Anda di halaman 1dari 5

perjuangan dakwah Rasulullah di kota Mekah

Dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW tidak dilakukan secara sekaligus, akan tetapi
dilakukan secara berangsur-angsur dan bertahap, yaitu dilakukan secara Sirri (sembunyi-
sembunyi atau diam-diam) dan secara Zahr (terang-terangan).

Dakwah Rasulullah Secara Sirri (Sembunyi-sembunyi atau diam-diam)

Setelah Rasulullah SAW menerima wahyu yang pertama pada tanggal 17 Ramadhan 13 SH
atau bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M sebagai lambang diangkatnya menjadi
Rasul setelah turunnya wahyu yang pertama Q.S. Al-‘Alaq (96) ayat 1-5, maka Nabi
Muhammad SAW mulai menjalankan tugasnya untuk berdakwah secara diam-diam sebagai
upaya awal mempersiapkan tatanan masyarakat dan negara Islam.

Dakwah Rasulullah SAW secara diam-diam dilakukan setelah turun Perintah Allah SWT di
dalam Q.S. Al-Mudatsir(74): 1-6. Dakwah dilakukan dimulai dari kalangan keluarga terdekat
dan sahabat-sahabat yang diyakini menerima dakwah Islam.

Hal tersebut dilakukan karena Rasulullah SAW merasa khawatir orang-orang akan terkejut
terhadap sesuatu yang belum pernah didengar dan diketahui sebelumnya.

 Kelompok  yang pertama mengikuti dakwah Rasulullah SAW, yaitu:

Kelompok Perempuan: Siti Kahdijah R.A istri Rasulullah SAW yang sejak awal selalu
mendukung dan mempercayai Nabi Muhammad SAW.

Kelompok Laki-laki Dewasa: Abu Bakar As-Siddiq yang merupakan sahabat Rasulullah


SAW, Zaid bin Haritsah, Usman bin Affan, Thalhah, Abu Ubaidah bin Jarrah, Zubair bin
Awwam, Sa’ad bin Abi Waqash, Arqam, dan Abdurrahman bin ‘Auf. Mereka kemudian
disebut “Assabiqunal Awwalun” atau orang yang awal-awal menerima Islam.

Kelompok Anak-anak: Ali bin Abi Thalib, yaitu saudara sepupu Rasulullah SAW.

 Dakwah di Kalangan Keluarga

Rasulullah SAW mengumpulkan keluarga Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib untuk
menyerukan bertauhid kepada Allah SWT dan meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW
adalah Rasul Allah SWT.

Sebagian dari mereka ada yang menerima dan sebagian lagi ada yang menolak dengan kasar
dan ada pula yang menolak dengan lembut.
Dakwah kepada kalangan keluarga dilakukan setelah turun Q.S. Asy-Syu’ara(26) ayat 214.

 Dakwah secara Zahr (Terang-terangan)

Selama kurang lebih tiga tahun berdakwah secara diam-diam, maka turunlah perintah Allah
SWT dalam Q.S. Al-Hijr(15) ayat 94 untuk berdakwah secara terang-terangan.

Dakwah secara terang-terangan dilakukan dengan cara menyeru di bukit Shafa. Setelah
orang-orang berkumpul, Rasulullah SAW bertanya kepada mereka:

“Bagaimana jika aku memberitahukan kepada kalian tentang sesuatu, apakah kalian akan
mendustakanku? Mereka menjawab: “Kami belum pernah melihat engkau melakukan
kebohongan.” Setelah itu beliau bersabda: “Selamatkanlah diri kalian dari siksa api neraka,
dan sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian dari siksa yang sangat pedih.”

Dakwah tersebut  terus berlangsung selama Rasulullah SAW berada di Makkah meskipun


banyak rintangan dan tantangan. Pada periode ini Hamzah R.A tokoh besar Quraisy dan
merupakan pamannya Rasulullah SAW masuk Islam disusul Umar bin Khattab R.A.

Sejak tahun ke-10 Kerasulan Nabi Muhammad SAW, dakwah dilakukan ke berbagai suku di
sekitar Makkah. Di antara mereka yang bersedia masuk Islam, yaitu beberapa orang Anshar
dari Madinah. Awalnya jumlah mereka  hanya 6 orang, kemudian bertambah menjadi 12
orang dan disusul kemudian oleh 73 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Mereka itulah
yang meminta Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Madinah.

Substansi Dakwah Rasulullah SAW Periode Makkah

1. Dakwah yang pertama dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah masalah yang
berkaitan dengan Tauhid, yaitu dengan mengajak kaumnya untuk menyembah Allah
SWT dan menjelaskan hakikat Allah SWT.
2. Penerapan Akhlakul Karimah, yaitu dengan mengajak kaumnya untuk menyucikan
dan membersihkan jiwa dan hati dari sifat-sifat tercela. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam Q.S. Al-Anbiya(21) ayat 107
3. Menggalang persaudaraan dan persatuan sesama muslim dan bersikap tegas terhadap
orang kafir. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Fath(48) ayat 29
4. Menebarkan kasih sayang dan menghindari peperangan.
5. Meleburkan kepentingan diri pribadi ke dalam kepentingan umum.

 
Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Makkah
Strategi dakwah Rasulullah SAW di Makkah dijelaskan dalam Q.S. An-Nahl(16) ayat 123
sebagai berikut:

1. Hikmah, yaitu Rasulullah SAW menggunakan metode dakwah disesuaikan dengan


objeknya.
2. Mau’izah Hasanah, yaitu dakwah yang banyak dilakukan oleh Rasulullah SAW
dengan menerapkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
3. Mujadalah, yaitu Metode Dakwah Rasulullah SAW dalam berdakwah terhadap kaum
cendekiawan melalui dialog atau berdebat secara baik.
4. Tabsyir dan Tanzir, yaitu metode dakwah dengan cara memberi kabar gembira bagi
orang yang mau beriman dan beramal shaleh serta ancaman bagi yang ingkar terhadap
kebenaran.
5. Tarqib dan Tarhib, yaitu metode dakwah dengan menyampaikan kabar yang
menyenangkan dan menakutkan.
6. Al-Wa’du dan Al-Wa’id, yaitu dakwah dengan memberi tahu adanya janji-janji dan
ancaman dari Allah SWT.

 Alasan orang Kafir Quraisy menolak dakwah Rasulullah SAW di antaranya:

 Aspek Ideologis, mereka orang Quraisy Taqlid kepada nenek moyang secara total
baik dalam masalah ibadah ataupun adat-sitiadat Sehingga sulit untuk menerima
agama yang baru.
 Aspek Sosial, Bangsa Arab memiliki kasta dan tiap-tiap golongan tidak boleh
melampaui kasta yang lainnya. Sementara Islam menawarkan hak yang sama kepada
umat manusia, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Hujurat(49): 13 
 Aspek Ekonomi, salah satu mata pencaharian orang Arab adalah membuat dan
memperjualbelikan patung yang menggambarkan Al-Latta, Al-Luzza, Manat, dan
Hubal. Sementara Islam melarang menyembah, memahat atau memperjualbelikannya
dan akan mengurangi pendapatan.
 Aspek Politik, Orang Quraisy tidak dapat membedakan antara Kenabian dan
Kekuasaan atau antara Kenabian dan Kerajaan. Mereka mengira memeluk Islam
berrarti tunduk pada kekuasaan Bani Abdul Muthalib sementara mereka bersaing
untuk merebut kekuasaan dan pengaruh.

Strategi dakwah Rasulullah SAW patut dijadikan teladan bagi umat Islam dalam melakukan
dakwah. Dasar dakwah dalam Islam sudah sangat jelas diterangkan di dalam Al-Quran, yaitu:
1. Q.S. Al-Baqarah(2): 256
2. Q.S. Al-Kafirun(109): 6

3. Q.S. An-Nahl(16): 125

Dari ketiga ayat tersebut, berdakwah tidak mengenal paksaan dan kekerasan. Tetapi
mengedepankan toleransi seperti yang sudah diterapkan dan diajarkan oleh Rasulullah SAW. 

Adapun Strategi dakwah yang dapat diambil sebagai pelajaran adalah:

 Allah SWT memerintahkan supaya mengajak manusia dengan cara yang baik, penuh
hikmah, dan bijaksana serta memberikan teladan dalam kehidupan.
 Berdebat, berdialog, berdiskusi harus dilakukan dengan cara yang santun.
 Sesuai dengan kata dan perbuatan.

 Batas-batas dalam berdakwah

1. Tidak memaki orang kafir yang menyebabkan ia memaki Allah SWT (Q.S. Al-    
An’am(6): 108)

2. Tidak memaksakan kehendak (Q.S. Al-Baqarah(2): 256)

3. Tekanan dalam aqidah adalah sebuah aniaya (Q.S. An-Nahl(16): 41)


4. Jangan fanatik, karena fanatik merupakan ciri orang kafir (Q.S. Ali Imran (3):     73)

5. Bersikap keras terhadap orang kafir yang memerangi (Q.S. Al-Baqarah(2):           193)

6. Tidak berlebih-lebihan dalam Agama


7. Mempermudah urusan muslimin 

Mudah-mudahan bermanfaat, Jariahkan ilmu yang didapat, bekal untuk akhirat.

Anda mungkin juga menyukai