Anda di halaman 1dari 91

Asfaria Hidayati

HEMATOLOGI
Hematologi adalah ilmu

yang mempelajari tentang darah, baik susunannya maupun bentuk dan seluk beluk
tenteng sel darah.
Susunan darah :

Pada orang dewasa

normal, volume darah ±6-8% dari berat badan orang tersebut.


Dari jumlah tersebut, tersusun dari :
 45% berupa sel-sel darah :

erythrosit.leukosit, trombosit.  55% berupa plasma yang tersusun dari :  90% air
 10% protein, karbohidrat, vitamin, hormon, enzim, lipid, dan garam.
Fungsi darah :
 Sebagai alat transportasi
 Sebagai alat pertahanan tubuh.  Mempunyai fungsi sebagai bagian dari proses

pembekuan darah : trombosit dan faktor kosgulasi.  Mengatur keseimbangan asam basa
dalam tubuh.  Mengatur stabilitas suhu tubuh.
Sebagai alat transportasi :
 Transport O2 dari paru-paru kejaringan tubuh.  Mengangkut sari makanan yang
diabsorbsi oleh usus kejaringan lain.  Membawa hasil produk dari satu jaringan ke
jaringan yang lain, mis : hormon.  Membawa CO2 dari seluruh jaringan ke paruparu.
 Mengangkut hasil sisa metabolisme jaringan ketempat pembuangan, mis : kulit,
ginjal, paruparu.
Cairan darah :
 Cairan darah : ada 2 istilah yang dipergunakan dalam

pemeriksaan darah yaitu plasma dan serum.  Plasma : cairan yang keluar apabila
darah dibiarkan cair dengan menambahkan anti koagulan yang cukup, kemudian darah
tersebut dipisahkan antara sel darah cairannya. Ini disebut serum.
Didalam
Didalam serum tidak

mengandung fibrinogen karena sudah dipakai untuk membentuk bekuan darah.


Pembentukan darah ( Hemopoiesis )

Hemopoiesis berlangsung seumur hidup, untuk mengganti sel darah yang mati atau
keluar dari tubuh. Dalam keadaan normal, hemopoiesis berlangsung seimbang antara
pembentukan sel yang baru dengan sel yang mati atau keluar dari tubuh. Dalam
keadaan normal, berubah menjadi lebih aktif atau mundur bahkan aktifitasnya tidak
terkendali.
Jaringan Hemopoiesis :
 

1 minggu kehamilan : indung telur tempat utama hemopoiesis. Dalam kandungan : hati,
limfa, sum-sum tulang, kelenjar limfe, dan kelenjar Thimus. Janin umur 4-7 bulan :
hati, limfa, sampai ± 2 minggu setalah kelahiran. Anak-anak : selain ditulang
panjang, juga pada sum-sum tulang pipih seperti : tengkorak, iga, clavicula,tulang
rusuk, pelvis, dan vertebrae. Pada orang dewasa : hanya tulang pipih.
Pembentukan eritrosit ( Eritropoiesis )
– Eritrosit diproduksi dalam sum-sum tulang. – Pada keadaan abnormal juga
diproduksi pada hati dan

ginjal. – Senyawa ery yang paling mula ( pronormoblas ) mengalami pembelahan dan
pematangan bertingkat menjadi eritrosit dewasa dengan keluarnya inti
( retikulosit ). – Retikulosit berada pada darah tepi ± 1-2 hari kemudian menjadi
eritrosit dewasa berusia ±120 hari. – Produksi eritrosit dipengaruhi hormon
eritropoitin yang diproduksi di ginjal.
lanjutan
– Apabila Hb/eritrosit pada darah perifer menurun, ginjal akan

terangsang untuk membentuk eritropoitin, sehingga sum-sum tulang lebih aktif


membentuk eritrosit → kekurangan Hb/ery/O2 teratasi. – Zat yang dibutuhkan dalam
pembentukan eritrosit dan hemoglobin sum-sum tulang, ialah:
   

Logam : Fe, Mg, Cobalt Vitamin : B12, Folat, C, E, dll Asam amino. Hormon :
eritropoitin, androgen, tirosin.

