Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH SENJATA

TRADISIONAL BADIK
DARI PULAU SULAWESI

DISUSUN OLEH :

NAMA : Ikhsan nur

KELAS : X-4

SMA NEGERI 5 SAMARINDA


ABSTRAK
Badik adalah senjata tradisional yang sering digunakan oleh masyarakat Bugis-
Makassar sebagai identitas budaya suku Bugis-Makassar, termasuk sebagai
senjata khas bagi Masyarakat Bugis-Makassar Makna badik dalam suku
Makassar khusunya di Kabupaten gowa merupakan senjata khas bagi
masyarakat Gowa, badik bukan hanya berfungsi sebagai senjata perang, badik
juga mempunyai makna yang berbeda setiap jenis badik dan pamornya.
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Badik adalah pisau panjang dengan bentuk khas yang dikembangkan oleh masyarakat dari
Sulawesi. Badik bersisi tajam tunggal atau ganda, dengan panjang mencapai sekitar setengah
meter. Seperti keris Rakian Naga Batu Handak, bentuknya asimetris dan ulunya kerap kali
dihiasi dengan pamor. Namun, berbeda dari keris, badik tidak pernah memiliki penyangga
bilah. Nama "badi'" merupakan penyebutan dalam bahasa Makassar sedang dalam bahasa
Bugis disebut sebagai "kawali". Badik memiliki konsep mistisisme serta bernilai secara
ekonomi dan seni dengan tingkat yang tinggi

1.2   Tujuan
Makalah ini bertujuan :
• Dapat mengetahui tentang senjata tradisonal badik
• Dapat mengetahui sejarah badik
• Dapat mengetahui macam-macam badik

1.3   Batasan Masalah


• Makalah ini hanya membahas tentang senjata tradisonal badik sulawesi
PEMBAHASAN

2.1   Sejarah Senjata badik

Berbicara tentang suku Makassar yang bermukim di wilayah selatan Provinsi Sulawesi
Selatan maka tak terlepas dari senjata khas yang disebut dengan badik oleh warga setempat.
Badik sendiri memiliki beragam bentuk begitu pun dengan badik Makassar yang memiliki
ciri tersendiri. Terlepas dari bentuk secara fisik, badik bagi masyarakat setempat juga
memiliki masing-masing kekuatan tersendiri berdasarkan guratan pada besi yang disebut
pamoro yang terdapat pada senjata khas tersebut. Badik Makassar sendiri terdiri dua jenis
yakni Taeng dan Panjarungang. Hal ini Berdasarkan tempat dimana badik ini ditempa. Secara
fisik antara Taeng dan Panjarungang tampak sama kecuali bagian bawah atau perut. Taeng
memiliki ciri khas memiliki perut yang lebar atau mirip dengan perut buncit, sementara
Panjarungang memiliki perut yang tidak terlalu buncit. "Kalau bicara badik Makassar maka
cuma ada dua jenis yaitu Taeng dengan Panjarungang dan kedua jenis ini memiliki hubungan
sejarah sehingga harus ditempa dari dua tempat yang berbeda," kata Muis Daeng Gading (70)
salah seorang tetua yang bermukim di Lambaselo, Sungguminasa, Kabupaten Gowa. Taeng
sendiri merupakan nama sebuah kampung di mana badik ini secara awal mula ditempa dan
diproduksi secara massal. Taeng saat ini berada di Desa Taeng, Kecamatan Pallangga,
Kabupaten Gowa. Sementara Panjarungang saat ini adalah nama sebuah Dusun di Desa
Massamaturu, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Konon badik Taeng
dikenal ganas dan haus darah dan dikenal harus menyentuh darah jika dalam perkelahian
badik Taeng ini terhunus dari sarungnya. Dan yang mampu menjinakkan Taeng ini hanya
Badik jenis Panjarungang. "Memang faktanya begitu yang bisa menjinakkan Taeng kalau
mengamuk hanyalah Panjarungang," kata Nasir Daeng Limpo (57) salah seorang kolektor
senjata pusaka di Kabupaten Gowa. Sementara bahan pembuatan Badik ini sendiri beragam
tergantung dari usia senjata tersebut. Menurut penuturan beberapa warga awal mula
pembuatan badik beragam ada yang berasal dari busa air yang dan ada pula yang terbuat dari
batu. Dari kedua bahan ini dibuat badik oleh Pade'de atau empu yang memiliki kekuatan
magis. Sehingga hasilnya badik tersebut memiliki keunggulan-keunggulan tersendiri. Di
antaranya, menurut Nasir, beberapa warga masih ada yang memiliki badik yang bisa
mengapung di air. "Badik yang mengapung itu dibuat dari busa air sungai makanya
mengapung kalau diceburkan ke air tapi yang membuat ini adalah orang-orang terdahulu
yang memiliki kekuatan magis," kata dia. Sementara badik zaman sekarang yang ditempa
oleh pandai besi berbahan dasar besi. Meski demikian, setiap penempa besi masih sangat
merahasiakan ramuan yang mereka larutkan saat menempa besi untuk dibuat badik. Menurut
kepercayaan suku Makassar badik memiliki kegunaan atau khasiat yang diketahui dari corak
arau guratan pada badik tersebut. Umumnya para petani menyukai badik yang memiliki
guratan seperti daun padi yang disebut dengan "Pamoro Leko Ase".

2.2 Macam-macam badik

 Badik Makassar
Badik Makassar memiliki kale (bilah) yang pipih, battang (perut) buncit dan tajam
serta cappa’ (ujung) yang runcing. Badik yang berbentuk seperti ini disebut Badik
Sari. Badik Sari terdiri atas bagian pangulu (gagang badik), sumpa’ kale (tubuh badik)
dan banoang (sarung badik). Lain Makassar lain pula Bugis, di daerah ini badik
disebut dengan kawali, seperti Kawali Raja (Bone) dan Kawali Rongkong (Luwu).
Badik merupakan nama senjata tradisional suku Makassar, Sulawesi Selatan. Senjata
badik memiliki makna mendalam dalam kebudayaan masyarakat Makassar.
Badik Taeng memiliki ciri khas memiliki perut yang lebar atau mirip dengan perut
buncit,sementara Panjarungang memiliki perut yang tidak terlalu buncit.
"Kalau bicara badik Makassar maka cuma ada dua jenis yaitu Taeng dengan
Panjarungang dan kedua jenis ini memiliki hubungan sejarah sehingga harus ditempa
dari dua tempat yang berbeda.
 Kul Buntet / Pusaran
Kawali Lade’ nateyai memiliki pamor berupa bulatan kecil pada bagian pangkal dan
guratan berjajar pada bagian matanya. Badik ini dipercaya dapat mendatangkan rezeki
yang melimpah bagi pemiliknya. Badik ini memiliki kemiripan fungsi dengan Kawali
Lakadang yang memiliki motif berbentuk gala pada pangkalnya.
Salah satu badik yang dipercaya sangat ideal adalah Kawali Lagemme’ Silampa yang
memiliki motif berupa urat yang membujur dari pangkal ke ujung. Dipercaya bahwa pemilik
badik tersebut senantiasa akan mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan dalam
kehidupannya bersama dengan segenap kaum kerabatnya. Sedangkan untuk mendapatkan
kesabaran, maka dipercaya harus memiliki Kawali Lasabbara awali Ilakkoajang adalah jenis
badik yang dipercayai sebagai senjata yang mampu mendatangkan wibawa serta derajat yang
tinggi.Badik ini memiliki motif guratan di seluruh tubuhnya. Sementara itu, bagi yang
menginginkan kemenangan dalam setiap pertarungan hendaknya memiliki Kawali
Latenriwale. Badik yang memiliki motif berupa bulatan oval pada bagian ujungnya ini
dipercaya dapat membangkitkan sifat pantang mundur bagi pemiliknya dalam setiap
pertempuran.
Bila dipercaya terdapat badik yang mengandung kebaikan, demikian pun sebaliknya terdapat
badik yang mengandung kesialan. Kawali Lasukku Ja’na adalah badik yang dianggap amat
buruk. Bagi siapapun, Kawali Latemmewa merupakan badik yang sangat tidak baik, karena
dipercaya badik ini tidak dapat menjaga wibawa dan kehormatan pemiliknya. Menurut
kepercayaan, pemilik badik ini tidak akan melakukan perlawanan kendati ditampar oleh
orang lain.
Sejalan dengan kepercayaan tersebut, terdapat Kawali Lamalomo Malaweng Tappi’enngi
yang memiliki motif berupa guratan tanda panah pada bagian pangkalnya. Dipercaya, pemilik
badik ini sering kali terlibat dalam perbuatan zina. Badik ini memiliki kepercayaan yang
berlawanan dengan Kawali Lamalomo Rialawengeng. Konon kabarnya pemilik badik seperti
ini sering kali istrinya melakukan perzinahan dengan lelaki lain.
Apapun kekuatan sakti yang dipercaya dikandung oleh sebuah badik, badik tetaplah sebuah
benda budaya yang akan meningkatkan identitas diri seseorang, terutama bagi kaum lelaki.
Seperti kata orang Makassar mengenai badik “Teyai bura’ne punna tena ammallaki badik”
(Bukan seorang lelaki jika tidak memiliki badik), begitupun dengan kata orang Bugis “Taniya
ugi narekko de’na punnai kawali" (Bukan seorang Bugis jika tidak memiliki badik).
Menurut pandangan orang Bugis Makassar, setiap jenis badik memiliki kekuatan sakti (gaib).
Kekuatan ini dapat memengaruhi kondisi, keadaan, dan proses kehidupan pemiliknya.
Sejalan dengan itu, terdapat kepercayaan bahwa badik juga mampu menimbulkan
ketenangan, kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran ataupun kemelaratan, kemiskinan
dan penderitaan bagi yang menyimpannya.Sejak ratusan tahun silam, badik dipergunakan
bukan hanya sebagai senjata untuk membela diri dan berburu tetapi juga sebagai identitas diri
dari suatu kelompok etnis atau kebudayaan.
Badik ini tidak hanya terkenal di daerah Makassar saja, tetapi juga terdapat di daerah Bugis
dan Mandar dengan nama dan bentuk berbeda.Secara umum badik terdiri atas tiga bagian,
yakni hulu (gagang) dan bilah (besi), serta sebagai pelengkap adalah warangka atau sarung
badik. Disamping itu, terdapat pula pamor yang dipercaya dapat memengaruhi kehidupan
pemiliknya.Badik Makassar memiliki kale (bilah) yang pipih, battang (perut) buncit dan
tajam serta cappa’ (ujung) yang runcing. Badik yang berbentuk seperti ini disebut Badik Sari.
Badik Sari terdiri atas bagian pangulu (gagang badik), sumpa’ kale (tubuh badik) dan
banoang (sarung badik). Lain Makassar lain pula Bugis, di daerah ini badik disebut dengan
kawali, seperti Kawali Raja (Bone) dan Kawali Rangkong (Luwu).
Badik Taeng memiliki ciri khas memiliki perut yang lebar atau mirip dengan perut buncit,
sementara Panjarungang memiliki perut yang tidak terlalu buncit.
"Kalau bicara badik Makassar maka cuma ada dua jenis yaitu Taeng dengan Panjarungang
dan kedua jenis ini memiliki hubungan sejarah sehingga harus ditempa dari dua tempat yang
berbeda.
Penutup
Kesimpulan yang didapat kan dari makalah ini adalah banyak sekali
senjata adat yang ada di negara kita Indonesia yang salah satunya
badik yang berasal dari Sulawesi selatan kita patut bangga Indonesia
mempunyai senjata yang beragam maka dari itu kita harus
menjaganya untuk penerus bangsa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai