Anda di halaman 1dari 21

Vol. X, No. X, MMMM YYYY, hlm.

XXX-XXX
DOI: 10.32832/tadibuna.vXiX.XXXX

Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kehidupan Umar Bin Khattab


Serta Relevansinya Dengan Nilai-Nilai Pendidikan Islam di Indonesia

Izzatun Najiha
Pascasarjana Pendidikan Agama Islam
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
najihaizzatun@gmail.com

Abstrak

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji lebih dalam nilai-nilai pendidikan Islam
dalam kehidupan Umar bin Khattab serta relevansinya dengan nilai-nilai pendidikan Islam di
Indonesia. Dengan demikian kita bisa mengambil pelajaran dari nilai-nilai pendidikan dalam
kehidupan khalifah Umar RA. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan jenis studi dokumen atau teks yang merupakan kajian yang
menitik beratkan pada analisis atau interpretasi bahan tertulis berdasarkan konteksnya. Bahan
bisa berupa catatan yang terpublikasikan (jurnal, artikel dan lainnya), buku teks, surat kabar,
majalah, surat-surat, film, catatan harian, naskah, artikel, dan sejenisnya. Adapun hasil penelitian
ini yaitu nilai pendidikan Islam ada tiga yaitu pendidikan akidah, pendidikan akhlak dan
pendidikan ibadah. Adapun relevansinya yaitu pada nilai pendidikan ibadah yang menyangkut
kisah Umar bin Khattab mengenai kewajiban manusia khususnya seorang muslim yaitu
melaksanakan perintah Allah seperti salat, puasa, zakat dan haji. Salah satu contohnya yaitu saat
Umar menjadi khalifah, beliau melihat kaum muslimin mengerjakan salat tarawih dengan
sendiri-sendiri. Kemudian beliau pun mengumpulkan kaum muslimin untuk mengerjakan salat
tarawih secara berjamaah dengan hanya satu imam. Di Indonesia sendiri, shalat tarawih juga
dikerjakan secara berjamaah di masjid. Selain itu hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
dalam kehidupan Umar bin Khattab terdapat nilai-nilai pendidikan Islam yaitu: Pertama, nilai
pendidikan akidah yaitu fitrah manusia untuk bertuhan. Dalam mengenal tuhannya manusia
tidak hanya membutuhkan fitrah tetapi juga wahyu Allah. Selain itu menanamkan kalimat
syahadat untuk memperoleh kemantapan akidah. Kedua, nilai pendidikan ibadah yaitu seorang
muslim mempunyai kewajiban dengan melaksanakan perintah Allah dengan tidak menyimpang
dari kaidah-kaidah agama seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Ketiga, nilai pendidikan akhlak
yaitu perbuatan dan tingkah laku manusia yang berkaitan dengan Allah, sesama manusia dan
alam sekitar seperti, berdoa kepada Allah, hidup sederhana, adil, mendidik anak, dan sayang
terhadap hewan.

Kata kunci : Pendidikan Islam; Umar; Relevansi.

Diserahkan: xx-xx-xxxxDisetujui: xx-xx-xxxx. Dipublikasikan: xx-xx-xxxx


Kutipan: diisi oleh editor

1
Izzatun Najiha

Abstract
The purpose of this writing is to examine more deeply the values of Islamic education in the life of
Umar bin Khattab and their relevance to the values of Islamic education in Indonesia. Thus we can
take lessons from the values of education in the life of the caliph Umar RA. The research method
used in this study is qualitative research with the type of document or text study which is a study
that focuses on the analysis or interpretation of written material based on the context. Materials
can be in the form of published notes (journals, articles, etc.), textbooks, newspapers, magazines,
letters, films, diaries, manuscripts, articles, and the like. The results of this study are that there are
three values of Islamic education, namely faith education, moral education and worship education.
The relevance is to the value of worship education which concerns the story of Umar bin Khattab
regarding human obligations, especially a Muslim, namely carrying out God's commands such as
prayer, fasting, zakat and pilgrimage. One example is when Umar became caliph, he saw Muslims
doing the tarawih prayers individually. Then he also gathered the Muslims to perform the tarawih
prayer in congregation with only one imam. In Indonesia alone, Tarawih prayers are also
performed in congregation at the mosque. In addition, the results of this study indicate that in
Umar bin Khattab's life there are values of Islamic education, namely: First, the value of aqidah
education, namely human nature to believe in God. In knowing God, humans need not only nature
but also God's revelation. In addition to instilling the shahada sentence to obtain the stability of the
creed. Second, the value of worship education, namely that a Muslim has an obligation to carry out
God's commands by not deviating from religious principles such as prayer, fasting, zakat and
pilgrimage. Third, the value of moral education, namely human actions and behavior related to
God, fellow human beings and the natural environment, such as praying to God, living simply, being
fair, educating children, and loving animals.

Keywords: Islamic Education; Umar; Relevance.

2 Ta’dibuna, Vol. X, No. X, Januari,2023


Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kehidupan Umar Bin Khattab Serta Relevansinya Dengan Nilai-Nilai
Pendidikan Islam di Indonesia

Pendahuluan
Islam merupakan ajaran agama yang sempurna. Dalam agama Islam terdapat tiga
ajaran yang sangat ditekankan oleh Allah dan Rasul-Nya, yaitu akidah, syariat/ibadah
dan akhlak. Ketiganya pun diamalkan dengan seimbang. Sesungguhnya akidah yang
kokoh senantiasa menghasilkan amalan ibadah dan ibadah pun akan menciptakan
akhlakul karimah.

Pendidikan Islam adalah sistem pengajaran yang didasarkan pada ajaran agama
Islam. Sumber ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Al-Qur’an dijadikan sumber
pendidikan Islam yang pertama sebab memiliki nilai absolut yang diturunkan oleh
Allah. Nilai dalam al-Qur’an bersifat abadi dan relevan dalam setiap zaman, sehingga
pendidikan Islam yang ideal harus sepenuhnya mengacu pada nilai dasar al-Qur’an.1 Al-
Qur’an berisi tentang nilai-nilai pendidikan Islam terdiri dari tiga pilar utama yaitu:
Pertama, I’tiqādiyyah, yang berkaitan dengan nilai pendidikan keimanan atau akidah,
yang bertujuan untuk menata kepercayan individu, seperti percaya kepada Allah,
malaikat, rasul, kitab, hari akhir dan takdir. Kedua, Khuluqiyyah, yang berkaitan dengan
nilai pendidikan etika atau akhlak, yang bertujuan untuk membersihkan diri dari
perilaku rendah dan menghiasi diri dengan perilaku terpuji. Ketiga, ‘Amaliyyah, yang
berkaitan dengan nilai pendidikan ibadah, yang memuat hubungan antara manusia
dengan Tuhannya, seperti salat, puasa, zakat, haji dan yang bertujuan untuk aktualisasi
nilai-nilai ‘ubūdiyyah.

Nilai pendidikan Islam dalam kisah Umar bin Khattab dibanding dengan khalifah-
khalifah lain dapat dikatakan cukup banyak. Salah satu Nilai pendidikan Islam dalam
pendidikan akidah antara lain masuknya Umar bin Khattab dalam agama Islam. Nilai
pendidikan Islam dalam pendidikan Ibadah yaitu kewajiban menjalankan perintah Allah
seperti sholat, puasa, zakat, dan haji. Selain itu nilai pendidikan Islam dalam pendidikan
akhlak yaitu akhlak terhadap Allah, sesama manusia dan alam yang mencakup hewan,
lingkungan dan lainnya.

1
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 33

Ta’dibuna, Vol. X, No. X, Januari,2023 3


Izzatun Najiha

Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk untuk meneliti tentang
bagaimana relevansi nilai pendidikan Islam dalam kehidupan Umar bin Khattab dengan
nilai-nilai pendidikan Islam di Indonesia.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.
Menurut Sugiyono penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci. Adapun jenis
penelitian yang digunakan yaitu jenis studi dokumen atau teks yang merupakan kajian
yang menitik beratkan pada analisis atau interpretasi bahan tertulis berdasarkan
konteksnya. Bahan bisa berupa catatan yang terpublikasikan (jurnal, artikel dan
lainnya), buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat, film, catatan harian, naskah,
artikel, dan sejenisnya. Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai
relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam kehidupan Umar bin Khattab dengan nilai-
nilai pendidikan Islam di Indonesia yang dikumpulkan dari berbagai sumber seperti
buku, artikel, jurnal dan sebagainya.

4 Ta’dibuna, Vol. X, No. X, Januari,2023


Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kehidupan Umar Bin Khattab Serta Relevansinya Dengan Nilai-Nilai
Pendidikan Islam di Indonesia

Hasil dan Pembahasan

A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam


Pendidikan dalam konteks Islam secara umum memiliki tiga bahasa dasar di
antaranya, tarbiyah, ta’dīb dan ta‘līm.2 Pertama, tarbiyah, berasal dari kata rabbā
yurabbī tarbiyan (pendidikan, pengasuhan, memelihara, merawat, mengatur dan
menjaga kelestarian). Lafaz ini terkhusus pada seluruh ciptaannya termasuk
manusia. Kedua, ta’dīb, yang berasal dari kata addaba yu’addibu ta’dīban
(pendidikan, perbaikan). Lafaz ini mengandung arti ilmu, keadilan, kearifan,
kebijaksanaan, pengajaran, dan pengasuhan yang baik. Konsep kata ta’dīb lebih
sempit dibanding dengan tarbiyah. Sebab ta’dīb dari segi lafad dan subtansinya
mengarah pada manusia saja, tidak yang lainnya. Ketiga, ta‘līm, yang berasal dari
kata ‘allama yu‘allimu ta‘līman (pengajaran, pendidikan) meskipun dilihat dari segi
kamus Bahasa Arab memliki kesamaan dengan etimologi lainnya di atas, Lafaz ini
terkhusus pada tokoh agama yaitu orang mengetahui ajaran Islam atau memiliki
ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari,
kesimpulannya adalah ilmu dan amal, dan hanya orang tertentu saja seperti nabi,
rasul, ulama dan ustadz.
Dalam pendidikan Islam terdapat nilai-nilai pendidikan yang berkaitan
dengan kebutuhan seluruh aspek kehidupan yang harus dicapai oleh setiap muslim
guna menjadi khalifah di muka bumi yang mengemban tugas dari Tuhan. Untuk
mencapai itu semua ada nilai-nilai yang harus dimiliki setiap manusia. Nilai itu
mencakup akhlak, akidah/tauhid dan ibadah.3
1. Nilai Akhlak
Pendidikan Akhlak adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pendidikan agama, karena baik menurut akhlak, baik pula menurut agama, dan

2 Ramayulis, Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), hlm. 84.
3 Habib Muhtarudin dan Ali Muhsin, Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Kitab al-Mawā‘iẓ al-
‘Uṣfūriyyah, (Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3, No. 2, Desember 2019), hlm. 316.

Ta’dibuna, Vol. X, No. X, Januari,2023 5


Izzatun Najiha

yang buruk menurut ajaran agama buruk juga menurut akhlak. Aklak juga
merupakan realisasi dari keimanan yang dimiliki oleh seseorang. Dalam kamus
besar bahasa indonesia kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti, watak,
tabi’at.4
2. Nilai Akidah
Akidah adalah sejumlah kebenaran yang secara fitrah dapat diterima
secara umum oleh manusia, dan tidak akan bercampur dengan keraguan