 Kekurangan salah satu dari zat tersubut dapat

menyebabkan gangguan pada pembentukan eritrosit.


Sintesa Hemoglobin
Fungsi utama eritrosit adalah

mengangkut O2 kejaringan dan membawa CO2 dari jaringan keparu-paru.kedua zat ini
diangkut oleh protein yang disebut hemoglobin.
lanjutan
– Kadar hemoglobin orang dewasa

tergantung umur dan jenis kelainnya.  Menurut Barbara A brown :


  

Wanita 12-15 gr% Laki-laki 14-17 gr% Usia lebih lanjut kadar lebih rendah.
lanjutan Apabila Hb mengalami perubahan bentuk abnormal , maka fungsi transport O2
tidak dapat dilakukan lagi.
lanjutan
Ada 3 bentuk Hb abnormal :
– Karboksi Hb : Hb mengikat CO , bentuk ini sifatnya

reversibel dijumpai pada perokok berat ± 2-10% kadarnya. – Met. Hb : Hb yang


mengandung Fe dalam bentuk Feri dijumpai dengan kadar 1-2% – Sulf Hb : terbentuk
dari pengaruh obat-obatan atau bahan kimia seperti sulfonamid,aminoaromatik, sifat
reversibel dan tidak dapat mengangkut O2 kadarnya ±2%.
Katabolisme / pemecahan eritrosit. –Erotrosit tua (± 120 hari ) akan dipecah dalam
jaringan RES menjadi Hem dan Globin Globin akan disimpan dalam bentuk asam amino
dan dipakai untuk membentuk eritrsit baru.
Hem dipecah menjadi :
 Fe

: disimpan dalam depot Fe untuk membentuk eri baru.  Protoporfirin : diubah


menjadi biliverdin yang tereduksi menjadi bilirubin.
lanjutan
Sel darah putih ( leukosit )
Menurut fungsinya dibagi dalam 2

kelompok :
 Kelompok

fagosit : terdiri dari granulosit dan monosit.  Kelompok imonosit : terdiri dari
limfosit dan plasmasit.
lanjutan Pembentukan sel leukosit terjadi dalam sum-sum tulang , dalam keadaan
normal dalam sel perifer hanya ada sel tua.
Fungsi sel leukosit :
– Khemotaksis : kemampuan bergerak

kesumber toksin yang dikeluarkan oleh benda asing atau jaringan rusak. –
Fagositosis : benda asing mis,bakteri, jamur, atau sel hospes yang mati akan
dimakan oleh leukosit. – Sel segment disebut mikrofag, sedang monosit untuk
makrofag.
lanjutan
– Membunuh dan mencerna : leukosit membunuh benda

asing dengan menurunkan pH vakuol yang berisi bekteri, mengeluarkan enzim


laktoferin atau dengan pembentukan zat peroksida. – Pembentukan zat antibodi :
dilakukan oleh sel limfosit dan plasmasit, untuk membantu pertahanan tubuh melawan
infeksi dan bersifat spesifik terhadap penyakit atau serangan kuman yang sama.
lanjutan
 Lekopeni : jumlah sel lekosit yang menurun kurang dari 3x10 /L darah ( biasanya
pada granulosit )  Lekositosis : meningkatkan jumlah leukosit yang beredar lebih
dari 7,5x10 /L darah.  Lekositosis relatif adalah keadaan yang menunjukkan sel
netrofil lebih dari 80% pada hitung jenis.  Nilai normal : 5000-10000/mm3 darah
Trombosit
– Trombosit dihasilkan oleh sum-sum tulang belakang

dengan induk megakariosit. – Berukuran 2-4 mikron, diproduksi dibawah pengaruh


trombopoltin. – Fungsi trombosit : pembentukan sumbatan mekanis dalam pembentukan
darah yang normal terhadap luka atau kerusakan pembuluh darah.
Kelainan berdasarkan kuantitatif / jumlah :

- Trombositopeni : menurunnya jumlah trombosit dibawah normal. –Trombositosis :


meningkatnya jumlah trombosit diatas normal.
Dibagi menjadi 2 yaitu :
– Akibat

fisiologis : dapat normal kembali bila penyebab hilang, mis : pada perdarahan akut,
pada keganasan lekemik. – Bersifat menetap dan lama, mis : mielosklerosis atau
kelainan idiopatik.
Kelainan berdasarkan kualitatif :
– Tromboastenia :merupakan kelainan

bawaan → gangguan dari dinding trombosit sehingga terjadi gangguan daya lekat
trombosit dan penggumpalannya, – Trombopati : kelainan pada mekasinme pelepasan
sehingga jumlah trombosit berkurang terhadap rangsangan.
lanjutan
– Penyakit yang merubah fungsi

trombosit, mis : uremi, penyakit hati menahun, lupus eritremateus. – Kelainan


akibat obat-obatan mis : dextran, aspirin, obat anti radang/ inflamasi.

 Nilai normal : 150000-350000 / mm3

darah.
Anti koagulan yang digunakan pemerikasaan Hematologi.
 Fungsi anti koagulan adalah agar darah tidak

membeku sehinga dapat digunakan untuk menghitung jumlah sel-sel darah.  Tidak
semua anti koagulan dapat digunakan karena ada yang berpengaruh terhadap bentuk
ertitrosit atau leukosit yang akan diperiksa morfologinya.
Kalium oxalat dan natrium fluorida tidak digunakan.
 *Anti koagulan yang dapat digunakan antara lain :

EDTA ( ethylendiamine tetra acetat ), digunakan garam natrium atau kaliumnya.


Garam-garam itu mengubah ion kalsium dalam darah menjadi bentuk bukan ion. Tiap 1
mg EDTA menghindari membekunya 1 ml darah.EDTA yang dipergunakan dalam bentuk
larutan 10% karena dalam bentuk kering sukar larut.
lanjutan – Heparin : berfungsi sebagai
antitrombin, tidak berpengaruh terhadap eritrosit dan leukosit.1 mg heparin cukup
untuk 10 mL darah. Bisa dipergunakan dalam bentuk kering atau larutan. Natrium
citrat : dalam larutan dipergunakan 3,8%, yaitu larutan yang isotonik dengan darah.


Campuran Ammonium oxalat dan Kalium oxalat:

 

Menurut Paul dan Heller dipakai dalam campuran seimbang 3:2 → dipakai dalam keadaan
kering. Ammonium oxalat menyebabkan eritrosit membengkak. Kalium oxalat menyebabkan
eritrosit mengerut.
Pemeriksaan darah rutin
HEMOGLOBIN ( cara Sahli )

Prinsip : hemoglobin darah diubah menjadi asam hematin dengan penambahan larutan
HCl, lalu kadar asam hematin ini diukur dengan membandingkan warna yang terjadi
dengan warna standar..

Tujuan : menetapkan kadar Hb dalam darah


Alat yang digunakan
HEMOGLOGINOMETER SAHLI:
 Gelas berwarna sebagai warna standar.  Tabung hemometer dengan pembagian skala
putih

2 sampai 22 ( skala merah untuk hematoksit )  Pengaduk dari gelas.  Pipet sahli
yang merupakan kapiler dan mempunyai volume 20 mikroliter  Pipet pasteur  Kertas
saring / tissu / kain kasa kering.H
 

Reagent : larutan HCl 0,1N + aquadest Cara pemeriksaan : – Tabung hemometer disi
dengan larutan HCl 0,1N sampai tanda 2 – Hisaplah darah kapiler / vena dengan pipet
sahli sampai tepat pada tanda 20 mikroliter – Hapuslah kelebihan darah yang melekat
pada ujung luar pipet denga tissu secara hati-hati jangan sampai dari dalam pipet
darah berkurang. – Masukkan darah sebanyak 20 mikroliter ini kedalam tabung yang
berisi HCl tadi tanpa menimbulkan gelembung.

