Skripsi Ikhsan - Revisi 4
Skripsi Ikhsan - Revisi 4
SKRIPSI:
Oleh :
MUHAMMAD IKHSAN
NIM / NIRM: 17206242 / 017.35.4.1.1.I.0684
i
ii
PENDAHULUAN
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah aku
cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu”
(Al-Maidah[5] : 3)
Termasuk yang diatur dalam Islam adalah hubungan antara sesama
manusia yang kita kenal dengan hablun minanna>s, interaksi dan komunikasi
1
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), cet. 3, h. 1.
2
Rachmat Kriyantono, Pengantar Lengakap Ilmu Komunikasi (Jakarta : Prenadamedia
Group, 2019), cet. 1, h. 193.
1
2
3
Harjani Hefni, Komunikasi Islam (Jakarta : Kencana, 2017), cet. 2, h. 217-223.
4
Maria Flora, Demo Amarkis Ini Deretan Fasilitas Umum di Jakarta yang dirusak Massa
Perusuh, diakses dari https://www.liputan6.com/news/read/4377582/demo-anarkistis-ini-deretan-
fasilitas-umum-di-jakarta-yang-dirusak-massa-perusuh, pada tanggal 24 November 2020 pukul
23:03 WIB.
3
5
Aditya Jaya Iswara, 5 Negara Dilanda Demo Besar, Termasuk Tolak UU Cipta Kerja di
Indonesia¸ diakses dari https://www.kompas.com/global/read/2020/10/09/132533270/5-negara-
dilanda-demo-besar-termasuk-tolak-uu-cipta-kerja-di-indonesia?page=all., pada tanggal 25
November 2020 pukul 0:16 WIB.
6
Datuk Haris Molana, Selain Medan, Ini 3 Lokasi Demo Ricuh di Sumut Kemarin, diakses
dari https://news.detik.com/berita/d-5206621/selain-medan-ini-3-lokasi-demo-ricuh-di-sumut-
kemarin, pada tanggal 24 November 2020 pukul 23:48 WIB.
7
Putri Yohani Masnun, 5 Latar Belakang Tragedi Aleppo yang Begitu Memilukan, di
akses dari https://hukamnas.com/latar-belakang-tragedi-aleppo,. pada tanggal 25 November pukul
2:19 WIB.
4
"Alif Lam Mim, Kitab (Al Qur‟an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertakwa." (Al-Baqarah[2] : 1-2)
Firman-Nya:
...
B. Fokus Kajian
Dalam penelitian ini, penulis fokus untuk mengkaji ayat-ayat Al
Qur‟an dalam surah T{a>ha yaitu ayat-ayat yang menceritakan tentang Nabi
Musa dan Nabi Harun yang Allah perintahkan untuk berbicara kepada Firaun
yang benar-benar telah berada dalam puncak keangkuhan dan kesombongan,
memperbudak Bani Israil, membunuh anak laki-laki mereka dan menyisakan
anak-anak perempuan mereka, dan melakukan kemungkaran yang tidak ada
kemungkaran yang lebih tinggi dari yang ia lakukan, yaitu mengaku sebagai
tuhan. Allah Berfirman:
“Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan pengikut-
pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya,
6
C. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis merumuskan beberapa masalah yang
menjadi titik fokus penelitian. Titik fokus tersebut adalah sebagai berikut:
Bagaimana komunikasi antara pemerintah dan rakyat yang terdapat
dalam Al Qur‟an surah T{a>ha?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian
ini adalah:
Untuk mengetahui komunikasi antara pemerintah dan rakyat yang
terdapat dalam Al Qur‟an surah Taha.
E. Batasan Istilah
1. Komunikasi
Komunikasi yang dimaksud adalah interpersonal communication
(komunikasi antarpribadi) yaitu komunikasi yang berlangsung antara dua
orang atau lebih secara tatap muka.
2. Pemerintah
Pemerintah adalah penguasa suatu negara yang menjalankan
wewenang dan kekuasaan yang mengatur kehidupan sosial, ekonomi dan
politik suatu negara atau bagian-bagiannya.
3. Rakyat
Rakyat adalah warga negara, yaitu sekumpulan manusia yang
dipersatukan oleh suatu rasa persatuan dan bersama-sama mendiami
suatu wilayah.
4. Surah T{ah> a
Surah T{ah> a adalah surah ke-20 dalam Al Qur‟an, termasuk
kategori surah makiyah/surah yang diturunkan di Mekkah dan memiliki
135 ayat.
7
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara teoretis, untuk mengetahui bagaimana komunikasi rakyat
terhadap pemerintah yang baik dan benar sesuai syariat Islam yang
berlandaskan Al Qur‟an dan Hadis.
2. Secara praktis, melihat kemungkaran yang dilakukan pemerintah kita
tidak lebih besar seperti yang dilakukan Firaun yang mengaku sebagai
tuhan, maka komunikasi yang disampaikan Nabi Musa terhadap Firaun
lebih pantas untuk menjadi kerangka acuan dan rujukan masyarakat
Islam dalam berkomunikasi terhadap pemerintah, karena komunikasi
yang dilakukan Nabi Musa adalah contoh komunikasi terhadap
seburuk-buruknya pemerintah.
