Nilai Pendidikan Islam Umar Bin Khattab
Nilai Pendidikan Islam Umar Bin Khattab
XXX-XXX
DOI: 10.32832/tadibuna.vXiX.XXXX
Izzatun Najiha
Pascasarjana Pendidikan Agama Islam
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
najihaizzatun@gmail.com
Abstrak
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji lebih dalam nilai-nilai pendidikan Islam
dalam kehidupan Umar bin Khattab serta relevansinya dengan nilai-nilai pendidikan Islam di
Indonesia. Dengan demikian kita bisa mengambil pelajaran dari nilai-nilai pendidikan dalam
kehidupan khalifah Umar RA. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan jenis studi dokumen atau teks yang merupakan kajian yang
menitik beratkan pada analisis atau interpretasi bahan tertulis berdasarkan konteksnya. Bahan
bisa berupa catatan yang terpublikasikan (jurnal, artikel dan lainnya), buku teks, surat kabar,
majalah, surat-surat, film, catatan harian, naskah, artikel, dan sejenisnya. Adapun hasil penelitian
ini yaitu nilai pendidikan Islam ada tiga yaitu pendidikan akidah, pendidikan akhlak dan
pendidikan ibadah. Adapun relevansinya yaitu pada nilai pendidikan ibadah yang menyangkut
kisah Umar bin Khattab mengenai kewajiban manusia khususnya seorang muslim yaitu
melaksanakan perintah Allah seperti salat, puasa, zakat dan haji. Salah satu contohnya yaitu saat
Umar menjadi khalifah, beliau melihat kaum muslimin mengerjakan salat tarawih dengan
sendiri-sendiri. Kemudian beliau pun mengumpulkan kaum muslimin untuk mengerjakan salat
tarawih secara berjamaah dengan hanya satu imam. Di Indonesia sendiri, shalat tarawih juga
dikerjakan secara berjamaah di masjid. Selain itu hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
dalam kehidupan Umar bin Khattab terdapat nilai-nilai pendidikan Islam yaitu: Pertama, nilai
pendidikan akidah yaitu fitrah manusia untuk bertuhan. Dalam mengenal tuhannya manusia
tidak hanya membutuhkan fitrah tetapi juga wahyu Allah. Selain itu menanamkan kalimat
syahadat untuk memperoleh kemantapan akidah. Kedua, nilai pendidikan ibadah yaitu seorang
muslim mempunyai kewajiban dengan melaksanakan perintah Allah dengan tidak menyimpang
dari kaidah-kaidah agama seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Ketiga, nilai pendidikan akhlak
yaitu perbuatan dan tingkah laku manusia yang berkaitan dengan Allah, sesama manusia dan
alam sekitar seperti, berdoa kepada Allah, hidup sederhana, adil, mendidik anak, dan sayang
terhadap hewan.
1
Izzatun Najiha
Abstract
The purpose of this writing is to examine more deeply the values of Islamic education in the life of
Umar bin Khattab and their relevance to the values of Islamic education in Indonesia. Thus we can
take lessons from the values of education in the life of the caliph Umar RA. The research method
used in this study is qualitative research with the type of document or text study which is a study
that focuses on the analysis or interpretation of written material based on the context. Materials
can be in the form of published notes (journals, articles, etc.), textbooks, newspapers, magazines,
letters, films, diaries, manuscripts, articles, and the like. The results of this study are that there are
three values of Islamic education, namely faith education, moral education and worship education.
The relevance is to the value of worship education which concerns the story of Umar bin Khattab
regarding human obligations, especially a Muslim, namely carrying out God's commands such as
prayer, fasting, zakat and pilgrimage. One example is when Umar became caliph, he saw Muslims
doing the tarawih prayers individually. Then he also gathered the Muslims to perform the tarawih
prayer in congregation with only one imam. In Indonesia alone, Tarawih prayers are also
performed in congregation at the mosque. In addition, the results of this study indicate that in
Umar bin Khattab's life there are values of Islamic education, namely: First, the value of aqidah
education, namely human nature to believe in God. In knowing God, humans need not only nature
but also God's revelation. In addition to instilling the shahada sentence to obtain the stability of the
creed. Second, the value of worship education, namely that a Muslim has an obligation to carry out
God's commands by not deviating from religious principles such as prayer, fasting, zakat and
pilgrimage. Third, the value of moral education, namely human actions and behavior related to
God, fellow human beings and the natural environment, such as praying to God, living simply, being
fair, educating children, and loving animals.
