Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN LAMA HARI RAWAT INAP DENGAN PERUBAHAN BERAT

BADAN, ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA PASIEN YANG


TIDAK BERDIET KHUSUS DI RSUD. Dr. MOEWARDI

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Sarjana Strata I
pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :
IQBAL DYNA MUHARAM
J 310 171 230

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
HUBUNGAN LAMA HARI RAWAT INAP DENGAN PERUBAHAN BERAT
BADAN, ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA PASIEN YANG TIDAK
BERDIET KHUSUS DI RSUD. Dr. MOEWARDI

Abstrak

Pendahuluan: Lama hari rawat inap yang terlalu panjang akan menimbulkan
kerugian antara lain menambah beban biaya perawatan pasien, mengurangi
cakupan pelayanan kesehatan rumah sakit, dan menjadi pemborosoan bagi rumah
sakit, selain itu dapat mempengaruhi perubahan berat badan dan kejadian malnutrisi
bagi pasien. Asupan energi dan protein yang rendah dapat mempengaruhi status
gizi pasien sehingga menyebabkan terjadinya malnutrisi
Tujuan: Mengetahui hubungan lama hari rawat inap dengan perubahan berat badan
dan asupan energi dan protein pada pasien yang tidak berdiet khusus.
Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik,
dengan menggunakan rancangan cross sectional, dan termasuk lingkup gizi klinik.
Data lama hari rawat inap diambil selama pasien masuk rumah sakit sampai keluar
rumah sakit, perubahan berat badan diperoleh dari penimbangan berat badan awal
dan akhir pengamatan serta asupan energi dan protein menggunakan form food
recall 3 x 24 jam, dengan jumlah sampel 39 pada ruang Anggrek I dan Anggrek II
kelas III. Uji statistik yang digunakan adalah uji Rank Spearman.
Hasil: Lama hari rawat inap pasien dalam kategori pendek, sedang dan panjang
berturut-turut sebesar 5,2%, 64,1% dan 30,7%. Perubahan berat badan yang
mengalami kenaikan sebesar 51,2 % dan yang mengalami penurunan sebesar
48,8%. Asupan energi paling banyak kategori cukup yaitu 43,6%. Asupan protein
paling banyak kategori baik yaitu 41%. Hasil analisis menunjukkan tidak ada
hubungan antara lama hari rawat inap dengan perubahan berat badan dengan nilai
P 0,107. Tidak ada hubungan antara lama hari rawat inap dengan asupan energi
selama di rawat dengan nilai P 0,615. Tidak ada hubungan antara lama hari rawat
inap dengan asupan protein selama di rawat dengan nilai P 0,654.
Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara lama hari rawat inap dengan perubahan
berat badan dan asupan energi dan protein pada pasien yang tidak berdiet khusus di
RSUD. Dr. Moewardi.
Kata Kunci : Lama Hari Rawat Inap, Perubahan Berat Badan, Asupan
Energi Dan Protein

1
Abstract

Background: The long duration of hospitalization will result in losses including


increasing the burden of patient care costs, reducing the scope of hospital health
services, and becoming a waste for the hospital, while it can also affect changes
in body weight and the incidence of malnutrition for patients. Low energy and
protein intake can affect the nutritional status of patients, causing malnutrition.
Objective: This research aimed to find correlation between the length of
hospitalization with body weight alteration and intake of energy and protein in
patients with unspecified diet.
Methodology: This study was an observational analytic study, using a cross
sectional design, and included in the scope of clinical nutrition. Data for length of
stay was taken while the patient was in the hospital until he was discharged,
changes in body weight were obtained from initial and final weight monitoring and
energy and protein intake using the 3 x 24 hour food recall form, with a sample
size of 39 in the Anggrek I and Anggrek II class III rooms. The statistical test used
is the Spearman Rank test.
Result: The length of staying of patients in the short, medium and long categories
were 5.2%, 64.1% and 30.7%, respectively. Changes in body weight increased by
51.2% and those that experienced a decrease of 48.8%. Energy intake is at most
sufficient category at 43.6%. Protein intake is at most a good category at 41%. The
results of the analysis showed no relationship between length of stay and
hospitalization with weight change with a P value of 0.107. There is no relationship
between the length of stay and the intake of energy during the stay with a P value
of 0.615. There was no correlation between length of stay and protein intake during
hospitalization with a P value of 0.654.
Conclusion: There was no correlation between length of stay and body weight
alterations and intake of energy and protein in patients with unspecified diet in
RSUD dr. Moewardi