3. Dan secara akademis, memberikan sumbangsih pemikiran bagi kajian
keilmuan dan masukan baru untuk perkembangan penelitian
selanjutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritis
1. Komunikasi antara Pemerintah dan Rakyat
a. Definisi Komunikasi
Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa Latin
communicatio yang berasal dari kata communis yang bermakna sama,
dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal.9
Adapau secara terminologis, banyak sekali definisi komunikasi yang
dikemukakan oleh para ahli, pada tahun 1976, Dance dan Larson telah
mengumpulkan setidaknya ada 126 definisi komunikasi yang berlainan
yang saat ini pastinya jumlah tersebut telah meningkat lebih banyak lagi.10
Dance menemukan tiga dimensi konseptual penting yang
mendasari definisi-definisi komunikasi. Dimensi pertama adalah tingkat
observasi para ahli yang berbeda-beda, ada yang terlalu umum sepeti
“proses menghubungkan satu sama lain bagian-bagian dunia kehidupan
yang terpisah”, ada juga yang terlalu sempit, seperti “alat mengirim pesan
militer perintah dan sebagainya melalui telepon, radio, kurir, dan
sebagainya.
Dimensi kedua adalah kesengajaan, sebagian ahli mendefinisikan
kesengajaan pengirim dalam mengirim pesan dan sengajaan penerima
untuk menerima pesan dan kesengajaan untuk mempengaruhi prilaku
untuk menerima pesan, sedangkan sebagian yang lain tidak menuntut
syarat yang demikian.
Dimensi yang ketiga adalah penilaian normatif. Ada yang
mensyaratkan keberhasilan dalam berkomunikasi seperti definisi dari John
B. Hoben “Komunikasi adalah pertukaran verbal, pikiran, atau gagasan”
9
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2015), cet. 9, h. 3-5.
10
Daryanto, Ilmu Komunikasi 1 (Bandung : Satu Nusa, 2012), cet. 2, h. 10.
8
9
dan ada yang tidak menyaratkan keberhasilan, seperti definisi dari Bernard
Berelson dan Gary Steiner “Komunikasi adalah transmisi informasi”11
Perbedaan definisi ini juga didasari karena bedanya sudut pandang
mereka terhadap komunikasi, mengingat bahwa sejarah ilmu komunikasi
dikembangkan oleh ilmuan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu.12 Carl
I. Hovland dari Universitas Yale yang mempelajari komunikasi dalam
hubungannya dengan perubahan sikap manusia13 mengatakan bahwa
komunikasi adalah proses dimana seseorang mengirim
stimulus/rangsangan (biasanya dengan simbol verbal) untuk mengubah
perilaku orang lain.14
Everett M Rogers, salah seorang pakar Sosiologi Pedesaan
Amerika yang telah banyak memberikan perhatian pada studi riset
komunikasi dalam hal penyebaran inovasi, sehingga wajar jika penulis
mengutip perkataan beliau dalam mendefinisikan komunikasi. Definisi
yang beliau kemukakan hampir sama seperti yang didefinisikan Hovland,
yaitu maksud komunikasi adalah untuk mengubah tingkah laku.
Kemudian Rogers mengembangkan definisinya bersama D.
Lawrenc Kincaid sehingga melahirkan definisi baru yaitu, “Komunikasi
adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau
melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lain, yang pada
gilirannya akan tiba saling pengertian yang mendalam”15
Harold D. Lasswell meyatakan bahwa cara yang tepat untuk
menggambarkan dan menerangkan suatu tindakan komukasi adalah denga
menjawab pertanyaan “Who Say what In wich Channel to whom with what
effect” yaitu “siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui
siaran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”.16 yang menunjukkan
11
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung : Rosda, 2015), cet. 15,
h. 60-62.
12
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT Grasindo, 2005), cet. 2, h. 5.
13
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : Rajawali Pers, 2011), cet. 12,
h.17.
14
Wiryanto, Pengantar, h. 6.
15
Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks (Bandung : Widya
Padjadjaran, 2009), h. 73.
16
Cangara, Pengantar, h. 19.
10
17
Eri Hariyanto, Komunikasi Pemerintah dan Efektivitas Kebijakan, diakses dari
https://klc.kemenkeu.go.id/pusku-komunikasi-pemerintah-dan-efektivitas-kebijakan/, pada tanggal
21 April 2021 pukul 15:21 WIB.
18
Zaenal Mukarom, Komunikasi Politik (Bandung : Pustaka Setia, 2016), h. 42.
19
Ibid.
11
فَيَ ْخلَُو،ِ َولَ ِك ْن لِيَأْ ُخ ْذ بِيَ ِده،ً فَ ََل يُْب ِد لَوُ َع ََلنِيَة،ان ِِب َْم ٍر
ٍ َمن أَراد أَ ْن ي ْنصح لِس ْلط
ُ َ َ َ ََ َْ
.ُ َوإِاَّل َكا َن قَ ْد أَ ادى الا ِذي َعلَْي ِو لَو، فَِإ ْن قَبِ َل ِمْنوُ فَ َذ َاك،بِِو
“barang siapa yang ingin menasehati seorang penguasa maka jangan ia
tampakkan terang-terangan, akan tetapi hendaknya ia mengambil tangan
penguasa tersebut dan menyendiri dengannya. Jika ia menerina nasehat
tersebut maka itulah (yang diinginkan). Dan jika nasehatnya tidak
diterima, maka sungguh ia telah menunaikan kewajibannya”21 (H.R
Ahmad, dinyatakan sahih oleh Syaikh Albani)
Disamping komunikasi yang disampaikan tidak boleh terang-
terangan dan juga tidak beramai-ramai, Islam juga menuntut untuk
berlemah-lembut dalam bertutur kata terhadap penguasa/pemerintah,
sebagaimana firman Allah dalam Al Qur‟an:
d. Fungsi Komunikasi
Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson mengemukakan ada dua
fungsi umun komunikasi. Pertama, untuk kelangsung hidup diri sendiri
seperti, keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi,
menampilkan diri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi.
Kedua, untuk kelangsunga hidup masyarakat, memperbaiki hubungan
sosial masyarakat, dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat. 22
Adapun William I. Gorden mengemukakan ada empat fungsi
komunikasi. Komunikasi sosial untuk pembentukan komsep diri,
pernyataan eksistensi diri, untuk kelangsung hidup, memupuk hubungan
dan memperoleh kebahagiaan. Yang kedua adalah fungsi Ekspresif, yaitu
menyampaikan perasan komunikator melalui pesan-pesan atau perilaku
non verbal (biasanya). Yang ketiga, fungsi ritual yaitu kebiasaan yang
dilakukan sehari-hari sebagai perekat hubungan antarpribadi yang
bersifat ekspresif, seperti mencium tangan orang tua saat pergi kuliah,
termasuk ritual-ritual ibadah. Dan yang terakhir adalah fungsi
Isntrumental, yaitu untuk menginformasikan, mengajar, mendorong,
mengubah sikap dan keyakinan, perilaku, menggerakkan tindakan, dan
menghibur.23
e. Tujuan Komunikasi
M. Dallas Burnett dalam bukunya, Techniques for Effective
Communication, menyebutkan ada tiga tujuan sentral kegiatan
komunikasi, yaitu; to secure understanding (memastikan bahwa
komunikan mengerti pesan yang diterima), to establish acceptace (untuk
22
Mulyana, Ilmu Komunikasi, h. 5.
23
Ibid., h. 5-33.
14
24
Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, cet.22, h. 32.
25
Ibid., h. 8.
26
Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), cet. 5, h. 175.
27
Ibid., h. 176.
15
30
Hafied Cangara, Komunikasi Politik, Konsep, Teori, dan Strategi (Depok : Rajawali
Pers, 2018), cet. 6, h. 36.
17
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu.” (Q.S An Nisa[4] : 59)
Rasulullah bersabda dari Abu Hurairah:
31
Aris Kurniawan, Pengertian Pemerintah Menurut Para Ahli, diakses dari
https://www.gurupendidikan.co.id/pemerintah-adalah/#ftoc-heading-35, pada tanggal 8 Desember
2020 pukul 1:36 WIB.
32
Cangara, Komunikasi, h. 38.
18
“barang siapa yang menaatiku maka sungguh ia telah menaati Allah, dan
barang siapa yang bermaksiat kepadaku maka sungguh ia telah
bermaksiat kepada Allah. Dan barang siapa yang taat kepada al-amir
(pemerintah) maka sungguh ia telah taat kepadaku, dan barang siapa
yang bermaksiat kepada al-amir maka ia telah bermaksiat kepadaku.”33
(H.R Bukhari dan Muslim)
Bahkan Rasulullah mensifati orang yang mati dan ia tidak taat
kepada pemerintah, maka ia mati seperti matinya orang jahiliyyah, yaitu
mati dalam kesesatan dan kekacauan, karena tidak ada Imam bagi mereka
masyarakat jahiliyah dan tidak ada aturan,34 sebagaimana sabda Rasulullah
:
33
Sahih Muslim Jilid 3 h.1466.
34
Sahih muslim jilid 3, h. 1476.
35
Tukiran Taniredja, dkk, Paradigma Terbaru Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa
(Bandung : Alfabeta, 2017), h. 70.
19
36
Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, h. 177.
37
Ibid.
20
40
Syaikh Manna al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur‟an, terj. Aunur Rafiq el-Mazni
(Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 2017), cet. 15, h.16.
41
Amari Ma‟ruf, Nur Hadi, Mengkaji Ilmu Tafsir 1 Untuk Kelas X Madrasah Aliyah
Program Keagamaan (Solo : Aqila, 2014), h. 5.
22
املتعبد بتَلوتو-ملسو هيلع هللا ىلص- كَلم هللا املنزل على دمحم
firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad, yang
pembacaannya menjadi suatu ibadah.43
Jadi, Al Qur‟an adalah Mukjizat berupa kalam Allah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril yang
dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas yang
membacanya berbuah pahala.
b. Karakteristik Al Qur‟an
Al Qur‟an adalah mukjizat Islam yang abadi dimana semakin maju
ilmu pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya. Allah
menurunkan Al Qur‟an kepada nabi Muhammad, demi membebaskan
manusia dari berbagai kegelapan hidup menuju cahaya ilahi, dan
membimbing mereka ke jalan yang lurus.
Al Qur‟an memecahkan persoalan persoalan kemanusiaan di
berbagai segi kehidupan, baik yang berkaitan dengan masalah kejiwaan,
jasmani, sosial, ekonomi maupun politik, dengan pemecahan yang penuh
bijaksana, karena ia diturunkan oleh yang maha bijaksana lagi maha
terpuji. Untuk menjawab setiap problem yang ada, Al Qur‟an meletakkan
dasar-dasar umum yang dapat dijadikan landasan oleh manusia, yang
42
Ma‟ruf, Mengkaji Ilmu Tafsir, h. 6.
43
Al-Qaththani, Pengantar Studi, h. 18.
23
44
Ibid., h. 38.
45
Ibid.,h. 39.
46
Tafsir Maudui, h.
24
B. Kajian Terdahulu
Berdasarkan penelusuran Peneliti, terdapat penelitian terdahulu yang
relevan dengan penelitian yang akan penulis lakukan, penelitian tersebut
berjudul “METODE DAKWAH NABI IBRAHIM DALAM AL QUR‟AN”
yang ditulis oleh Dwi Fajar Satria pada 2017 (mahasiswa STAI As-Sunnah
jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam). Di dalam skripsi tersebut, Saudara
47
Tafsir Maudui, h. 492.
25
Dwi Fajar Satria menyampaikan bahwa metode dakwah ada tiga, yang hatta
Nabi Ibrahim juga berdakwah dengan metode yang tiga ini yaitu:
Yang petama adalah dakwah dengan al Hikmah, yaitu menyampaikan
kebenaran dengan cara yang pantas dan pada waktu yang tepat. Yang kedua
adalah dakwah dengan al mau‘iz}ah al hasanah, yaitu mengajak ke jalan Allah
dengan memberikan nasehat atau bimbingan yang baik. Dan yang terakhir
adalah muja>dalah billati> hiya ah{san/berdebat dengan cara yang ahsan/paling
baik.
Kajian terdahulu yang relevan yang berikutnya adalah sebuah
Penelitian yang dilakukan oleh saudara Muh. David Fardani pada 2019 yang
berjudul “KEPEMIMPINAN DALAM AL QUR‟AN”. Beliau merupakan
mahasiswa jurusan Ilmu Al Qur‟an dan tafsir di Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung. Di dalam skripsi tersebut, Saudara Muh. David Fardani
menyebutkan tentang pentingnya kepemimpinan dalam Islam, ayat-ayat Al
Qur‟an tentang karakteristik pemimpin, dan kritetia pemimpin dalam Islam.
Persamaan antara kedua penelitian diatas dengan penelitian yang
peneliti lakukan adalah ketiganya sama-sama terkategori penelitian pustaka
(library reasearch) dan sama-sama melakukan penelitian dalam Al Qur‟an.
Sedangkan perbedaannya adalah, saudara Dwi Fajar Satria meneliti tentang
metode dakwah Nabi Ibrahim yang terdapat dalam Al Qur‟an, dan saudara
Muh. David Fardani meneliti seputar kepemimpinan yang dikabarkan dalam
Al Qur‟an seperti, karakteristik pemimpin, nilai dasar kepemimpinan, kriteria
pemimpin yang tidak termasuk ranah komunikasi, sedangkan peneliti meneliti
tentang komunikasi yang terdapat dalam Al Qur‟an antara pemerintah dan
rakyat.
BAB III
A. Jenis Penelitian
Metode Penelitian adalah aspek yang tidak dapat dipisahkan dari
sebuah penelitian. Bahkan keberadaan metode tersebut akan membentuk
karakter keilmiahan dari sebuah penelitian. Penelitian ini merupakan
penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang berusaha
mendapatkan dan mengolah data-data kepustakaan untuk mendapatkan
jawaban dari masalah pokok yang diajukan. Berdasarkan sumber data, adapun
jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu
penelitian yang menekankan pada penelusuran dan penelaahan literatur
terhadap berbagai kitab, buku, jurnal dan berbagai karya yang ada, khususnya
yang berkaitan dengan Komunikasi antara pemerintah dan rakyat, dimana
data-data yang dihasilkan merupakan jawaban dari rumusan masalah.
B. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari 1 Januari 2021 hingga 30 April
sebagaimana yang dijadwalkan oleh pihak kampus STAI As-Sunnah Deli
Serdang.
26
27
4. Jika ada, peneliti akan mengkaji sebab latar belakang turunnya ayat-
ayat Al Qur‟an tentang komunkasi antara pemerintah dan rakyat.
5. Menjelaskan maksud ayat-ayat tersebut berdasarkan penjelasan ulama
Tafsir (berdasarkan buku-buku tafsir yang telah ditetapkan)
6. Menyusun kesimpulan yang menggambarkan komunikasi antara
pemerintah dan rakyat dalam Al Qur‟an surah T{a>ha.
D. Pemilihan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua
sumber data, yaitu sumber primer dan sekunder. Sumber data primer adalah
Al Qur‟an, adapun sumber data sekunder yang penulis gunakan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Taisirul Karimur Rahman fit Tafsiri Kalamil Mannan karangan
Abdullah bin Nasir As-Sa‟diy.
2. Tafsir Al Qur‟an al-Azim yang dikenal dengan tafsir Ibnu Katsir oleh
Abu al-Fida Ismail ibnu Katsir ad-Dimasyqiy.
3. Tafsir at-Tabariy karangan Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir At-
Tabariy.
4. At-Tafsir al-Maudhu‟I li suwaril Qur‟anil Karim karya tim yang
diketuai oleh Musthafa Muslim.
48
Lexy J. Meleong, Metodologi Penilitian Kualitatif (Bandung : Rosda, 2012), h. 220.
28
49
Matthew B. Miles & A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
tentang Metode-Metode Baru (Jakarta: Ul Press, 1992), h. 19.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Klasifikasi Ayat
1. Taha ayat 47-55
29
30
[50] Musa berkata: "Tuhan Kami ialah (tuhan) yang telah memberikan
kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya
petunjuk.
[51] Berkata Fir'aun: "Maka Bagaimanakah Keadaan umat-umat yang
dahulu?"
[52] Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di
dalam sebuah kitab, Tuhan Kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa.
[53] Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah
menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air
hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari
tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.
[54] Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya
pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-
orang yang berakal.
[55] Dari bumi (tanah) Itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami
akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu
pada kali yang lain.
[57] Berkata Fir'aun: "Adakah kamu datang kepada Kami untuk mengusir
Kami dari negeri Kami (ini) dengan sihirmu, Hai Musa?
[58] Dan Kamipun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam
itu, Maka buatlah suatu waktu untuk Pertemuan antara Kami dan kamu, yang
Kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu di suatu tempat yang
pertengahan (letaknya).
31
[59] Berkata Musa: "Waktu untuk Pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah
di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari
sepenggalahan naik."
32
B. Pembahasan Penelitian
1. Pembahasan surah Taha ayat 47-55
a. Ayat 47
50
As Sa„di Arab, h. 579.
34
“dan Musa berkata: "Hai Fir'aun, Sesungguhnya aku ini adalah seorang
utusan dari Tuhan semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan sesuatu
terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu
dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, Maka lepaskanlah
Bani Israil (pergi) bersama aku"” (Q.S Al A„ra>f[7] : 104-105)
“Maka Musa menjatuhkan tongkat-nya, lalu seketika itu juga tongkat itu
menjadi ular yang sebenarnya, dan ia menarik tangannya (dari kempitan
ketiaknya), Maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya
(kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya.” (Q.S Al A‘ra>f[7] : 107-
108).
[ا ْْلَُدى “ ] َوال اس ََل ُم َعلَى َم ِن اتابَ َعdan keselamatan diberikan kepada
siapa saja yang mengikuti hidayah/petunjuk”, ayat ini ditutup dengan
kabar gembira bagi yang mau mendengar, mengikuti petunjuk, dan jalan
yang lurus, mau meminta dan mencari hidayah dengan syariat yang jelas
ini, bahwa mereka akan memperoleh keselamatan di dunia dan di akhirat
sebagaimana yang diterangkan oleh Syaikh As Sa„di.52
Dan gaya komunikasi seperti ini juga dilakukan oleh Rasulullah
, yakni memberikan kabar gembira kepada orang yang diseru kepada
jalan hidayah dan Islam, yaitu bahwa jika mereka mengikuti petunjuk
tersebut niscaya Allah akan beri mereka keselamatan. Sebagaimana
surat-surat Rasulullah disaat menyeru orang kepada Islam, seperti surat
beliau kepada Heraklius, Raja romawi yang berbunyi:
51
As Sa„di, h. 542.
52
As Sa„di, h. 542.
36
melainkan wahyu yang datangnya dari Allah yaitu kabar, [ َ أَ ان الْ َع َذ
اب
َ ] َعلَى َم ْن َك اذ
ب َوتَ َواَل “bahwa sesungguhnya azab akan ditimpakan
kepada orang yang mendustakan (ajaran yang kami bawa) dan berpaling
(tidak mempedulikannya)” yaitu kabar-kabar yang datang dari Allah dan
rasul-rasul-Nya, dan memalingkan mukanya dari kepatuhan dan
mengikuti para rasul. Syaikh As Sa„di mengatakan bahwa dalam ayat ini
terdapat tarhi>b/ancaman terhadap Firaun jika tidak mau mengikuti Musa
37
c. Ayat 49
Setelah Nabi Musa dan Nabi Harun menyampaikan maksud dan
53
As Sa„di, h. 543.
54
Ibnu Katsir, Jilid 5, h. 387.
38
d. Ayat 50
Allah Berfirman [َى َدى ]قَ َال َربُّنَا الا ِذي أ َْعطَى ُك ال َش ْي ٍء َخ ْل َقوُ ُثُا
“Musa berkata: „Tuhan Kami ialah (tuhan) yang telah memberikan
kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya
e. Ayat 51
Syekh Ibnu Katsir berkata pendapat yang paling tepat mengenai
makna tersebut adalah, nabi Musa telah memberitahu Firaun bahwasanya
yang mengutusnya adalah rabb semesta alam yang telah menciptakan,
memberi rezeki, memberikan petunjuk, maka untuk membalas dan
membantah fakta yang tidak terbantahkan tersebut, dan ia merasa tidak
40
mampu untuk menentang dalil yang pasti ini, ia segera bertanya tentang
f. Ayat 52
ٍ َِِف كِت
Allah berfirman [اب “ ]قَ َال ِع ْل ُم َها ِعْن َد َرِّّبMusa menjawab:
"Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab”
Syekh Ibnu Katsir menjelaskan bahwasanya dalam menjawab pertanyaan
Firaun tentang kesudahan orang-orang terdahulu yang juga tidak
menyembah Allah maka Musa berkata menjawab mereka, meskipun
tidak menyembah Allah, amalan perbuatan mereka di sisi Allah sungguh
tetap dicatat dan akan diberikan balasan kepada mereka sesuai dengan
amalan perbuatan mereka yang terdapat di dalam kitab Allah yaitu
Lauhul Mahfudz.59
ِ
َ َ “ ]ََّل يَض ُّل َرِّّب َوََّلTuhan kami tidak akan salah dan tidak
[ي ْنسى
57
Ibnu Katsir, Jilid 5, h. 387.
58
As Sa„di, h. 545.
59
Ibnu Katsir, jilid 5, h. 388.
41
“kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan
adalah (pengetahuan) Allah Maha meliputi segala sesuatu.” (Q.S An
Nisa[4] : 126)
g. Ayat 53
Allah berfirman:
“yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah
menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit
air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis
dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.”
Ayat ini merupakan kelengkapan ucapan Nabi Musa yang
menyebutkan tentang Rabbnya ketika sebelumnya Musa ditanya oleh
Firaun tentang rabbul ‘a>lami>n, yaitu “Tuhan Kami ialah (tuhan) yang
telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya,
kemudian memberinya petunjuk”. Namun kemudian hal tersebut
dialihkan Firaun dengan mempertanyakan tentang orang-orang terdaluhu.
Disini Nabi Musa menanggapi pertanyaan Firaun dengan cerdas
sehingga Nabi Musa dapat menjawab pertanyaan Firaun tentang umat-
umat terdahulu juga dapat membahas pembahasan yang sebelumnya
dialihkan Firaun, yaitu dengan jawaban “Pengetahuan tentang itu
42
[سب ًَل ِ
ُ ُ ك لَ ُك ْم ف َيها
َ َ] َو َسل “dan yang telah menjadikan bagimu di
[ش اّت
َ ٍ ]وأَنْزَل ِمن ال اسم ِاء ماء فَأَخرجنَا بِِو أ َْزواجا ِمن نَب
اتَ ْ ًَ ْ َْ ً َ َ َ َ َ “dan
menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air
hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam”
Syaikh As Sa‟di berkata bahwa Allah menurunkan hujan dan
menumbuhkan dengan air hujan itu seluruh jenis tumbuh-tumbuhan yang
bermacam-macam dan beragam bentuk serta karakteristiknya yang itu
semua Allah buat dengan sedemikian rupa untuk kita, sebagai rezeki
yang Allah berikan bagi kita dan untuk hewan-hewan peliharaan atau
hewan yang kita ternak. Sekiranya Allah tidak jadikan yang demikian,
60
Ibnu Katsir, jilid 5, h. 389.
61
As Sa „di, h. 547.
43
niscaya binasalah apa yang ada di muka bumi baik manusia maupun
hewan.62 Maka dari itu pada ayat selanjutnya Allah berfirman:
h. Ayat 54
kalimat [كم
ُ أَنْ َعام “ ] ُكلُوا َو ْار َع ْواmakanlah dan gembalakanlah binatang-
ْ َ
binatangmu” adalah bukan kalimat perintah menunjukkan kewajiban,
melainkan kalimat perintah yang bentuknya al imtina>n yaitu ucapan
selamat, yang hal tersebut menunjukkan bahwa hukum asal memakan
tumbuh-tumbuhan adalah al iba>h}ah} yaitu boleh-boleh saja/diperbolehkan
kecuali tumbuh-tumbuhan yang terdapat mudarat/berbahaya apabila
dimakan seperti tumbuhan beracun dll, maka tumbuhan tersebut
diharamkan untuk dimakan.63
orang yang berakal” Syaikh Ibnu Katsir mengatakan bahwa kalimat [ إِ ان
ٍ ك ََلَيِ
ت َ َ “ ]ِِف ذَلSesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-
tanda kekuasaan Allah” maksudnya adalah bukti-bukti, hujjah-hujjah
62
Assa‟di arab, h. 590.
63
Assa‟di arab, h. 590.
44
berhak diibadahi dengan benar selain Allah, dan tiada Rabb kecuali
hanya Dia.64
Dengan demikian, kekuasaan Allah, keagungan dan rahmat-Nya
yaitu bahwa:
1) Allah adalah Tuhan yang telah memberikan bentuk kejadian
kepada segala sesuatu kemudian memberikan mereka petunjuk;
2) Menunjukkan kekuasaan dan rahmat Allah, yaitu Allah menjadikan
bumi sebagai hamparan, menjadikan diatas bumi jalan-jalan yang
dapat dilalui, menurunkan hujan dan memberi rezeki;
Hujjah-hujjah diatas telah cukup bagi ulun nuha> atau orang yang
berakal sehat dan lurus pemikirannya untuk menerima dakwah Islam dan
menerima Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah
dengan haq, tiada sekutu bagi-Nya.
Terkhusus dalam hal ini bagi rakyat yang mendatangi
pemerintah/penguasa untuk mengajak mereka kepada Islam, maka
hujjah-hujjah diatas telah cukup bagi mereka jika memang penguasa
tersebut Allah beri hidayah untuk menerima Islam dan memiliki akal
yang sehat dan pemikiran yang lurus.
i. Ayat 55
Kemudian ayat [ ًِمْن َها َخلَ ْقنَا ُك ْم َوفِ َيها نُعِي ُد ُك ْم َوِمْن َها ُُنْ ِر ُج ُك ْم ََت َرة
ُخَرى
ْ “ ]أDari bumi (tanah) Itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya
Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan
mengeluarkan kamu pada kali yang lain”. Setelah sebelumnya Allah
menceritakan tentang bumi, Allah memberitahukan kepada kita bahwa
Dia-lah yang telah menciptakan kita berasal dari tanah (awal kejadian)
karena sesungguhnya bapak kita, Adam diciptakan dari tanah, dan ke
dalam tanah juga kita akan dikembalikan dan dikubur setelah kematian
kita, dan dari sanalah pula kita dibangkitkan sekali lagi.
64
Ibnu Katsir 16 jilid 5.3, h. 389.
45
“Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil
memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam
kubur) kecuali sebentar saja.”65
Syaikh As Sa„di menyatakan bahwa dalam ayat ini terdapat dalil
yang logis terhadap bangkitnya orang dari kubur/setelah kematiannya.
Pada ayat sebelumya Allah menyebutkan bahwa Dia dapat
menghidupkan bumi yang mati dengan menurunkan hujan Allah
menumbuhkan dari bumi itu tumbuh-tumbuhan, maka Allah mampu
untuk menghidupkan dan membangkitkan orang yang telah meninggal
dari kuburnya, hal tersubut mudah bagi Allah dan dapat diterima akal
manusia sebagaimana Allah dengan mudahnya dapat menghidupkan
bumi yang tandus dan mengeluarkan darinya berbagai macam tumbuhan
yang sangat banyak.66
2. Pembahasan surah Taha ayat 57-59
a. Ayat 57
Allah berfirman:
65
Ibnu Katsir jilid 16/5.3, h. 389.
66
As Sa„di, h.548.
46
67
As Sa„di, h. 552.
68
As Sa„di, 551.
47
pertengahan” adalah tempat yang netral, dan datar agar dapat diliahat
banyak orang. Hal ini diperkuat oleh Mujahid dan Qatadah dengan
“Berkata Musa: "Waktu untuk Pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah
di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari
sepenggalahan naik.”
Syaikh As Sa„di mengatakan bahwa “hari raya” maksudnya adalah
hari perayaan mereka yang mereka pada hari tersebut sedang berlibur dan
menghentikan kesibukan-kesibukan mereka sehingga mereka kosong dan
dapat ikut menyaksikan.70 Jadi Nabi Musa memilih di hari raya dan
waktunya dipagi hari/duha.
69
Ibnu Katsir 16, h. 391.
70
As Sa„di, h. 552.
48
71
Sahih Ibnu Katsir, jilid 5, h.16.
49
Maka dari itu Nabi Musa berkata kepada mereka [ َويْلَ ُك ْم ََّل تَ ْفتَ ُروا
[اجوى
ْ الن َسُّروا
Firman-Nya
َ َ ] َوأ “dan mereka merahasiakan
72
As Sa„di, jidil 4, h. 553.
73
Sahih Ibnu Katsir, jilid 5, h. 738.
50
orang yang menang pada hari ini”. Syaikh Ibnu Katsir mengatakan
maksudnya adalah pihak yang menang adalah yang beruntung baik dari
pihak mereka (Nabi Musa) atau dari pihak kita (para penyihir).76
74
Sahih Ibnu Katsir, jilid 5, h. 378.
75
As Sa„di, jilid 4, h.554.
76
Sahih Ibnu Katsir, jilid 5, h. 739.
51
b. Ayat 72
Allah berfirman:
ْ ِضي َى ِذه
اْلَيَا َة الدُّنْيَا ِ “ ]إِاّنَا تَ ْقMaka putuskanlah apa yang hendak kamu
c. Ayat 73
Allah berfirman:
77
Sahih Ibn Katsir, jilid 5, h. 744.
54
Beliau juga mengatakan bahwa secara eksplisit kalimat [ َوَما أَ ْكَرْىتَ نَا
ِ ِِ
الس ْح ِر
ّ “ ] َعلَْيو م َنdan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami untuk
melakukannya” menunjukkan bahwa pada saat Nabi Musa menasehati
mereka (para penyihir) sebagaimana yang tertuang pada ayat 61, ternyata
telah mempengaruhi mereka dan membekas kuat pada diri mereka. Oleh
karena itu mereka berbantah-bantahan setelah mendengar nasehat Nabi
Musa, namun Firaun menuntut dan memaksa mereka untuk membuat
makar yang telah digariskan sebelumnya,79 sehingga mereka
menjalankannya karena terpaksa.
d. Ayat 74
Allah berfirman:
78
As Sa„di, jilid 4, h.559.
79
As Sa„di, jilid 4, h. 559.
55
e. Ayat 75
Allah berfirman:
f. Ayat 76
Allah berfirman:
80
Sahih Ibnu Katsir, jilid 5, h. 746-747.
81
Sahih Ibnu Katsir, jilid 5, h. 748.
56
تَ َزا
Syaikh As Sa„di menjelaskan bahwa kalimat [كى ك َجَزاءُ َم ْن ِ
َ ] َو َذل
“dan itu adalah balasan bagi orang yang menyucikan diri” maksudnya
adalah orang yang menyucikan diri dari kesyirikan, kekufuran, kefasikan,
dan kedurhakaan, ia pun memupuknya dengan keimanan dan amal salih,
itulah orang yang menyucikan diri.82
C. Kesimpulan Analisis
1. Mengutus Seorang Delegasi
Ketika rakyat ingin menegur pemerintah, menasehati, menegur dan
mengkritik pemerintah, rakyat hendaknya mengutus seorang delagasi yang
mewakili mereka untuk menyampaikan itu semua terhadap pemerintah. Orang
yang didelegasikan mewakili rakyat untuk mendatangi pemerintah haruslah
seorang tokoh yang berpengaruh dan diketahui kepiawayannya dalam
berkomunikasi.
2. Berkata dengan Lemah Lembut
Sang delegasi haruslah berkata-kata lembut, tidak keras dalam
menyampaikan maksud dan tujuan ia datang dan menghadap ke pemerintah,
apalagi berkata-kata kasar kepada mereka. Hal ini dapat melembutkan hati
mereka untuk mendengarkan keluhan rakyat atas izin Allah tentunya.
3. Memperkenalkan Diri
Sang delegasi juga harus memperkenalkan diri mereka saat
menyampaikan maksud dan tujuan mereka saat mendatangi pemerintah,
darimana mereka berasal, siapa yang mengutus mereka, hal tersebut adalah
informasi penting yang perlu disampaikan saat menghadap kepada
pemerintah.
82
As Sa„di, jilid 4, h. 562.
57
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan terdahulu dapat disimpulkan bahwa komunikasi
antara pemerintah dan rakyat yang terdapat dalam Al Qur‟an pada surah Taha
terdapat faedah yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Masyarakat/rakyat yang ingin menyampaikan pesan terhadap pemerintah
hendaknya mengutus seorang delegasi yang mewakili mereka, dan tidak
mendatanginya dengan beramai-ramai.
2. Bersopan santun dan berlemah lembut saat berbicara kepada pemerintah.
3. Sang delegasi memperkenalkan diri kepada aparat pemerintah yang
didatanginya termasuk memberitahukan kepada pemerintah siapa yang
mengutus mereka.
4. Menjelaskan maksud dan tujuan datangnya sang delegasi mendatangi
pemerintah dengan jelas, tidak ada yang ditutup-tutupi agar tidak terjadi
salah faham.
5. Mengajak kepada Islam jika aparat yang didatangi qadarullah bukan
pemeluk agama Islam.
6. Menyampaikan pesan dengan hikmah, yaitu membawa bukti-bukti yang
jelas perihal pesan yang disampaikan dengan berlandaskan Al Qur‟an dan
hadis berdasarkan pemahaman Salaful Ummah.
7. Berdoa dan memberikan keselamatan untuk memberikan semangat kepada
pemerintah bahwa keselamatan yang menanti mereka jika mengikuti pesan
yang berlandaskan Al Qur‟an dan hadis berdasarkan pemahaman Salaful
Ummah.
8. Memberikan motivasi dan ancaman (taghib dan tarhib) menguatkan hati
mereka untuk mengikuti pesan yang datangnya dari Allah tersebut.
9. Mendebati pemerintah dengan cara yang paling baik/terbaik jika terjadi
perdebatan tidak dapat terelakkan.
10. Jika memungkinkan, nasehat dan peringatan yang diberikan tidak hanya
untuk aparat pemerintah yag didatangi melainkan bawahannya juga.
59
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchjana, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Rosda, 2013
M.
Ma‟ruf, Amari, dan Nur Hadi, Mengkaji Ilmu Tafsir 1 Untuk Kelas X Madrasah
Aliyah Program Keagamaan, Solo: Aqila, 2014 M.
60
61
Flora, Maria, Demo Amarkis Ini Deretan Fasilitas Umum di Jakarta yang dirusak
Massa Perusuh, diakes dari
https://www.liputan6.com/news/read/4377582/demo-anarkistis-ini-
deretan-fasilitas-umum-di-jakarta-yang-dirusak-massa-perusuh.
Iswara, Aditya Jaya, 5 Negara Dilanda Demo Besar, Termasuk Tolak UU Cipta
Kerja di Indonesia¸ diakses dari
https://www.kompas.com/global/read/2020/10/09/132533270/5-negara-
dilanda-demo-besar-termasuk-tolak-uu-cipta-kerja-diindonesia?page=all.
Masnun, Putri Yohani, 5 Latar Belakang Tragedi Aleppo yang Begitu Memilukan,
diakses dari https://hukamnas.com/latar-belakang-tragedi-
aleppo#:~:text=Latar%20belakang%20tragedi%20Aleppo%20memang,p
erhatian%20dari%20berbagai%20belahan%20dunia.&text=Kota%20Ale
ppo%20diserang%20oleh%20kelompok,terhadap%20kota%20lainnya%2
0di%20Suriah.
Molana, Datuk Haris, Selain Medan, Ini 3 Lokasi Demo Ricuh di Sumut Kemarin,
diakses dari https://news.detik.com/berita/d-5206621/selain-medan-ini-3-
lokasi-demo-ricuh-di-sumut-kemarin.