sehingga mendatangkan ketenteraman jiwa.5

3. Nilai Ibadah
Ibadah adalah suatu wujud perbuatan yang di landasi rasa pengabdian
kepada Allah SWT. Ibadah juga merupakan kewajiban agama Islam yang tidak
bisa diciptakan dari aspek keimanan. Keimanan merupakan pundamen,
sedangkan ibadah merupakan manifestasi dari keimanan tersebut. Menurut
Nurcholis Majid, ibadah mencakup keseluruhan kegiatan manusia dalam hidup
di dunia ini, termask kegiatan “duniawi” sehari-hari.6
B. Biografi Umar Bin Khattab
Nama Lengkap Umar adalah Umar bin Khattab Ibn Nufail Ibn Abd al-Uzza Ibn
Riyah Ibn Qurth Ibn Razah Ibn 'Adiy Ibn Ka'ab Ibn Lu'aiy al-Qurasyiy al-Adawiy.7
Umar dilahirkan tiga belas tahun setelah tahun Gajah (tahun kelahiran Nabi
Muhammad) yang artinya Umar RA lebih muda tiga belas tahun dari Nabi
Muhammad SAW. Sedangkan Ibunya bernama Hantamah binti Hasyim bin
Mughiroh bin Abdullah bin Umar bin Makhzum.8 Nasab Umar RA bertemu dengan
nasab Nabi Muhammad SAW pada Ka'ab Ibn Luay. Umar berasal dari kalangan
keluarga terpandang suku 'Adiy yang termasuk rumpun Quraisy. Umar memiliki
kecerdasan yang luar biasa, bahkan dikatakan mampu memprakirakan hal-hal yang

4 Poerdarwaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:1985), hlm. 25


5 Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam (Yogyakarta, Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam,
2000), hlm. 1-2.
6 Nur cholis Madjid, Islam dan Peradaban (Jakarta: Yayasan Wakaf Para madina, 1995), hlm. 57.
7 Jalaluddin as-Suyuthi, Tarikh al-Kulafa, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1988), hlm. 86.

8
Muhammad Ridla, al-Faruq Umar Ibn al-Khatthab, ( Cet. 6, Beirut: Dar al-Kutub al- Ilmiyyah,1993),
hlm. 8.

6 Ta’dibuna, Vol. X, No. X, Januari,2023


Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kehidupan Umar Bin Khattab Serta Relevansinya Dengan Nilai-Nilai
Pendidikan Islam di Indonesia

akan terjadi pada masa yang akan datang. Umar RA menjadi orang yang dipilih
sebagai duta dari kabilahnya pada masa Jahiliyyah. Jika terjadi perselisihan di
antara para kabilah, maka Umar lah orang yang diutus untuk melerai dan
mendamaikan perselisihan tersebut. Hal ini menandakan bahwa Umar memiliki
kecerdasan, keadilan, serta kebijaksanaan.

Meskipun memiliki keturunan dan nasab serta kedudukan yang terhormat di


keluarganya, tetapi pada masa jahiliyyah Umar RA dikenal memiliki sifat yang
kejam, bengis, dan suka meminum minuman keras. Pada masa jahiliyyah, Umar RA
menikahi banyak wanita dan memiliki banyak anak. Akan tetapi sebagian besar isterinya
meninggal dunia. Diantara anak-anaknya yang menonjol adalah Abdullah bin Umar
dan Hafshah.

Sebelum masuk Islam, Umar RA dikenal sebagai salah satu tokoh yang paling
menentang ajaran Nabi Muhammad SAW. Umar baru masuk Islam pada tahun ke
enam kenabian ketika beliau berusia dua puluh tujuh tahun. Masuknya Umar
kedalam Agama Islam membawa pengaruh dan kekuatan yang sangat besar bagi
dakwah Islam.

Umar memberikan masukan kepada Nabi Muhammad SAW untuk melakukan


syi'ar Islam secara terang-terangan, bukan secara diam-diam seperti yang selama
ini telah dijalankan oleh Nabi Muhammad SAW. Sehingga sejak itulah Islam
disebarkan secara terang-terangan. Semenjak Umar masuk Islam, Nabi Muhammad
SAW memberikan sebutan kepada Umar RA dengan julukan “al-Faaruq" yang artinya
pembeda. Karena dengan Umarlah Allah membedakan antara yang haq dan yang
bathil. Umar bin Khattab juga menjadi penasihat terdekat Nabi Muhammad SAW dan
itu dilakukan Umar sepanjang umur Nabi Muhammad SAW.

C. Potret Keteladanan Khalifah Umar bin Khattab

Pemerintahan khalifah Umar RA berlangsung selama 10 tahun 6 bulan, yaitu


dari tahun 13 H/634 M – 23 H/644 M. Pemerintahan Madinah pada masa

Ta’dibuna, Vol. X, No. X, Januari,2023 7


Izzatun Najiha

kepemimpinan khalifah Umar RA bisa dikatakan sebagai pemerintahan yang penuh


dengan nilai dan prinsip demokrasi. Ia mampu menjamin hak-hak setiap warga
negaranya dengan cara tidak membedakan antara atasan dengan bawahan, dan
antara penguasa dengan rakyat. Khalifah Umar RA tidak memberikan hak istimewa
kepada dirinya sendiri dan para pejabatnya, sehingga tidak ada pengawalan baginya
dan pejabat pemerintahannya, tidak ada istana, bahkan tidak ada pakaian
kebesaran.9

Dengan semua keteladanan yang dimiliki, para ilmuwan Barat pun mengakui
ketokohan Umar bin Khattab RA dalam panggung sejarah Islam. Michael H. Hart
salah seorang sejarawan dari Barat menempatkan Umar bin Khattab RA pada urutan
ke-51 dari seratus tokoh yang dianggap sangat berpengaruh di dunia.10

Khalifah Umar RA merupakan sosok pemimpin yang sangat pantas untuk


diteladani dengan segenap kepribadiannya yang agung dan luar biasa. Adapun
kepribadian yang patut diteladani dari sosok Umar bin Khattab adalah :

1. Umar adalah seorang pemimpin yang rasional, intlektual dan kuat agamanya

2. Umar adalah pemimpin yang ikhlas dan zuhud

3. Umar adalah seorang pemimpin yang tegas, adil, bijaksana, disiplin, serta anti
korupsi, kolusi dan nepotisme.

4. Umar adalah pemimpin yang sangat perhatian dan memiliki tanggung jawab
yang luar biasa terhadap rakyatnya.

Periode kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab RA merupakan masa


keemasan (golden age) bagi umat Islam. Walaupun sebenarnya pada masa
kepemimpinan politik Rasulullah SAW dan Abu Bakar RA negara Madinah sudah

9
Hamdani Anwar, “Masa al-Khulafa ar-Rasyidin”, dalam M. Din Syamsuddin, Ensiklopedi Tematis
Dunia Islam, Vol. II, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), hlm. 38.
10
Michael H. Hurt, The 100, A Ranking of The Most Influencial Persons in History, terj. Mahbub
Junaidi dengan judul Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, (Cet. V; Jakarta: Pustaka Jaya,
1983), hlm. 264.

