PENDAHULUAN
1
menerus akan membentuk angiotensin II. Angiotensin II dapat menyebabkan
vasokonstriksi, peningkatan aldosteron, dan retensi cairan yang akhirnya akan
menimbulkan hipertensi. Angiotensin II terbentuk dari angiotensin I dibantu
oleh Angiotensin Converting Enzyme (ACE), sehingga salah satu pengobatan
hipertensi adalah menghambat ACE dengan menggunakan Angiotensin
Converting Enzyme Inhibitor-I (ACE-I). Secara teori ACE-I berfungsi
menghambat pembentukan angiotensin II, namun penelitian pada pasien
hipertensi yang menggunakan ACE-I secara terus-menerus dengan dosis
efektif, menunjukkan bahwa kadar angiotensin II tetap tidak berkurang. Hal
ini menimbulkan pemahaman baru adanya jalur lain selain jalur ACE yang
dapat menghasilkan angiotensin II, yang disebut sebagai jalur non-ACE
(Becari et al., 2011).
2
Angiotensin II dan angiotensin 1-7 merupakan ligand untuk AT2, aktivasi
reseptor ini akan menyebabkan vasodilatasi dan efek anti-proliferasi.
Angiotensin IV terikat pada AT4 yang terdapat di otak, jantung, paru, hati,
dan ginjal, berperan pada fungsi kognitif dan efek proliferatif. Reseptor MAS
diaktivasi oleh angiotensin 1-7, menyebabkan vasodilatasi dan efek
antiproliferasi (Becari C et al., 2011).
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
Saat pembentukan angiotensin II, kelenjar adrenal di dekat ginjal akan
ikut terstimulasi untuk menghasilkan hormon aldosteron. Aldosteron ini
nantinya akan membuat ginjal lebih banyak menyaring air, elektrolit, serta
garam di dalam darah. Hal ini kemudian membuat jumlah cairan dan
elektrolit di dalam tubuh bertambah, sehingga tekanan darah pun meningkat.
Apabila aktivasi sistem RAAS ini terjadi secara terus menerus, maka akan
menimbulkan hipertensi.
5
jaringan independen dari tingkat angiotensinogen juga telah dibuktikan
(Ciocoiu et al., 2019).
Terdapat dua jenis ACE yang berbeda yakni somatik dan testikular
yang keduanya merupakan hasil dari penyambungan alternatif satu gen. Peran
ACE dalam membentuk ANG II dari ANG I sangat primordial karena fungsi
biologisnya karena ANG II adalah molekul efektor utama RAAS. ACE
bekerja pada peptida aktif biologis lainnya, tidak hanya pada ANG I, salah
satu yang paling representatif adalah bradikinin.
Bradikinin akan diubah menjadi peptida tidak aktif melalui aksi ACE.
Jalur biologis untuk metabolisme bradikinin ini sangat signifikan secara in
vivo. Istilah kuno untuk ACE adalah kininase II. Karena bradikinin
meningkatkan vasodilatasi dan menginduksi efek natriuretik, penghambatan
farmakologis ACE akan mengurangi aktivitas kininase dan selanjutnya akan
menurunkan tekanan darah. Pembelahan ANG II oleh enzim pengubah
angiotensin tipe 2 menghasilkan angiotensin heptapeptida 1-7 (Ang 1-7).
Peptida ini mengikat reseptor Mas (MasR) dan menginduksi vasodilatasi hilir,
6
yang memiliki efek berlawanan dari aksi hipertensi pensinyalan AT1R. Sifat
kardioprotektif Ang 1-7 dapat mengurangi atau membalikkan gagal jantung
dan remodeling jantung hipertensi (Ciocoiu et al., 2019).
7
herbal untuk hipertensi, maka perlu dilakukan pembuatan ekstrak skala
pilot sebagai prototipe ekstrak yang akan diproduksi di industri ekstrak
dalam skala yang lebih besar. Ekstrak yang dihasilkan dari skala pilot
perlu dilakukan uji aktivitas antihipertensi untuk mengetahui dosis
penggunaannya untuk manusia yang dapat memberikan efek optimal.
8
(Gnetum gnemon) terhidrolisis yang merupakan suatu bahan nutraseutikal
yang mempunyai aktivitas ACE-inhibitor.
9
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Renin Angiotensin Aldosteron System adalah suatu sistem regulasi
tekanan darah oleh enzim renin yang bekerja sama dengan hormon aldosteron
dan angiotensin yang bermula dari enzim renin sampai menjadi angiotensin
II. Sistem RAAS dimulai dari adanya angiotensinogen yang diproduksi oleh
hati yang kemudian diubah menjadi angiotensin I oleh enzim renin.
Angiotensin I kemudian diubah menjadi angiotensin II dengan bantuan ACE
(Angiotensin Converting Enzyme). Terbentuknya angiotensin II ini
menyebabkan terjadinya vasokonstriksi yaitu penyempitan pembuluhan darah
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
1.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak sekali kekurangan baik
dalam informasi yang diberikan maupun bentuk penulisan secara
keseluruhan. Sehingga diharapkan akan ada makalah yang melengkapi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Andrian, Kevin. 2020. Ketahui Beragam Fungsi Enzim Renin. Artikel. Alodokter.
Kemenkes RI
Aris Sugiarto. 2011. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat
(Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar) p:29-50, 90-126.
Becari C, Oliveira EB, Salgado MCO. 2011. Alternative Pathways For
Angiotensin II Generation In The Cardiovascular System. Brazilian J. Medical
a Biological Res. 44:914-9.
Becari C, Teixeira FR, Oliveira EB, Salgado MCO. 2011. Angiotensin-
Converting Enzyme Inhibition Augments The Expression Of Rat Elastase-2, An
Angiotensin II-Forming Enzyme. Am J Physiol Heart Circ Physiol.
301:565-70.
Ciocoiu, M., Bararu-Bojan, I., Vladeanu, M., & Badescu, C. (2019). The Renin
Angiotensin-Aldosterone System: Genomics, Proteomics and Therapeutic
Implications. In Renin-Angiotensin System. IntechOpen.
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Laporan Riskesdas 2018. Jakarta: Badan
Litbangkes, Kemenkes.
Puspitaningrum, Y. T., Efendi, E., & Siswoyo, T. A. (2014). Analisis In Vivo
Aktivitas Antihipertensi Dari Protein Biji Melinjo (Gnetum Gnemon)
Terhidrolisis. Pustaka Kesehatan, 2(2), 327-331.
Susanto, Jefri P. 2015. Konsep Baru Renin Angiotensin System (RAS). Continuing
Professional Development-225, Vol. 42 No. 2
Susilawati, Y., Rahmatullah, T. S., Muhtadi, A., Sofyan, F. F., & Tjitraresmi, A.
(2018). Aktivitas Antihipertensi Ekstrak Kering Terstandarisasi Kelopak
Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Hasil Produksi Skala Pilot. Jurnal
Sains dan Kesehatan, 1(10), 554-560.
11