Anda di halaman 1dari 7

RESUME

Kegiatan : Focus Group Discussion


Topik : Kawasan Perlindungan Setempat di Area Kerja KTH Bhakti Alam Lestari
Tempat : Balai Dusun Sendangbiru
Waktu : Kamis, 04 Maret 2021
Pukul : 10.05 WIB – Selesai

I. Sambutan Ketua KTH Bhakti Alam Lestari:

 KTH Bhakti Alam Lestari adalah pemegang Izin Pengelolaan Hutan Perhutanan Sosial di Dusun

Sendangbiru (Desa Tambakrejo) dengan area kerja seluas 893 Hektar. Di dalam area kerja

tersebut, kami selaku pemegang IPHPS menyampaikan bahwa di kawasan ini terdapat

beberapa area yang harusnya menjadi area perlindungan baik di lokasi yang sudah atau belum

digarap oleh petani hutan. Namun secara faktual di lapangan, area yang seharusnya menjadi

area perlindungan tersebut sudah dikuasai perorangan atau penggarap hutan yang namanya

juga masuk sebagai anggota KTH Bhakti Alam Lestari. Oleh karena itu, di dalam forum ini mari

kita secara bersama-sama membahas untuk menemukan solusi terbaik agar area perlindungan

tersebut bisa difungsikan sebagaimana aturan yang berlaku.

II. Sambutan Perangkat Desa Tambakrejo:

 Kami berharap KTH Bhakti Alam Lestari dengan petani hutan bisa saling bergandeng tangan

dengan pihak Desa Tambakrejo dalam segala hal. Bagi peserta FGD yang hadir kami juga

berharap agar semua bisa memberikan masukan mengenai pembahasan dalam pembuatan

kebijakan Kawasan Perlindungan Setempat di area kerja KTH Bhakti Alam Lestari.

III. Pemandu Focus Group Discussion

 Salah satu kewajiban KTH dalam melaksanakan Izin Pengelolaan Hutan Perhutanan Sosial

seperti yang tertuang di dalam PERMEN LHK No. P.39 adalah melakukan pematokan batas luar

di area kerja, namun KTH Bhakti Alam Lestari selain melakukan pematokan batas luar juga

mengukur bidang garapan di dalam area kerja di setiap KUPS.

 Proses Pematokan Batas Luar dan Pengukuran Bidang Garapan KTH Bhakti Alam Lestari

difasilitasi oleh Tim Perencanaan Hutan Wilayah IV Malang yang mana dalam keseluruhan

proses tersebut, kami melakukan urunan bagi setiap petani hutan sebesar Rp. 250.000,- untuk
setiap hektar garapan. Alasan kami melakukan hal tersebut dikarenakan dari KLHK tidak

menganggarkan biaya untuk program Tapal Batas dan berdasarkan keputusan bersama saat

Rapat Persiapan Tapal Batas Pada Bulan Desember 2020.

 Setelah pematokan batas luar di area kerja KTH ini selesai, selanjutnya kami akan fokus dalam

membuat kebijakan yang mengatur Kawasan Perlindungan Setempat sehingga visi Hidup

Sejahtera Di Alam Lestari dari Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru (Inisiator KTH Bhakti Alam

Lestari) bisa terwujud di ranah yang lebih luas lagi.

 Kami sadar bahwasanya fungsi hutan adalah milik bersama, bukan milik perorangan atau

penggarap hutan. Kita wajib menghutankan kembali hutan yang telah rusak atau tidak sesuai

dengan fungsinya sehingga roh IPHPS bisa terwujud. Sejatinya ketika kita merusak alam,

sebenarnya secara tidak langsung kita merusak diri kita sendiri karena kita sebagai manusia

adalah anasir dari alam itu sendiri, di dalam tubuh kita terdapat empat sifat yang mewakili

unsur-unsur yang ada di alam seperti air, tanah, angin, dan api.

 Dalam mewujudkan roh IPHPS tersebut, selanjutnya kami akan membuat data base dari nama-

nama penggarap hutan yang berada di dalam lokasi-lokasi yang seharusnya menjadi area

perlindungan sempadan pantai, sungai, dan mata air yang terdapat di area kerja KTH Bhakti

Alam Lestari.

 Beberapa program yang bisa kita tindak lanjuti dari data base tersebut adalah kita bisa

mengetahui apakah lahan garapan subjek yang objeknya di lokasi perlindungan dia punya

lahan garapan lain atau tidak? Bagi yang punya apa solusinya? Dan juga bagi yang tidak punya

apa solusinya?

 Strategi selanjutnya dalam teknis pembebasan lokasi tersebut adalah dengan Orang Tua Asuh

dalam program Donasi Hutan. Namun, sebelumnya kita harus memiliki ketetapan donasi

untuk mennganti fungsi lahan garapan hutan di KPS dengan begitu akan ada kejelasan bagi

calon Orang Tua Asuh yang akan berdonasi untuk mengembalikan fungsi hutan tersebut

menjadi Kawasan Perlindungan. Timbal balik yang nantinya kami tawarkan kepada Orang Tua

Asuh adalah penjagaan fungsi perlindungan hutan yang telah mereka donasikan dan

membuatkan Prasasti atau Tanda Kawasan Perlindungan Setempat yang bertuliskan Nama dan

Alamat dari Orang Tua Asuh, tanggal pengadopsian hutan, titik koordinat dan luasan KPS yang

telah dibebaskan.
 Selain membuat data base setelah pematokan batas luar, selanjutnya kami akan menyusun

Rencana Pemanfaatan Hutan (RPH) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang mana dalam

penyusunannya kami akan mengadakan beberapa kali kordinasi dan rapat dengan

mengundang stakeholder terkait.

 Output awal dari kegiatan FGD ini nanti adalah berupa Resume isi diskusi dari awal sampai

akhir kegiatan. Selanjutnya, Resume akan dibagikan ke Group WA agar dalam pembahasan

detailnya bisa lebih fokus. Lalu, setelah pembahasan Resume di Grup WA dirasa sudah cukup

maka hasil resume kesepakatan ini bisa menjadi embrio penyusunan Peraturan Desa, RPH, dan

RKT.

 Kami juga berharap agar kita bisa saling berbagi peran dalam mewujudkan tujuan yang mulia

ini. Jika dari peraturan di instansi membatasi pegerakan, kami atas nama masyarakat bersedia

membantu. Demikian juga sebaliknya, jika kami mengalami kesulitan ketika bergerak di

lapangan mohon agar kami diberi bantuan supaya tujuan bersama ini bisa cepat terealisasikan.

IV. Tanggapan dari Beberapa Peserta FGD:

1) DKP Prov. Jatim Cabdin Kab. Malang (Bapak Andri)

Setelah data base penggarap hutan di KPS selesai dibuat, kami memiliki ide bagaimana cara

memperkecil luas garapan hutan yang berada di area sempadan pantai adalah dengan cara

pendekatan sosial yang nantinya bisa meningkatkan nilai ekologi dan ekonomi. Lebih detailnya

kami akan memprogram kegiatan pemberdayaan masyarakat di area sempadan pantai

khususnya bagi masyarakat yang sudah merasa memiliki lahan garapan di area tersebut untuk

bisa ikut berpartisipasi di dalam program kegiatan kami yakni Reboisasi dengan menanam

pohon berbuah (HHBK). Harapan dari kegiatan ini adalah bisa menumbuhkan rasa memiliki

dalam melindungi area sempadan pantai dan tentu bisa meningkatkan perekonomian

masyarakat sekitar ketika pohon yang telah ditanam sudah produktif.

2) Cabang Dinas Kehutanan Kab. Malang (Bapak Didik)

Kami selaku CDK Kab. Malang dalam proses IPHPS ini tidak memiliki hak untuk mengatur,

namun kami hanya menerima laporan saja seperti Berita Acara Pelaporan (BAP) Tapal Batas

KTH Bhakti Alam Lestari. Setelah proses itu selesai, selanjutnya KTH sesegera mungkin untuk

menyusun Rencana Pemanfaatan Hutan (RPH) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang

nantinya juga harus dilaporkan kepada kami. Proses Penyusunan RPH dan RKT tersebut bisa
berkordinasi langsung dengan kami selaku dinas yang ditunjuk menjadi tim monitoring dan

evaluasi IPHPS sesuai dengan isi PERMEN LHK No. P.39 Tahun 2017. Menanggapi strategi KTH

Bhakti Alam Lestari dalam membuat aturan di Kawasan Perlindungan Setempat kami

mengingatkan untuk tidak terlalu menyimpang dari aturan P.39 dan supaya memperjelas

status hak area sempadan pantai, sungai, dan mata air.

3) Dinas Perikanan Kab. Malang (Bapak Rahadi)

Kami sangat mendukung jika area sempadan pantai menjadi lokasi yang terbebas dari

penggarap hutan dan memfokuskan lokasi tersebut menjadi KPS. Kami setuju dengan strategi

Orang Tua Asuh dalam program Donasi Hutan untuk membebaskan lahan-lahan yang ada di

area sempadan pantai. Sebelum mencari Donatur Ayah Asuh dari luar, mungkin bisa

ditawarkan terlebih dahulu kepada pemilik lahan garapan untuk dijadikan sebagai Orang Tua

Asuh. Jika pemilik lahan menerima tawaran tersebut maka pemilik lahan garapan wajib

menaati peraturan yang diberlakukan di KPS dan mendapatkan haknya sebagai Orang Tua

Asuh dalam program Donasi Hutan.

4) Perum Perhutani KPH Malang (Bapak Pri)

Kami sangat setuju dengan tujuan KPS di area kerja KTH Bhakti Alam Lestari, namun kami juga

mengingatkan dalam membuat aturan atau kebijakan nantinya jangan sampai menyimpang

terlalu jauh dari peratuan P.39 dan sebelum menerapkan peraturan tersebut kami pesan untuk

menggalakkan sosialisai kepada petani hutan terlebih dahulu supaya tidak ada kesalahan atau

kekeliruan yang terjadi di lapangan.

5) Perum Perhutani BKPH Sumbermanjing Wetan (Bapak Sukirno)

Menurut kami dari 5 KTH yang berada di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, hanya KTH Bhakti

Alam Lestari yang mampu bergerak selangkah lebih maju hingga sampai berinisiasi

mendahulukan Program Kawasan Perlindungan Setempat yang mana di KTH lain masih sibuk

mengurus pembagian lahan garapan. Kami memahami bahwa roh Program IPHPS yang

dilakukan oleh KTH adalah menghijaukan kembali hutan dengan dikelola secara langsung oleh

masyarakat. Kami sangat setuju dengan Orang Tua Asuh dalam Program Donasi Hutan yang

digagas oleh Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru dalam menghijaukan kembali hutan di area

kerja KTH Bhakti Alam Lestari terutama di daerah sempadan pantai, sungai, dan mata air
(KPS). Kami hanya mengingatkan untuk Cabang Dinas Kehutanan Kab. Malang, hingga saat ini

masih belum memfasilitasi KTH dalam pendampingan Monitoring dan Evaluasi (Monev). Tim

Monev dari CDK Kab. Malang untuk segara bergerak dalam pendampingan KTH mengingat

beberapa KTH di Kec. Sumbermanjing Wetan sudah melakukan Pematokan Batas Luar di Area

Kerja IPHPS.

6) Perum Perhutani KPH Malang (Bapak Amir)

Kami sangat setuju dengan Program Pengembalian Fungsi Hutan yang akan dilakukan oleh

KTH Bhakti Alam Lestari. Kami mengingatkan bahwa dalam Program IPHPS telah menunjuk

Pembina Bersama dari beberapa instansi terkait. Mohon untuk ketertiban administrasi KTH

Bhakti Alam Lestari yakni dalam bersurat, untuk segera mengirimkan surat permohonan

Pendamping Bersama kepada Perum Perhutani KPH Malang dan Cabang Dinas Kehutanan Kab.

Malang sesuai dengan PERMEN LHK No. P.39.

7) Ketua Kelompok Nelayan Rukun Jaya (Bapak Ridho)

Kami sangat setuju dengan Program Penghijauan Hutan di area sempadan pantai yang akan

diinisiasi oleh KTH Bhakti Alam Lestari. Kami sadar keberadaan kawasan perlindungan

tersebut akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung bagi kurang lebih 2.600 KK

baik dari kegiatan nelayan yang sehari-hari mencari ikan di laut dan bagi yang mencari

penghidupan sehari-hari baik dari pengangkut ikan, penjual ikan, tukang ojek, tukang parkir

dan lain sebagainya. Pesan kami dalam mewujudkan program penghijauan Hutan di area

sempadan pantai, nantinya KTH Bhakti Alam Lestari harus gencar mensosialisasikan maksud

dan tujuan dari pelaksanaan program tersebut agar tidak terjadi kesalahpahaman antara

Pengurus KTH, Kelompok Usaha Perhutanan Sosial, dan Anggota petani hutan KTH Bhakti

Alam Lestari.

8) Ketua BPD Desa Tambakrejo (Bapak Sayogyo)

Mari kita secara bersama-sama bisa guyub rukun dalam mengawal pelaksanaan undang

undang yang sudah ada, menurut undang-undang bahwa kegiatan organisasi yang berada di

dalam desa harus masuk ke dalam PERDES. Mari dalam mewujudkan tujuan yang mulia ini kita

bisa saling bekerjasama.


9) Dewan Pendiri Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru (Ibu Lia)

Tanggapan dari semua stakeholder yang hadir di forum FGD hari ini bagus semua, kami justru

memiliki ide untuk memperkuat Profiling kita dalam melakukan program Penghijauan Hutan

ini. Karena dari hal tersebut kami melihat, di tingkat Nasional sepertinya belum ada yang

sampai memiliki program Pengelolaan Hutan Lestari yang dilakukan oleh multi stakeholder

pada kawasan yang sebelumnya bermasalah dan menurut kami, kita sebenarnya bisa menjadi

Icon Percontohan dalam Pengelolaan permasalahan di kawasan hutan menuju tata kelola hutan

lestari di tingkat Nasional. Lalu, kami juga mengingatkan kepada KTH Bhakti Alam Lestari

untuk Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) yang menjadi motor atau roda penggerak

kegiatan usaha di KTH agar bisa dihadapi dengan bijak karena berbagai bentuk usaha yang

terdapat perputaran ekonomi di dalamnya bisa membuat lupa atau bahkan merubah tujuan

yang semestinya. Kami selaku Yayasan penginisiasi terbentuknya KTH Bhakti Alam Lestari

berpesan agar selalu mewujudkan visi kita bersama “Hidup Sejahtera di Alam Lestari”.

V. Kesimpulan Focus Group Discussion

1) Semua peserta FGD sepakat untuk menetapkan Kawasan Perlindungan sesuai dengan Peraturan

dan Undang-Undang Republik Indonesia yang berlaku.

2) Karena kondisi faktual sesuai dengan Exsisting di Lapangan bahwa area tersebut sudah dikuasai

perorangan maka perlu ditempuh dengan langkah-langkah tahapan yang bisa dituangkan dalam

Peraturan Desa untuk menuju terlaksananya PERMEN LHK No. P.39 Tahun 2017 itu sendiri dan

peraturan perundang-undangan lainnya.

3) Beberapa tahapan yang bisa di tempuh adalah:

a. Penyelesaian data subjek yang berada di area Perlindungan sampai ketahap kepastian subjek

yang punya garapan lain di luar area Perlindungan atau tidak.

b. Internal desa dalam hal ini adalah PEMDES, BPD, LPMD, KTH Bhakti Alam Lestari, Kelompok

Nelayan Rukun Jaya, dan Kelompok-kelompok lain yang ada di Internal Desa untuk lebih Pro-

aktif memetakan masalah area Perlindungan setempat dan mencari tahapan-tahapan

penyelesaian melalui musyawarah bersama.


c. Seluruh peserta FGD secara prinsip mendukung Program yang dirancang oleh Yayasan Bhakti

Alam Sendang Biru untuk Orang Tua Asuh Hutan dan agar segera dibuatkan konsep Program

secara detail sehingga nantinya bisa disepakati bersama.

d. Peserta sepakat berada dalam satu ruang diskusi online yang difasilitasi dalam aplikasi

Whatsapp Group.

VI. Penutup

Ditutup oleh pembawa acara (Sdr. Trio Ega Yolanda) dengan ucapan terimakasih kepada semua

peserta, sekaligus permohonan maaf dan harapan hendaknya forum ini bisa menjadi tempat

belajar kami dari generasi muda untuk dapat berkontribusi pada pembangunan peradaban

bangsa.

Anda mungkin juga menyukai