8 Ta’dibuna, Vol. X, No. X, Januari,2023


Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kehidupan Umar Bin Khattab Serta Relevansinya Dengan Nilai-Nilai
Pendidikan Islam di Indonesia

menjadi model negara sejahtera, tetapi pada masa khalifah Umarlah negara Madinah
mengalami penyempurnaan. Kesempurnaan pemerintah pada masa khalifah Umar
RA tidak hanya dilihat dari lahirnya institusi-instiusi yang menopang
pemerintahannya, akan tetapi kesempurnaan itu bisa lebih dilihat dari bagaimana
cara khalifah Umar RA mencurahkan kekuasaan negara untuk kesejahteraan
rakyatnya.
D. Nilai Pendidikan Islam Dalam Kehidupan Khalifah Umar Bin Khattab
Adapun nilai-nilai pendidikan Islam dalam kehidupan Umar bin Khattab adalah :

1. Nilai Pendidikan Akhlak


Kata akhlak berasal dari bahasa Arab “khuluq” jamaknya “khuluqun” yang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Kata akhlak
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khuluqun” yang berarti
kejadian serta erat kaitannya dengan khaliq yang berarti pencipta, dan makhluk
yang berarti yang di ciptakan.11 Pendidikan akhlak merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama Islam, karena jika seseorang
akhlaknya baik, maka baik pula agamanya, dan sebaliknya, jika agamanya
buruk maka buruk pula akhlaknya, karena ahklak merupakan realisasi dari
keimanan yang dimiliki oleh seseorang.
Nilai pendidikan Akhlak yang menyangkut kisah Umar bin Khattab
mengenai perbuatan dan tingkah laku manusia, yaitu Akhlak terhadap Allah,
akhlak terhadap makhluk dan akhlak terhadap alam.
a. Akhlak Terhadap Allah SWT
Salah satu bentuk akhlak terhadap allah yaitu perbuatan yang
dilakukan oleh manusia terhadap Allah, seperti berdoa kepada Allah.
Contohnya ketika Umar dilantik menjadi khalifah, Umar pun berdoa
kepada Allah, “Allahumma ya Allah, aku ini sungguh keras dan kasar,
maka lunakkanlah hatiku! Allahumma ya Allah, aku ini sangat lemah maka

11 Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), hlm. 205

Ta’dibuna, Vol. X, No. X, Januari,2023 9


Izzatun Najiha

berilah saya kekuatan! Allahumma ya Allah, aku ini kikir, jadikanlah aku
orang dermawan bermurah hati!”
b. Akhlak Terhadap Manusia
Adapun contoh akhlak mulia terhadap manusia yang dilakukan oleh
Umar RA yaitu ketika Umar RA melihat seorang perempuan dengan anak–
anaknya yang sedang kelaparan. Kemudian Umar RA segera mengambil
sekantong gandum di gudang dan memberikannya kepada perempuan
tersebut sehingga perempuan beserta anak-anaknya tersebut bisa makan.
c. Akhlak Terhadap Alam
Yaitu perbuatan yang dilakukan oleh manusia terhadap alam
(hewan), seperti sayang terhadap hewan.
Adapun contoh nilai pendidikan akhlak Umar RA tercermin pada
kisah Umar RA dengan seorang anak kecil.

‫حكاية عن عمر رضي هللا تعالى عنه كان يمشي في سكك المدينة فرأى صبيا‬
‫كان في يده عصفورا وكان يلعب به فرحم عمر ذلك العصفور فاشتراه من‬
‫الصبي فاعتقه‬
“Cerita tentang sahabat Umar RA saat itu beliau berjalan di jalan kecil kota
Madinah. Beliau melihat seorang bocah yang di tangannya terdapat
seekor burung kecil dan Dia memainkan burung itu, maka Umar merasa
kasihan pada burung tersebut, maka Umar RA membelinya dari bocah itu
dan melepaskannya.” 12

Nilai pendidikan Islam dari potongan cerita di atas adalah kasih


sayang terhadap makhluk Allah dan termasuk kategori nilai pendidikan
akhlak terhadap makhluk lain atau lingkungan hidup.

2. Nilai Pendidikan Akidah

12
Habib Muhtarudin dan Ali Muhsin, Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Kitab al-Mawā‘iẓ al-
‘Uṣfūriyyah, (Jurnal Pendidikan Islam (E-ISSN: 2550-1038), Vol. 3, No. 2, Desember 2019), hlm. 313.

10 Ta’dibuna, Vol. X, No. X, Januari,2023


Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kehidupan Umar Bin Khattab Serta Relevansinya Dengan Nilai-Nilai
Pendidikan Islam di Indonesia