Bilas pipet bagian dalam dengan menghisap larutan HCl dan mengeluarkannya berkali-
kali sampai pipet bersih. Biarkan tunggu ± 5 mnit untuk pembentukan as hematin.
Asam hematin yg terjadi diencerkan dg aquadest setetes demi setetes sambil diaduk
dg pengaduk gelas, sampai didpt warna yg sama dg warna standar Miniskus dari
larutan dibaca (permukaan terendah dari larutan)

Pelaporan : Catatan :  Nilai normal :

 Hemoglobin dinyatakan dalam gr/dl


 Laki-laki 14 – 18 gr/dl
 Wanita 12 – 16 gr/dl
         

 

Kesalahan yg sering terjadi : Alat/reagent yg kurang sempurna Volume pipet Hb tdk


tepat 20 ul Warna standar sering sdh pucat Kadar lar. HCL sering tdk dikontrol
Orang yg melakukan pemeriksaan Pengambilan darah kurang baik Penglihatan pemeriksa
tdk normal atau sdh lelah Intensitas sinar/penerangan kurang Pada waktu membaca
hasil permukaan terdapat gelembung udara Pipet tdk dibilas dg HCL Pengenceran tdk
baik
HITUNG LEUKOSIT
– –

Prinsip : darah diencerkan, lalu dihitung jumlah leukosit (sel darah putih) yg ada
dalam volume tertentu Tujuan : menghitung jumlah leukosit dalam darah

Alat yg diperlukan :

  

Pipet leukosit (Thoma) dg sebutir kaca putih pd bagian bola pipet dg skala 0,5 – 11
Kamar hitung (Improved Neubauer) Mikroskop Counter tally (bila ada)

Reagent : larutan Turk


Cara pemeriksaan :

Hisaplah darah kapiler/ darah EDTA dg pipet leukosit sampai tepat pd garis 0,5
Hapuslah kelebihan darah yg melekat pd ujung luar pipet dg cara menghapus dari
pertengahan pipet kebawah dg kertas saring/tissue secara cepat Masukkan ujung pipet
dlm lar. Turk sambil menahan darah pd garis tsb. Pipet dipegang dg sudut 45 º dan
lar. Turk dihisap perlahan-lahan (jangan sampai timbul gelembung udara) sampai
tanda 11

Angkatlah pipet dari cairan dan tutup ujung-ujungnya dg ujung jari, lalu lepaskan
karet penghisap Kocoklah pipet dg menutup ujung-ujung pipet dg ibu jari dan jari
tengah selama 2 – 3 menit Bila tdk segera diperiksa letakkan pipet tsb. dalam
posisi horizontal Ambillah kamar hitung Improved Neubauer yg bersih, letakkan kamar
hitung ini dg kaca penutup terpasang mendatar diatasnya

Kocoklah kembali pipet yg telah diisi tadi, kemudian buanglah 4 – 5 tetes pertama,
dan segera sentuhkan ujung pipet dg sudut 30 º pd permukaan kamar hitung serta
menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan kamar hitung terisi secara perlahan dg
sendirinya Biarkan kamar hitung yg terisi tadi ± 2 menit agar sel leukosit
mengendap Hitunglah jumlah sel leukosit dibawah mokroskop dg pembesaran lensa
obyektif 10 x dan hitung pd 4 bidang besar (N)

Perhitungan Jumlah Leukosit :

      

Pengenceran darah dlm pipet = 20x Luas tiap bidang besar : 1mm² Tinggi kamar hitung
1/10 mm Leukosit dihitung dlm 4 bidang besar sehingga jumlah luasnya 4 x 1 mm²
Faktor perkalian : 20 : (4 x 1 x 1/10 ) = 50 Jadi jumlah leukosit = jumlah leukosit
dalam 4 bidang besar x 50
Pelaporan :

Jumlah leukosit = N x 50 / mm³


Perhitungan Jumlah Leukosit :

      

Pengenceran darah dlm pipet = 20x Luas tiap bidang besar : 1mm² Tinggi kamar hitung
1/10 mm Leukosit dihitung dlm 4 bidang besar sehingga jumlah luasnya 4 x 1 mm²
Faktor perkalian : 20 : (4 x 1 x 1/10 ) = 50 Jadi jumlah leukosit = jumlah leukosit
dalam 4 bidang besar x 50
Pelaporan :

Jumlah leukosit = N x 50 / mm³


Catatan :
 

