kelompok,terhadap%20kota%20lainnya%2
0di%20Suriah.

Molana, Datuk Haris, Selain Medan, Ini 3 Lokasi Demo Ricuh di Sumut Kemarin,
diakses dari https://news.detik.com/berita/d-5206621/selain-medan-ini-3-
lokasi-demo-ricuh-di-sumut-kemarin.

Anda mungkin juga menyukai