Akidah adalah ikatan yang menjadi gantungan segala sesuatu,


kedudukannya sangat sentral dan fundamental karena menjadi asas ikatan
semua muslim.13 Kaitannya dengan nilai pendidikan Islam, bahwa di dalam
akidah ada yang namanya Rukun Iman yang menjadi pedoman umat Islam, dan
di dalamnya terdapat enam poin penting yang berurutan yang wajib diyakini
setiap muslim. Hal itu dikemukakan M. Daud Ali dalam bukunya. Pertama,
keyakinan kepada Allah, menurut akidah Islam, konsepsi tentang ketuhanan
yang maha esa disebut tauhid.14
Nilai pendidikan Akidah yang terdapat dalam kisah Umar bin Khattab
ialah mengenai fitrah manusia. Apabila fitrah tersebut tertutup oleh faktor-
faktor luar, maka manusia akan menentang fitrahnya sendiri. Apabila
menghadapi suatu kejadian yang luar biasa dan sudah kehilangan segala daya
untuk menghadapinya, maka secara spontan fitrah tersebut muncul kembali.
Umar berasal dari keturunan kaum Quraisy. Suatu ketika Umar sudah
begitu muak dengan perkembangan Islam. Dengan pedangnya, beliau berniat
membunuh Rasulullah. Di jalan beliau berjumpa dengan Nuaim bin Abdullah
yang memberitahukan bahwa adiknya yang bernama Fatimah dan suaminya
Sa’id bin Zaid telah memeluk Islam. Umar yang masih dipenuhi dengan
kemarahan lalu menghantam Said bin Zaid dengan keras. Saat itu Fatimah yang
melindungi suaminya pun mendapat pukulan keras dari Umar. Melihat darah di
muka Fatimah, Umar merasa menyesal. Setelah menyesal, Umar kemudian
mengambil dan membaca lembaran yang bertuliskan ayat-ayat al-Qur’an.
Setelah membaca ayat-ayat itu, beliau kagum dengan kata-kata dalam
lembaran-lembaran tersebut. Umar pun menemui Rasulullah untuk memeluk
Islam.
Kemantapan akidah dapat diperoleh dengan menanamkan kalimat tauhid
La Ilāha illa Allah dan Muḥammad Rasūlullah. Saat Umar masuk Islam, beliau

13 Ali, Pendidikan Agama Islam, 199


14 Habib Muhtarudin dan Ali Muhsin, Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Kitab al-Mawā‘iẓ al-
‘Uṣfūriyyah, (Jurnal Pendidikan Islam (E-ISSN: 2550-1038), Vol. 3, No. 2, Desember 2019), hlm. 318.

Ta’dibuna, Vol. X, No. X, Januari,2023 11


Izzatun Najiha

lalu mengucapkan kalimat syahadat “Asyhadu allā ilāha illallāh wa asyhadu


anna muḥammadar rasūlullāh” Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di
atas, nilai aqidah dalam kisah Umar bin Khattab sudah sesuai dengan teori-teori
yang ada. Hal ini dikarenakan Umar dapat menerima fitrah bertuhan dengan
diperkuat wahyu Allah dan kemantapan dari kalimat syahadat.
Nilai pendidikan akidah Umar bin Khattab lebih banyak dibandingkan
dengan khalifah-khalifah lain, karena pada masa khalifah Umar bin Khattab,
pendidikan yang lebih diutamakan adalah membaca dan menulis Al-Qur’an,
menghafal dan menghayati kandungannya, akidah dan ibadah serta belajar
tentang pokok-pokok agama Islam. Kegiatan pendidikan akidah juga semakin
meluas dengan banyaknya mereka yang baru menganut agama Islam ingin
menimba ilmu keagamaan dari sahabat-sahabat yang menerima langsung dari
Nabi. Pada saat itu juga tuntutan belajar bahasa Arab juga sudah mulai tampak
dan orang yang baru masuk Islam pada daerah-daerah yang baru ditaklukkan
harus belajar bahasa Arab. Pada masa khalifah Umar bin Khattab, pendidikan
sudah lebih meningkat dimana pada masa khalifah Umar guru-guru sudah
diangkat dan di gaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru di taklukkan.
3. Nilai Pendidikan Ibadah
Ibadah/syariat merupakan panduan manusia dalam menjalankan
kehidupan di dunia menuju akhirat. Adapun syariat yaitu hukum-hukum atau
regulasi yang disampaikan Allah agar ditaati oleh hamba-hambaNya atau juga
bisa dikatakan sebagai satu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia dan
hubungan manusia dengan alam lainnya.15
Nilai pendidikan Ibadah yang menyangkut kisah Umar bin Khattab
mengenai kewajiban manusia khususnya seorang muslim. Kewajiban seorang
muslim adalah melaksanakan perintah Allah seperti salat, puasa, zakat dan haji.
Salat terdiri dari shalat wajib/fardu dan salat sunah. Salat sunnah biasanya
dilakukan sendiri-sendiri. Berbeda dengan salat sunah yang lainnya, salat

15 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 139.

12 Ta’dibuna, Vol. X, No. X, Januari,2023


Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kehidupan Umar Bin Khattab Serta Relevansinya Dengan Nilai-Nilai
Pendidikan Islam di Indonesia

tarawih dilakukan dengan berjamaah. Saat Umar menjadi khalifah, beliau


melihat kaum muslimin mengerjakan salat tarawih dengan sendiri-sendiri.
Kemudian beliau pun mengumpulkan kaum muslimin untuk mengerjakan salat
tarawih secara berjamaah dengan hanya satu imam.
Ibadah yang selanjutnya adalah puasa. Suatu ketika Umar mendapat
informasi bahwa ada seorang laki-laki yang berpuasa sepanjang satu tahun.
Umar pun menemui laki-laki tersebut dan memukul kepalanya sambil berkata,
“Makanlah, hai orang yang berpuasa!”. Puasa sepanjang tahun tidak
diperkenankan dalam Islam karena akan menyiksa dirinya sendiri. Apabila
ingin puasa terus menerus dalam Islam terdapat puasa dāwūd, yaitu puasa
sehari dan berbuka sehari.
Kemudian zakat, zakat merupakan sebagian harta yang diwajibkan Allah
dan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Orang-orang
yang berhak menerima zakat adalah fakir, miskin, amil, mualaf, riqāb, ghārim,
sabilillah dan ibnussabīl. Rasulullah memberikan harta rampasan perang dan
zakat kepada para muallaf seperti Uyainah bin Hisn, Aqra’ bin Habis, Abbas bin
Mirdas dan lain-lain. Saat Umar menjadi khalifah, mereka datang menemui
Umar untuk mendapatkan haknya. Namun Umar menolaknya, mereka dahulu
merupakan golongan yang mendapatkan zakat dan sekarang dihentikan sebab
mereka sudah seperti kaum muslimin lainnya.
Ibadah selanjutnya yaitu haji. Salah satu ketentuan haji adalah tawaf.
Tawaf merupakan ibadah yang mengelilingi Ka’bah dalam tujuh putaran. Di
sekitar Ka’bah juga terdapat maqam Ibrahim yang biasanya digunakan untuk
melaksanakan salat. Suatu ketika Umar melihat Ka’bah semakin banyak orang,
Umar berinisiatif untuk membuat jarak antara maqam Ibrahim dengan Ka’bah.
Awalnya maqam tersebut menempel pada Ka’bah. Akibatnya jika kaum
muslimin hendak melakukan tawaf, mereka menjauh dari Ka’bah. Berdasarkan
teori-teori yang dikemukakan di atas, nilai ibadah dalam kisah Umar bin
Khattab belum sesuai dengan teori-teori yang ada. Hal ini dikarenakan Umar

Ta’dibuna, Vol. X, No. X, Januari,2023 13


Izzatun Najiha

dalam melaksanakan ibadah dengan menggunakan ijtihad, sehingga


menyimpang dari al-Qur’an dan as-Sunnah.

E. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Umar Bin Khattab Dengan Nilai-Nilai


Pendidikan Islam di Indonesia

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, relevansi mempunyai arti hubungan


atau kaitan. Adapun relevansi ataupun kaitan dari nilai-nilai pendidikan Islam Umar
Bin Khattab dalam pendidikan Islam di Indonesia yaitu.

1. Nilai Pendidikan Akhlak


Akhlak merupakan salah satu pilar utama kehidupan masyarakat
sepanjang sejarah. Suatu bangsa/negara akan kokoh apabila di topang dengan
akhlak masyarakat yang kokoh, dan begitu juga sebaliknya, suatu bangsa akan
runtuh ketika akhlak masyarakatnya rusak. Adapun tujuan dari pendidikan
akhlak adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, berkemauan
keras, sopan dalam lisan dan perbuatan, mulia dalam bertingkah laku,
bijaksana, sempurna, beradab, ikhlas, jujur, dan suci. Dengan kata lain
pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki
keutamaan.
Adapun sifat-sifat tersebut sudah ada dalam diri Umar bin Khattab.
Diantara kelebihan Umar bin Khaṭṭāb RA yang lain ialah beliau memiliki sifat
yang tegas yang diwarisi dari bapaknya, selain itu beliau adalah seorang
pemimpin yang saleh, adil, jujur dan sederhana serta selalu mendahulukan
kepentingan dan kemaslahatan orang banyak.
Adapun pendidikan akhlak tersebut sudah diajarkan di sekolah. Peserta
didik diajarkan untuk senantiasa berlaku adil, jujur, sopan santun, menjaga
tingkah laku dan sebagainya. Pendidikan Akhlak harus dilakukan secara
intensif, supaya anak-anak didik dapat membentengi perkembangan jasmani
dan rohaninya dengan ilmu agama yang ia peroleh di sekolah atau pun di dalam
rumah tangganya. Pergaulan anak didik baik di lingkungan rumah tangganya

14 Ta’dibuna, Vol. X, No. X, Januari,2023


Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kehidupan Umar Bin Khattab Serta Relevansinya Dengan Nilai-Nilai
Pendidikan Islam di Indonesia

atau pun di lingkungan sekolah harus mendapat perhatian dan bimbingan dari
berbagai pihak, sehingga anak didik benar-benar mendapat pendidikan yang
mengarahkan pada pembinaan akhlak yang mulia seperti yang diterangkan
oleh Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 125:

َ ‫سنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم بِالَّتِ ْي ه‬


َ ‫ِي اَ ْح‬
‫س ُن‬ َ ‫ظ ِة ْال َح‬ َ ‫ا ُ ْدعُ ا ِٰلى‬
َ ‫سبِ ْي ِل َربِكَ بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬
"Ajaklah kepada jalan tuhan mu dengan cara bijaksana dan nasehat yang
baik”
Adapun ruang lingkup akhlak, antara lain: Akhlak kepada Allah SWT,
Akhlak kepada sesama manusia, dan Akhlak lingkungan.
a. Akhlak Terhadap Allah SWT
Salah satu akhlak kepada Allah yaitu dengan senantiasa berdoa
kepada Allah. Seperti yang senantiasa diajarkan dalam pendidikan Islam
baik di rumah, masyarakat maupun sekolah yaitu hendaknya kita selalu
berdoa kepada Allah ketika akan melakukan sesuatu ataupun ketika kita
menginginkan sesuatu.
Doa ialah ibadah yang agung dan amal shaleh yang utama. Bahkan ia
merupakan esensi ibadah dan subtansinya. Doa ialah perkara yang besar
dan agung. Sebab, di dalamnya seseorang hamba menampakkan bahwa ia
benar-benar fakir dan butuh kepada Allah. Ia tunduk bersimpuh dihadapan-
Nya.16
b. Akhlak Terhadap Manusia
Sebagai makhluk sosial, hendaknya kita senantiasa berbuat baik
terhadap sesama manusia. Menurut Asmaran, Islam memerintahkan
pemeluknya untuk menunaikan hak-hak pribadinya dan berlaku adil
terhadap dirinya. Islam dalam pemenuhan hak-hak pribadinya tidak boleh
merugikan hak-hak orang lain. Islam mengimbangi hak-hak pribadi, hak-
hak orang lain dan hak masyarakat sehingga tidak timbul pertentangan.

16 Hasan Bin Ahmad Hammam, Terapi dengan Ibadah “Istighfar, Sedekah, Doa, Al-Qur’an, Shalat,

Puasa” (Solo: Aqwam, 2010), hlm.75-76.

Ta’dibuna, Vol. X, No. X, Januari,2023 15


Izzatun Najiha

Semuanya harus bekerja sama dalam mengembangkan hukum-hukum


Allah.17
Di sekolah, kita selalu di ajarkan bagaimana cara bersikap yang baik
kepada orang tua, guru, teman, maupun orang sekitar. Kita hendaknya
bersikap adil, jujur, saling tolong menolong, saling menyayangi, dan
menghormati orang lain.
Di Indonesia sendiri banyak orang yang masih memiliki akhlak rendah
terhadap sesama manusia. Begitu banyak kasus siswa yang memenjarakan
gurunya karena hal sepele, banyak anak yang menelantarkan orang tuanya,
begitupun sebaliknya, banyak ibu yang membuang anaknya, pemerintah
yang cenderung tidak adil dan lain sebagainya. Disamping banyaknya orang
yang masih memiliki akhlak rendah, rupanya masih banyak orang yang
memiliki akhlak seperti Umar bin Khattab. Masih banyak orang yang jujur,
adil, bijaksana, sederhana, suka tolong menolong dan lain sebagainya.
Nilai-nilai pancasila harus tertanam pada diri peserta didik sehingga
timbullah kesadaran diri untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari tanpa perintah atau pantauan dari pihak manapun. Hal ini tidak akan
terwujud tanpa adanya dukungan dari keluarga, sekolah, maupun
lingkungan. Pendidikan, adalah salah satu media yang paling efektif untuk
menanamkan wawasan kebangsaan ke dalam diri peserta didik. Oleh
karena itu, pendidikan di Indonesia memepunyai tujuan pendidikan yang
berlandaskan pada filsafat hidup bangsa Indonesia, yaitu pancasila, yang
menjadi pokok dalam pendidikan, melalui usaha-usaha pendidikan, dalam
keluarga, sekolah, dan masyarakat.18
c. Akhlak Terhadap Alam
Di Indonesia, pemerintah selalu memerintahkan rakyatnya untuk
senantiasa menjaga lingkungan. Siapapun yang merusak lingkungan akan

17 Miftakhul Jannah, Studi Komparasi Akhlak Terhadap Sesama Manusia Antara Siswa Fullday School

Dengan Siswa Boarding School di Kelas XI SMA IT Abu Bakar Yogyakarta, (Jurnal Al-Thariqah Vol. 3, No. 2,
Juli – Desember 2018), hlm. 4.
18
Jalaludin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan (Manusia, Filsafat, dan Pendidikan), hlm. 133.

16 Ta’dibuna, Vol. X, No. X, Januari,2023


Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kehidupan Umar Bin Khattab Serta Relevansinya Dengan Nilai-Nilai
Pendidikan Islam di Indonesia

dikenakan sanksi berupa hukuman penjara ataupun denda. Namun


realitanya, di lingkungan sekitar masih banyak rakyat/masyarakat yang
tidak menjaga alam sekitar. Contohnya masih banyak yang buang sampah di
laut atau sungai yang menyebabkan banjir, selain itu banyak yang
menebang pohon liar, merusak biota laut, penangkapan liar dan lain
sebagainya.
Adapun relevansi nilai pendidikan Islam Umar bin Khattab dengan
pendidikan islam di Indonesia yaitu akhlak masyarakat terhadap alam.
Selain berbuat kerusakan, manusia juga masih banyak yang menjaga alam
sekitar dan menjaga hewan seperti yang dilakukan oleh Umar bin Khattab.
Contohnya seperti membuat organisasi khusus yang bertugas
membersihkan alam sekitar seperti sungai, laut dan sebagainya.
2. Nilai Pendidikan Akidah
Pendidikan akidah sangat penting dan banyak manfaatnya jika diterapkan
sejak saat ini pada anak. Jika orangtua maupun pendidik mampu mengajarkan
pada anak tentang pendidikan akidah atau keyakinan, maka anak juga tidak
akan pernah lupa kepada Allah. Karena senantiasa mereka seolah-seolah hanya
ingin beribadah dan meminta sebanyaksebanyaknya kepada Allah swt. karena
pendidikan akidah ini merupakan keyakinan dari dalam hati. Mengerjakan
segala sesuatu di dasari dengan niat dan selalu berzikir. Artinya pendidikan
akidah merupakan keyakinan dalam diri kita bahwa hubungan manusia dengan
Allah SWT sangatlah dekat, ibarat kulit dengan nadi.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa di dalam akidah ada
yang namanya Rukun Iman yang menjadi pedoman umat Islam, dan di
dalamnya terdapat enam poin penting yang berurutan yang wajib diyakini
setiap muslim. Adapun rukun iman yaitu percaya kepada Allah, malaikat-
malaikatNya, kitab-kitabNya, nabi & rasulNya, hari akhir (kiamat) serta qada'
dan qadar.
Adapun dalam pendidikan Islam di Indonesia, rukun iman sudah diajarkan
sejak kecil. Anak diajarkan untuk mempercayai hanya ada 1 tuhan yaitu Allah

Ta’dibuna, Vol. X, No. X, Januari,2023 17


Izzatun Najiha

SWT, kemudian anak diajarkan nama-nama malaikat, nabi dan rasul yang wajib
diketahui, anak juga diwajibkan belajar Al-Quran, tentang hari kiamat serta
qada' dan qadar.
Nilai pendidikan akidah selanjutnya yaitu rahasia kesaktian akhir surah
Thaha yang tertulis di dalam lembaran. Saat Umar membaca ayat itu tiba-tiba ia
merasakan satu suasana kebatinan yang luar biasa, yaitu ketenangan-
ketenangan dalam hati yang belum pernah ia rasakan dan didapatkan
sebelumnya. Artinya, di sinilah inti sentral tertanamnya akidah Umar itu.
Kegelisahan dan kebencian di dalam hati Umar selama ini tiba-tiba berubah
menjadi penyesalan dan kerinduan yang puncaknya ia tetap mencari Nabi
Muhammad saw. tetapi bukan untuk membunuh Nabi Muhammad saw.
melainkan untuk menyatakan diri masuk Islam dan menjadi pengikut Nabi
Muhammad SAW yang amat setia.
Berbeda halnya dengan umat Islam di Indonesia, Di Indonesia masih
banyak orang-orang yang sulit tersentuh hatinya ketika mendengar lantunan
ayat suci Al-qur’an. Ada beberapa hal yang mempengaruhi hal tersebut,
diantaranya syirik (menyekutukan Allah), kufur, murtad, dan lain sebagainya.
Beberapa hal ini yang membuat orang Islam di Indonesia sulit dalam
memperbaiki akidah. Orang yang memiliki sifat ini adalah orang yang dibenci
Allah swt. hal tersebut yang membuat sulitnya orang Islam di Indonesia dalam
memperkuat akidahnya. Ketika hal tersebut telah dapat dijauhi dan di hilangkan
dari diri, maka Allah akan mempermudah orang-orang yang benar-benar akan
mengimani Al-qur’an dengan hati yang tulus. Cara agar orang Islam yang ada di
Indonesia mudah dalam memperkuat akidah dalam mengimani Alqur’an adalah
mendengar dan menggunakan akal pikirnya lalu sampailah ke dalam hati
dengan sebaik-baiknya.
3. Nilai Pendidikan Ibadah
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa nilai pendidikan Ibadah
yang menyangkut kisah Umar bin Khattab mengenai kewajiban manusia
khususnya seorang muslim yaitu melaksanakan perintah Allah seperti salat,