Key word : Body Weigh Alterations, Energy and Protein Intake,


Hospitalization

1. PENDAHULUAN
Lama hari rawat (Length of Stay / LOS) adalah salah satu indikator dalam
menilai mutu dan efisiensi rumah sakit (Borghnas, 2008). Masa rawat pasien
dirumah sakit merupakan masa rawat yang dihitung sejak pasien pertama kali
masuk rumah sakit sampai pasien keluar rumah sakit. Pasien yang masuk rumah
sakit dan keluar rumah sakit pada hari yang sama, maka lama rawat inapnya
dihitung menjadi satu hari (Sudra, 2010). Menurut Depkes RI (2007), lama hari
rawat inap yang terlalu panjang akan menimbulkan kerugian antara lain
menambah beban biaya perawatan pasien atau keluarga pasien, mengurangi
cakupan pelayanan kesehatan rumah sakit, Bed Occupancy Rate (BOR) menjadi

2
meningkat dan menjadi pemborosan bagi rumah sakit (biaya operasional dari
rumah sakit akan lebih besar.
Menurut Dian (2002), bahwa 0,9–5 persen pasien mengalami penurunan
berat badan setelah 14 hari perawatan di bagian penyakit dalam RSUPN
Ciptomangunkusumo Jakarta2. Angka penurunan status gizi yang cukup tinggi
juga didapatkan pada pengamatan pasien di rumah sakit pendidikan di Amerika,
ditemukan 48 persen gizi kurang, 70 persen kehilangan berat badan dan albumin
menurun rata–rata 0,5 gr/dl.
Menurut Beck AM (2001), kehilangan berat badan dengan sendirinya atau
dikombinasikan dengan perubahan biokimia selama masa rawat dapat dianggap
sebagai indikator utama dari status gizi yang buruk dan dikaitkan dengan banyak
faktor yang mengurangi asupan energi, seperti ketidak tepatan, mual, muntah,
disfagia, terapi obat, kebutuhan energi yang lebih tinggi dan rendahnya
kemampuan untuk mencerna dan menyerap nutrisi sekunder akibat penyakit atau
bahkan dari lingkungan rumah sakit, yang dapat tidak menguntungkan bagi
pemulihan pasien.
Fuchs, et al. (2008) menyatakan bahwa lama hari rawat yang lebih lama
berkaitan dengan asupan energi yang terbatas karena dapat menyebabkan gizi
kurang. Menurut Weijs (2009), pasien dengan gizi kurang dapat memiliki lama
hari rawat yang lebih pendek apabila asupan energi pasien tersebut mencapai
target pada hari rawat keempat. Fuchs, et al. (2008) juga menyatakan bahwa
asupan protein yang tidak adekuat berhubungan dengan lama hari rawat.
Menurut Weijs, et al. (2009), asupan protein kurang dari 1,2 g/kgBB per hari
mengindikasikan peluang 3 kali lebih besar memiliki lama hari rawat lebih dari
10 hari dan asupan protein di bawah 0,2 g/kgBB/hari akan meningkatkan
peluang menjadi 5 kali lebih besar.
Penelitian Handayani (2009), di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tentang
gambaran sisa makanan biasa yang disajikan di ruang mawar menunjukkan
bahwa sisa makanan pokok sebanyak 54.3%, lauk hewani sebanyak 51.2%, lauk
nabati sebanyak 60.7%, sayur sebanyak 58.4% dan buah sebanyak 42.9%.
Sedangkan pada penelitian Fahmia (2007) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

3
menunjukkan sisa makan siang pada makanan pokok 45%, lauk hewani 41,9%,
lauk nabati 54,2%, sayur 54,4% dan buah 57,5%. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sisa makanan merupakan permasalahan dalam suatu
pelayanan gizi di rumah sakit.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan lama hari rawat inap dengan perubahan berat
badan, asupan energi dan protein pada pasien yang tidak berdiet khusus di
RSUD. Dr Moewardi”.

