PENDIDIKAN PANCASILA
Disusun oleh :
Nama : ALFIAN ZIZI FAUZI
NIM : 2123736296
Kelas : 2B
1. Sejarah Hari Lahir Pancasila
Sejarah Hari Lahir Pancasila Mengutip dari situs Badan Pembinaan Ideologi Pancasila
(BPIP), sejarah Hari Lahir Pancasila ditandai dengan pidato Soekarno yang saat itu belum
menjabat sebagai presiden Indonesia. Pidato itu ia sampaikan dalam sidang pertama Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai pada 29
Mei-1 Juni 1945 di Gedung Chuo Sangi In. Gedung itu sekarang adalah Gedung Pancasila di
kompleks Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat. BPUPKI dibentuk setelah Jepang mengalami
kekalahan oleh pihak sekutu. Jepang yang saat itu menjajah Indonesia, kemudian berusaha
mendapatkan hati masyarakat dengan menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia. Akhirnya,
dibentuk sebuah lembaga yang bertugas mempersiapkan kemerdekaan RI, yaitu BPUPKI.
BPUPKI diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat. Selanjutnya, BPUPKI mulai bersidang
untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, dengan agenda antara lain bentuk negara dan
dasar negara. Ada tiga tokoh utama pergerakan nasional Indonesia, yang membacakan pidato
tentang dasar negara RI dalam sidang BPUPKI. Ketiganya adalah Mohammad Yamin, Soepomo,
dan Ir. Soekarno. Pada 1 Juni 1945, Soekarno menyampaikan ide serta gagasannya terkait dasar
negara Indonesia, yang dinamai Pancasila. Panca artinya lima, sedangkan sila artinya prinsip
atau asas. Saat itu, Bung Karno menyebutkan lima dasar untuk Indonesia, meliputi sila pertama
nasionalisme atau kebangsaan, sila kedua internasionalisme atau perikemanusiaan, sila ketiga
mufakat atau demokrasi, sila keempat kesejahteraan sosial, dan sila kelima Ketuhanan yang
Maha Esa. Setelah tiga tokoh pergerakan nasional menyampaikan ide dan gagasannya, maka
terpilihlah pidato Soekarno, Pancasila, sebagai dasar negara. Untuk menyempurnakan rumusan
Pancasila dan membuat Undang-Undang Dasar (UUD), yang berlandaskan kelima asas tersebut,
maka dibentuk Panitia Sembilan. Anggota Panitia Sembilan itu terdiri dari Soekarno,
Mohammad Hatta, Abikoesno Tjokroseojoso, Agus Salim, Wahid Hasjim, Mohammad Yamin,
Abdul Kahar Muzakir, A.A. Maramis, dan Achmad Soebardjo. Setelah melalui beberapa proses
persidangan, Pancasila akhirnya dapat disahkan dalam sidang PPKI pada 18 Agustus 1945. Pada
sidang tersebut, disetujui bahwa Pancasila dicantumkan dalam Mukadimah Undang-Undang
Dasar 1945 sebagai dasar negara Indonesia yang sah. Isi Pancasila yaitu sebagai berikut:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa, dilambangkan dengan bintang;
2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, dengan lambang rantai;
3) Persatuan Indonesia, dengan lambang pohon beringin;
4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dengan lambang kepala banteng;
5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, dengan lambang padi dan kapas.
Pancasila merupakan buah pemikiran Soekarno saat diasingkan di Ende, Pulau Flores,
NTT. Oleh sebab itu, bisa dikatakan bahwa Ende merupakan lokasi lahirnya Pancasila. Presiden
pertama RI itu diasingkan di Ende mulai 14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938. Kota ini
menyimpan sejarah panjang perihal sepak terjang Ir. Soekarno atau Bung Karno selama empat
tahun (14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938) menjalani pengasingan.
Di sekitar lokasi pengasingan itu, terdapat sebuah taman yang dimanfaatkan Bung Karno
untuk merenung. Tepatnya di bawah sebuah pohon sukun. Pancasila di Kaki Gunung Tambora
Renungan sang proklamator itu membuahkan hasil, yaitu Pancasila. Saat ini, taman itu dikenal
dengan Taman Renungan Bung Karno atau Taman Renungan Pancasila.
2. Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai dasar negara mengandung nilai-nilai yang sepatutnya diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Tidak hanya lewat perilaku tiap individu atau kelompok, tetapi juga
melalui perumusan peraturan dan segala hal lainnya yang berkaitan dengan aspek kenegaraan.
Makna Pancasila sebagai dasar negara dikutip dari jurnal Pancasila sebagai Dasar Negara
dan Implementasinya dalam Berbagai Bidang (2021) oleh Alvira Oktavia Safitri dan Dinie
Anggaraeni Dewi, “Pancasila sebagai dasar negara berarti segala sesuatu yang berhubungan
dengan kehidupan ketatanegaraan Indonesia didasarkan pada Pancasila. Begitupula halnya dalam
penyelenggaraan pemerintahan Indonesia, yang juga harus dilaksanakan dengan menjadikan
Pancasila sebagai landasan atau pedomannya. Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut
sebagai dasar falsafah negara atau ideologi negara.”
Dilansir dari buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Berbasis Blended
Learning (2021) karya Maulana Arafat Lubis, berkaitan dengan fungsi Pancasila sebagai dasar
negara, berarti pelaksanaan Pancasila bersifat mengikat dan imperatif (keharusan). Kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara berarti Undang-undang Dasar dan semua turunan peraturan
mengikuti Pancasila dan tidak bertentangan dengan Pancasila. Pancasila merupakan norma
hukum yang tidak boleh dikesampingkan atau dilanggar.
Berikut beberapa makna Pancasila sebagai dasar negara:
a) Sebagai dasar untuk menata negara yang merdeka serta berdaulat;
b) Sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan aparatur negara yang bersih,
berwibawa sehingga tujuan nasional tercapai, sebagaimana yang tercantum dalam
alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945;
c) Sebagai dasar, arah, dan petunjuk aktivitas kehidupan bangsa Indonesia. Kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara Secara yuridis, kedudukan Pancasila sebagai dasar
negara, dijelaskan dalam linea ke-4 Pembukaan UUD (Undang-Undang Dasar) 1945
yang berbunyi: “… Maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berlandaskan kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan berada, Persatuan Indonesia,
dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.”
Berdasarkan kutipan di atas, bisa dikatakan bahwa Pancasila merupakan dasar negara
Indonesia, yang terlihat jelas dari pemaparan kelima sila Pancasila tersebut. Kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber tertib hukum yang mengatur kehidupan
negara dan masyarakat yang tertuang dalam Undang-undang (UU) No. 10 Tahun 2004 tentang-
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Hal ini kian ditegaskan dalam Ketetapan MPR
No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan P4 dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila
sebagai Dasar Negara. Pancasila sebagai dasar negara dipergunakan sebagai dasar dalam
mengatur penyelenggaraan pemerintahan negara. Secara garis besar, ketetapan tersebut
menyatakan bahwa Pancasila, sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945, merupakan
dasar negara dari NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang harus dilaksanakan secara
konsekuen dan konsisten. Dalam ketetapan tersebut, juga dijelaskan bahwa Pancasila sebagai
dasar negara, memiliki fungsi dan kedudukan sebagai kaidah negara yang fundamental atau
mendasar. Sehingga Pancasila bersifat tetap, kuat, dan tidak dapat diubah oleh siapa pun,
termasuk MPR atau DPR, melalui hasil pemilihan umum. Dikutip dari buku Pola Hubungan
Hukum Pemberi Kerja dan Pekerja: Hubungan Kerja Kemitraan dan Keagenan (2019) karangan
Willy Farianto, berikut penjelasan tentang kedudukan Pancasila sebagai dasar negara: “Pancasila
sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib hukum)
Indonesia. Meliputi suasana kebatinan (geistlichen hintergrund) dari UUD 1945. Mewujudkan
cita-cita hukum bagi hukum dasar negara, baik tertulis maupun tidak. Mengandung norma yang
harus dijalankan. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber semangat bagi
UUD 1945.”