Anda di halaman 1dari 23

Lokakarya Nasional Penguatan Implementasi Resort Based Managment

(RBM) di Kawasan Konservasi Indonesia

Royal Safari Garden – Puncak Bogor


Hari Kedua – 14 Desember 2017

PESERTA
1 M. Muslich (WCS-IP)
2 Maman Surahman (Matalawa)
3 Badiah (BBTNGGP)
4 Haryani Turnip (USAid – BIJAK)
5 Lana Sari (Dit. BPEE)
6 Laurio Leoald (FHK)
7 Tri Catza (Dit. PE)
8 Dody Nugroho (FP-3)
9 A. Rizal (FP-3)
10 Ryan Avriandy (FFI-IP)
11 Ronald AP Siagian (Sumatran Tiger)
12 Khairil Azmi (Sumatran Tiger)
13 Adhi M. Hadi (Dit. KK)
14 Johan Setawan (Balai TNG Merbabu)
15 Firdaus RA (WCS)
16 H. Arief (PMU – Tiger)
17 Oktafa Rini P. (WCS – IP)
18 Usman (TN. BABUL)
19 Agus Budiono (FP-3)
20 Brian S.I.K. (BBKSDA Papua Barat)
21 Ajat Sudrajat (PTNNK)
22 Tommy Sinambela (BBKSDA Riau)
23 Yussapin (TN Sebangau)
24 Faisal Riza (TN. Gunung Palung)
25 M. Denny Rosadi (TN. Gunung Palung)
26 Hari Shabirin (BKSDA Sulut)
27 Lukita Awang (BTN BNW)
28 Suswaji (Dit. KK)

1
29 Radit (Dit. KK)
30 Weda Y. Lukman (Perencanaan KK)
31 Dewi Sulastriningsih (Dit. KK)
32 Rudijanta TW (PMU – Tiger)
33 Rinaldo (BBTNGL)
34 Dadang S. (BBKSDA NTT)
35 Nurdani Ginanjar (BTN Berbak & Sembilang)
36 Toni Anwar (REDD)
37 Diana Saadah (USAid – BIJAK)
38 Tarmizi (WCS – IP)
39 Najmuddin (BBTNKS)
40 Suer Suryadi (CLAN)
41 Hagnyo W. (BBTNBBS)
42 Hary Cahya (PE – KSDAE)
43 Agus Setyabudi (BTNMA)
44 Sutoto Dwijayanto
45 Ahmad Munawir (BBTNBKDS)
46 Kurnianingsih (BKSDA Papua)
47 Mariana C.R. Maria (BBKSDA Papua)
48 Nur Faizin (BTNGHS)
49 Waldemar (Pusdiklat SDM LHK)
50 Ronggo Bayu W. (Dit. KK)
51 Erwin W. (FHK)
52 Dessy Eko Prayitno
53 Mutar T. (PMU – Tiger)
54 Asriningsih (PMU – Tiger)
55 Evi Indraswat (PILI)
56 Agni Prijono (Netgeo Indonesia)
57 Dina Andriyana (WCS – IP)
58 A. Faisal (WCS – BIJAK)

Nama/Insttusi Keypoints
Sesi-1: 08.30 – 11.00
Evi Indraswat  Selamat pagi! Kita akan melanjutkan agenda hari ini hingga sore hari.

2
Dan nant sekitar Pukul 14.00 Pak Dirjen akan hadir kembali bersama
kita untuk menutup pertemuan hari ini.
 Hari ini kita akan mencoba menarik pembelajaran dari pertemuan
sebelumnya. Hal ini karena tujuan pertemuan ini adalah:
1. Kerbagi pengalaman. Pada pertemuan kemarin, kita sudah
berbagi pengalaman dari pagi hingga malam.
2. Menyusun rencana tndak lanjut. Setelah kemarin kita berbagi
pengalaman, menarik pembelajarannya, sehingga kemudian
pentng untuk merumuskan rencana tndak lanjut. Penyusunan
rencana tndak lanjut nant akan dilakukan dalam masing-masing
working group.
 Sebelum kita melanjutkan pada sesi berikutnya, mungkin ada yang
ingin memberikan komentar, saran, atau pendapat dari sharing
pengalaman yang sudah kita lakukan kemarin?
Waldemar  Konsep resort based management (RBM) ini masih ngawang-awang.
Hasiholan Sebenarnya apa sih RBM ini? RBM ini adalah kehadiran negara di
tngkat tapak.
 Akan tetapi faktanya, misalnya saya ke resort, saya tanya, ada stempel
ngga? Mereka bilang, tdak ada Pak. Jika sepert ini, dimana kehadiran
negara? Jika kondisinya sepert ini, resort dibubarkan saja, gant
dengan kelompok pecinta alam.
 Dalam konteks Indonesia, kehadiran negara ditandai dengan adanya
“stempel” negara.
 Kepala resort adalah pemegang otoritas di lapangan. Dalam konteks
demikian, jika kita ingin melihat kepala balai, lihat saja kepala resort-
nya. Karena tugasnya mirip, yaitu cerminan unit manajemen terkecil.
 Saat ini, sebagian besar balai merupakan satuan tugas manajemen
terkecil, sedangkan resort adalah unit manajemen terkecil. Satuan
tugas dan unit manajemen berbeda.
 Unit menajemen terkecil memiliki otoritas di wilayahnya masing-
masing, dan bisa mengambil tndakan, baik tndakan konservasi atau
pengawasan. Jika terjadi kejahatan kehutanan, kepala resort memiliki
kewenangan khusus kepolisian bidang kehutanan. Akan tetapi, kepala
resort tdak harus Polhut atau PNS. Sesuai undang-undang kepala
resort diberi kewenangan khusus kepolisian bidang kehutanan.
 Kita harus mengikut perkembangan di K/L lain. Di kepolisian sudah
mengharuskan bahwa penyidik harus memiliki gelar sarjana. Oleh
karena itu, jika kepala resort memiliki kewenangan menyidik, maka
harus pula bergelar sarjana sebagaimana dimandatkan PP.
 Konteks Indonesia, unsur-unsur manajemen harus ada di resort.
Misalnya: terkait dengan SDM di resort yang jumlahnya hanya dua
atau tga, dengan UU ASN bisa melakukan rekrutmen tenaga untuk
mendukung resort. Sebaliknya, SDM di balai tdak harus banyak. SDM
seharusnya lebih banyak di resort. Dan tugas balai dan resort tdak
akan overlapping, asalkan bekerja sesuai dengan SOP-nya masing-
masing.
 Kemudian terkait dengan sarana prasarana resort. Ini harus didukung

3
dengan baik. Karena resort bertanggungjawab pada wilayahnya, dan
harus menguasai wilayahnya.
 Resort harus menyusun rencana kerja.
 Resort merupakan cerminan unit manajemen terbesar. Dalam
konteks ini, resort melakukan kegiatan inventarisasi, identikasi
tumbuhan, identikasi populasi, penjagaan, patroli, patroli gabungan,
dll.
 Berbeda dengan resort, tugas balai terkait dengan landscape,
koordinasi dengan KPH, dengan pemerintah daerah, dll.
 Kehadiran resort sangat pentng. Oleh karena itu, tugas kepala resort
juga sama dengan kepala balai, mulai dari perencanaan, dst.
Evi Indraswat  RBM tdak hanya spirit, tetapi sudah menjadi falsafah. Namun
demikian, untuk menjadikannya falsafah, dibutuhkan knowledge.
 Pembelajaran:
1. di lapangan kita mencari data;
2. dari aplikasi kita mendapatkan informasi;
3. dari data dan informasi tersebut harus dipetakan mana yang akan
menjadi kebijakan.
 Data, informasi, kebijakan harus mampu memunculkan knowlegde,
kemudian attude, yang kemudian harus disebarluaskan.
 Konservasi merupakan mandat dari KLHK. Namun demikian,
dukungan negara belum optmal dalam mendukung konservasi. Hal
ini misalnya minimnya anggaran, hanya 1% dari anggaran.
 UU Konservasi masuk dalam pembahasan di DPR, tetapi masih harus
bertarung dengan UU Perkelapasawitan dan UU Pertanahan. Dalam
konteks ini, UU Konservasi harus terus diperjuangkan.
 RBM harus menjadi falsafah dalam pengelolaan kawasan konservasi
di tngkat tapak.
Haryanto R. Putro  Saya ingin menajamkan kerangka pikir yang disampaikan Fasilitator
dalam konteks RBM. Kerangka pikir tersebut merupakan kerangka
pikir scientst. Untuk itu perlu dideliver menjadi kerangka kerja yang
efektf.
 Ada agenda untuk trade of dalam revisi UU 5 dengan UU
Perkelapasawitan.
 Mindset KPHK:
1. Pertanyaannya bagaimana KPHK bisa menjadi basis penguatan
konservasi?
2. Bagaimana caranya menggunakan isu KPHK untuk menaikkan
tngkat eselon dari unit pengelolaan konservasi terkecil?
3. RBM harus menjadi alat penguatan KPHK.
4. Harus ada instrumen ke KemenPAN untuk memperkuat SDM.
 Hutan primer Indonesia tnggal 24%. Kawasan konservasi lebih sedikit
dibanding produksi. Oleh karena itu, perlu penguatan resort.
 Tiap kawasan konservasi harus memiliki knowledge management.
Evi Indraswat  Pengelolaan konservasi harus mengeluarkan teori-teori baru.
 Lembaga konservasi harus menjadi learning center.

4
Waldemar  Setelah membaca peraturan terkait konservasi, ada 7 prinsip
Hasiholan pengelolaan hutan:
1. Pengelolaan hutan harus berbasis landscape;
2. Pengelolaan hutan berbasis multfungsi;
3. Pengelolaan hutan harus berbasis mult produk;
4. Pengelolaan hutan harus berbasis research science dan teknologi;
5. Pengelolaan hutan harus berbasis masyarakat, sehingga kehadiran
masyarakat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.;
6. Pengelolaan hutan berbasis tapak/resort;
7. Pengelolaan hutan harus berujung pada enforcement.
 Perlindungan hutan melekat pada management, baik ada IKU
maupun tdak.
Gunung Nababan  Ada dua permasalahan di negara ini:
1. Masyarakat rindu kehadiran pemerintah;
2. Masyarakat tdak percaya pemerintah.
 RBM ini adalah penjaga hutan. Ibarat rumah, jika tdak ada orang,
maka pencuri bisa masuk. Nah, RBM diibaratkan sebagai penjaga
rumah.
 Kita perlu mengindentikasi dan saling terbuka terhadap kendala-
kendala yang kita hadapi di lapangan.
Tony Anwar  Pada sesi ini akan ada tga pembicara, yaitu:
1. Implementasi RBM di Region Sumatra;
2. Implementasi Kemajuan RBM di Lanskap TNBBS;
3. Penggunaan SMART dalam Mendukung RBM.
 Masing-masing pembicara akan diberikan waktu 15 menit untuk
memaparkan.
Rudijanta  Pemaparan: “Pembelajaran Implementasi RBM di Sumatran Tiger
Project.”
 Sumatran Tiger bertujuan untuk meningkatkan upaya konservasi.
 RBM merupakan paket terbaik yang harus terus dikembangkan.
Namun demikian, dalam perkembangannya justru malah mengalami
kemunduran karena kurangnya pemahaman mengenai RBM ini.
 Target Project Sumatran Tiger adalah bagaimana jumlah populasi
harimau menjadi indikator keberhasilan.
 Lokasi project: Gunung Leuser, Berbak Sembilang, dll.
 Penguatan efektitas dilakukan melalui:
1. Meningkatkan kapasitas lembaga pengelola (i.e. memperbaiki
rencana pengelolaan agar lebih baik);
2. Meningkatkan pengelolaan melalui RBM;
3. Perbaikan rencana kelola dan rencana kerja tahunan;
4. Mengurangi ancaman melalui patroli dan penguatan
perlindungan.
 Implementasi RBM ada 5 tahapan:
1. Melakukan evaluasi terhadap status implementasi RBM saat ini;
2. Memberikan rekomendasi perbaikan (SDM, sarana, sistem);
3. Mendukung upaya perbaikan (SDM, sarana, sistem);

5
4. Pilotng RBM pada resort prioritas;
5. Membagikan pembelajaran implementasi RBM untuk
mengembangkan dalam skala lebih luas.
 Penggunaan SMART dalam mendukung RBM:
1. Perkembangan:
- Mengembangkan modul SMART;
- Kurikulum training tersertikasi;
- Penyediaan trainer bersertikat.
2. Capaian hasil SMART-RBM:
- Mengidentikasi berbagai ancaman terhadap harimau;
- Meningkatkan upaya patroli;
 Tujuan Project Sumatran Tiger adalah melindungi dan meningkatkan
populasi harimau. Oleh karena itu, hal pertama adalah mengurangi
ancaman terhadap harimau.
Tony Anwar  Selanjutnya adalah pemaparan “Perkembangan Implementasi
Pengelolaan RBM di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan” yang akan
disampaikan oleh Firdaus dari WCS.
Firdaus  Pemaparan: “Perkembangan Implementasi Pengelolaan RBM di
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.”
 Kilas balik pengelolaan:
1. BBS terbagi dalam 17 resort pada 4 seksi;
2. persepsi awal sebagai aktitas patroli;
3. merupakan bentuk pengelolaan kawasan dengan resort sebagai
unit terkecil;
4. efektitas resort dalam melaksanakan strategi konservasi di
wilayahnya sesuai dengan tpologi.
 Kemitraan sebagai kunci sukses:
1. Inisiasi awal oleh Konsorsium Unila-PILI dalam bingkai kerja
restorasi;
2. Kolaborasi WCS dalam giat patroli dan mitgasi konfik manusia
dan satwa liar;
3. berkembang menjadi kerja-kerja minimal resort dengan
melibatkan mitra kunci lainnya: YABI dan WWF;
4. Penerapan SMART sebagai sistem informasi manajemen.
 Pada 2014, semua NGO kunci yang bekerja di BBS sepakat untuk
menggunakan SMART-RBM sebagai basis pengumpulan dan
pengolahan data dan informasi.
 Implementasi RBM:
1. Patroli rutn;
2. Menyusun proil resort;
3. Pertemuan 17 resort;
4. FGD tematk resort;
5. Peningkatan kapasitas kelola sosial,konfik satwa liar, termasuk
MDM, penanganan perambah, wisata;
6. Peningkatan kapasitas monitoring satwa kunci;
7. Kapasitas perlindungan dan pengamanan;

6
8. Excellent learning berbagi pengalaman;
9. Alokasi biaya bulanan di tngkat resort Rp. 6.350.000,-
 Menuliskan perkembangan di lapangan:
1. rapat koordinasi dan perambahan;
2. kunjungan lapang ke resort;
3. papara kajian;
4. penulisan proil resort;
5. sharing.
 Tidak ada keraguan dalam menggunakan SMART-RBM, karena data
yang dihasilkan valid, update, dan reliable.
 Graik kehilangan hutan mengalami tren penurunan, tetapi law
enforcement meningkat, karena patroli juga dilakukan lebih sering.
 Belajar dari Masyarakat Pesanguan: partsipasi dalam penanganan
konfik satwa.
 RBM juga mampu membuat perubahan mindset dan
matapencaharian masyarakat, misalnya menjadikan mereka sebagai
tour guide atau membuka rumah mereka sebagai homestay.
 Alur Perencanaan – Implementasi – Evaluasi – Rekomendasi --> Seksi
– Bidang – Balai – Resort.
Tony Anwar  Tadi ada perubahan paradigma RBM dari patroli menjadi beyond
patroli.
Dewi Sulastriningsih  Pemaparan: “SMART-RBM untuk Meningkatkan Efektitas
Pengelolaan Kawasan Konservasi.”
 Kelemahan implementasi RBM:
1. SDM yang kurang;
2. Kegiatan pengelolaan yang tdak tepat;
3. Informasi yang belum lengkap, valid, dan up to date.
4. Informasi yang esensial belum diperoleh;
5. Belum adanya SOP untuk panduan kerja;
6. Pengelolaan yang belum berbasis riset. Kegiatan belum
tersistemats.
7. Monev dilakukan hanya untuk melihat realisasi anggaran, bukan
pada output dan outcome.
8. Keberadaan petugas di lapangan masih terbatas.
9. Belum adanya NSPK terkait dengan RBM;

7
10. Pengelolaan masih bersifat pasif, represif, dan reaktf;
11. Belum ada pengelolaan data yang sistemats;
 Tujuan dan Manfaat RBM: ini menjadi proses cycle.
1. Petugas resort merencanakan kegiatan di wilayahnya;
2. Petugas resort mengumpulkan data untuk menguasai wilayahnya;
3. Petugas resort menguasai wilayahnya.
 Skema penerapan RBM:

 Alur Data dan Informasi yang Dibangun:

 SMART: --> cek slide.


1. Salah satu alat yang dapat menunjuang RBM;
2. Berdasarkan data spasial;

8
3. Dilengkapi dengan perangkat untuk merencanakan,
mendokumentasikan, menganalisis, melaporkan, dan mengelola
berbagai informasi;
4. Sistem SMART sejalan dengan tujuan RBM;
5. Perangkat lunak SMART mudah dimodiikasi sesuai dengan
kebutuhan koleksi data, analisis, serta pelaporan di setap jenjang
manajemen mulai dari resort sampai pusat.
 Implementasi SMART secara global: telah digunakan di 389 lokasi di
46 negara.
 Implementasi SMART di Indonesia:

 Sejarah implementasi SMART di Indonesia:

 Pengenalan SMART pertama kali di TN Berbak tahun 2013.


 Pilot implementaton SMART di Sumatera dilakukan pada tahun
2014/2015 di Ekosistem Leuser, Bukt Tiga Puluh, Teso Nilo, Lanskap

9
Kerinci Seblat, Berbak-Sembilang-Dangku, dan BBS.
 Kemajuan Proses Pokja SMART 2017:
1. Standar data model, termasuk untuk patroli kawasan konservasi
perairan;
2. draft pedoman implementasi SMART;
3. draft modul SMART sesuai format PUSDIK;
4. uji coba modul;
5. kurikulum dan silabus training dengan pusdiklat;
6. telah dilakukan inhouse training untuk widyaiswara PUSDIK dan
juga ToT SMART yang dilakukan Pusdiklat-LHK Bogor.
 Data hasil mode SMART saat ini:
1. Kondisi sebelum menggunakan SMART:
- Pengumpulan data dilakukan secara manual dan berdasarkan
permintaan;
- Laporan dalam bentuk cetak/digital dengan format yang
bervariasi;
- Pendokumentasian laporan belum dalam satu sistem;
- Analisis lintas kawasan membutuhkan waktu dan tdak
dilakukan secara berkala.
2. Dengan diberlakukannya SMART, maka:
- Setap UPT mengirimkan data-data kepada Sistem Informasi
Manajemen Pusat;
- Sistem Informasi Manajemen Pusat ini dapat menyediakan
kebutuhan data dan informasi direktorat teknis.
 Penggunaan SMART-RBM diharapkan dapat mendorong reformasi
birokrasi, sehingga terwujud science based management.
 Manfaat implementasi SMART:
1. Fokus pada tujuan pengelolaan;
2. Kegiatan lapangan fokus dan responsif pada penyelesaian
masalah;
3. Terdapat protokol standar pada setap kegiatan;
4. Paperless;
5. Sistem monitoring terpusat:
- Performance monitoring;
- Identikasi dengan cepat kebutuhan lapangan;
- Identikasi dengan cepat dan akurat pada prioritas kelola.
6. Pengambilan keputusan/kebijakan berbasis data yang akurat.
 Dampak positf SMART secara nasional:
1. Permasalahan di lapangan dapat direspon secara cepat, sehingga
tdak menjadi isu yang dapat dipolitsasi, karena data dan
informasi dapat langsung diakses setap level manajemen;
2. Keterlibatan komunitas masyarakat yang signiikan, termasuk
kelompok masyarakat adat. Kolaborasi antara komunitas
masyarakat dan pemerintah antara lain dalam hal pemetaan
perlindungan kawasan, patroli dan menanggulangi ancaman
terhadap hutan;

10
3. Tuntutan parapihak untuk mengetahui hasil pekerjaan
pemerintah dapat digambarkan secara cepat, terstruktur, jelas,
akurat dan reliable.
 Tantangan Penerapan SMART-RBM: mengubah mindset bahwa
SMART-RBM atau RBM bukan sekedar project sementara atau
pekerjaan tambahan, tetapi inovasi untuk menyelesaian
permasalahan konservasi.
Gunung Nababan  Terkait dengan kata “menguasai” harus hat-hat dengan terminologi
ini. Meskipun ini yang kita harapkan. Lebih baik menggunakan
“mendalami.”
 Terkait dengan SDM yang kurang, hal ini bisa disiasat dengan
mengoptmalkan peran serta masyarakat, yaitu dengan “menggaji”
masyarakat dengan alokasi anggaran yang digunakan untuk
membayar tenaga honorer.
 Untuk berhasil mengelola kawasan, kita harus menguasai biologi
satwa dan tumbuhannya.
 Data perlu dikumpulkan, dianalisa, dan kemudian ditndak lanjut.
Waldemar  Awalnya ada 27 satwa dilindungi, saat ini ada lebih diri 100 lebih
Hasiholan satwa yang dilindungi. Artnya semakin sedikit satwa yang bisa
diburu.
 Jika pengelola kawasan konservasi bekerjasama dengan masyarakat,
maka akan meningkatkan efektitas pengelolaan kawasan.
 Dengan menggunakan SMART menjadikan keterbatasan jumlah SDM
dapat diminimalisir.
Ba’diah  Terkait dengan adanya modul SMART-RBM, dan ketersediaan trainer
SMART-RBM, bagaimana UPT dapat mengakses tersebut?
Rudijanta  Untuk mengakesnya tnggal mengajukan permohonan ke Pusdiklat.
Ahmad Munawir  Pemaparan: “Overview RBM Periode 2009-2014.”
 Isu pengelolaan kawasan konservasi:
1. Degradasi Luasan Kawasan AKIBAT :Perambahan, Ilegal Mining,
Kebakaran Hutan, dll
2. Kemorosotan kualitas dan kuanttas Keanekaragaman Hayat
AKIBAT: Perburuan ilegal, Perdagangan bebas, Penangkapan
dengan cara-cara yg tdak ramah lingkungan, dll
3. Konfik antar Manusia dan Satwa Liar Semakin Meningkat AKIBAT :
Kualitas habitat semakin rendah, Pakan alam
4. Dukungan Stakelholders lain belum optmal/kurang AKIBAT :
Koordinasi dan Komunikasi yg lemah, Potensi kawasan belum
terkelola dgn baik untuk peningkatan kualitas masyarakat dan
mendukung pembangunan ditngkat daerah
5. Data dan Informasi Kawasan belum sepenuhnya di
terdokumentasi
 Kondisi umum pengelolaan kawasan konservasi belum sepenuhnya
mampu mengatasi permasalahan kawasan maupun mengembangkan
potensi kawasan. Sehingga dibutuhkan suatu sistem yang mampu

11
mendekatkan fungsi-fungsi pengelolaan di tngkat tapak.
 Pengertan RBM:
1. Sebuah sistem pengelolaan kawasan konservasi yang menjadikan
resort sebagai unit pengelolaan terkecil dan dan ujung tombak
pengelolaan di tngkat lapangan.
2. Sistem yang dibangun untuk meningkatkan kehadiran staf di
lapangan dan “penguasaan” staf terhadap potensi, masalah,
tantangan, dan solusi.
 Tujuan RBM adalah menjadikan kawasan dapat dikelola secara efektf
dan eisien untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
 Manfaat RBM:
1. Kawasan akan lebih terjaga;
2. Potensi dan permasalahan akan lebih diketahui;
3. Sosekbud masyarakat akan lebih dikenali;
4. Tersedianya data yang lengkap, akurat, time series;
5. Mempermudah merumuskan kebijakan;
6. Eksistensi TN akan lebih dikenal.
 Prinsip RBM ada 7. Prinsip-prinsip ini dapat digunakan untuk
memahami apa itu RBM. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Resort mengemban tugas ke dalam dan keluar;
2. sinergi dan terpadu;
3. partsipatf dan inklusif;
4. antsipatf, responsif, prokatf, adaptf;
5. Transparan dan akuntabel;
6. pembelajaran inter dan antar resort;
7. berbasis data, informasi, dan pengetahuan.
 Siklus Implementasi RBM:

12
 Hasil evaluasi:
1. Prakondisi:
- Pembentukan tm kerja RBM;
- Penyusunan rencana pengelolaan berbasis resort;
- Pengelolaan informasi
2. Implementasi:
- Penetapan wilayah kerja resort dilampiri peta kerja
bidang/seksi/wilayah/resort;
- Pembangunan kelembagaan;
- Pengelolaan informasi;
- Evaluasi.
 Saat ini, seharusnya kita bisa memperoleh outcome dari
implementasi RBM.
 Penilaian terhadap RBM tdak bisa serta merta untuk mengatakan
bahwa personil RBM tdak bekerja maksimal. Penilaian ini digunakan
untuk merumuskan rekomendasi perbaikan atau untuk menyatakan
apakah sudah siap melaksanakan RBM atau tdak.
 Penilaian ini dilakukan untuk menilai kesiapan implementasi RBM.
 Pentng untuk memastkan tongkat estafet kepemimpinan resort,
yaitu misalnya dengan menyusun dokumen kerja secara
komprehensif dan menyampaikan kepada periode kepemimpinan
berikutnya. Hal ini untuk memastkan kesinambungan kerja dan
program antar periode kepemimpinan resort.
 Dari 50 TN yang ada, perlu dibuat prioritas pembinaan terhadap TN-
TN yang masuk kategori perlu dibina berdasarkan hasil penilaian.
 Pandangan:
1. Pengelolaan kawasan konservasi berbasis ruang terkecil:
- Harus didukung semua unsur dalam suatu UPT (SDM,
anggaran, sarpras, juklak juknis;
- Merupakan perpanjangan pelaksanaan tugas dan fungsi seksi
dalam konteks teknis dan sebagian pelayanan (pengusulan
anggaran, perencanaan kelola, pelaksanaan kelola, pelayanan,
komunikasi dan koordinasi, pelaporan, dll.)
- Membangun dan merawat hubungan baik dengan para mitra
dalam wilayah kerjanya, khususnya masyarakat terdampak
pengelolaan kawasan konservasi.
2. RBM yang sudah berjalan:
- Bina;
- Dampingi;
- Mantapkan; dan
- Kembangkan.

Sesi-2: Working Group Sistem Manajemen Informasi (11.00 – 15.30)


Rudijanta  Grup ini akan membahas mengenai data dan informasi.

13
 Dua tugas grup ini:
1. Mengidentikasi kebutuhan sistem informasi yang akan
mendukung RBM;
2. Mengidentikasi langkah tndak lanjut kedepan untuk mendukung
KSDAE dalam mengembangkan RBM
 Untuk memulai diskusi, ada dua trigger yang harus diidentikasi:
1. Apa kebutuhan informasi di pusat yang dapat mendukung RBM?
2. Apa kebutuhan informasi di tngkat tapak?
Tri Cahya  Ada 6 kebutuhan data dan informasi:
1. Kebutuhan data sekretariat: SDM, anggaran, dll.
2. data direktorat PIKA: peta kawasan, potensi kawasan.
3. KK: zonasi, pengamanan, perlindungan
4. KKH: peredaran TSL, LK, PNBP TSL
5. PJLHK:izin-izin, PNBP wisata
6. BPEE: kehat, karst
 Keenam data di atas ada di SIDAK.
 Data-data SIDAK akan diolah menjadi data statstk, SITROOM, dan
infograis.
 SITROOM berisi informasi yang sudah dianalisis untuk menjadi dasar
bagi pimpinan dalam mengambil keputusan, selain itu menjadi
sumber pengetahuan pimpinan.
 Statstk digunakan untuk membuat buku statstk.
Rudijanta  Harus memetakan data-data yang harus sering diupate?
Tri Cahya  Data-data yang harus sering diupdate adalah data-data dari KK dan
KKH.
Nur Faizin  Data-data apa? Spasial, non-spasial?
Tri Cahya  Semua data, baik spasial maupun non-spasial.
 Untuk memudahkan updatng data, maka akan diprioritaskan
menggunakan excel.
Rudijanta  Konteks yang saya tanyakan tadi adalah soal urgensinya apa harus
dilakukan tap bulan?
Nur Faizin  Sebenarnya data yang dibutuhkan pusat itu apa?
 Sebelum membangun sistem database ini, level kebutuhan pusat itu
apa?
Rudijanta  Jika data yang dibutuhkan pusat sepert di atas, maka dibutuhkan
efort yang besar.
Ronggo Bayu W.  Intensitas pelaporan tdak dibuat tap bulan, tetapi 3 bulan.
 Data spasial merupakan rekapan setap 3 bulan yang menggambarkan
temuan-temuan pentng yang kemudian akan disampaikan ke pusat.
 SITROOM akan ditampilkan dalam bentuk webgis.
 Kebutuhan data-data ini untuk melihat hal-hal yang telah dikerjakan
teman-teman di UPT.
 Temuan-temuan nant akan melihat berbagai kebutuhan teman-

14
teman ditngkat tapak.
Rudijanta  Jika kebutuhan data pusat untuk reportng dan pengambilan
kebijakan, maka akan lebih mudah untuk mengkategorikan datanya
berdasarkan kebutuhan dan kepentngan pusat.
 Ini terkait dengan kemampuan untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya.
 Problem yang selalu ada, data dikumpulkan, tetapi tdak pernah
diolah.
Maman Surahman  Ketka data dikirim ke pusat, terserah pusat. Apakah akan dijadikan
kebijakan atau lainnya. Itu terserah pusat. Ini memang sedikit
mengecewakan, karena untuk hal pentng aja terkadang pusat tdak
aware, apalagi hanya data dan informasi.
 Terkait dengan SITROOM. Data-data yang diperoleh dimasukkan ke
SITROOM.
Rudijanta  Pertama yang harus kita lakukan, mengidentikasi kebutuhan
informasi pusat dan resort. Kemudian urgensinya apa?
Ronggo Bayu W.  Yang dibutuhkan adalah progres pencapaian IKK.
 Yang terpentng adalah data yang dikirim masing-masing UPT adalah
data yang digunakan dan dibutuhkan masing-masing direktorat.
Tri Cahya  Data yang dibutuhkan sudah ada. Kemudian yang menjadi
pertanyaan adalah, data tersebut akan ditampilkan sepert apa?
 Data-data SITROOM akan dibahas pada tanggal 19 Desember 2017
untuk mendiskusikan bagaimana data-data tersebut akan
ditampilkan.
 Informasi UPT akan dikirimkan ke SIDAK. Data SIDAK akan digunakan
SITROOM dan ditampilkan dalam statstk dan infograis.
Rudijanta  Jadi, sebenarnya data yang dibutuhkan di pusat adalah data yang
sudah diolah.
Tri Cahya  Kebutuhan data KSDAE dilakukan karena adanya penggabungan LH
dan Kehutanan, oleh karena itu diperlukan untuk menyusun database
baru.
 Oleh karena itu, kita perlu menyepakat data-data apa saja yang
dibutuhkan oleh pusat, sehingga ketka UPT mendeliver akan
bermanfaat.
Nur Faizin  Pusat ini justru tdak belajar dari UPT.
 Informasi apa saja yang dibutuhkan pusat dari UPT? Untuk
mendapatkan ini, perlu konsultasi ke UPT.
 Terhadap kebutuhan informasi tersebut, perlu cek kebutuhan UPT
dalam memenuhi kebutuhan informasi tersebut.
 Berikutnya adalah pengembangan sistem informasi apa yang cocok
yang bisa mengakomodir pengumpulan dan delivery informasi yang
dibutuhkan tadi.
 Masing-masing direktorat di pusat punya database informasi sendiri-
sendiri.

15
Rudijanta  Kebutuhan informasi pusat perlu disepakat, baik soal jenis
informasinya, kemudian tming pengumpulan dan delivery-nya.
 Kemudian harus dipilah, informasi mana yang bisa disediakan UPT
dan merupakan tupoksi UPT, dan mana yang tdak bisa disediakan
UPT karena ini merupakan concern pusat, tetapi bukan tupoksi UPT.
Dody Nugroho  Masalah kebutuhan perdataan pusat bisa dipenuhi. Tinggal
bagaimana pusat mengambil data tersebut. Tetapi jangan meminta
UPT yang mengolahnya.
Tri Cahya  Pada workshop keperdataan tahun 2012 disepakat laporan
keperdataan tdak perlu dibuat lagi, tetapi beralih untuk mengisi
SIDAK.
Johan Setawan  Payung besarnya adalah kebijakan satu peta, jadi kita bisa mengabil
minimum requirement dari kebijakan satu peta tersebut.
 Yang selalu menjadi perdebatan adalah veriikasi dan validasi data
yang diperlukan.
 Saat ini perlu dibangun unit clearing sebelum masuk ke SIDAK atau
SITROOM.
Nurman Hakim  Sebenarnya kuncinya adalah Perdirjen 02/2012/13, jadi semua harus
merujuk pada Perdirjen 02 tersebut.
 Perdirjen 02 sudah diterjemahkan dalam SIDAK.
 Saat ini sudah banyak aplikasi atau sistem database yang dibangun.
Sehingga dibutuhkan untuk integrasi sistem.
 Pengintegrasian sistem ini berkonsekuensi pada anggaran. Untuk itu
diambil jalan tengah, untuk data yang tdak bisa disatukan, akan
dicoba transfer pelan-pelan.
 Informasi dan data yang dibutuhkan:
1. Potensi
2. Ancaman
3. Peredaran (ini di hold dulu)
4. Administrasi
5. Program unggulan
Nur Faizin  Trus apa yang harus dilakukan?
Nurman Hakim  Penuhi saja SIDAK
Rudijanta  Jika SIDAK sudah dipenuhi, apakah semua kebutuhan pimpinan sudah
terpenuhi?
Nurman Hakim  Belum.
Rudijanta  Apakah yang bisa kita kembangkan selain yang sudah diatur dalam
Perdirjen SIDAK?
 Kemudian bagaimana kita mengidentikasi gap-gap kebutuhan data,
sehingga kita bisa merumuskan langkah tndak lanjut.
Tri Cahya  SIDAK perlu diimprove, sehingga sesuai dengan perkembangan dan
perubahan yang ada.
Rudijanta  Pusat harus mendiskusikan masing-masing direktorat megenai

16
kebutuhan informasinya, siklus pemenuhannya, dll.
 Kemudian baru didiskusikan bagaimana UPT memenuhinya.
Nurman  Perlu memetakan gap-gap atau kekurangan SIDAK yang perlu di-
improve.
Erwin W.  Belum ada kesepakatan mengenai kebutuhan data ditap direktorat.
 SITROOM belum inal.
 Langkah pertama: menyesuaikan kebutuhan data dari masing-masing
direktorat.
 Langkah kedua: apa yang harus dilakukan UPT?
Nur Faizin  UPT membutuhkan data yang harus dipublish untuk kepentngan
banyak hal. Begitu juga kondisinya bagi KSDAE.
 Kebutuhan data ini harus dipenuhi. Oleh karena itu, perlu
memastkan sistem informasi ini bisa memenuhi kebutuhan tersebut.
 Kondisi saat ini sudah ada SIDAK dan SITROOM. Namun demikian,
masih ada gap. Untuk itu, perlu SIDAK dan SITROOM perlu diimprove.
Nurman Hakim  Kesimpulan pertama: masih ada gap antara data yang disediakan dan
dibutuhkan, sehingga diperlukan improvement.
Rudijanta  Oleh karena itu, informasi apa yang dibutuhkan?
 Kemudian bagaimana mekanisme UPT memenuhi kebutuhan
informasi tersebut?
Johan Setawan  Yang pentng adalah integrasi antar sistem.
Tri Cahya  Tugas UPT adalah menghasilkan format data dan informasi yang
compatbel dengan SIDAK.
Hari Cahya  Jika basis perdataan, maka output informasi akan sama atau
compatbel dengan SIDAK.
Rudijanta  Kesimpulan kedua: perlu melakukan improvement terhadap SIDAK.
Targetnya adalah akhir Desember 2017.
Nurman Hakim  Kuncinya adalah Perdirjen 02, maka kita harus kembali ke Perdirjen
02. Oleh karena itu, kita hanya akan merubah jika Perdirjen 02
diubah.
 Perdirjen 02 mengatur konten dan updatng-nya.
Rudijanta  Data perambah itu dalam bentuk apa? Luasan atau apa? Kemudian
ini akumulasi atau apa?
Ronggo Bayu W.  Luasan dan dalam bentuk akumulasi.
Erwin W.  Kalo dulu kan data numerik, apakah kedepan akan juga memasukkan
data spasial?
Ronggo Bayu W.  Iya, akan ada data numerik dan spasial. Tetapi data numerik
sebaiknya diambil dari data spasialnya.
Nurman Hakim  Kesepakatan pertama: perlu improvement data-data di SIDAK.
 Kemudian ada isu pentng berikutnya adalah soal validitas data.
Misalnya, data harus valid dalam tataran management, tetapi tdak

17
harus scientic.
Tri Cahya  Aliran data yang dibangun adalah: data yang dikirim oleh UPT akan
tetap terkumpul, tetapi baru akan masuk ke SITROOM jika sudah
divalidasi.
 Validasi dilakukan dengan konirmasi dan klariikasi ke UPT.
 Aplikasi UPT harus bisa mengeluarkan output yang bisa langsung
dideliver atau compatble dengan SIDAK. Contohnya misalnya SMART
Patrol bisa mengenerate laporan yang bisa langsung dideliver ke
SIDAK.
Ronggo Bayu W.  Terkait dengan validitas, memang sangat sulit jika harus memenuhi
aspek scientic. Oleh karena itu, validitas ini cukup dilihat dengan
kesesuaian dengan format isiannya.
 Yang dilakukan Planologi murni analisa citra satelit. Ini berbeda
dengan analisis yang dilakukan oleh UPT yang menganalisis
berdasarkan data lapangan.
Nur Faizin  Sepakat bahwa SIDAK dan SITROOM perlu diimprove.
 SIDAK dan SITROOM bisa sesuai dengan sistem di UPT, sehingga UPT
bisa memenuhi dan pusat bisa menggunakannya.
Tri Cahya  Sidak perlu diimprove
Dody Nugraha  Sumber data, apakah hanya dari UPT? Bagaimana dengan mitra-
mitra?
 Dalam SIDAK perlu ada Admin, Super User, User, dan Guest.
Nurman Hakim  Sebelum Perdirjen 02, ada laporan keperdataan. Istlahnya laporan
khusus yang bisa diisi kapan pun. Laporan ini tdak mengenal waktu
monthly atau triwulan.
Tri Cahya  Ada mekanisme penagihan data dan informasi:
1. Mekanisme walidata;
2. Menghubungi TU;
3. Meminta Direktur PE untuk meminta.
Ronggo Bayu W.  Manager di UPT harus bisa enggage dengan seluruh Mitra, baik yang
sudah memiliki PKS maupun tdak memiliki PKS.
 Data dilaporkan ke UPT dan UPT melakukan penyaringan/validasi/
klariikasi data tersebut sebelum dikirimkan ke SIDAK/pusat.
Erwin W.  Ada Perdirjen StatBook dan LogBook (pCahyoenangkaran).
Tri Cahya  Nant akan dibuat “room/feature” di website untuk menampung
berbagai data dan informasi dari Mitra yang bisa diintegrasikan dalam
SIDAK.
Dody Nugraha  Bagaimana dengan keamanan data? Misalnya, jika data sudah
terkumpul, harus dipastkan data tdak hilang ataupun dicuri.5
KESIMPULAN:
1. SIDAK perlu diimprove sebagai pusat data KSDAE.
2. Perlu konsensus mengenai struktur dan kebutuhan data di masing-masing direktorat

18
KSDAE.
3. Ada mekanisme dan ruang untuk memberikan laporan khusus dan permintaan data dalam
rangka memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Misalnya, rapat dengar pendapat di DPR,
dll.
4. UPT perlu memastkan “integrasi” data dari Mitra, baik yang memiliki Perjanjian Kerjasama
(PKS) dengan UPT maupun yang tdak memiliki PKS;
5. Pusat/SIDAK harus bisa menerima data atau bisa terintegrasi dengan berbagai aplikasi-
aplikasi sistem data dan informasi lain.

Sesi-3: Presentasi Masing-Masing Working Group


WG-1:  Pemaparan: “Hasil WG-1_Kelembagaan”
Kelembagaan  Faktor Penghambat:
(Mariana) 1. Pelibatan resort dalam perencanaan yang belum optmal;
2. Kualitas SDM masih terbatas;
3. Pengelolaan data (pengumpulan, analisis dan alur data hasil
analisis, penyimpanan belum terbangun secara baik);
4. Kepemilikan data dan informasi pada individu;
5. Aturan/SOP terkait dengan RBM masih terdapat gap.
 Solusi/Strategi:
1. Perencanaan melibatkan resort sejak dini. Kondisi saat ini: sudah
dilibatkan resort untuk menyusun RKA-KL, tetapi belum pada
penyusunan RPJPendek;
2. Peningkatan kapasitas SDM resort melalui pelathan:
- Pelathan kepala resort oleh Pusdiklat selama 4 minggu,
kurikulum;
- In house training kepala resort dan staf kunci di UPT
3. Aturan/SOP di tngkat balai:
- siapa berbuat apa?
- Kepemilikan data dan informasi;
- pembiayaan;
- transfer of knowledge
4. Penyimpanan data di server balai dan pertemuan reguler untuk
kolektf memori atau e-kinerja atau model resmi lainnya.
M. Muslih  Untuk mengisi SDM terlath sudah dilakukan.
 Pengelolaan pengetahuan tdak hanya sebagai produk pengetahuan
yang didiseminasikan, tetapi juga harus menjadi kebijakan.
 Optmalisasi penyimpanan cloud server (Google Drive, dll).
WG-2: Perencanaan  Pemaparan: “Hasil WG-2: Perencanaan dan Pembiayaan”
dan Pembiayaan  Yang berdiskusi: TNBS, TNMB, TNAP, TNGGP, TNGL, dll)
(Novi)  Diskusi berangkat dari: apa yang harus kita lakukan dalam
pengelolaan dan perencanaan:
1. Tujuan KK harus jelas, apa indikatornya, apa langkah-langkahnya/
kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapainya?
2. Setelah tujuan jelas, dibuat anggaran untuk kegiatan tersebut.

19
3. Balai harus mendistribusikan SDM dengan kualitas yang
proporsional ke semua resort sehingga proses penyusunan
perencanaan dapat lebih optmal, berkualitas, dan tepat sasaran.
4. Tersedianya informasi/proil/karakter masing-masing wilayah
resort yang didokumentasikan sebagai dasar penyusunan
perencanaan dan penganggaran yang proporsional ke masing-
masing resort agar sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan
dalam rangka mendukung rencana pengelolaan;
5. ada kesepakatan bahwa penilaian RKA-KL dinilai berdasarkan
koherensi RP-IKK-SKP personil (untuk tm PE)
6. Resort menjadi alamat atau tertulis secara eksplisit dalam
perencanaan anggaran.
7. Perencanaan lebih memperhatkan skala prioritas sesuai dengan
potensi dan tantangan yang ada di resort masing-masing;
8. Penyusunan perencanaan anggaran melibatkan tngkat tapak
(resort);
9. Peningkatan kapasitas staf resort terkait perencanaan;
10. Melaksanakan evaluasi kinerja dan kapasitas petugas resort
secara berkala berdasarkan target perencanaan;
11. Balai memfasilitasi membuat strategi (bukan resort yang diminta
memikirkan darimana uangnya);
12. Petugas perencanaan anggaran harus menguasai teknis
pengelolaan KK:
- training untuk petugas perencanaan;
- bertujuan untuk organisasi/kawasan;
- mampu menerjemahkan bahasa lapangan ke dalam bahasa
penganggaran.
 Apa indikator yang menunjukkan perencanaan dan penganggaran
sudah baik dalam mendukung fungsi resort?
1. Perencanaan kegiatan wajib didasarkan pada kebutuhan di
lapangan (karakteristk resort);
2. Semua kebutuhan minimal untuk kegiatan di tngkat resort
terpenuhi, termasuk kebutuhan penunjang (reward) petugas
terfasilitasi;
3. Alokasi anggaran proporsional;
4. Resort berfungsi sesuai yang direncanakan dan alokasi dukungan
anggaran;
5. Adanya proses komunikasi perencana anggaran dan personil
lapangan;
6. Kawasan aman (minim gangguan, kecenderungan ancaman
menurun), dan masalah dapat diselesaikan;
7. Hubungan dengan masyarakat terjalin dengan baik;
8. Tujuan pengelolaan tercapai (termasuk IKK), terget kinerja
tercapai;
9. Indikator output program (pada tngkat resort) terukur dan
sistemats sesuai rencana pengelolaan;
10. Semua resort sudah teridentikasi keunggulan dan tantangan

20
sehingga setap kegiatan dan penganggaran menyentuh tap-tap
aspek pengelolaan (3P);
WG-3: Sistem  Pemaparan: “Hasil WG-3: Sistem Informasi Manajemen.”
Informasi  Hampir disemua UPT sudah mengembangkan aplikasi sistem
Manajemen informasi yang berbeda-beda.
(Dadang)  Masing-masing UPT berbagai keunggulan aplikasinya masing-masing,
dan mengharapkan agar aplikasi ditngkat pusat (SIDAK) dapat
mengakomodir berbagai aplikasi yang ada di masing-masing UPT.
 Rekomendasi:
1. SIDAK perlu diimprove sebagai pusat data KSDAE.
2. Perlu konsensus mengenai struktur dan kebutuhan data di
masing-masing direktorat KSDAE.
3. Ada mekanisme dan ruang untuk memberikan laporan khusus
dan permintaan data dalam rangka memenuhi kebutuhan
informasi tertentu. Misalnya, rapat dengar pendapat di DPR, dll.
4. Pusat/SIDAK harus bisa menerima data atau bisa terintegrasi
dengan berbagai aplikasi-aplikasi sistem data dan informasi lain.
 Rekomendasi tersbut di atas akan dibahas dalam Rapat pada tanggal
18 Desember 2017 di Peninsula.
M. Muslih  SIM pada dasarnya akan mendukung pengelolaan;
 Model atau aplikasi sangat berkembang di lapangan. Misalnya:
MAME, SMART, RESMI, dll. Pertanyaannya adalah bagaimana aplikasi
tersebut dapat mensuplai sistem informasi ditngkat nasional dalam
rangka pengambilan kebijakan.
Nur Faizin  Pertanyaan terhadap WG-1. Tadi lebih banyak analisis masalah dan
solusi, tetapi belum menyentuh pada kebutuhan organisasi
kelembagaan yang lebih clear.
Waldemar  Terkait dengan kelembagaan. Pengelolaan hutan harus berbasis pada
resort. Berdasarkan hal tersebut, setap balai diberikan wewenang
untuk membentuk resort sesuai dengan kebutuhan.
 Namun demikan, diperlukan guidance untuk membangun resort.
 Persoalan kawasan konservasi adalah persoalan sosial. Oleh karena
itu ada pendakatan sosial dan ekologi. Pendekatan sosial lebih besar
dibanding ekologi.
 Terkait dengan pembiayaan. Sumber pembiayaan sangat banyak:
APBN, donor, dll. Yang perlu dipastkan adalah pembiayaan ini harus
mencerminkan tujuan resort.
 Terkait dengan SIM, aplikasi harus sesuai dengan kekhasan masing-
masing resort. Namun demikian perlu ada bridging ke aplikasi
ditngkat pusat.
Eko BW  Adakah sesi yang akan membahas mengenai acton plan dari
pertemuan ini? Saya ikir perlu untuk membahas acton plan acara ini.
Gunung Nababan  Tidak perlu menciptakan kelembagaan baru. Tadi dipaparkan bahwa
permasalahan utama adalah terkait dengan kapasitas dan kuanttas
SDM yang sedikit.

21
 Untuk kapasitas SDM yang masih rendah, perlu dilakukan program
pengembangan kapasitas.
 Untuk kuanttas SDM yang masih sedikit, ini bisa melibatkan
masyarakat, bisa merekrut tenaga kontrak.
Rudijanta  Rencana Aksi Pasca Workshop:
1. Kita mendesain workshop ini tdak akan berakhir disini;
2. Salah satu targetnya adalah untuk meminalisasi Perdirjen, jadi
past akan ada masukan-masukan terhadap Perdirjen;
3. Akan mendevelop sebuah panduan RBM. Bukan mendeinisikan
apa RBM, tetapi clue-clue RBM beserta best practce-nya,
sehingga hal ini bisa memberikan ruang inovasi pengembangan
RBM.
 Ada pemikiran untuk meniadakan Perdirjen dan menggantkannya
dengan panduan.
Eko BW  Dalam konteks rencana aksi ini, harus ada pengawal rencana aksi.
 Usulan: dibentuk tm kecil yang akan mengawal rencana aksi serta
pengembangan dan implementasi RBM.

Sesi-4: Penutupan
Wiratno  Kita bekerja dengan situasi yang selalu berkembang. Oleh karena itu,
kita harus beradaptasi dengan perkembangan tersebut.
 Kita tdak pernah belajar dari kesalahan lalu.
 UPT harus bertanggungjawab pada perkembangan potensi.
 Kekuatan KSDAE adalah apabila UPT kuat. UPT kuat jika UPT diberikan
ruang dan kebebasan untuk berinovasi dan berkembang.
 Penguatan UPT menjadi sasaran utama KSDAE. Oleh karena itu,
diharapkan adanya perubahan UPT yang juga berdampak pada
perubahan masyarakat menjadi lebih baik.
 RBM saat ini harus RBM yang memberdayakan masyarakat dalam
pengelolaan hutan.
 Nant ada potensi tantangan klaim masyarakat adat di wilayah
konservasi. Kita harus siap menghadapi ini.
 UPT harus mulai menggali potensi, dan tdak hanya menggali
masalah.
 UPT harus mulai menggunakan science, bekerjasama dengan panel
pakar, dll.
 Kita harus menemu kenali cara mengurus hutan versi KITA. RBM bisa
menjadi salah satu pilihan yang bagus untuk diterapkan.
 Setap kawasan memiliki kekhasan, sehingga tdak perlu
diseragamkan.
 Data tdak boleh dipalsukan. Harus membuat baseline.
 Perlu menggunakan cara kerja yang berbeda untuk ditempat yang
berbeda.
 Harus ada sharing antar UPT.
 Harus mendorong kreatitas personil-personil muda di seluruh UPT.

22
 Harus ada tm yang membantu UPT-UPT (turun ke lapangan).
 RBM bukan hanya tugas kepala resort, tetapi tugas kepala balai.
 Proses kerja, proses belajar harus didokumentasikan.

-------------------------------------------- Selesai --------------------------------------------

23

Anda mungkin juga menyukai