Nilai normal : 5000 – 10.000/ mm³ Setiap kali habis dipakai, pipet Thoma atau pipet
sahli harus selalu dicuci, sekali-kali bersihkan dg acetone untuk menghilangkan
kotoran dan zat warna yg melekat pd diding kapiler Bila ada bekuan darah, cucilah
dg air saja, jangan dg alcohol atau didorong benda tajam

Kesalahan yang mungkin terjadi : – Jumlah darah/lar.Turk yg dihisap tdk tepat –


Memakai pipet yg basah – Berkurangnya darah dalam pipet pd waktu penhapusan darah
yg melekat pd ujung pipet – Terjadinya gelembung udara dlm pipet pd waktu menghisap
darah/lar.pengencer – Terjadinya bekukan darah karena lambat bekerja
– –

– –

– – –


Pengocokan darah tidak sempurna/tidak homogen Cairan terbuang sedikit pada waktu
mencabut karet penghisap. Kamar hitung/kaca penutup kotor Ada gelembung udara
yangmasuk pada waktu pengisian kamar hitung Letak kaca penutup salah Meja mikroskop
tidak horizontal Salah menghitung sel/menyinggung garis batas Kaca penutup tergeser
karena disentuh lensa mikroskop Menghitung leukosit tidak teliti dan larutan Turk
kotor
Hitung Eritrosit
– –

Prinsip : darah diencerkan, kemudian dihitung jumlah eritrosit ( sel darah merah )
yang dalam volume pengenceran tertentu. Tujuan : menghitung jumlah eritrosit dalam
darah.

Alat yang diperlukan :


  

Pipet eritrosit ( dengan sebutir kaca merah pada bagian bola pipet ) dengan skala
0,5-101 Kamar hitung improved neubauer Mikroskop dengan lensa obyektif 10x dan 40x
Counter tally ( bila ada )

Reagent : larutan Hayem


Cara pemeriksaan :

Hisaplah darah kapiler/ darah EDTA dengan pipet eritrosit sampai tepat pada garis
0,5 Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung luar pipet dengan cara
menghapus dari pertengahan pipet kebawah dengan kertas saring/tissue secara cepat.
Hatihati jangan sampai darah terhisap. Masukkan ujung pipet kedalam larutan Hayem
dan hisap larutan perlahan-lahan sampai tanda 101 ( hati-hati jangan sampai timbul
gelembung udara )

Angkat pipet dari cairan dan tutup ujungnya dengan ujung jari lalu lepaskan karet
penghisap. Kocoklah pipet dengan menutup ujung dengan ibu jari dan jario tengah
selama 2-3 manit. Bila tidak segera dihitung letakkan pipet secara horizontal.
Ambil kamar hitung dan kaca penutupnya terpasang mendatar diatasnya. Kocoklah
kembali pipet yang telah diisi, kemudian buanglah cairan dalam batang kapiler 4-5
tts, kemudian tetesan berikutnya masukkan keda;lam permukaan kamar hitung. Biarkan
kamar hitung terisi secara perlahan-lahan.

Biarkan ± 2 menit agar eritrosit mengendap, lalu dihitung dengan mikroskop, dengan
lensa obyektif 40X dan dihiutng dalam 5 bidang kecil yang terdiri dari 16 bidang
kecil-kecil, jumlah eritrosit dalam 5 bidang kecil disebut N

Perhiutngan jumlah eritrosit :

  

 

Pengenceran dalam pipet eritrosit : 200x Luas bidang kecil 1/400 mm2 Tinggi kamar
hitung dalam 5 x 16 bidang kecil-kecil sehinga jumlah luasnya 80x 1/400 mm2 = 1/5
mm2 Faktor perkalian : 5 x 10 x 200 = 10000 Jadi jumlah eritrosit : jumlah
eritrosit dalam 5 bidang kecil (N) x 10.000 Eritrosit : N x 10.000
Pelaporan :

Jumlah eritrosit = …………./mm3


Catatan :

Nilai normal : – Pria : 4,5 – 5,5 juta / mm2 – Wanita : 4,0 – 5,0 juta / mm2
Kesalahan yang terjadi sama seperti pada hitung leukosit
Laju endap darah ( Westergren

Prinsip : darah yang sudah diberi anti koagulan bila didiamkan dalam waktu tertentu
maka sel-sel darahnya akan mengendap, dalam hal ini yang dihitung adalah kecepatan
waktu pengendapannya. Tujuan : untuk mengetahui banyaknya sel-sel darah yang
mengendap dalam waktu tertentu.

Alat yang diperlukan :


– – – – – –

Tabung westergren dengan skala 0-200 mm, kedua ujung terbuka. Rak westergren
Penghisap Pencatat waktu Pipet berskala Semprit 5 cc dan jarumnya Botol kecil.

Reagent : larutan Natrium sitrat 3,8 % ( anhidrat )


Cara pemeriksaan :
– –

– –

Sediakan botol kecil yangtelah diisi dengan 0,4 ml larutan Na Sitrat 3,8% Hisaplah
darah vena sebanyak 1,6 mL dan masukkan kedalam botol yang berisi larutan Na sitrat
tadi. Campur baik-baik dengan gerakan melingkar perlahan-lahan. Hisaplah campuran
darah ini kedalam pipet Westergren dengan bantuan keret penghisap sampai garis
bertanda 0 Birakan pipet tersebut tegak lurus pada rak westergren selama 60 menit (
pasang pencatat waktu ) Bacalah tingginya lapisan plasma pada jam pertama dan kedua
dari 0 sampai batas plasma dengan endapan darah.

Pelaporan :


Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam milimeter perjam dan 2 jam


Catatan :

Nilai normal :

 

Pria 0 – 10 mm/jam Wanita 0 – 20 mm/jam


Kesalahan umum yang sering terjadi : – Antikoagulan dan darah tidak tercamour dng
baik – Terjadi hemolisa – Pipet yang dipakai tidak bersih dan kering – Keadaan
pipet pada rak miring sehingga menyebabkan kesalahan pembacaan sebesar ± 30% –
Kolom darah mengandung gelembung udara – Penentuan laju pengendapan darah dilakukan
lebih dari 2 jam sesudah pengambilan darah – Suhu ruangan tinggi (sebaiknya pada
suhu kamar 18 º - 25 ºC) – Pencatatan waktu yg tdk tepat
DIFERENSIAL (HITUNG JENIS LEUKOSIT)
– –

Prinsip : terdapat perbedaan daya serap sel darah terhadap zat asam Tujuan :
Menghitung jumlah sel-sel jenis leukosit dalam darah

Alat yg diperlukan :
          

Mikroskop Kaca obyek yg kering, bebas debu & lemak Lanset steril Pencatat waktu Rak
pengecatan Rak pengering Minyak Imersi Kaca penggeser (bisa digunakan cover glass)
Pensil kaca, utk nomerisasi Reagent : Larutan Wright/Giemsa Larutan buffer
penyangga pH 6,4

Cara Pemeriksaan :

Pembuatan sediaan apus darah

 

Teteskan satu tetes darah pd tepi obyek glass ±2 Cm. Letakkan diatas meja dg
tetesan darah sebelah kanan

Dengan tangan kanan letakkan kaca penggeser disebelah kiri tetesan darah, gerakkan
kekanan sehingga menempel pd tetesan darah dan biarkan darah menyebar rata
dipinggir kaca penggeser Segera geserkan kaca tsb kekiri dg sudut 45 º

Biarkan paparan darah tsb kering dari udara, lalu tulislah no penderita dg pensil
kaca

Ciri sediaan apus yg baik : – Panjangnya ±1/2 – 2/3 dari panjang obyek glass –
Harus ada bagian yg cukup tipis utk diperiksa – Pinggir sediaan harus rata tdk
berlubang-lubang – Penyebaran leukosit harus merata & tdk bergerombol – Eritrosit
saling berdekatan tapi tdk bertumpukan – Fiksasi cukup lama sehingga inti dan
kromatin tdk larut – Tdk boleh ada kotoran endapan zat pewarna

Pewarnaan sediaan apus


   