2. METODE
Penelitian ini telah dinyatakan lolos etik oleh Komisi Etik Penelitian
Kesehatan RSUD Dr. Moewardi / FK Universitas Sebelas Maret dengan nomor
surat kelaikan etik 588/IV/HREC/2019. Penelitian ini dilakukan di ruang rawat
inap Anggrek I dan Anggrek II Rumah Sakit umum daerah Dr. Moewardi dan
pengambilan data dilakukan pada bulan Juni dan July 2019. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian observasional analitik, dengan menggunakan rancangan
cross sectional, dan termasuk lingkup gizi klinik. Subjek dalam penelitian ini
ditentukan berdasarkan kriteria inklusi yaitu minimal pasien dirawat inap dalam
waktu tiga hari, dapat berkomunikasi dengan baik, pasien yang bisa diukur berat
badannya, pasien yang tidak berdiet khusus dengan bentuk makanan biasa dan
lunak, serta kriteria eksklusi yaitu pasien yang pulang paksa atas permintaannya
sendiri sebelum ada satu hari dan pasien meninggal dunia saat pengambilan data.
Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive
sampling dimana metode ini sering digunakan dalam penelitian klinis dengan
jumlah sampel 39 orang.
Variabel dalam penelitian ini meliputi lama hari rawat inap, perubahan berat
badan, asupan energi dan protein. Lama hari rawat inap dihitung dari pasien
masuk rumah sakit sampai pasien keluar dari rumah sakit. Pengukuruan berat
badan dengan menggunakan timbangan injak saat pasien masuk rumah sakit,
hari ke tiga, hari ke enam dan pasien pulang dari rumah sakit. Pengambilan data
recall 3x24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan serta

4
minuman yang telah dikonsumsi dalam 3x24 jam kebelakang, recall dilakukan
dengan menggunakan formulir recall pada pasien rawat inap.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Rank Spearman untuk
menganalisisi apakah ada hubungan antara lama hari rawat inap dengan
perubahan berat badan, asupan energi dan protein pada pasien yang tidak berdiet
khusus.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hubungan Lama Hari Rawat Inap dengan Perubahan Berat Badan
Tabel 1. Hubungan Lama Hari Rawat Inap dengan Perubahan
Berat Badan
Standar P
Variabel Minimal Maksimal Rata-rata Deviation
Value
Lama Hari Rawat
6 19 8.23 3.52
Inap (hari) 0.518
Perubahan Berat
-1.5 2.1 0.12 1.04
Badan (kg)
Analisis statistik menggunakan uji rank spearman karena data
berdistribusi tidak normal, analisi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara lama hari rawat inap dengan perubahan berat badan pada pasien rawat
inap yang tidak berdiet khusus di RSUD dr Moewardi. Berdasarkan hasil uji
statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
lama hari rawat inap dengan perubahan berat badan dengan nilai p > 0,05
(0.518).
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa berat badan pasien yang
mengalami kenaikan paling tinggi yaitu 2.1 kg. Kenaikan berat badan pada
pasien dapat terjadi dikarenakan semakin lama pasien dirawat dirumah sakit
semakin meningkat asupan makananya bahkan ada yang beli jajanan dari
luar rumah sakit walaupun jatah dari rumah sakit sudah dimakan habis.
Pasien meningkat asupan makannnya dikarenakan kondisi pasien dari hari
ke hari semakin membaik. Sementara itu, penurunan berat badan pada pasien
dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya yaitu gangguan hormon,

5
penyakit kronis, penyakit saluran cerna, infeksi, kanker, penyakit gigi dan
mulut, dan efek samping obat-obatan (Kevin, 2019).
2. Hubungan Lama Hari Rawat Inap dengan Asupan Energi dan Protein
Tabel 2. Hubungan Lama Hari Rawat Inap dengan Asupan
Energi
Lama Hari Rawat Inap
Asupan <4 4–7 >7 Total P
r
Energi Hari Hari Hari Value
n % n % n % n %
Lebih 0 0 0 0 0 0 0 0
Baik 0 0 6 85.8 1 14.8 7 100 -
0.615
Cukup 1 5.9 10 58.9 6 35.5 17 100 .083
Kurang 1 6.7 9 60 5 33.3 15 100

Tabel 3. Hubungan Lama Hari Rawat Inap dengan Asupan


Protein
Lama Hari Rawat Inap
Asupan <4 4–7 >7 Total P
r
Protein Hari Hari Hari Value
n % n % n % n %
Lebih 0 0 0 0 0 0 0 0
Baik 0 0 10 62.5 6 37.5 16 100 -
0.654
Cukup 2 15.4 9 69.2 2 15.4 13 100 .074
Kurang 0 0 6 60 4 40 10 100

Analisis statistik menggunakan uji rank spearman karena data


berdistribusi tidak normal, analisi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara lama hari rawat inap dengan asupan energi dan protein pada pasien
rawat inap yang tidak berdiet khusus di RSUD Dr Moewardi. Berdasarkan
hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara lama hari rawat inap dengan asupan energi dan protein
dengan nilai p > 0,05 (0.615 dan 0.654). Kekuatan hubungan ditunjukkan
dengan nilai r sebesar -.083 dan -.074 maka hubungan antara variabel lama
hari rawat inap dengan asupan energi dan protein adalah lemah (menjauhi
angka 1 atau -1). Tanda (-) mengartikan bahwa hubungan bersifat negatif
atau berbanding terbalik.

6
Hasil nilai uji hubungan dalam penelitian ini, didapatkan hasil bahwa
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama rawat inap dengan
asupan energi. Sejalan dengan penelitian Kasim (2016), mengenai asupan
makanan, status gizi dan lama rawat inap pada pasien di rumah sakit Adbent
Manado yang menyatakan tidak ada hubungan antara lama rawat inap
dengan asupan makanan. Dalam hal ini sebagian besar pasien memiliki
asupan makanan (energi) yang kurang dari seluruh sampel, pasien dengan
kelompok lama hari rawat 4-7 hari mendominansi dengan asupan makanan
(energi) yang cukup dan kurang. Asupan energi yang kurang ini
berhubungan dengan penyakit yang diderita oleh pasien, hal ini
menunjukkan asupan makan (energi) pasien bukan merupakan faktor resiko
yang berhubungan langsung dengan lama rawat inap.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama hari rawat inap dengan
asupan protein. Hal ini sejalan dengan penelitian Nurmala (2014) mengenai
perubahan asupan energi dan protein tidak berpengaruh terhadap lama rawat
inap pada pasien dewasa di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang
menyebutkan tidak ada pengaruh lama rawat inap terhadap asupan protein.
Menurut Syamsiatun, NH (2004) asupan protein yang kurang akan
menyebabkan lama perawatan pasien semakin panjang. Asupan protein yang
kurang pada pasien disertai dengan berat badan yang turun lebih beresiko
untuk mengalami perawatan yang lebih lama dibanding dengan pasien yang
memilki asupan protein yang cukup. Data penelitian menyebutkan bahwa
pasien yang memilki kenaikan asupan protein lebih banyak dibandingkan
dengan pasien yang mengalami penurunan asupan protein.
Dalam penelitian Nurul (2014), bahwa subyek dengan status gizi awal
kategori kurang dengan asupan makan kategori kurang, bukan merupakan
faktor risiko yang berhubungan langsung dengan lama rawat. Hal ini
menunjukkan bahwa lama rawat tidak dipengaruhi oleh status gizi awal dan
asupan makan, namun ada fakor lain yang lebih berperan yaitu penyakit yang
diderita. Hal ini didukung oleh Tomkins AM (2002), yang menyatakan

7
bahwa penyakit infeksi maupun noninfeksi mempunyai faktor resiko untuk
menjadi gizi baik, gizi kurang, bahkan gizi buruk, tergantung dari sifat
perjalanan penyakit tersebut, yaitu kronis atau akut, yang akan berpengaruh
pada lama rawat inap.
Barbaro dkk (1977) dalam Marzuki (1998) menjelaskan bahwa pasien
dengan penyakit kronis mempunyai lama hari rawat yang lebih panjang
daripada pasien dengan penyakit akut karena memerlukan perawatan yang
lebih lama dibandingkan dengan penyakit akut. Sesuai dengan sifat dari
penyakit akut dan kronis. Penyakit akut adalah penyakit yang memerlukan
perawatan segera dan dalam waktu yang singkat menjadi pulih kembali
(Puspasari, 1993). Berbeda dengan penyakit kronis yang berdurasi jangka
panjang dan bila sudah terdiagnosis dengan penyakit ini maka akan
menderita penyakit tersebut sampai meninggal (Timmreck, 2004).
4. PENUTUP
Tidak ada hubungan antara lama hari rawat inap dengan perubahan berat
badan dengan nilai P 0,107. Tidak ada hubungan antara lama hari rawat inap
dengan asupan energi dengan nilai P 0,615. Tidak ada hubungan antara lama
hari rawat inap dengan asupan protein dengan nilai P 0,654.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar lebih diperhatikan dalam
melukukan penimbangan berat badan sehingga mendapatkan hasil yang lebih
akurat. Bagi pasien diharapkan untuk mempertahakan asupan makannya dan
lebih memotivasi diri untuk menghabiskan makanannya secara bertahap agar
asupan yang dikonsumsi sesuai dengan kecukupan kebutuhan..

DAFTAR PUSTAKA
Beck AM, Balknas UN, Furst P, Hasunen K, Jones L, Keller U, Melchior JC,
Mikkelsen BE, Schauder P, Sivonen L, Zinck O, Oien H, Ovesen L. 2001.
Food and Nutritional Care in Hospitals: How to Prevent Undernutrition -
Report and Guidelines From The Council of Europe. Clin Nutr ; 20(5): 455-
460.

8
Borghans. 2008. Benchmarking and Reducing Length of Stay in Dutch Hospital.
BioMed Central, 8(-): 220.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Pemantauan Status Gizi. Edisi 3. Jakarta: ECG

Dian PP, Nita I, dan Oktorudin H. 2002. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi
Status Gizi Pasien Selama Dirawat Di Bagian Penyakit Dalam RSUPN-CM.
Media Dietetik AsDI, Edisi Khusus: 113 – 115.

Fahmia, Ika Nihaya. Mulyati, Tatik. Handarsari, Erma. 2007. Hubungan Asupan
Energi Dan Protein Dengan Status Gizi Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik
Yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan Di RSUD Tugurejo Semarang.
Universitas Muhammadiyah Semarang. Volume 1 Nomor 1 Tahun 2007

Fuch, et al. 2008. Nutritional Status in Hospitalized Patients in Public Hospital in


Mexico City. Nutricion Hospitalaria, 3: 294-303.

Handayani, 2009. Gambaran Tentang Daya Terima Makanan dan Sisa Makanan
Tanpa Diit Khusus Di Ruang Mawar RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Kasim, 2016. Asupan Makanan, Status Gizi dan Lama Hari Rawat Inap pada Pasien
Penyakit Dalam di Rumah Sakit Advent Manado. GIZIDO Vol. 8 No. 2
Nopember 2016: hal 22. Diakses dari www.ejurnal.poltekkesmanado.

Kevin, 2019. "Makin Lama Dirawat di Rumah Sakit, Risiko Infeksi Makin Besar".
Jakarta

Marzuki, S., 1998. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Lama Hari Rawat
Pasien Tidak Mampu di Zal Khusus RSU Budhi Asih Jakarta Tahun 1997.
Depok: Universitas Indonesia.

Nurmala, 2014. Pengaruh Perubahan Asupan Zat Gizi terhadap Status Gizi dan
Lama Rawat Inap pada Pasien Dewasa di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.
Yogyakarta : Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UGM.

Nurul, H., Hidajat, B., Irawan, R. 2014. Nutrisi pada Kasus Bedah Anak Naskah
Lengkap Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI Kapita Selekta
Ilmu Kesehatan Anak VI. Surabaya : Divisi Nutrisi dan Penyakit

9
Puspasari, R. I., 1993. Hubungan antara Karakteristik
Penderita/Penanggungjawab Biaya Penderita dengan Lama Hari Rawat dari
Beberapa Jenis Penyakit Tertentu di RS Umum Bhakti Yudha Tahun 1992-
1993. Depok: Universitas Indonesia

Sudra, Rano Indradi, 2010. Statistik Rumah Sakit. Graha Ilmu: Yogyakarta

Syamsiatun, dkk. 2004. Hubungan Status Gizi Awal dengan Status Gizi Pulang dan
Lama Rawat Inap Pasien Dewasa di Rumah Sakit. Jurnal Gizi Klinik Volume
1 no.1. hal 23-29.

Timmreck, T., 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar (2 ed). Jakarta: EGC.

Tomkins AM. 2002. Nutrition and Infection In Protein Energy Malnutrition. 2nd
ed. Edward Arnold a Division of Hodder and Spoughton.

Weijs, et al. 2009. Achieving Protein and Energy Targets in Malnourished


Hospitalized Patients on Day Four of Admission Improves Length of Hospital
Stay. Amsterdam: VU University Medical Center.

10

Anda mungkin juga menyukai