Pendahuluan
Islam merupakan ajaran agama yang sempurna. Dalam agama Islam terdapat tiga
ajaran yang sangat ditekankan oleh Allah dan Rasul-Nya, yaitu akidah, syariat/ibadah
dan akhlak. Ketiganya pun diamalkan dengan seimbang. Sesungguhnya akidah yang
kokoh senantiasa menghasilkan amalan ibadah dan ibadah pun akan menciptakan
akhlakul karimah.
Pendidikan Islam adalah sistem pengajaran yang didasarkan pada ajaran agama
Islam. Sumber ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Al-Qur’an dijadikan sumber
pendidikan Islam yang pertama sebab memiliki nilai absolut yang diturunkan oleh
Allah. Nilai dalam al-Qur’an bersifat abadi dan relevan dalam setiap zaman, sehingga
pendidikan Islam yang ideal harus sepenuhnya mengacu pada nilai dasar al-Qur’an.1 Al-
Qur’an berisi tentang nilai-nilai pendidikan Islam terdiri dari tiga pilar utama yaitu:
Pertama, I’tiqādiyyah, yang berkaitan dengan nilai pendidikan keimanan atau akidah,
yang bertujuan untuk menata kepercayan individu, seperti percaya kepada Allah,
malaikat, rasul, kitab, hari akhir dan takdir. Kedua, Khuluqiyyah, yang berkaitan dengan
nilai pendidikan etika atau akhlak, yang bertujuan untuk membersihkan diri dari
perilaku rendah dan menghiasi diri dengan perilaku terpuji. Ketiga, ‘Amaliyyah, yang
berkaitan dengan nilai pendidikan ibadah, yang memuat hubungan antara manusia
dengan Tuhannya, seperti salat, puasa, zakat, haji dan yang bertujuan untuk aktualisasi
nilai-nilai ‘ubūdiyyah.
Nilai pendidikan Islam dalam kisah Umar bin Khattab dibanding dengan khalifah-
khalifah lain dapat dikatakan cukup banyak. Salah satu Nilai pendidikan Islam dalam
pendidikan akidah antara lain masuknya Umar bin Khattab dalam agama Islam. Nilai
pendidikan Islam dalam pendidikan Ibadah yaitu kewajiban menjalankan perintah Allah
seperti sholat, puasa, zakat, dan haji. Selain itu nilai pendidikan Islam dalam pendidikan
akhlak yaitu akhlak terhadap Allah, sesama manusia dan alam yang mencakup hewan,
lingkungan dan lainnya.
1
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 33
Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk untuk meneliti tentang
bagaimana relevansi nilai pendidikan Islam dalam kehidupan Umar bin Khattab dengan
nilai-nilai pendidikan Islam di Indonesia.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.
Menurut Sugiyono penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci. Adapun jenis
penelitian yang digunakan yaitu jenis studi dokumen atau teks yang merupakan kajian
yang menitik beratkan pada analisis atau interpretasi bahan tertulis berdasarkan
konteksnya. Bahan bisa berupa catatan yang terpublikasikan (jurnal, artikel dan
lainnya), buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat, film, catatan harian, naskah,
artikel, dan sejenisnya. Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai
relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam kehidupan Umar bin Khattab dengan nilai-
nilai pendidikan Islam di Indonesia yang dikumpulkan dari berbagai sumber seperti
buku, artikel, jurnal dan sebagainya.
2 Ramayulis, Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), hlm. 84.
3 Habib Muhtarudin dan Ali Muhsin, Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Kitab al-Mawā‘iẓ al-
‘Uṣfūriyyah, (Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3, No. 2, Desember 2019), hlm. 316.
yang buruk menurut ajaran agama buruk juga menurut akhlak. Aklak juga
merupakan realisasi dari keimanan yang dimiliki oleh seseorang. Dalam kamus
besar bahasa indonesia kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti, watak,
tabi’at.4
2. Nilai Akidah
Akidah adalah sejumlah kebenaran yang secara fitrah dapat diterima
secara umum oleh manusia, dan tidak akan bercampur dengan keraguan
3. Nilai Ibadah
Ibadah adalah suatu wujud perbuatan yang di landasi rasa pengabdian
kepada Allah SWT. Ibadah juga merupakan kewajiban agama Islam yang tidak
bisa diciptakan dari aspek keimanan. Keimanan merupakan pundamen,
sedangkan ibadah merupakan manifestasi dari keimanan tersebut. Menurut
Nurcholis Majid, ibadah mencakup keseluruhan kegiatan manusia dalam hidup
di dunia ini, termask kegiatan “duniawi” sehari-hari.6
B. Biografi Umar Bin Khattab
Nama Lengkap Umar adalah Umar bin Khattab Ibn Nufail Ibn Abd al-Uzza Ibn
Riyah Ibn Qurth Ibn Razah Ibn 'Adiy Ibn Ka'ab Ibn Lu'aiy al-Qurasyiy al-Adawiy.7
Umar dilahirkan tiga belas tahun setelah tahun Gajah (tahun kelahiran Nabi
Muhammad) yang artinya Umar RA lebih muda tiga belas tahun dari Nabi
Muhammad SAW. Sedangkan Ibunya bernama Hantamah binti Hasyim bin
Mughiroh bin Abdullah bin Umar bin Makhzum.8 Nasab Umar RA bertemu dengan
nasab Nabi Muhammad SAW pada Ka'ab Ibn Luay. Umar berasal dari kalangan
keluarga terpandang suku 'Adiy yang termasuk rumpun Quraisy. Umar memiliki
kecerdasan yang luar biasa, bahkan dikatakan mampu memprakirakan hal-hal yang
8
Muhammad Ridla, al-Faruq Umar Ibn al-Khatthab, ( Cet. 6, Beirut: Dar al-Kutub al- Ilmiyyah,1993),
hlm. 8.
akan terjadi pada masa yang akan datang. Umar RA menjadi orang yang dipilih
sebagai duta dari kabilahnya pada masa Jahiliyyah. Jika terjadi perselisihan di
antara para kabilah, maka Umar lah orang yang diutus untuk melerai dan
mendamaikan perselisihan tersebut. Hal ini menandakan bahwa Umar memiliki
kecerdasan, keadilan, serta kebijaksanaan.
Sebelum masuk Islam, Umar RA dikenal sebagai salah satu tokoh yang paling
menentang ajaran Nabi Muhammad SAW. Umar baru masuk Islam pada tahun ke
enam kenabian ketika beliau berusia dua puluh tujuh tahun. Masuknya Umar
kedalam Agama Islam membawa pengaruh dan kekuatan yang sangat besar bagi
dakwah Islam.
Dengan semua keteladanan yang dimiliki, para ilmuwan Barat pun mengakui
ketokohan Umar bin Khattab RA dalam panggung sejarah Islam. Michael H. Hart
salah seorang sejarawan dari Barat menempatkan Umar bin Khattab RA pada urutan
ke-51 dari seratus tokoh yang dianggap sangat berpengaruh di dunia.10
1. Umar adalah seorang pemimpin yang rasional, intlektual dan kuat agamanya
3. Umar adalah seorang pemimpin yang tegas, adil, bijaksana, disiplin, serta anti
korupsi, kolusi dan nepotisme.
4. Umar adalah pemimpin yang sangat perhatian dan memiliki tanggung jawab
yang luar biasa terhadap rakyatnya.
9
Hamdani Anwar, “Masa al-Khulafa ar-Rasyidin”, dalam M. Din Syamsuddin, Ensiklopedi Tematis
Dunia Islam, Vol. II, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), hlm. 38.
10
Michael H. Hurt, The 100, A Ranking of The Most Influencial Persons in History, terj. Mahbub
Junaidi dengan judul Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, (Cet. V; Jakarta: Pustaka Jaya,
1983), hlm. 264.
menjadi model negara sejahtera, tetapi pada masa khalifah Umarlah negara Madinah
mengalami penyempurnaan. Kesempurnaan pemerintah pada masa khalifah Umar
RA tidak hanya dilihat dari lahirnya institusi-instiusi yang menopang
pemerintahannya, akan tetapi kesempurnaan itu bisa lebih dilihat dari bagaimana
cara khalifah Umar RA mencurahkan kekuasaan negara untuk kesejahteraan
rakyatnya.
D. Nilai Pendidikan Islam Dalam Kehidupan Khalifah Umar Bin Khattab
Adapun nilai-nilai pendidikan Islam dalam kehidupan Umar bin Khattab adalah :
11 Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), hlm. 205
berilah saya kekuatan! Allahumma ya Allah, aku ini kikir, jadikanlah aku
orang dermawan bermurah hati!”
b. Akhlak Terhadap Manusia
Adapun contoh akhlak mulia terhadap manusia yang dilakukan oleh
Umar RA yaitu ketika Umar RA melihat seorang perempuan dengan anak–
anaknya yang sedang kelaparan. Kemudian Umar RA segera mengambil
sekantong gandum di gudang dan memberikannya kepada perempuan
tersebut sehingga perempuan beserta anak-anaknya tersebut bisa makan.
c. Akhlak Terhadap Alam
Yaitu perbuatan yang dilakukan oleh manusia terhadap alam
(hewan), seperti sayang terhadap hewan.
Adapun contoh nilai pendidikan akhlak Umar RA tercermin pada
kisah Umar RA dengan seorang anak kecil.
حكاية عن عمر رضي هللا تعالى عنه كان يمشي في سكك المدينة فرأى صبيا
كان في يده عصفورا وكان يلعب به فرحم عمر ذلك العصفور فاشتراه من
الصبي فاعتقه
“Cerita tentang sahabat Umar RA saat itu beliau berjalan di jalan kecil kota
Madinah. Beliau melihat seorang bocah yang di tangannya terdapat
seekor burung kecil dan Dia memainkan burung itu, maka Umar merasa
kasihan pada burung tersebut, maka Umar RA membelinya dari bocah itu
dan melepaskannya.” 12
12
Habib Muhtarudin dan Ali Muhsin, Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Kitab al-Mawā‘iẓ al-
‘Uṣfūriyyah, (Jurnal Pendidikan Islam (E-ISSN: 2550-1038), Vol. 3, No. 2, Desember 2019), hlm. 313.
15 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 139.
atau pun di lingkungan sekolah harus mendapat perhatian dan bimbingan dari
berbagai pihak, sehingga anak didik benar-benar mendapat pendidikan yang
mengarahkan pada pembinaan akhlak yang mulia seperti yang diterangkan
oleh Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 125:
16 Hasan Bin Ahmad Hammam, Terapi dengan Ibadah “Istighfar, Sedekah, Doa, Al-Qur’an, Shalat,
17 Miftakhul Jannah, Studi Komparasi Akhlak Terhadap Sesama Manusia Antara Siswa Fullday School
Dengan Siswa Boarding School di Kelas XI SMA IT Abu Bakar Yogyakarta, (Jurnal Al-Thariqah Vol. 3, No. 2,
Juli – Desember 2018), hlm. 4.
18
Jalaludin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan (Manusia, Filsafat, dan Pendidikan), hlm. 133.
SWT, kemudian anak diajarkan nama-nama malaikat, nabi dan rasul yang wajib
diketahui, anak juga diwajibkan belajar Al-Quran, tentang hari kiamat serta
qada' dan qadar.
Nilai pendidikan akidah selanjutnya yaitu rahasia kesaktian akhir surah
Thaha yang tertulis di dalam lembaran. Saat Umar membaca ayat itu tiba-tiba ia
merasakan satu suasana kebatinan yang luar biasa, yaitu ketenangan-
ketenangan dalam hati yang belum pernah ia rasakan dan didapatkan
sebelumnya. Artinya, di sinilah inti sentral tertanamnya akidah Umar itu.
Kegelisahan dan kebencian di dalam hati Umar selama ini tiba-tiba berubah
menjadi penyesalan dan kerinduan yang puncaknya ia tetap mencari Nabi
Muhammad saw. tetapi bukan untuk membunuh Nabi Muhammad saw.
melainkan untuk menyatakan diri masuk Islam dan menjadi pengikut Nabi
Muhammad SAW yang amat setia.
Berbeda halnya dengan umat Islam di Indonesia, Di Indonesia masih
banyak orang-orang yang sulit tersentuh hatinya ketika mendengar lantunan
ayat suci Al-qur’an. Ada beberapa hal yang mempengaruhi hal tersebut,
diantaranya syirik (menyekutukan Allah), kufur, murtad, dan lain sebagainya.
Beberapa hal ini yang membuat orang Islam di Indonesia sulit dalam
memperbaiki akidah. Orang yang memiliki sifat ini adalah orang yang dibenci
Allah swt. hal tersebut yang membuat sulitnya orang Islam di Indonesia dalam
memperkuat akidahnya. Ketika hal tersebut telah dapat dijauhi dan di hilangkan
dari diri, maka Allah akan mempermudah orang-orang yang benar-benar akan
mengimani Al-qur’an dengan hati yang tulus. Cara agar orang Islam yang ada di
Indonesia mudah dalam memperkuat akidah dalam mengimani Alqur’an adalah
mendengar dan menggunakan akal pikirnya lalu sampailah ke dalam hati
dengan sebaik-baiknya.
3. Nilai Pendidikan Ibadah
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa nilai pendidikan Ibadah
yang menyangkut kisah Umar bin Khattab mengenai kewajiban manusia
khususnya seorang muslim yaitu melaksanakan perintah Allah seperti salat,
puasa, zakat dan haji. Salah satu contohnya yaitu saat Umar menjadi khalifah,
beliau melihat kaum muslimin mengerjakan salat tarawih dengan sendiri-
sendiri. Kemudian beliau pun mengumpulkan kaum muslimin untuk
mengerjakan salat tarawih secara berjamaah dengan hanya satu imam.
Di Indonesia sendiri, shalat tarawih juga dikerjakan secara berjamaah di
masjid. Ketika kasus covid-19, masjid di tutup sehingga terpaksa umat Islam
harus mengerjakan sholat tarawih di rumah masing-masing. Walaupun begitu,
masyarakat masih tetap melaksanakan sholat tarawih secara berjamaah
walaupun dilaksanakan dirumah masing-masing. Hal itu menunjukkan bahwa
umat Islam khususnya di Indonesia masih menerapkan nilai Ibada seperti yang
dilakukan oleh Umar bin Khattab RA.
Kesimpulan
Khalifah Umar bin Khattab r.a. telah mewariskan nilai-nilai yang sangat berharga
yang berkatnya menjadi modal utama menata sebuah masyarakat dari kondisi anarkis,
tak beradab, menjadi masyarakat yang manusiawi dan sejahtera. Khalifah Umar RA
mampu merangkul semua kalangan dan golongan untuk ikut berpartisispasi dalam
pemerintahan dan pembangunan, tanpa pandang bulu, sebuah teladan yang senantiasa
menjadi sejarah. Di Indonesia, diharapkan para pemimpin mengikuti jejak Umar bin
Khattab supaya negara bisa lebih maju dan aman.
Adapun nilai pendidikan Islam dalam kehidupam Umar bin Khattab mencakup nilai
akhlak, akidah/tauhid dan ibadah. Di Indonesia sendiri, nilai-nilai pendidikan Islam
Umar bin Khattab masih berhubungan dengan ketiga nilai tersebut. Salah satu contoh
relevansi dalam nilai Ibadah Umar bin Khattab dengan nilai ibadah di Indonesia yaitu
Saat Umar menjadi khalifah, beliau melihat kaum muslimin mengerjakan salat tarawih
dengan sendiri-sendiri. Kemudian beliau pun mengumpulkan kaum muslimin untuk
mengerjakan salat tarawih secara berjamaah dengan hanya satu imam. Hal itu juga
dilakukan oleh umat muslim di Indonesia, yaitu dimanapun shalat tarawih dikerjakan
tetap dilaksanakan dengan berjamaah. Masih banyak lagi relevansi-relevansi
pendidikan Islam dalam kehidupan Umar bin Khattab dengan pendidikan Islam di
Indonesia yang telah peneliti jabarkan diatas.
Daftar Pustaka