Letakkan sediaan apus yg akan diwarnai pd rak pewarnaan dg lapisan darah diatas
Kemudian teteskan 20 tetes larutan Wright/Giemsa dan biarkan 2 menit Teteskan dg
jumlah yg sama lar.buffer penyangga pH 6,4 dan biarkan 5 menit Siramlah sediaan itu
dg aquadest, mula-mula perlahan-lahan kemudian keras-keras utk membersihkan sisa
cat dari sediaan Taruhlah sediaan dlm sikap lurus pd rak pengering Biarkan kering
diudara. Sediaan siap dibaca dibawah mokroskop dg lensa obyektif 100 x

Perhitungan :

Pilihlah darah dimana leukosit bersebar merata dan jelas yaitu pd bagian hapusan yg
tipis dg lensa obyektif 10 x

Tetesi dg minyak Imersi dan periksa dg lensa obyektif 40 x/ 100 x


 

Buat kolom-kolom utk tiap jenis leukosit, tiap jenis ada 10 kolom Dengan pengatur
mikro pd mikroskop, mulailah menghitung jenis leukosit yg ditemukan

Jenis yg dibaca adalah Eosinofil, Basofil, Staff/Batang, Segmen, Limfosit dan


Monosit

Sepuluh lekosit pertama masukkan pd kolom 1 dst….sehingga dalam 10 kolom


terdapat/terhitung 100 leukosit

Pelaporan :

Hendaknya urutan dimulai dari sel Eosinofil, Basofil, Batang, Segmen, Limfosit dan
Monosit Jumlah dinyatakan dalam %

Pelaporan :

Hendaknya urutan dimulai dari sel Eosinofil, Basofil, Batang, Segmen, Limfosit dan
Monosit Jumlah dinyatakan dalam %
Gambar-gambar sel-sel leukosit :
 Basofil :

Bentuk bulat  Inti sukar dilihat sebab tertutup granula  Granula besar bulat &
berwarna ungu tua, banyak tapi tdk rapat  Vakuol kadang tampak berwarna pucat
dalam sitoplasma
 Eosinofil : Bentuk bulat
 Sitoplasma/granula besar-besar berbentuk bulat

berwarna jingga, jumlah banyak dan saling berdekatan  Inti biasanya terdiri dari 2
lobus
 Batang :

Bentuk bulat  Sitoplasma kemerah-merahan  Granula kecil-kecil halus warna


lembayung muda  Inti berbentuk seperti batang tapal kuda berwarna ungu tua
 Segment : Bentuk bulat
 Sitoplasma/ granula kemerah-merahan & banyak,

warna lembayung muda  Inti terdiri dari 2 – 5 lobus dihubungkan dg benang


kromatin, warna ungu tua dan padat
 Limfosit : Bentuk bulat
 Sitoplasma/granula terlihat sangat sedikit berwarna

biru.  Inti besar, kromatin warna ungu tua dan padat.


 Monosit : Bentuk tidak teratur, ukuran paling besar .
 Sitoplasma/granula sering kemerahan, vakuola sering

terdapat pada sitoplasma.  Inti vervariasi biasanya seperti ginjal, kromatin


tersusun dalam untaian dan berwarna lembayung
A. ERITROSIT

B. LIMFOSIT BESAR C. NETROFIL SEGMEN D. EOSINOFIL E. NETROFIL SEGMEN F. MONOSIT G.


TROMBOSIT H. LIMFOSIT KECIL I. NETROFIL BATANG J. BASOFIL
VARIASI BENTUK LIMFOSIT
VARIASI BENTUK MONOSIT
EOSINOFILIA
HIPERSEGMENTASI NETROFIL
MIELOBLAS + AUER ROD
LEUKEMIA PROMIELOSITIK AKUT (APL)
LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT (ALL)
LEUKEMIA MONOSITIK AKUT (AMoL)
NORMOKROM-NORMOSITIK
Thalassemia

ANISO-POIKILOSITOSIS-HIPOKROM-MIKROSITIK, POLIKROMASI SEL TARGET, SEL TEAR DROP ,


FRAGMENTOSIT
PLASMODIUM FALCIPARUM
LE cell + Rosette cell
TROMBOSIT NORMAL

TROMBOSITOPENIA
TROMBOSITOSIS
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai