Anda di halaman 1dari 42

BAB III

PEMBAHASAN

A. AKTIVA TETAP

1. Definisi Aktiva Tetap

Aktiva tetap memiliki pengertian yang berbeda-beda tapi pada prinsipnya

pengertian aktiva tetap ini memiliki makna dan tujuan yang sama. Ada beberapa

definisi aktiva tetap yang diungkapkan oleh beberapa para ahli diantaranya:

Menurut Soemarso (2005:20), Aktiva tetap adalah aktiva tetap berwujud

(tangible fixed assets) yang:

1. Masa manfaatnya lebih dari satu tahun;

2. Digunakan dalam kegiatan perusahaan;

3. Dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta;

4. Nilainya cukup besar.

Pengertian aset tetap menurut Dwi Martani, dalam bukunya Akuntansi

Keuangan Menengah Versi IFRS (2012:271). Aset tetap adalah aset berwujud yang:

1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,

untuk diretalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan

2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aktiva tetap

adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam kegiatan perusahaan, tidak

dimaksudkan untuk dijual kembali dan sifatnya relatif permanen atau dapat

digunakan lebih dari satu periode.

Universitas Sumatera Utara


2. Karakteristik Aktiva Tetap

Karakteristik aktiva tetap berwujud menurut Sulistiawan (2006:127-128)

adalah sebagai berikut:

1. Dipergunakan untuk operasional perusahaan dan tidak untuk dijual.

Aktiva tetap yang diperoleh digunakan dalam kegiatan perusahaan, bukan diperjual-

belikan dalam kegiatan normal perusahaan. Karakteristik inilah yang membedakan

aktiva tetap dari persediaan barang atau inventory.

2. Memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi atau satu siklus

operasi normal.

Pada karakteristik ini, dikenal istilah penyusutan dalam aktiva tetap, yaitu alokasi

biaya dari aktiva tetap tersebut dalam jangka waktu pemakaiannya atau umurnya.

3. Memiliki bentuk fisik.

Karakteristik bentuk fisik gunanya untuk membedakan aktiva berwujud dengan

aktiva tidak berwujud.

4. Nilainya material.

Pengeluaran untuk perolehan aset harus merupakan pengeluaran yang nilainya besar

atau material bagi perusahaan tersebut. Dari aspek praktiknya, untuk karakteristik ini

pimpinan perusahaan harus membuat kebijaksanaan keuangan atau akuntansi

mengenai nilai atau jumlah minimum pengeluaran yang dapat dikapitalisasi atau

yang dianggap sebagai pengeluaran barang modal (capital expenditure).

Universitas Sumatera Utara


3. Perolehan Aktiva Tetap

Suatu aktiva tetap berwujud akan dicatat sebesar biaya perolehannya

(historical cost). Yang dimaksud dengan biaya perolehan meliputi setiap biaya yang

dapat diatribusikan secara langsung untuk membuat aktiva tersebut berada dalam

kondisi siap digunakan. Beberapa contoh biaya yang dapat diatribusikan secara

langsung selain nilai beli aktiva tersebut adalah biaya persiapan tempat, biaya

pengiriman, biaya simpan dan bongkar muat, bea impor, PPN masukan yang tidak

boleh direstitusikan, biaya pemasangan, dan biaya profesional. (Sulistiawan

2006:128).

Dedhy Sulistiawan dan Yie Ke Feliana (2006:129-138) menjelaskan bahwa

ada beberapa cara untuk memperoleh aktiva tetap, yaitu:

1. Pembelian secara tunggal

Akuntansi untuk pembelian secara tunggal bersifat sederhana. Contoh apabila

perusahaan membeli tanah, yang termasuk dalam harga perolehan adalah biaya

notaris, biaya balik nama, komisi kepada makelar, dan lain sebagainya.

2. Pembelian secara gabungan (Lump Sum)

Hal ini terjadi jika perusahaan membeli beberapa aktiva berwujud, dengan

satu nilai, misalnya membeli gedung pabrik beserta mesin dan peralatan yang lain

senilai 2 miliar. Hal ini menimbulkan masalah dalam mengalokasikan biaya

perolehan untuk setiap jenis aktiva yang dibeli. Harga perolehan dari masing-masing

aktiva tetap tersebut ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut

berdasarkan perbandigan nilai wajar masing-masing aktiva yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara


3. Pertukaran dengan aktiva non-moneter (Trade In)

Akuntansi untuk pertukaran aktiva non-moneter dibedakan berdasarkan

apakah aktiva yang dipertukarkan sejenis atau tidak. Aktiva sejenis adalah aktiva

serupa yang memiliki fungsi serupa dalam bidang usaha yang sama, sekaligus

dengan nilai wajar yang serupa. Perlakuan akuntansinya dibedakan menjadi tiga,

yaitu:

1) akuntansi untuk pertukaran aktiva yang tidak sejenis (kondisi laba rugi);

2) akuntansi untuk pertukaran aktiva yang sejenis (kondisi rugi);

3) akuntansi untuk pertukaran aktiva yang sejenis (kondisi laba) dengan

diterimanya kas atau tidak.

Tabel 3.1
Akuntansi Pertukaran Aktiva
Jenis pertukaran Akuntansi Alasan

Laba atau rugi diakui saat Proses perolehan

terjadinya pertukaran. penghasilan oleh aktiva

Antara aktiva tidak yang lama telah berakhir,

sejenis sedangkan aktiva yang

baru memiliki fungsi yang

berbeda.

Jika laba akan Proses perolehan


Antara aktiva sejenis –
ditangguhkan penghasilan masih
tidak ada kas yang
(dipotongkan ke dalam berlanjut dengan adanya
diterima
nilai aktiva yang aktiva baru sejenis yang

Universitas Sumatera Utara


diperoleh), namun jika menggantikan aktiva

rugi akan diakui saat lama.

terjadinya pertukaran.

Jika laba akan diakui Proses perolehan hasil

sebagian sesuai proporsi sebagian telah berakhir

nilai kas yang diterima dengan adanya kas yang

Antara aktiva sejenis – dibandingkan dengan total diterima selain aktiva baru

ada kas yang diterima nilai wajar atas aktiva yang sejenis.

yang diterima, namun jika

rugi akan diakui saat

terjadinya pertukaran.

Sumber: Akuntansi Keuangan Menengah 1 (Sulistiawan 2006)

Dedhy Sulistiawan dan Yie Ke Feliana (2006:131) menyatakan bahwa ada 2

jenis akuntansi untuk pertukaran aktiva non-moneter, yaitu:

1) Akuntansi untuk pertukaran aktiva yang tidak sejenis

Aktiva baru yang diperoleh dari pertukaran dengan aktiva tidak sejenis diakui

sebesar nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau nilai wajar aktiva yang diterima

tergantung mana yang lebih andal. Hal tersebut dilakukan dengan memasukkan nilai

kas atau setara kas yang diterima atau dibayarkan. Pertukaran antara aktiva yang

tidak sejenis dapat menghasilkan laba atau rugi

Universitas Sumatera Utara


2) Akuntansi untuk pertukaran aktiva yang sejenis

Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dengan pertukaran aktiva sejenis yang

memiliki masa manfaat serupa, dalam bidang usaha yang sama, serta memiliki fungsi

yang sama dalam perusahaan.

4. Penerbitan saham perusahaan sendiri

Dedhy Sulistiawan (2006:136) menyatakan bahwa jika suatu aktiva tetap

diperoleh dengan penerbitan saham perusahaan maka nilai yang menjadi patokan

transaksi adalah nilai pasar dari saham tersebut, jika perusahaan tersebut go public.

Namun, jika perusahaan tersebut belum go public atau jika nilai pasar dari saham

perusahaan go public tersebut tidak dapat ditetukan, maka nilai wajar dari aktiva

tetap tersebut akan menjadi patokan transaksi. Penentuan nilai wajar dari aktiva

tersebut dapat menggunakan bantuan penilai yang independen. Perolehan aktiva

tetap dengan cara ini umumnya terjadi sebagai salah satu bentuk setoran pemegang

saham ke perusahaan dalam bentuk aktiva tetap, bukan berupa uang tunai.

5. Sumbangan

Kadangkala perusahaan memperoleh aktiva tetapnya dari sumbangan. Jika

konsep biaya historis diterapkan secara ketat, maka aktiva tetap tersebut akan dicatat

dengan nilai nol atau hanya sebesar biaya lain yang terjadi berkaitan dengan aktiva

tetap tersebut (seperti biaya balik nama) yang besarnya tidak mencerminkan nilai

aktiva tetap tersebut secara wajar. Namun, praktik akuntansi yang lazim dan sesuai

dengan PSAK 16 adalah mengakui bahwa aktiva tersebut sebesar nilai wajarnya.

(Sulistiawan 2006:136).

Universitas Sumatera Utara


6. Pembuatan sendiri

Kadangkala perusahaan membuat sendiri aktiva tetapnya, seperti membangun

gedung pabrik sendiri atau merancang dan merakit sendiri mesin produksinya.

Dalam hal ini nilai perolehan aktiva tetap tersebut memasukkan semua biaya yang

terjadi untuk membuat aktiva tetap tersebut dalam kondisi siap untuk digunakan.

Biaya yang dimasukkan meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead,

termasuk biaya tenaga ahli yang digunakan. Biaya abnormal yang terjadi, seperti

biaya bahan baku yang tidak terpakai, tidak boleh dimasukkan dalam nilai perolehan

aktiva tetap tersebut.

Dalam pembuatan sendiri aktiva tetap biasanya membutuhkan dana yang

cukup besar sehingga memerlukan dana tambahan dari pihak ketiga. Biaya atas

pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan aktiva tertentu harus

dikapitalisasikan sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva tetap tersebut. Hal ini

sesuai dengan PSAK 26 Biaya Pinjaman (IAI, 2004). Menurut Sulistiawan

(2006:137-138), untuk menghitung berapa biaya pinjaman yang dapat

dikapitalisasikan harus diperhatikan tiga hal sebagai berikut:

(1) Aktiva yang memenuhi syarat kapitalisasi biaya pinjaman adalah aktiva yang

membutuhkan waktu yang cukup lama agar siap untuk dipergunakan sesuai

dengan tujuannya. Kriteria lamanya yaitu 12 bulan atau lebih.

(2) Periode kapitalisasi adalah periode waktu dengan biaya pinjaman yag dapat

dikapitalisasikan.

Universitas Sumatera Utara


(3) Biaya pinjaman yang dikapitalisasi

a. Jika pinjaman hanya digunakan untuk membangun suatu aktiva, maka

jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi adalah seluruh biaya

pinjaman yang timbul selama peminjaman dana, dikurangi dengan

pendapatan bunga yang diperoleh dari investasi sementara atas dana

pinjaman tersebut yang masih belum digunakan.

b. Jika pinjaman tidak digunakan secara khusus untuk membangun suatu

aktiva, maka jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi ditentukan

dengan mengalikan tingkat kapitalisasi terhadap pengeluaran yang

terjadi untuk membangun aktiva tersebut. Tingkat kapitalisasi dihitung

berdasarkan rata-rata tertimbang dari biaya pinjaman dibagi dengan

jumlah pinjaman dari suatu periode (tidak termasuk jumlah pinjaman

yang digunakan secara khusus untuk membangun aktiva tersebut).

Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi dalam suatu periode tertentu

tidak boleh melebihi biaya pinjaman aktual yang terjadi selama periode

tersebut.

4. Biaya Selama Masa Perolehan Aset Tetap

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) (2011:16:5)

adalah:

“Entitas tidak boleh mengakui biaya perawatan sehari-hari aset tetap sebagai bagian

dari aset bersangkutan. Biaya-biaya ini diakui dalam laba rugi saat terjadinya. Biaya

perawatan sehari-hari (consumables) termasuk di dalamnya suku cadang kecil.

Universitas Sumatera Utara


Pengeluaran-pengeluaran untuk hal tersebut sering disebut biaya pemeliharaan dan

perbaikan aset tetap”.

Pada saat perusahan mengeluarkan uang untuk aset tetap, perusahaan tersebut

harus memutuskan apakah akan melaporkannya sebagai pengeluaran modal (Capital

Expenditure) atau pengeluaran pendapatan (Revenue Expenditure).

Pengeluaran akuntansi terhadap pengeluaran yang berhubungan dengan

perolehan dan penggunaan aset tetap dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Pengeluaran pendapatan (Revenue Expenditure)

Menurut Soemarso (2005:52) bahwa:

“Pegeluaran pendapatan adalah pengeluaran-pengeluaran yang hanya mendatangkan

manfaat untuk tahun dimana pengeluaran tersebut dilakukan. Oleh karena itu,

pengeluaran pendapatan akan dicatat sebagai beban”.

Untuk lebih jelas mengetahui pengeluaran setelah perolehan aset tetap

menurut Soemarso (2005) dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Reparasi (Repairs)

Reparasi adalah perbaikan yang dilakukan terhadap kerusakan aset tetap yang

dimiliki oleh perusahaan agar aset tetap tersebut dapat menjalankan fungsinya. Biaya

reparasi merupakan biaya yang jumlahnya kecil jika reparasinya biasa dan jumlahnya

cukup besar jika reparasi besar. Biaya pemeliharaan reparasi kecil merupakan biaya

yang dikeluarkan untuk memelihara aset agar tetap dalam kondisi yang baik.

Sedangkan biaya reparasi besar yaitu dengan menambah harga perolehan aset tetap,

apabila biaya ini dikeluarkan untuk menaikkan nilai kegunaan aset dan tidak

menambah umurnya.

Universitas Sumatera Utara


Reparasi besar biasanya terjadi selang beberapa tahun, sehingga dapat

dikatakan bahwa manfaat reparasi seperti ini akan dirasakan dalam beberapa periode.

Oleh karena itu, biaya reparasi besar dilakukan dalam periode-periode yang

menerima manfaat.

Ada dua cara untuk mencatat reparasi besar itu, yaitu:

1) Menambah harga perolehan aset tetap, apabila biaya dikeluarkan untuk

menaikkan nilai kegunaan aset dan tidak menambah nilai umurnya.

2) Mengurangi akumulasi depresiasi, apabila biaya dikeluarkan untuk

memperpanjang umur aset tetap dan mungkin juga nilai residunya.

b. Pemeliharaan (Maintenance)

Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aset

agar tetap dala kondisi baik. Contoh pemeliharaan berupa pengecetan gedung.

Pemeliharaan ini merupakan pos-pos biasa dan berulang-ulang serta tidak

meningkatkan atau menambah usianya, dan pengeluaran ini dicatat sebagai biaya.

c. Penggantian

Yang dimaksud dengan penggantian adalah biaya yang dikeluarkan untuk

mengganti aset atau suatu bagian aset dengan unit yang baru yang tipenya sama.

Penggantian seperti ini biasanya terjadi karena aset lama sudah tidak berfungsi

kembali (rusak).

2. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure)

Menurut Soemarso (2005:52) bahwa:

Universitas Sumatera Utara


“Pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai aset

(dikapitalisir). Pengeluaran-pengeluaran yang akan mendatangkan manfaat lebih dari

satu periode akuntansi termasuk dalam kategori ini”.

Pengeluaran modal ini menurut Soemarso (2005) meliputi:

a. Reparasi besar yang tidak menambah umur manfaat aset tetap

Reparasi besar dan mempunyai manfaat selama sisa umur penggunaan, tetapi

tidak menambah umur penggunanya. Pengeluaran ini adalah untuk memperbaiki aset

tetap yang mengalami kerusakan sebagian atau seluruhnya, agar dapat menjalankan

fungsinya kembali dengan mengadakan penggunaan dari bagian-bagian tertentu dari

aset tersebut yang cukup besar.

b. Reparasi besar yang menambah umur manfaat aset tetap

Pengeluaran untuk reparasi ini adalah penggantian dari aset tetap yang

disebabkan karena bagian yang diganti dalam keadaan rusak berat. Pengeluaran ini

memberikan manfaat pada periode operasi diluar periode sekarang juga menambah

umur pengguaan aset tetap yang bersangkutan. Pengeluaran ini tidak dibukukan

sebagai biaya, tetapi dikapitalisasikan dengan mendebet perkiraan akumulasi

penyusutan.

c. Perbaikan

Yang dimaksud dengan perbaikan adalah penggantian suatu aset dengan aset

yang baru untuk memperoleh kegunaan yang lebih besar. Perbaikan yang biayanya

kecil dapat diperlakukan seperti reparasi biasa, tetapi perbaikan yang memakan biaya

yang besar dicatat sebagai aset baru. Aset lama yang diganti dan akumulasi

depresiasinya dihapuskan dari rekening-rekeningnya.

Universitas Sumatera Utara


d. Penambahan (Addition)

Yang dimaksud dengan penambahan adalah memperbesar atau memperluas

fasilitas suatu aset. Apabila alat tambahan itu dipasang menjadi satu dengan mesin

maka biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan memasang alat itu merupakan

suatu penambahan. Biaya-biaya yang timbul dalam penambahan dikapitalisasi

menambah harga perolehan aset dan didepresiasi selama umur ekonomisnya.

e. Penyusunan kembali aset tetap

Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam penyusunan kembali aset atau

perubahan rute produksi, atau untuk mengurangi biaya produksi, jika jumlahnya

cukup berarti dan manfaat penyusunan kembali itu akan dirasakan lebih dari satu

periode akuntansi maka harus dikapitalisasi. Biaya-biaya semacam itu dikapitalisasi

sebagai biaya dibayar dimuka atau beban tangguhan.

5. Penghapusan Aset Tetap

Aset tetap pada dasarnya akan dihapuskan dengan berbagai cara diantaranya

dengan dijual, dipertukarkan dengan aset lain, dijual dalam bentuk rongsokan, dan

lain-lain. Pada saat aset tetap diberhentikan dari pemakaian maka semua rekening

yang berhubungan dengan aset tetap tersebut dihapuskan. Apabila aset tetap itu

dijual maka selisih antara harga jual dengan nilai buku atau nilai residu dicatat

sebagai laba atau rugi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh IAI dalam

Standar Akutansi Keuangan (2007:16:12), yaitu:

Universitas Sumatera Utara


“Laba rugi yang timbul dari penghentian atau pengakuan suatu aset tetap harus

dimasukkan ke dalam laporan laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan

pengakuannya”.

B. PENYUSUTAN

1. Pengertian Penyusutan

Yang dimaksud dengan penyusutan menurut Akuntansi adalah:

“Pengalokasian harga pokok aktiva tetap selama masa penggunaannya”. Atau

dapat juga kita sebut sebagai “biaya yang dibebankan terhadap produksi akibat

penggunaan aktiva tetap itu dalam proses produksi”.

Menurut Dwi Martani, Akuntansi Keuangan Menengah (2012:313):

“Depresiasi adalah metode pengalokasian biaya aset tetap untuk menyusutkan

nilai aset secara sistematis selama periode manfaat dari aset tersebut”.

Terdapat tiga hal yang harus dipertimbangkan suatu entitas dalam

mengalokasikan nilai aset tetap sebagai biaya depresiasi, yaitu:

1. Nilai biaya aset yang didepresiasikan (depreciable asset);

2. Taksiran masa manfaat aset tetap;

3. Metode penyusutan depresiasi yang sesuai.

Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa penyusutan adalah

pengalokasian secara sistematis dari harga perolehan aset tetap sepanjang masa

manfaat aset tersebut.

Universitas Sumatera Utara


2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Aktiva Tetap

Menurut Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya yang berjudul Akuntansi

Aktiva Tetap (2004) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menentukan beban

penyusutan antara lain:

1. Harga Pokok

Harga pokok merupakan hal yang penting dalam menghitung biaya

penyusutan. Mengenai berapa harga pokok aktiva tetap dan hal–hal apa yang

termasuk dalam harga pokok telah dibahas dimuka.

2. Nilai Residu (Residual atau Salvage Value)

Yang dimaksud dengan nilai residu adalah nilai taksiran realisasi (penjualan

melalui kas) aktiva tetap tersebut setelah akhir penggunaannya atau pada saat mana

aktiva tetap itu harus ditarik dari kegiatan produksi. Nilai residu ini tidak mesti harus

ada, bisa saja harga pada saat dibesituakan adalah nihil.

3. Umur Teknis

Yang dimaksud dengan umur teknis adalah taksiran jangka waktu

penggunaan aktiva tetap itu dalam kegiatan produksi. Umur yang dimaksud disini

ada dua yaitu:

a. Umur Fisik

b. Umur Fungsional

Umur fisik berarti berapa lama aktiva tetap itu secara fisik mampu

memberikan sumbangan terhadap kegiatan produksi. Umur fisik dapat berakhir

disebabkan kerusakan, hancur, terbakar, meledak dan lain–lain. Sedangkan umur

fungsional berarti berapa lama aktiva tetap itu mampu untuk memproduksi barang–

Universitas Sumatera Utara


barang yang dapat ditawarkan dan diterima masyarakat. Aset tetap yang secara

teknis/fisik masih berjalan belum tentu dianggap memiliki umur fungsional,

misalnya produk yang dianggap tidak laku atau sudah ketinggalan zaman.

4. Pola Pemakaian

Pola pemakaian aktiva tetap itu dalam kegiatan produksi harus

dipertimbangkan dalam hubungannya dengan pembebanan penyusutan terhadap

produksi.

3. Metode Penyusutan

Menurut Dwi Martani, Sylvia Veronica Nps, Ratna Wardhani, Aria

Farahmita, Edward Tanujaya dalam bukunya Akuntansi Keuangan Menengah

berbasis PSAK (2012:316-320), metode penyusutan dapat dikelompokkan

berdasarkan kriteria berikut:

1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Metode garis lurus merupakan metode yang paling sederhana

mengasumsikan adanya penggunaan yang konstan dari suatu aset selama masa

manfaatnya. Metode ini merupakan metode yang mendasarkan alokasi dari fungsi

waktu penggunaan aset. Berdasarkan metode ini biaya depresiasi dihitung dengan

mengalokasikan nilai aset yang didepresiasikan selama masa manfaat aset secara

sama untuk setiap periodenya. Untuk menghitung biaya depresiasi digunakan rumus

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


C–S
D=

Atau

100%

Dalam persentase = = d%

Keterangan :

D = Beban penyusutan (depreciation)

C = Harga Perolehan Aset

S = Nilai Residu (salvage value)

n = Umur ekonomis (useful life)

Tabel 3.2
Daftar Harga Perolehan dan Nilai Residu Aset Tetap
PT Perkebunan Nusantara IV
Tahun 2014

Umur Harga Perolehan


Nilai Residu
No Jenis Aktiva Manfaat Aset
(S)
(Tahun) (C)

1 Tanaman Menghasilkan 25-50 4.600.924.222.943 3.598.197.942.291

2 Bangunan Rumah 20 497.816.432.114 326.942.255.396

3 Bangunan Perusahaan 20 425.634.071.799 258.863.951.872

4 Mesin – Mesin dan Instalasi 20 1.805.782.994.869 1.019.278.754.109

5 Jalan, Jembatan & Sal. Air 16 818.130.528.246 455.732.965.920

6 Alat – Alat Pengangkutan 5 118.807.780.590 17.910.665.308

7 Alat Pertanian & Inventaris Kecil 5 162.926.475.898 44.727.338.908

8 Persemaian Instalasi 5 5.141.363.239 1.149.347.308


Sumber: PT Perkebunan Nusantara IV, 2014 (Data Diolah)

Universitas Sumatera Utara


Berikut contoh perhitungan metode garis lurus untuk aset Bangunan Rumah

pada PT Perkebunan Nusantara IV:

Diketahui:

C = Rp 497.816.432.114

S = Rp 326.942.255.396

n = 20

Penyelesaian:

C–S
D=
n

Rp 497.816.432.114 - Rp 326.942.255.396
D= = Rp 8.543.708.836
20
Atau

100%
Dalam persentase = =d%
n

100%
Dalam persentase = = 5% x
20
= 5% x (Rp 497.816.432.114 – Rp 326.942.255.396)

= Rp 8.543.708.836

Tabel 3.3
Perhitungan Nilai Buku Aset Bangunan Rumah
Dengan Menggunakan Metode Garis Lurus
Perhitungan metode garis lurus tahun 1: Perhitungan metode garis lurus tahun ke 2:

𝐵𝐵𝐵𝐵1 = C – 𝐷𝐷1 𝐵𝐵𝐵𝐵2 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵1 – 𝐷𝐷2

𝐵𝐵𝐵𝐵1 = 497.816.432.114 – 8.543.708.836 𝐵𝐵𝐵𝐵2 = 489.816.432.114 – 8.543.708.836

Universitas Sumatera Utara


𝐵𝐵𝐵𝐵1 = 489.272.723.278 𝐵𝐵𝐵𝐵2 = 480.729.014.442

Perhitungan metode garis lurus tahun ke 3: Perhitungan metode garis lurus tahun ke 4:

𝐵𝐵𝐵𝐵3 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵2 – 𝐷𝐷3 𝐵𝐵𝐵𝐵4 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵3 – 𝐷𝐷4

𝐵𝐵𝐵𝐵3 = 480.729.014.442 – 8.543.708.836 𝐵𝐵𝐵𝐵4 = 472.185.305.606 – 8.543.708.836

𝐵𝐵𝐵𝐵3 = 472.185.305.606 𝐵𝐵𝐵𝐵4 = 463.641.596.770

Perhitungan metode garis lurus tahun ke 5: Perhitungan metode garis lurus tahun ke 6:

𝐵𝐵𝐵𝐵5 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵4 – 𝐷𝐷5 𝐵𝐵𝐵𝐵6 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵5 – 𝐷𝐷6

𝐵𝐵𝐵𝐵5 = 463.641.596.770 – 8.543.708.836 𝐵𝐵𝐵𝐵6 = 455.097.887.934 – 8.543.708.836

𝐵𝐵𝐵𝐵5 = 455.097.887.934 𝐵𝐵𝐵𝐵6 = 446.554.179.098

Perhitungan metode garis lurus tahun ke 7: Perhitungan metode garis lurus tahun ke 8:

𝐵𝐵𝐵𝐵7 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵6 – 𝐷𝐷7 𝐵𝐵𝐵𝐵8 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵7 – 𝐷𝐷8

𝐵𝐵𝐵𝐵7 = 446.554.179.098 – 8.543.708.836 𝐵𝐵𝐵𝐵8 = 438.010.470.262 – 8.543.708.836

𝐵𝐵𝐵𝐵7 = 438.010.470.262 𝐵𝐵𝐵𝐵8 = 429.466.761.426

Perhitungan metode garis lurus tahun ke 9: Perhitungan metode garis lurus tahun ke 10:

𝐵𝐵𝐵𝐵9 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵8 – 𝐷𝐷9 𝐵𝐵𝐵𝐵10 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵9 – 𝐷𝐷10

𝐵𝐵𝐵𝐵9 = 429.466.761.426 – 8.543.708.836 𝐵𝐵𝐵𝐵10 = 420.923.052.590 – 8.543.708.836

𝐵𝐵𝐵𝐵9 = 420.923.052.590 𝐵𝐵𝐵𝐵10 = 412.379.343.754

Perhitungan metode garis lurus tahun ke 11: Perhitungan metode garis lurus tahun ke 12:

𝐵𝐵𝐵𝐵11 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵10 – 𝐷𝐷11 𝐵𝐵𝐵𝐵12 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵11 – 𝐷𝐷12

𝐵𝐵𝐵𝐵11 = 412.379.343.754 – 8.543.708.836 𝐵𝐵𝐵𝐵12 = 403.835.634.918 – 8.543.708.836

𝐵𝐵𝐵𝐵11 = 403.835.634.918 𝐵𝐵𝐵𝐵12 = 395.291.926.082

Perhitungan metode garis lurus tahun ke 13: Perhitungan metode garis lurus tahun ke 14:

Universitas Sumatera Utara


𝐵𝐵𝐵𝐵13 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵12 – 𝐷𝐷13 𝐵𝐵𝐵𝐵14 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵13 – 𝐷𝐷14

𝐵𝐵𝐵𝐵13 = 395.291.926.082 – 8.543.708.836 𝐵𝐵𝐵𝐵14 = 386.748.217.246 – 8.543.708.836

𝐵𝐵𝐵𝐵13 = 386.748.217.246 𝐵𝐵𝐵𝐵14 = 378.204.508.410

Perhitungan metode garis lurus tahun ke 15: Perhitungan metode garis lurus tahun ke 16:

𝐵𝐵𝐵𝐵15 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵14 – 𝐷𝐷15 𝐵𝐵𝐵𝐵16 = 𝑁𝑁𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵15 – 𝐷𝐷16

𝐵𝐵𝐵𝐵15 = 378.204.508.410 – 8.543.708.836 𝐵𝐵𝐵𝐵16 = 369.660.799.574 – 8.543.708.836

𝐵𝐵𝐵𝐵15 = 369.660.799.574 𝐵𝐵𝐵𝐵16 = 361.117.090.738

Perhitungan metode garis lurus tahun ke 17: Perhitungan metode garis lurus tahun ke 18:

𝐵𝐵𝐵𝐵17 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵16 – 𝐷𝐷17 𝐵𝐵𝐵𝐵18 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵17 – 𝐷𝐷18

𝐵𝐵𝐵𝐵17 = 361.117.090.738 – 8.543.708.836 𝐵𝐵𝐵𝐵18 = 352.573.381.902 – 8.543.708.836

𝐵𝐵𝐵𝐵17 = 352.573.381.902 𝐵𝐵𝐵𝐵18 = 344.029.673.066

Perhitungan metode garis lurus tahun ke 19: Perhitungan metode garis lurus tahun ke 20:

𝐵𝐵𝐵𝐵19 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵18 – 𝐷𝐷19 𝐵𝐵𝐵𝐵20 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵19 – 𝐷𝐷20

𝐵𝐵𝐵𝐵19 = 344.029.673.066 – 8.543.708.836 𝐵𝐵𝐵𝐵20 = 335.485.964.230 – 8.543.708.836

𝐵𝐵𝐵𝐵19 = 335.485.964.230 𝐵𝐵𝐵𝐵20 = 326.942.255.394

Sumber: Hasil Penelitian Penulis, 2014 (Data Diolah)

Tabel 3.4
Daftar Penyusutan dengan Metode Garis Lurus
Akum.
Tahun Harga Pokok Penyusutan Nilai Buku
Penyusutan

0 497.816.432.114 - - 497.816.432.114

1 497.816.432.114 8.543.708.836 8.543.708.836 489.272.723.278

2 497.816.432.114 8.543.708.836 17.087.417.672 480.729.014.442

3 497.816.432.114 8.543.708.836 25.631.126.508 472.185.305.606

Universitas Sumatera Utara


Akum.
Tahun Harga Pokok Penyusutan Nilai Buku
Penyusutan

4 497.816.432.114 8.543.708.836 34.174.835.344 463.641.596.770

5 497.816.432.114 8.543.708.836 42.718.544.180 455.097.887.934

6 497.816.432.114 8.543.708.836 51.262.253.016 446.554.179.098

7 497.816.432.114 8.543.708.836 59.805.961.852 438.010.470.262


8 497.816.432.114 8.543.708.836 68.349.670.688 429.466.761.426

9 497.816.432.114 8.543.708.836 76.893.379.524 420.923.052.590

10 497.816.432.114 8.543.708.836 85.437.088.360 412.379.343.754

11 497.816.432.114 8.543.708.836 93.980.797.196 403.835.634.918

12 497.816.432.114 8.543.708.836 102.524.506.032 395.291.926.082

13 497.816.432.114 8.543.708.836 111.068.214.868 386.748.217.246

14 497.816.432.114 8.543.708.836 119.611.923.704 378.204.508.410

15 497.816.432.114 8.543.708.836 128.155.632.540 369.660.799.574

16 497.816.432.114 8.543.708.836 136.699.341.376 361.117.090.738

17 497.816.432.114 8.543.708.836 145.243.050.212 352.573.381.902

18 497.816.432.114 8.543.708.836 153.786.759.048 344.029.673.066

19 497.816.432.114 8.543.708.836 162.330.467.884 335.485.964.230

20 497.816.432.114 8.543.708.836 170.874.176.720 326.942.255.394


Sumber: Hasil Penelitian Penulis, 2014 (Data Diolah)

Dari hasil perhitungan diatas dengan menggunakan metode garis lurus pada

akhir tahun ke-20 dapat disimpulkan bahwa nilai residunya adalah sebesar Rp

326.942.255.394. Hal ini dapat dilihat pada tabel diatas, dimana penyusutan setiap

tahunnya adalah sebesar Rp 8.543.708.836 dan disusutkan sebanyak 20 tahun

Universitas Sumatera Utara


sehingga nilai akhir (residu) aset bangunan rumah tersebut adalah sebesar

326.942.255.394.

2. Metode Pembebanan Menurun

a) Metode Jumlah Angka Tahun

Metode jumlah angka tahun merupakan metode depresiasi yang dihasilkan

dari penghapusanbukuan yang bersifat menurun dimana biaya depresiasi tahunan

ditentukan dengan mengalikan biaya depresiasi dengan fraksi tahun sebagai tarif

pembebanan depresiasi. Tarif pembebanan depresiasi merupakan rasio dengan

denominatornya adalah jumlah tahun penggunaan aset (misalnya aset dengan masa

manfaat 5 tahun memiliki denominator 15 (5+4+3+2+1) dan numeratornya adalah

jumlah tahun sisa pada awal tahun yang belum didepresiasikan (misalkan pencatatan

beban depresiasi pada akhir tahun ketiga maka numeratornya adalah 3. Fraksi

pengali pada metode ini numerator tersebut akan menurun seiring waktu dan

denominatornya tetap (5/15, 4/15, 3/15. 2/15. 1/15). Untuk menghitung biaya

depresiasi digunakan rumus sebagai berikut:

n+1
xn n = Jumlah perkiraan umur ekonomis

Diketahui:

C = Rp 497.816.432.114

S = Rp 326.942.255.396

n = 20

Universitas Sumatera Utara


Penyelesaian:

20 + 1
Jumlah angka tahun = x 20
2

420
=
20

= 210

Maka besarnya nilai penyusutan dapat dihitung dengan:

umur ekonomis
D= x (harga perolehan – nilai residu)
Jumlah angka tahun

20
D= x (Rp 497.816.432.114 - Rp 326.942.255.396)
210

D = Rp 16.273.731.116

Tabel 3.5
Perhitungan Nilai Buku Aset Bangunan Rumah
Dengan Menggunakan Metode Jumlah Angka Tahun
Perhitungan metode jumlah angka tahun 1: Perhitungan metode jumlah angka tahun 2:

𝐵𝐵𝐵𝐵1 = C - 𝐷𝐷1 𝐵𝐵𝐵𝐵2 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁1 - 𝐷𝐷2

𝐵𝐵𝐵𝐵1 = 497.816.432.114 – 16.273.731.116 𝐵𝐵𝐵𝐵2 = 481.542.700.998 – 15.460.044.560

𝐵𝐵𝐵𝐵1 = 481.542.700.998 𝐵𝐵𝐵𝐵2 = 466.082.656.438

Perhitungan metode jumlah angka tahun 3: Perhitungan metode jumlah angka tahun 4:

𝐵𝐵𝐵𝐵3 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁2 - 𝐷𝐷3 𝐵𝐵𝐵𝐵4 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁3 - 𝐷𝐷4

𝐵𝐵𝐵𝐵3 = 466.082.656.438 – 14.646.358.004 𝐵𝐵𝐵𝐵4 = 451.436.298.433 – 13.832.671.449

𝐵𝐵𝐵𝐵3 = 451.436.298.433 𝐵𝐵𝐵𝐵4 = 437.603.626.985

Universitas Sumatera Utara


Perhitungan metode jumlah angka tahun 5: Perhitungan metode jumlah angka tahun 6:

𝐵𝐵𝐵𝐵5 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁4 - 𝐷𝐷5 𝐵𝐵𝐵𝐵6 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁5 - 𝐷𝐷6

𝐵𝐵𝐵𝐵5 = 437.603.626.985 – 13.018.984.893 𝐵𝐵𝐵𝐵6 = 424.584.642.092 – 12.205.298.337

𝐵𝐵𝐵𝐵5 = 424.584.642.092 𝐵𝐵𝐵𝐵6 = 412.379.343.755

Perhitungan metode jumlah angka tahun 7: Perhitungan metode jumlah angka tahun 8:

𝐵𝐵𝐵𝐵7 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁6 - 𝐷𝐷7 𝐵𝐵𝐵𝐵8 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁7 - 𝐷𝐷8

𝐵𝐵𝐵𝐵7 = 412.379.343.755 – 11.391.611.781 𝐵𝐵𝐵𝐵8 = 400.987.731.974 – 10.577.925.225

𝐵𝐵𝐵𝐵7 = 400.987.731.974 𝐵𝐵𝐵𝐵8 = 390.409.806.748

Perhitungan metode jumlah angka tahun 9: Perhitungan metode jumlah angka tahun 10:

𝐵𝐵𝐵𝐵9 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁8 - 𝐷𝐷9 𝐵𝐵𝐵𝐵10 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁9 - 𝐷𝐷10

𝐵𝐵𝐵𝐵9 = 390.409.806.748 – 9.764.238.670 𝐵𝐵𝐵𝐵10 = 380.645.568.079 – 8.950.552.114

𝐵𝐵𝐵𝐵9 = 380.645.568.079 𝐵𝐵𝐵𝐵10 = 371.695.015.965

Perhitungan metode jumlah angka tahun 11: Perhitungan metode jumlah angka tahun 12:

𝐵𝐵𝐵𝐵11 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁10 - 𝐷𝐷11 𝐵𝐵𝐵𝐵12 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁11 - 𝐷𝐷12

𝐵𝐵𝐵𝐵11 = 371.695.015.965 – 8.136.865.558 𝐵𝐵𝐵𝐵12 = 363.558.150.407 – 7.323.179.002

𝐵𝐵𝐵𝐵11 = 363.558.150.407 𝐵𝐵𝐵𝐵12 = 356.234.971.405

Perhitungan metode jumlah angka tahun 13: Perhitungan metode jumlah angka tahun 14:

𝐵𝐵𝐵𝐵13 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁12 - 𝐷𝐷13 𝐵𝐵𝐵𝐵14 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁13 - 𝐷𝐷14

𝐵𝐵𝐵𝐵13 = 356.234.971.405 – 6.509.492.446 𝐵𝐵𝐵𝐵14 = 349.725.478.958 – 5.695.805.891

𝐵𝐵𝐵𝐵13 = 349.725.478.958 𝐵𝐵𝐵𝐵14 = 344.029.673.068

Perhitungan metode jumlah angka tahun 15: Perhitungan metode jumlah angka tahun 16:

𝐵𝐵𝐵𝐵15 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁14 - 𝐷𝐷15 𝐵𝐵𝐵𝐵16 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁15 - 𝐷𝐷16

Universitas Sumatera Utara


𝐵𝐵𝐵𝐵15 = 344.029.673.068 – 4.882.119.335 𝐵𝐵𝐵𝐵16 = 339.147.553.733 – 4.068.432.779

𝐵𝐵𝐵𝐵15 = 339.147.553.733 𝐵𝐵𝐵𝐵16 = 335.079.120.954

Perhitungan metode jumlah angka tahun 17: Perhitungan metode jumlah angka tahun 18:

𝐵𝐵𝐵𝐵17 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁16 - 𝐷𝐷17 𝐵𝐵𝐵𝐵18 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁17 - 𝐷𝐷18

𝐵𝐵𝐵𝐵17 = 335.079.120.954 – 3.254.746.223 𝐵𝐵𝐵𝐵18 = 331.824.374.731 – 2.441.059.667

𝐵𝐵𝐵𝐵17 = 331.824.374.731 𝐵𝐵𝐵𝐵18 = 329.383.315.063

Perhitungan metode jumlah angka tahun 19: Perhitungan metode jumlah angka tahun 20:

𝐵𝐵𝐵𝐵19 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁18 - 𝐷𝐷19 𝐵𝐵𝐵𝐵20 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁19 - 𝐷𝐷20

𝐵𝐵𝐵𝐵19 = 329.383.315.063 – 1.627.373.112 𝐵𝐵𝐵𝐵20 = 327.755.941.952 – 813.868.556

𝐵𝐵𝐵𝐵19 = 327.755.941.952 𝐵𝐵𝐵𝐵20 = 326.942.255.396

Sumber: Hasil Penelitian Penulis, 2014 (Data Diolah)

Tabel 3.6
Daftar penyusutan dengan metode jumlah angka tahun
Akum.
Tahun Penyusutan Nilai Buku
Penyusutan
0 - - 497.816.432.114
1 20/210 x Rp 170.874.176.718 = Rp 16.273.731.116 16.273.731.116 481.542.700.998

2 19/210 x Rp 170.874.176.718 = Rp 15.460.044.560 31.733.775.676 466.082.656.438

3 18/210 x Rp 170.874.176.718 = Rp 14.646.358.004 46.380.133.681 451.436.298.433

4 17/210 x Rp 170.874.176.718 = Rp 13.832.671.449 60.212.805.129 437.603.626.985

5 16/210 x Rp 170.874.176.718 = Rp 13.018.984.893 73.231.790.022 424.584.642.092

6 15/210 x Rp 170.874.176.718 = Rp 12.205.298.337 85.437.088.359 412.379.343.755

7 14/210 x Rp 170.874.176.718 = Rp 11.391.611.781 96.828.700.140 400.987.731.974

8 13/210 x Rp 170.874.176.718 = Rp 10.577.925.225 107.406.625.366 390.409.806.748

Universitas Sumatera Utara


Akum.
Tahun Penyusutan Nilai Buku
Penyusutan
9 12/210 x Rp 170.874.176.718 = Rp 9.764.238.670 117.170.864.035 380.645.568.079

10 11/210 x Rp 170.874.176.718 = Rp 8.950.552.114 126.121.416.149 371.695.015.965

11 10/210 x Rp 170.874.176.718 = Rp 8.136.865.558 134.258.281.707 363.558.150.407

12 9/210 x Rp 170.874.176.718 = Rp 7.323.179.002 141.581.460.709 356.234.971.405

13 8/210 x Rp 170.874.176.718 = Rp 6.509.492.446 148.090.953.156 349.725.478.958

14 7/210 x Rp 170.874.176.718 = Rp 5.695.805.891 153.786.759.046 344.029.673.068

15 6/210 x Rp 170.874.176.718 = Rp 4.882.119.335 158.668.878.381 339.147.553.733

16 5/210 x Rp 170.874.176.718 = Rp 4.068.432.779 162.737.311.160 335.079.120.954

17 4/210 x Rp 170.874.176.718 = Rp 3.254.746.223 165.992.057.383 331.824.374.731

18 3/210 x Rp 170.874.176.718 = Rp 2.441.059.667 168.433.117.051 329.383.315.063

19 2/210 x Rp 170.874.176.718 = Rp 1.627.373.112 170.060.490.162 327.755.941.952

20 1/210 x Rp 170.874.176.718 = Rp 813.868.556 170.874.176.718 326.942.255.396


Sumber: Hasil Penelitian Penulis, 2014 (Data Diolah)

Dari hasil perhitungan diatas dengan menggunakan metode jumlah angka tahun pada

akhir tahun ke-20 dapat disimpulkan bahwa nilai residunya adalah sebesar Rp

326.942.255.396. Pada metode ini, nilai residu pada metode garis lurus dan metode

jumlah angka tahun sama. Hal ini dapat dilihat pada tabel diatas, dimana penyusutan

setiap tahunnya adalah sebesar Rp 8.543.708.836 dan disusutkan hingga 20 tahun

sehingga nilai akhir (residu) aset bangunan rumah tersebut adalah sebesar

326.942.255.396.

Universitas Sumatera Utara


b) Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)

Metode saldo menurun merupakan metode yang membebankan depresiasi

dengan nilai yang lebih tinggi pada awal periode dan secara gradual akan berkurang

pada tahun–tahun selanjutnya. Dalam metode ini beban penyusutan dihitung dengan

persentase tertentu yang dihitung melalui rumus tertentu dan dikalikan dengan nilai

buku. Oleh karena itu beban penyusutan semakin lama semakin mengecil.

Filosofinya sama dengan metode jumlah angka tahun. Untuk menghitung biaya

depresiasi digunakan rumus sebagai berikut:

𝑛𝑛 r=
r = 1 - √ 𝑆𝑆 ∶ 𝐶𝐶
r = persentase penyusutan (rate)

Diketahui:

C = Rp 497.816.432.114

S = Rp 326.942.255.396

n = 20

Penyelesaian:

r = 1 - 20�𝑅𝑅𝑅𝑅 326.942.255.396 ∶ 𝑅𝑅𝑅𝑅 497.816.432.114

20
r = 1 - �0,656752639

r = 1 – 0,979197039

r = 0,020802961

r = 2% (dibulatkan menjadi 2%)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.7
Perhitungan Nilai Buku Aset Bangunan Rumah
Dengan Menggunakan Metode Saldo Menurun
Perhitungan metode saldo menurun tahun 1: Perhitungan metode saldo menurun tahun ke-2:

𝐵𝐵𝐵𝐵1 = C - 𝐷𝐷1 𝐵𝐵𝐵𝐵2 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁1 - 𝐷𝐷2

𝐵𝐵𝐵𝐵1 = 497.816.432.114 – 9.956.328.642 𝐵𝐵𝐵𝐵2 = 487.860.103.472 – 9.757.202.069

𝐵𝐵𝐵𝐵1 = 487.860.103.472 𝐵𝐵𝐵𝐵2 = 478.102.901.402

Perhitungan metode saldo menurun tahun ke-3: Perhitungan metode saldo menurun tahun ke-4:

𝐵𝐵𝐵𝐵3 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁2 - 𝐷𝐷3 𝐵𝐵𝐵𝐵4 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁3 - 𝐷𝐷4

𝐵𝐵𝐵𝐵3 = 478.102.901.402 – 9.562.058.028 𝐵𝐵𝐵𝐵4 = 468.540.843.374 – 9.370.816.867

𝐵𝐵𝐵𝐵3 = 468.540.843.374 𝐵𝐵𝐵𝐵4 = 459.170.026.507

Perhitungan metode saldo menurun tahun ke-5: Perhitungan metode saldo menurun tahun ke-6:

𝐵𝐵𝐵𝐵5 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁4 - 𝐷𝐷5 𝐵𝐵𝐵𝐵6 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁5 - 𝐷𝐷6

𝐵𝐵𝐵𝐵5 = 459.170.026.507 – 9.183.400.530 𝐵𝐵𝐵𝐵6 = 449.986.625.977 – 8.999.732.520

𝐵𝐵𝐵𝐵5 = 449.986.625.977 𝐵𝐵𝐵𝐵6 = 440.986.893.457

Perhitungan metode saldo menurun tahun ke-7: Perhitungan metode saldo menurun tahun ke-8:

𝐵𝐵𝐵𝐵7 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁6 - 𝐷𝐷7 𝐵𝐵𝐵𝐵8 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁7 - 𝐷𝐷8

𝐵𝐵𝐵𝐵7 = 440.986.893.457 – 8.819.737.869 𝐵𝐵𝐵𝐵8 = 432.167.155.588 – 8.643.343.112

𝐵𝐵𝐵𝐵7 = 432.167.155.588 𝐵𝐵𝐵𝐵8 = 423.523.812.476

Perhitungan metode saldo menurun tahun ke-9: Perhitungan metode saldo menurun tahun ke-

𝐵𝐵𝐵𝐵9 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁8 - 𝐷𝐷9 10:

𝐵𝐵𝐵𝐵9 = 423.523.812.476 – 8.470.476.250 𝐵𝐵𝐵𝐵10 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁9 - 𝐷𝐷10

𝐵𝐵𝐵𝐵9 = 415.053.336.227 𝐵𝐵𝐵𝐵10 = 415.053.336.227 – 8.301.066.725

𝐵𝐵𝐵𝐵10 = 406.752.269.502

Universitas Sumatera Utara


Perhitungan metode saldo menurun tahun ke- Perhitungan metode saldo menurun tahun ke-

11: 12:

𝐵𝐵𝐵𝐵11 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁10 - 𝐷𝐷11 𝐵𝐵𝐵𝐵12 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁11 - 𝐷𝐷12

𝐵𝐵𝐵𝐵11 = 406.752.269.502 – 8.135.045.390 𝐵𝐵𝐵𝐵12 = 398.617.224.112 – 7.972.344.482

𝐵𝐵𝐵𝐵11 = 398.617.224.112 𝐵𝐵𝐵𝐵12 = 390.644.879.630

Perhitungan metode saldo menurun tahun ke- Perhitungan metode saldo menurun tahun ke-

13: 14:

𝐵𝐵𝐵𝐵13 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁12 - 𝐷𝐷13 𝐵𝐵𝐵𝐵14 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁13 - 𝐷𝐷14

𝐵𝐵𝐵𝐵13 = 390.644.879.630 – 7.812.897.593 𝐵𝐵𝐵𝐵14 = 382.831.982.037 – 7.656.639.641

𝐵𝐵𝐵𝐵13 = 382.831.982.037 𝐵𝐵𝐵𝐵14 = 375.175.342.397

Perhitungan metode jumlah angka tahun ke-15: Perhitungan metode jumlah angka tahun ke-16:

𝐵𝐵𝐵𝐵15 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁14 - 𝐷𝐷15 𝐵𝐵𝐵𝐵16 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁15 - 𝐷𝐷16

𝐵𝐵𝐵𝐵15 = 375.175.342.397 – 7.503.506.848 𝐵𝐵𝐵𝐵16 = 367.671.835.549 – 7.353.436.711

𝐵𝐵𝐵𝐵15 = 367.671.835.549 𝐵𝐵𝐵𝐵16 = 360.318.398.838

Perhitungan metode saldo menurun tahun ke- Perhitungan metode saldo menurun tahun ke-

17: 18:

𝐵𝐵𝐵𝐵17 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁16 - 𝐷𝐷17 𝐵𝐵𝐵𝐵18 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁17 - 𝐷𝐷18

𝐵𝐵𝐵𝐵17 = 360.318.398.838 – 7.206.367.977 𝐵𝐵𝐵𝐵18 = 353.112.030.861 – 7.062.240.617

𝐵𝐵𝐵𝐵17 = 353.112.030.861 𝐵𝐵𝐵𝐵18 = 346.049.790.244

Perhitungan metode saldo menurun tahun ke- Perhitungan metode saldo menurun tahun ke-

19: 20:

𝐵𝐵𝐵𝐵19 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁18 - 𝐷𝐷19 𝐵𝐵𝐵𝐵20 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁19 - 𝐷𝐷20

Universitas Sumatera Utara


𝐵𝐵𝐵𝐵19 = 346.049.790.244 – 6.920.995.805 𝐵𝐵𝐵𝐵20 = 339.128.794.439 – 6.782.575.889

𝐵𝐵𝐵𝐵19 = 339.128.794.439 𝐵𝐵𝐵𝐵20 = 332.346.218.550

Sumber: Hasil Penelitian Penulis, 2014 (Data Diolah)

Tabel 3.8
Daftar Penyusutan dengan Metode Saldo Menurun
Persentase Beban Akum.
Tahun Nilai Buku
Peny. Penyusutan Penyusutan
0 - - - 497.816.432.114

1 2% 9.956.328.642 9.956.328.642 487.860.103.472

2 2% 9.757.202.069 497.617.305.541 478.102.901.402

3 2% 9.562.058.028 507.179.363.569 468.540.843.374

4 2% 9.370.816.867 516.550.180.437 459.170.026.507

5 2% 9.183.400.530 525.733.580.967 449.986.625.977

6 2% 8.999.732.520 534.733.313.486 440.986.893.457

7 2% 8.819.737.869 543.553.051.355 432.167.155.588

8 2% 8.643.343.112 552.196.394.467 423.523.812.476

9 2% 8.470.476.250 560.666.870.717 415.053.336.227

10 2% 8.301.066.725 568.967.937.441 406.752.269.502

11 2% 8.135.045.390 577.102.982.831 398.617.224.112

12 2% 7.972.344.482 585.075.327.314 390.644.879.630

13 2% 7.812.897.593 592.888.224.906 382.831.982.037

14 2% 7.656.639.641 600.544.864.547 375.175.342.397

15 2% 7.503.506.848 608.048.371.395 367.671.835.549

16 2% 7.353.436.711 615.401.808.106 360.318.398.838

Universitas Sumatera Utara


Persentase Beban Akum.
Tahun Nilai Buku
Peny. Penyusutan Penyusutan
17 2% 7.206.367.977 622.608.176.083 353.112.030.861

18 2% 7.062.240.617 629.670.416.700 346.049.790.244

19 2% 6.920.995.805 636.591.412.505 339.128.794.439

20 2% 6.782.575.889 643.373.988.393 332.346.218.550


Sumber: Hasil Penelitian Penulis, 2014 (Data Diolah)

Dari hasil perhitungan diatas dengan menggunakan metode saldo menurun pada

akhir tahun ke-20 dapat disimpulkan bahwa nilai residunya adalah sebesar Rp

332.346.218.550 Berbeda dengan metode garis lurus dan metode jumlah angka tahun

yang hasilnya sama. Hal ini dikarenakan persentase penyusutan sebesar 0,020802961

dibulatkan menjadi 2% sehingga menghasilkan jumlah yang berbeda dengan metode

sebelumnya.

C. EVALUASI DAN PEMBAHASAN

1. Pembahasan Metode Penyusutan Aktiva Tetap PTPN IV

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PTPN IV mengenai

penyusutan aktiva tetap yang diterapkan oleh perusahaan dapat disimpulkan bahwa

penyusutan aktiva tetap yang diterapkan oleh PTPN IV adalah menggunakan metode

garis lurus. Hal ini disebabkan karena cara perhitungannya yang begitu sederhana

(tidak rumit) dan lebih menguntungkan. Penggunaan metode penyusutan garis lurus

pada aktiva tetap yang dimiliki PTPN IV dapat dikatakan tepat dikarenakan

memenuhi kriteria.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.9
Penyusutan Aktiva Tetap PT Perkebunan Nusantara IV
Tahun 2014
Masa Beban
Jenis Aktiva Harga Perolehan Tarif
Manfaat Penyusutan
Bangunan Rumah 20 497.816.432.114 5% 8.543.708.836
Bangunan Perusahaan 20 425.634.071.799 5% 12.943.197.594
Mesin-Mesin dan Instalasi 20 1.805.782.994.869 5% 50.963.937.705
Jalan, Jembatan dan Sal. Air 16 818.130.528.246 6,25% 28.483.310.370
Alat-Alat Pengangkutan 5 118.807.780.590 25% 3.582.131.062
Alat Pertanian & Inventaris Kecil 5 162.926.475.898 25% 8.945.467.782
Persemaian Instalasi 5 5.141.363.239 25% 229.869.462
Jumlah 3.834.239.646.755 113.691.622.810
Sumber: data perusahaan (Diolah kembali)
Berdasarkan laporan penyusutan aktiva tetap diatas dapat dilihat bahwa pada

PTPN IV menggunakan metode garis lurus untuk setiap aset tetap yang dimiliki

dalam perusahaan.

Metode penyusutan yang sebaiknya diterapkan sesuai PSAK No. 16 untuk

jenis aktiva alat berat, kendaraan proyek dan kendaraan kantor adalah menggunakan

metode penyusutan saldo menurun berganda. Sehingga berkurangnya jumlah

penyusutan pada tahun-tahun berikutnya dalam metode ini akan diimbangi dengan

peningkatan beban pemeliharaan dan perbaikan.

Berdasarkan PSAK No. 16 menyatakan bahwa apabila terjadi perubahan

yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari

aset tersebut, maka metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan

pola tersebut. Oleh karena itu, untuk PT Perkebunan Nusantara IV sebaiknya

mengubah metode penyusutan jenis aktiva alat berat, kendaraan proyek dan

kendaraan kantor dengan menggunakan metode penyusutan saldo menurun

berganda.

Universitas Sumatera Utara


2. Perbandingan Metode Penyusutan yang Diterapkan Perusahaan

dengan Beberapa Metode Penyusutan Alternatif yang Umum

Digunakan

Metode yang diterapkan PTPN IV adalah metode garis lurus dan metode

jumlah angka tahun. Dengan menggunakan metode ini, PTPN IV akan mendapatkan

biaya penyusutan aktiva tetap sebagai berikut:

Tabel 3.10
Alokasi Biaya Penyusutan Metode Garis Lurus
Tahun 2014
No Nama Aktiva Biaya Penyusutan Tahun 2014
1 Bangunan Rumah Rp 8.543.708.836
2 Bangunan Perusahaan Rp 12.943.197.594
3 Mesin-Mesin dan Instalasi Rp 50.963.937.705
4 Jalan, Jembatan dan Sal. Air Rp 28.483.310.370
5 Alat-Alat Pengangkutan Rp 3.582.131.061
6 Alat Pertanian & Inventaris Kecil Rp 8.945.467.782
7 Persemaian Instalasi Rp 229.869.462
Jumlah 113.691.622.810
Sumber: data perusahaan (Diolah kembali)

Sebagai perbandingan dan penganalisisan, dibawah ini disajikan perhitungan

beban penyusutan dengan beberapa metode penyusutan yang umum dan diakui

Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

2.1. Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method)

Dalam metode ini, beban penyusutan diperoleh dengan mengalikan tarif

penyusutan dengan nilai perolehan tahun pertama dan dengan nilai buku tahun-tahun

selanjutnya dan menghasilkan beban penyusutan yang makin menurun tiap tahunnya

selama umur ekonomis aktiva tetap tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Tarif= 2 x tarif Penyusutan Metode Garis Lurus

Jadi biaya penyusutan untuk aktiva tetap dengan metode saldo menurun

ganda adalah sebagai berikut:

Tabel 3.11
Alokasi Biaya Penyusutan Metode Saldo Menurun Ganda
Tahun 2014
No Nama Aktiva Biaya Penyusutan Tahun 2014
1 Bangunan Rumah Rp 17.087.417.672
2 Bangunan Perusahaan Rp 25.886.395.188
3 Mesin-Mesin dan Instalasi Rp 101.927.875.410
4 Jalan, Jembatan dan Sal. Air Rp 56.966.620.740
5 Alat-Alat Pengangkutan Rp 7.164.262.122
6 Alat Pertanian & Inventaris Kecil Rp 17.890.935.564
7 Persemaian Instalasi Rp 459.738.924
Jumlah Rp 227.383.245.620
Sumber: data perusahaan (Diolah kembali)

Perhitungan:

1. Bangunan Rumah

Tahun 2014 = 10% x Nilai Buku

= 10% x Rp 170.874.176.718

= Rp 17.087.417.672

2. Bangunan Perusahaan

Tahun 2014 = 10% x Nilai Buku

= 10% x Rp 258.863.951.880

= Rp 25.886.395.188

3. Mesin-Mesin dan Instalasi

Tahun 2014 = 10% x Nilai Buku

= 10% x Rp 1.019.278.754.100

Universitas Sumatera Utara


= Rp 101.927.875.410

4. Jalan, Jembatan dan Sal. Air

Tahun 2014 = 6,25% x Nilai Buku

= 6,25% x Rp 91.146.593.184

= Rp 56.966.620.740

5. Alat-Alat Pengangkutan

Tahun 2014 = 20% x Nilai Buku

= 20% x Rp 3.582.131.061

= Rp 7.164.262.122

6. Alat Pertanian

Tahun 2014 = 20% x Nilai Buku

= 20% x Rp 8.945.467.782

= Rp 17.890.935.924

7. Persemaian Instalasi

Tahun 2014 = 20% x Nilai Buku

= 20% x Rp 229.869.462

= Rp 459.738.924

2.2. Metode Jumlah Angka Tahun

Besarnya biaya penyusutan dengan menggunakan metode ini adalah dengan

mengalikan rate dengan selisih harga perolehan dengan nilai residu. Rate per tahun

diperoleh dengan menjumlahkan seluruh umur ekonomis suatu aktiva tetap.

Dengan data-data yang diperoleh dari PTPN IV, maka rate per tahun aktiva

tetap adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Umur ekonomis aktiva tetap bangunan = 20 Tahun

Akumulasi tahun = (1+2+3+......+20) = 210

Rate tahun ke 1 = 20/210

Rate tahun ke 2 = 19/210, dan seterusnya.

Dengan metode ini biaya penyusutan tiap tahun selalu menurun karena rate

yang semakin kecil jadi biaya penyusutan aktiva tetap adalah sebagai berikut:

Tabel 3.12
Alokasi Biaya Penyusutan Metode Jumlah Angka Tahun
Tahun 2014
No Nama Aktiva Biaya Penyusutan Tahun 2014
1 Bangunan Rumah Rp 16.273.731.116
2 Bangunan Perusahaan Rp 15.882.868.564
3 Mesin-Mesin dan Instalasi Rp 74.905.165.787
4 Jalan, Jembatan dan Sal. Air Rp 42.635.007.332
5 Alat-Alat Pengangkutan Rp 33.632.371.761
6 Alat Pertanian & Inventaris Kecil Rp 39.399.712.330
7 Persemaian Instalasi Rp 1.330.671.977
Jumlah Rp 224.059.528.867
Sumber: data perusahaan (Diolah kembali)

Perhitungan:

1. Bangunan Rumah

Tahun 2014 = 19/210 x Rp 151.328.000.777 = Rp 16.273.731.116

2. Bangunan Perusahaan

Tahun 2014 = 19/210 x Rp 146.381.446.627 = Rp 15.882.863.564

3. Mesin-mesin dan Instalasi

Tahun 2014 = 19/210 x Rp 696.160.464.252 = Rp 74.905.165.787

4. Jalan, Jembatan & Sal Air

Tahun 2014 = 15/136 x Rp 289.282.334.691 = Rp 42.635.007.332

Universitas Sumatera Utara


5. Alat-Alat Pengangkutan

Tahun 2014 = 4/15 x Rp 98.016.634.854 = Rp 33.632.371.761

6. Alat Pertanian

Tahun 2014 = 4/15 x Rp 105.582.599.758 = Rp 39.399.712.330

7. Persemaian Instalasi

Tahun 2014 = 4/15 x Rp 3.477.566.426 = Rp 1.330.671.977

3. Pengaruh Pemilihan Metode Penyusutan Terhadap Laba Kotor

Perusahaan

Untuk biaya penyusutan yang dibebankan sebagai biaya operasional,

besarnya biaya penyusutan aktiva tetap akan mempengaruhi besarnya laba yang

diperoleh perusahaan, sedangkan untuk biaya penyusutan yang dibebankan sebagai

biaya produksi tidak langsung, besarnya biaya penyusutan aktiva tetap akan

mempengaruhi besarnya laba kotor yang diterima oleh perusahaan. Dengan kata lain,

metode penyusutan yang diterapkan perusahaan mempunyai pengaruh terhadap

besarnya laba (laba kotor) yang diperoleh perusahaan selama umur ekonomis dari

aktiva tetap tersebut.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam pembahasan tugas akhir ini,

peneliti hanya akan membahas penyusutan aktiva tetap yang digunakan dalam

kegiatan operasional saja. Oleh karena itu, peneliti hanya akan membahas biaya

penyusutan yang dibebankan sebagai biaya operasional tidak langsung dan

Universitas Sumatera Utara


pengaruhnya terhadap laba kotor yang akan diperoleh PTPN IV. Laba kotor selama

tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.13
Laba Kotor PT Perkebunan Nusantara IV
Metode Penyusutan yang Digunakan adalah Metode Garis Lurus
Tahun 2014
Pendapatan 6.213.939.790.677
Beban Usaha 1.373.722.080.127
Laba/Rugi Kotor 4.840.217.710.550
Sumber: data perusahaan (Diolah kembali)

Tabel 3.14
Laba Kotor PT Perkebunan Nusantara IV
Metode Penyusutan yang Digunakan adalah Metode Saldo Menurun Berganda
Tahun 2014
Pendapatan 6.213.939.790.677
Beban Usaha 1.487.413.702.937
Laba/Rugi Kotor 4.726.526.087.740
Sumber: data perusahaan (Diolah kembali)

Tabel 3.15
Laba Kotor PT Perkebunan Nusantara IV
Metode Penyusutan yang Digunakan adalah Metode Jumlah Angka Tahun
Tahun 2014
Pendapatan 6.213.939.790.677
Beban Usaha 1.484.089.986.184
Laba/Rugi Kotor 4.729.849.804.493
Sumber: data perusahaan (Diolah kembali)

Universitas Sumatera Utara


4. Perbandingan Besarnya Laba Usaha Antara Metode Garis Lurus

dengan Metode Alternatif

Perbandingan laba kotor yang diperoleh dengan metode penyusutan yang

diterapkan perusahaan dengan laba kotor yang menggunakan metode penyusutan

alternatif yang umumnya digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.16
Laba Kotor PT Perkebunan Nusantara IV
Metode Penyusutan yang Digunakan adalah Metode Jumlah Angka
Beban Penyusutan Laba Usaha Tahun
Metode penyusutan
Tahun 2014 2014

Garis Lurus 123.474.928.155 4.830.434.405.205

Saldo Menurun Ganda 246.949.856.310 4.706.959.477.050

Jumlah Angka Tahun 224.059.523.867 4.729.849.809.493


Sumber: data perusahaan (Diolah kembali)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa laba usaha dengan menggunakan

metode garis lurus pada PTPN IV lebih menguntungkan dibandingkan dengan

metode penyusutan saldo menurun ganda dan jumlah angka tahun. Dari laporan laba

kotor diatas selisih antara metode penyusutan garis lurus dan metode penyusutan

saldo menurun ganda adalah sebesar Rp 123.474.928.155, dan selisih antara metode

penyusutan garis lurus dan metode penyusutan jumlah angka tahun adalah sebesar

Rp 100.584.595.712.

Perbandingan ini dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh

penggunaan metode penyusutan aktiva tetap yang berbeda terhadap laba kotor yang

diperoleh perusahaan setiap tahunnya. Persentase pengaruh penggunaan metode

penyusutan aktiva tetap terhadap laba perusahaan dapat dilihat dengan cara:

Universitas Sumatera Utara


Laba metode penyusutan standar – Laba metode penyusutan alternatif
P=
Laba metode penyusutan standar

Besarnya rasio biaya penyusutan aktiva tetap terhadap laba kotor perusahaan adalah

sebagai berikut:

1) Metode penyusutan saldo menurun ganda

Rp 4.830.434.405.205 - Rp 4.706.959.477.050
P= x 100% = 2%
Rp 4.830.434.405.205

2) Metode Jumlah Angka Tahun

Rp 4.830.434.405.205 - Rp Rp 4.729.849.809.493
P= x 100% = 2%
Rp 4.830.434.405.205

Pada Tabel 3.17 disajikan selisih laba dalam persentase (%) antara metode

penyusutan garis lurus dengan metode saldo menurun ganda dan metode penyusutan

jumlah angka tahun:

Tabel 3.17
Daftar Selisih Lebih Laba Usaha Antara Metode Garis lurus dengan Metode
Alternatif
Metode Penyusutan Tahun 2014

Metode saldo menurun ganda 2%

Metode jumlah angka tahun 2%

Sumber: data perusahaan (Diolah kembali)

Pada umumnya, hampir semua perusahaan menggunakan metode penyusutan

garis lurus. Hal ini disebabkan karena proses perhitungan penyusutan aset tersebut

sangat sederhana dan tidak rumit. Contoh perhitungan metode penyusutan garis lurus

Universitas Sumatera Utara


bisa dilihat pada (Tabel 3.4). Alasan lain yang menyebabkan suatu entitas

memutuskan memakai metode garis lurus pada perusahaannya adalah laba kotor

yang memberikan keuntungan pada perusahaan tersebut dibandingkan metode

penyusutan lainnya.

Untuk keperluan interpretasi hasil perhitungan, peneliti mengklasifikasikan

hubungan antara metode penyusutan dengan laba perusahaan secara umum dengan

kriteria sebagai berikut:

0% - 10% = Tidak berpengaruh secara signifikan terhadap laba kotor

11% - 14% = Cukup berpengaruh secara signifikan terhadap laba kotor

>15% = Sangat berpengaruh secara signifikan terhadap laba kotor

Berdasarkan perhitungan persentase diatas pada tahun 2014 menunjukkan

bahwa hasil perhitungan tersebut berada pada kriteria yang telah ditetapkan peneliti

yaitu 0% - 10%, sehingga peneliti menarik kesimpulan bahwa metode penyusutan

aktiva tetap yang berbeda tidak berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya laba

kotor jangka pendek.

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan diatas menunjukkan bahwa

penerapan beberapa metode penyusutan aktiva tetap pada perusahaan ini tidak

berpengaruh secara signifikan. Hal ini ditujukan bahwa penggunaan metode garis

lurus hanya lebih tinggi 2% dibandingkan dengan metode menurun berganda dengan

kenaikan sebesar 2% dibandingkan dengan metode jumlah angka tahun. (tabel 3.17).

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan penelitian dan pembelajaran pada PT Perkebunan

Nusantara IV, ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Penyusutan aktiva tetap pada PTPN IV dilakukan selama umur ekonomis

(masa manfaat) aktiva tetap dengan menggunakan metode garis lurus

(straight line method).

2. Besarnya beban penyusutan aktiva tetap berpengaruh terhadap besar kecilnya

laba usaha yang diperoleh perusahaan. Laba usaha menurut metode garis

luruh tahun 2014 secara kumulatif lebih tinggi dibandingkan dengan laba

usaha menurut metode penyusutan saldo menurun ganda dan metode

penyusutan jumlah angka tahun. Hal ini terjadi karena selama tahun tersebut

metode penyusutan garis lurus membebankan biaya penyusutan yang relatif

besar pada tahun tersebut.

B. Saran

Dari pembahasan diatas, maka penulis mecoba memberikan saran yang

kiranya bermanfaat bagi PT Perkebunan Nusantara IV sebagai berikut :

1. Dalam hal penggunaan metode penyusutan hendaknya perusahaan

menggunakan metode penyusutan yang berbeda seperti metode saldo

menurun, karena metode garis lurus ini lebih tepat untuk aktiva tetap yang

Universitas Sumatera Utara


2. kerusakannya lebih disebabkan oleh waktu bukan oleh penggunaan seperti

gedung atau bangunan.

3. Perusahaan diharapkan dapat mempertahankan dan mengembangkan

kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan yang berhubungan dengan metode

penyusutan aktiva tetap secara konsisten dan sesuai dengan Standar

Akuntansi Keuangan yang berlaku saat ini.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai