Anda di halaman 1dari 2

Nama : Hendri (211000119)

Bab IV : Ontologi Ilmu Ontologi

Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat


sesuatu yang ada. Dalam ilmu komunikasi, ontologi berperan mengkaji hakikat
komunikasi, yakni mengkaji apa yang dimaksud dengan komunikasi. Ilmu
komunikasi adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk mentransfer ide dari
satu individu ataupun grup ke individu atau grup yang lain. Ilmu komunikasi
dipahami melalui objek material dan objek formal:
a.       Objek material dipahami sebagai sesuatu yang monoteistik pada tingkat yang
paling abstrak atau yang paling tinggi sebagai sebuah kesatuan dan kesamaan
sebagai makhluk atau benda. Serta apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan
(materi) pembicaraan, yaitu gejala “manusia di dunia yang mengembara menuju
akhirat”. Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan
akhirat. Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam
(kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi-filsafat ketuhanan; kata “akhirat”
dalam konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan).
Antropologi, kosmologi, dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah, saling
berkaitan juga, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat
dilepaskan dari yang lain. Juga pembicaraan filsafat tentang akhirat atau Tuhan
hanya sejauh yang dikenal manusia dalam dunianya.

b.      Sementara objek formal melihat Ilmu Komunikasi sebagai suatu sudut pandang
(point of view), yang selanjutnya menentukan ruang lingkup studi itu sendiri.
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang
sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang
bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka
dihasilkanlah sistem filsafat.1[10]

Contoh relevan aspek ontologis Ilmu Komunikasi adalah sejarah ilmu


Komunikasi, Founding Father, Teori Komunikasi, Tradisi Ilmu Komunikasi,
Komunikasi Manusia. Dalam hal ini menyangkut yang mempunyai eksistensi
dalam dimensi ruang dan waktu, dan terjangkau oleh pengalaman inderawi.
Dengan demikian, meliputi fenomena yang dapat diobservasi, dapat diukur,
sehingga datanya dapat diolah, diinterpretasi, diverifikasi, dan ditarik kesimpulan.
Dengan lain perkataan, tidak menggarap hal-hal yang gaib seperti soal surga atau
neraka yang menjadi garapan ilmu keagamaan.

Dalam kajian berita infotainment, bahasan secara ontologis tertuju pada


keberadaan berita infotainment dalam ruang publik. Fenomena tentang berita
infotainment bukan gejala baru di dunia jurnalisme. Misalnya saja, berita Kasus
Kopi Sianida yang menyebabkan tewasnya Wayan Mirna Salihin yang diadakan
sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Kasus ini bermula saat Jessica
berteman dan berkuliah dengan Mirna, Boon Juwita alias Hani (Saksi Hani), dan
Vera Rusli (Saksi Vera) di Kampus Billy Blue College Of Desain di Sidney,
1
Australia. Sekitar pertengahan tahun 2015, Mirna mengetahui permasalahan
dalam hubungan percintaan antara Jessica dengan pacarnya. Sehingga korban
Mirna menasehati terdakwa agar putus saja dengan pacarnya yang suka kasar dan
pemakai narkoba, dengan menyatakan buat apa pacaran dengan orang yang tidak
baik dan tidak modal. Ucapan Mirna tersebut, ternyata membuat Jessica marah
serta sakit hati sehingga Jessica memutuskan komunikasi dengan Mirna. Untuk
membalas sakit hatinya tersebut, Jessica kemudian membuat suatu rencana untuk
menghilangkan nyawa Mirna. Jessica yang sempat memutus komunikasi kembali
menjalin komunikasi dengan Mirna guna melancarkan niatnya tersebut.
(Muhyiddin, 2016)

Fenomena jurnalisme infotainment kembali mencuat ketika terjadi berita


hebohnya Seleb Instagram Karin Novilda alias Awkarin mulai ramai dibahas. Di
Indonesia, fenomena ini juga bukan terbilang baru. Sejak zaman Harmoko
(Menteri Penerangan pada saat itu) banyak surat kabar-surat kabar kuning muncul
& diwarnai dengan antusias masyarakat. Bahkan ketika Arswendo Atmowiloto
menerbitkan Monitor semakin membuat semarak “Jurnalisme kuning di
Indonesia”. Pasca Orde Baru ketika kebebasan pers dibuka lebar-lebar semakin
banyak media baru bermunculan, ada yang memiliki kualitas tetapi ada juga yang
mengabaikan kualitas dengan mengandalkan sensasional, gosip, skandal dan lain-
lain. Ketika tayangan Cek & Ricek dan Kabar Kabari berhasil di RCTI, TV
lainnya juga ikut-ikut menayangkan acara gosip. Darisinilah cikal bakal
infotainment marak di TV kita. Fenomena infotainment merupakan hal yang tidak
bisa terhindarkan dari dunia jurnalisme kita. Pada realitasnya ini banyak disukai
oleh masyarakat dengan bukti rating tinggi (public share tinggi).

Pada hakikatnya, komunikasi yaitu proses penyampaian pesan oleh


komunikator kepada komunikan. Jika yang kita sampaikan bukan pesan maka itu
bukan kajian ilmu komunikasi. Misalnya ada dua orang yang berdiri di pinggir
jalan untuk menunggu bus, namun diantar mereka berdiam diri saja, tidak ada
pesan yang di sampaikan kepada satu sama lain, maka diantara keduanya tidak
ada dan tidak terjadi komunikasi. Misalkan kedua orang itu pria tampan dan gadis
cantik. Si pria ingin sekali berkenalan dengan si gadis namun ia tidak
menyampaikan pesan itu kepada si gadis tentang ketertarikannya, maka di antara
mereka bukan komunikasi antar pribadi yang terjadi melainkan komunikasi
interpribadi.

Anda mungkin juga menyukai