18 Ta’dibuna, Vol. X, No. X, Januari,2023


Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kehidupan Umar Bin Khattab Serta Relevansinya Dengan Nilai-Nilai
Pendidikan Islam di Indonesia

puasa, zakat dan haji. Salah satu contohnya yaitu saat Umar menjadi khalifah,
beliau melihat kaum muslimin mengerjakan salat tarawih dengan sendiri-
sendiri. Kemudian beliau pun mengumpulkan kaum muslimin untuk
mengerjakan salat tarawih secara berjamaah dengan hanya satu imam.
Di Indonesia sendiri, shalat tarawih juga dikerjakan secara berjamaah di
masjid. Ketika kasus covid-19, masjid di tutup sehingga terpaksa umat Islam
harus mengerjakan sholat tarawih di rumah masing-masing. Walaupun begitu,
masyarakat masih tetap melaksanakan sholat tarawih secara berjamaah
walaupun dilaksanakan dirumah masing-masing. Hal itu menunjukkan bahwa
umat Islam khususnya di Indonesia masih menerapkan nilai Ibada seperti yang
dilakukan oleh Umar bin Khattab RA.

Ta’dibuna, Vol. X, No. X, Januari,2023 19


Izzatun Najiha

Kesimpulan
Khalifah Umar bin Khattab r.a. telah mewariskan nilai-nilai yang sangat berharga
yang berkatnya menjadi modal utama menata sebuah masyarakat dari kondisi anarkis,
tak beradab, menjadi masyarakat yang manusiawi dan sejahtera. Khalifah Umar RA
mampu merangkul semua kalangan dan golongan untuk ikut berpartisispasi dalam
pemerintahan dan pembangunan, tanpa pandang bulu, sebuah teladan yang senantiasa
menjadi sejarah. Di Indonesia, diharapkan para pemimpin mengikuti jejak Umar bin
Khattab supaya negara bisa lebih maju dan aman.

Adapun nilai pendidikan Islam dalam kehidupam Umar bin Khattab mencakup nilai
akhlak, akidah/tauhid dan ibadah. Di Indonesia sendiri, nilai-nilai pendidikan Islam
Umar bin Khattab masih berhubungan dengan ketiga nilai tersebut. Salah satu contoh
relevansi dalam nilai Ibadah Umar bin Khattab dengan nilai ibadah di Indonesia yaitu
Saat Umar menjadi khalifah, beliau melihat kaum muslimin mengerjakan salat tarawih
dengan sendiri-sendiri. Kemudian beliau pun mengumpulkan kaum muslimin untuk
mengerjakan salat tarawih secara berjamaah dengan hanya satu imam. Hal itu juga
dilakukan oleh umat muslim di Indonesia, yaitu dimanapun shalat tarawih dikerjakan
tetap dilaksanakan dengan berjamaah. Masih banyak lagi relevansi-relevansi
pendidikan Islam dalam kehidupan Umar bin Khattab dengan pendidikan Islam di
Indonesia yang telah peneliti jabarkan diatas.

20 Ta’dibuna, Vol. X, No. X, Januari,2023


Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kehidupan Umar Bin Khattab Serta Relevansinya Dengan Nilai-Nilai
Pendidikan Islam di Indonesia

Daftar Pustaka

Bukhari Umar, 2010, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah.


Habib Muhtarudin dan Ali Muhsin, 2019. "Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam
Kitab al-Mawā‘iẓ al-‘Uṣfūriyyah". Jurnal Pendidikan Islam (E-ISSN: 2550-1038), Vol. 3, No.
2.
Hamdani Anwar, 2002 “Masa al-Khulafa ar-Rasyidin”, dalam M. Din Syamsuddin,
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Vol. II, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve
Hasan Bin Ahmad Hammam, 2010, Terapi dengan Ibadah “Istighfar, Sedekah, Doa,
Al-Qur’an, Shalat, Puasa”, Solo: Aqwam.
Jalaluddin as-Suyuthi, 1988, Tarikh al-Kulafa, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
1988.
Jalaludin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Manusia, Filsafat, dan Pendidikan)
Michael H. Hurt, 1983, The 100, A Ranking of The Most Influencial Persons in
History, terj. Mahbub Junaidi dengan judul Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam
Sejarah, Cet. V; Jakarta: Pustaka Jaya.
Miftakhul Jannah, 2018. "Studi Komparasi Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Antara Siswa Fullday School Dengan Siswa Boarding School di Kelas XI SMA IT Abu
Bakar Yogyakarta". Jurnal Al-Thariqah Vol. 3, No. 2
Muhammad Alim. 2006. Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Muhammad Ridla, 1993, al-Faruq Umar Ibn al-Khatthab, Cet. 6, Beirut: Dar al-
Kutub al- Ilmiyyah,1993.
Nur cholis Madjid, 1995, Islam dan Peradaban Jakarta: Yayasan Wakaf Para
madina.
Poerdarwaminta, 1985, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta
Ramayulis, 2011, Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Rosihon Anwar, 2008, Akidah Akhlak, Bandung: CV. Pustaka Setia.
Yunahar Ilyas, 2000, Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta, Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam.

Ta’dibuna, Vol. X, No. X, Januari,2023 21

Anda mungkin juga menyukai