Anda di halaman 1dari 29

Sindroma Gangguan

Nafas dan Ikterus


PEMBAHASAN :

1. Pengertian dan etiologi tentang sindrom


gangguan nafas
2. Patofisiologi mengenai sindrom
gangguan nafas
3. Penatalaksanaan neonatus dengan gagal
nafas
4. Pengertian dan etiologi tentang ikterus
5. Patofisiologi mengenai Ikterus

Pengertian RDS (Respiratory Distress


Syndrome)

 Gagal nafas (respiratory failure) dan


distress nafas (respiratory distress)
merupakan diagnosis yang ditegakkan
secara klinis dimana sistem pernafasan
tidak mampu untuk melakukan
1
pertukaran gas secara normal tanpa
bantuan.

 Gagal nafas merupakan kegagalan


sistem respirasi dalam memenuhi
kebutuhan pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida antara udara dan darah,
sehingga terjadi gangguan dalam asupan
oksigen dan ekskresi karbondioksida,
keadaan ini ditandai dengan
abnormalitas nilai PO2 dan PCO2.

Etiologi RDS (Respiratory Distress


Syndrome)
Penyebab kegagalan pernafasan pada neonatus
yang terdiri dari faktor ibu, faktor plasenta,
faktor janin dan faktor persalinan

2
1. Faktor ibu
Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu,
usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun, gravida empat atau lebih,
sosial ekonomi rendah, maupun
penyakit pembuluh darah ibu yang
mengganggu pertukaran gas janin
seperti hipertensi, penyakit jantung,
diabetes melitus, dan lain-lain
2. Faktor Janin
Faktor janin atau neonatus meliputi tali
pusat menumbung, tali pusat melilit
leher, kompresi tali pusat antara janin
dan jalan lahir, gemeli, prematur,
kelainan kongenital pada neonatus dan
lain-lain.

3
3. Faktor Plasenta
Faktor plasenta meliputi solusio
plasenta, perdarahan plasenta, plasenta
kecil, plasenta tipis, plasenta tidak
menempel pada tempatnya
4. Faktor Persalinan
Faktor persalinan meliputi partus lama,
partus dengan tindakan dan lain-lain.

Sindroma Gagal Nafas


Sindroma gagal nafas adalah
perkembangan imatur pada sistem pernafasan
atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada
paru-paru-paru. Sementara afiksia neonatorum
merupakan gangguan pernafasan akibat
ketidakmampuan bayi beradaptasi terhadap
asfiksia. Biasanya masalah ini disebabkan

4
karena adanya masalah-masalah kehamilan dan
pada saat persalinan.

Etiologi Gagal Nafas pada Neonatus

1. Paru – paru
Aspirasi, pneumonia, transient
tachypnea of the newborn, persistent
pulmonary hypertension, pneumotoraks,
perdarahan paru, edema paru, displasia
bronkopulmonal, hernia diafragma,
tumor, efusi pleura, emfisema lobaris
kongenital
2. Jalan nafas
Laringomalasia, trakeomalasia, atresia/
stenosis choana, Pierre Robin
Syndrome, tumor dan kista

5
3. Otot – otot respirasi
Paralisis nervus frenikus, trauma
medulla spinalis, miasthenia gravis
4. Sistem saraf pusat (SSP)
Apnea of prematurity, obat: sedatif,
analgesik, magnesium; kejang, asfiksia,
hipoksik ensefalopati, perdarahan SSP
5. Lain-lainnya
Penyakit jantung bawaan tipe sianotik,
gagal jantung kongestif, anemia
/polisitemia, tetanus neonatorum,
immaturitas, syok, sepsis

6
Patofisiologi RDS (Respiratory Distress
Syndrome)
Kegawatan pernafasan dapat terjadi
pada bayi dengan gangguan pernafasan yang
dapat menimbulkan dampak yang cukup berat
bagi bayi berupa kerusakan otak atau bahkan
kematian. Akibat dari gangguan pada sistem
pernafasan adalah terjadinya kekurangan
oksigen (hipoksia) pada tubuh bayi akan
beradaptasi terhadap kekurangan oksigen
dengan mengaktifkan metabolisme anaerob.
Apabila keadaan hipoksia semakin berat dan
lama,metabolisme anaerob akan menghasilkan
asam laktat. Dengan memburukya keadaan
asidosis dan penurunan aliran darah ke otak
maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain
karena hipoksia dan iskemia.

7
Penatalaksanaan
Penatalaksaan Bayi baru lahir yang mengalami
gangguan nafas berat harus dirawat di ruang
rawat intensif untuk neonatus (NICU), bila tidak
tersedia bayi harus segera dirujuk ke rumah sakit
yang memiliki fasilitas NICU.5 Sebelum dirujuk
atau dipindahkan ke NICU, penatalaksanaan
yang tepat sejak awal sangat diperlukan untuk
mencapai keberhasilan perawatan.
1.Penatalaksanaan Non Respiratorik
Monitoring temperatur merupakan hal yang
penting dalam perawatan neonatus yang
mengalami distress pernafasan. Keadaan hipo
maupun hipertermi harus dihindari.16,18-20
Temperatur bayi harus dijaga dalam rentang
36,5−37,5oC.

8
2. Penatalaksanaan Respiratorik

Penanganan awal adalah dengan membersihkan


jalan nafas, jalan nafas dibersihkan dari lendir
atau sekret yang dapat menghalangi jalan nafas
selama diperlukan, serta memastikan pernafasan
dan sirkulasi yang adekuat.

Tujuan utama dalam penatalaksanaan gagal


nafas adalah menjamin kecukupan pertukaran
gas dan sirkulasi darah dengan komplikasi yang
seminimal mungkin. Hal ini dapat dicapai
dengan menangani dan mengatasi etiologi gagal
nafas. Indikasi untuk memulai ventilasi mekanis
pada pasien yang mengalami gagal nafas
biasanya didasari atas menetap atau
memburuknya keadan klinis akibat proses
pertukaran gas di paru-paru yang terganggu

9
Pengertian Ikterus Neonatorum
Ikterus neonatorum adalah menguningnya
skelera, kulit, atau jaringan lain akibat
penimbunan bilirubin dalam tubuh. Keadaan ini
merupakan tanda penting penyakit hati atau
kelainan fungsi hati, saluran empedu dan
penyakit darah. Bila kadar bilirubin darah
melebihi 2 mg%, maka ikterus akan terlihat.
Ikterus disebabkan hemolisis darah janin dan
selanjutnya diganti menjadi darah dewasa. Pada
janin menjelang persalinan terdapat kombinasi
antara darah janin dan darah dewasa yang
mampu manarik O2 dari udara dan
mengeluarkan CO2 melalui paru- paru.

10
Macam-macam Ikterus :

1. Ikterus Fisiologi
Ikterus fisiologi adalah ikterus yang
timbul pada hari kedua dan hari ketiga
yang tidak mempunyai dasar patologik,
kadarnya tidak melewati kadar yang
membahayakan, atau mempunyai
potensi menjadi kern-ikterus dan tidak
menyebabkan suatu morbiditas pada
bayi.
2. Ikterus Patologik
Ikterus patologik adalah ikterus yang
mempunyai dasar patologik atau kadar
bilirubinnya mencapai suatu nilai yang
disebut hiperbilirubinemia

11
Etiologi
Etiologi ikterus pada bayi baru lahir dapat
berdiri sendiri ataupun disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain sebagai berikut :

1. Produksi yang berlebihan, lebih dari


kemampuan bayi untuk
mengeluarkannya, misalnya pada
hemolisis yang meningkat pada
inkompatibilitas darah Rh, ABO,
defisiensi enzim G6PD, pyruvate kinase,
perdarahan tertutup, dan sepsis.

2. Gangguan dalam proses uptake dan


konjugasi hepar. Gangguan ini dapat
disebabkan oleh imaturitas hepar,
kurangnya substrat untuk konjugasi
bilirubin, gangguan fungsi hepar akibat

12
asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak
terdapatnya enzim glucoronil transferase
(criggler najjar syndrome).

3. Gangguan dalam transportasi. Bilirubin


dalam darah terikat oleh albumin
kemudian diangkut ke hepar. Ikatan
bilirubin dalam albumin ini dapat
dipengaruhi oleh obat-obat, misalnya :
salisilat, dan sulfaforazole.

4. Gangguan dalam eksresi. Gangguan ini


dapat terjadi akibat obstruksi dalam
hepar atau di luar hepar. Kelainan di
luar hepar biasanya akibat infeksi atau
kerusakan hepar.

13
5. Obstruksi saluran pencernaan
(fungsional atau struktural) dapat
mengakibatkan hiperbilirubinemia
unconjugated akibat penambahan dari
bilirubin yang berasal dari sirkulasi
enterohepatik.

6. Ikterus akibat Air Susu Ibu (ASI)


kurang lancar. Ikterus akibat ASI kurang
lancar merupakan unconjugated
hiperbilirubinemia yang mencapai
puncaknya terlambat (biasanya
menjelang hari ke 6-14).

Patofisiologi
Sel-sel darah merah yang telah tua dan rusak
akan dipecah menjadi bilirubin, yang oleh hati
akan dimetabolisme dan dibuang melalui feses.

14
Di dalam usus juga terdapat banyak bakteri yang
mampu mengubah bilirubin sehingga mudah
dikeluarkan oleh feses. Hal ini terjadi secara
normal pada orang dewasa. Namun pada bayi
baru lahir, jumlah bakteri pemetabolisme
bilirubin ini masih belum mencukupi sehingga
ditemukan bilirubin yang masih beredar dalam
tubuh tidak dibuang bersama feses.

Begitu pula di dalam usus bayi terdapat enzim


glukorinil transferase yang mampu mengubah
bilirubin dan menyerap kembali bilirubin
kedalam darah sehingga makin memperparah
akumulasi bilirubin dalam badannya. Akibatnya
pigmen tersebut akan disimpan di bawah kulit,
sehingga kulit bayi menjadi kuning. Biasanya
dimulai dari wajah, dada, tungkai dan kaki
menjadi kuning
15
CONTOH STUDI KASUS
PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN
KEBIDANAN BAYI
PATOLOGI PADA BY. “S” DENGAN
IKTERUS PATOLOGI
DI RSUD SYEKH YUSUF GOWA

No. Register : 50xxxx


Tanggal MRS : 07 Juli 2018
Pukul : 13.00 WITA
Tanggal Pengkajian : 08 Juli 2018
Pukul : 11.30 WITA

1. Identitas
A. Bayi
Nama Bayi : Bayi “S”
Tanggal Lahir : 29 Juni 2018
Umur : 10 hari

16
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak Ke : Pertama

B. Orang Tua
Nama : Ny. “S”/Tn. “Z”
Umur : 20 tahun/ 20 tahun
Nikah/Lamanya : 1x/ ± 1 tahun
Suku : Makassar/Makassar
Agama : Islam/Islam
Pendidikan : SMA/SMA
Pekerjaan : IRT/Wiraswasta
Alamat : BTN Taman Tirta

Data Subjektif (S)

1. Ibu pasien mengatakan kekhawatiran


dengan keadaan bayinya karena kulit
bayinya berwarna kuning sejak tanggal
07 Juli 2018
17
2. Ibu pasien mengatakan bayinya malas
menyusu sejak tanggal 06 Juli 2018
3. Ibu pasien mengatakan memberikan
bayinya ASI dan dibantu susu formula
sesering mungkin
4. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien
merupakan anaknya yang pertama dan
tidak ada riwayat keguguran
sebelumnya.
5. Ibu pasien mengatakan melahirkan
bayinya yang pertama pada tanggal 29
Juni 2018, pukul 13.37 WITA, di RSUD
Syekh Yusuf Gowa, ditolong oleh
dokter, secara operasi sesar, bayi lahir
tunggal, keadaan bayi baru lahir
menangis dan kulit bayi kemerahan.

18
6. Ibu pasien mengatakan selama hamil
tidak pernah sakit dan tidak menderita
penyakit apapun.
7. Ibu pasien mengatakan selama hamil
tidak mengkonsumsi obat apapun selain
yang diberikan bidan.
8. Ibu pasien mengatakan hari pertama
haid terakhir tanggal 11 Oktober 2018
9. Ibu pasien mengatakan dalam keluarga
tidak ada penyakit menurun dan tidak
ada riwayat PMS.
10. Perawat perinatologi di RSUD Syekh
Yusuf Gowa mengatakan KU bayi
lemah, refleks menghisap kurang kuat,
kulit bayi berwarna kuning, bayi dirawat
di infant warmer.

19
11. Ibu pasien mengatakan menggunakan
KIS untuk biaya perawatan.
12. Ibu pasien berdoa kepada Allah SWT
agar bayinya selamat.

Objektif (O)

1. KU bayi lemah
2. Kesadaran composmentis
3. Gestasi 37 minggu 2 hari
4. Tanda-tanda vital :

Frekuensi jantung: 128x/I


Pernapasan : 46x/i
Suhu : 36,6 ºC

5. Pemeriksaan head to toe


Kepala : Rambut tipis berwarna hitam
dan tidak ada caput Sucsadenum

20
Wajah : Tidak ada oedema
Mata : Kunjungtiva merah muda, sklera
ikterik.
Hidung : Tidak ada polip dan sekret
Mulut : Bibir kering, tidak ada kelainan.
Telinga : Simetris kiri dan kanan, tidak
ada serumen
Leher : Tidak ada benjolan.
Dada : Pernapasan sesuai gerakan dada.
Abdomen : Tali pusat sudah puput, tidak
ada tanda-tanda infeksi.
Genetalia : Testis sudah turun semua,
terdapat lubang pada penis
Anus : Terdapat lubang pada anus.

21
Ekstremitas atas : Jari-jari lengkap, tidak
ada kelainan, terpasang infus dextrosa
10 % 15 TPM pada tangan sebelah
kanan.
Ekstremitas bawah: Jari-jari lengkap,
tidak ada kelainan.
Kulit : Nampak kuning.

6. Refleks
Refleks moro : Kuat, apabila dikagetkan
lengan kaki terangkat.
Refleks grasping : Kuat, apabila benda
diletakkan di telapak kaki bayi secara
spontan bayi akan menggenggam.
Refleks suckhing : Lemah, pada saat
diberi susu tidak dapat menghisap
secara aktif.

22
Refleks rooting : Lemah, apabila
menyentuh pipi bayi akan menoleh
sentuhan.
Refleks swallowin: Lemah, bayi tidak
dapat menelan secara aktif.

7. Pengukuran Antropometri
BBS : 2.900 gram
PBS : 50 cm
LK : 34 cm
LD : 36 cm
LP : 35 cm
LILA : 11 cm
8. Eliminasi
Urin : Sehari BAK 8-10 kali.
Mekonium : Sehari 4-6 kali, warna
kuning dempul, konsistensi lembek.

23
9. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 07 Juli 2018
Bilirubin direk : Reagen di LAB tidak
tersedia
Bilirubin indirek : Reagen di LAB tidak
tersedia
Bilirubin total : 14 mg/dl.

Assesment (A)
Diagnosa aktual : Bayi “S”, BCB,SMK, dengan
ikterus Patologi.
Masalah aktual : Gangguan kebutuhan
pemenuhannutrisi
Masalah potensial : Antisipasi terjadinya kern
ikterus Lakukan kolaborasi dengan dokter
spesialis anak untuk tindakan fototerapi dan
pemberian obat-obatan.

24
Planning (P)
pukul : 14.30 WITA

1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah


memegang bayi.

Hasil : terlaksana, tangan telah dicuci.

2. Mengobservasi KU bayi dan TTV tiap 3


jam

Hasil : KU bayi lemah

Tanda-tanda vital :

Frekuensi jantug : 120x/i

Pernapasan : 46x/i

Suhu : 36,8 °C

25
3. Memberikan intake ASI sesering
mungkin atau susu formula tiap 3 jam

Hasil : Terlaksana, telah diberikan


intake ASI

4. Menjaga kehangatan bayi

Hasil :Pakaian bayi tetap terpasang saat


tidak di fototerapi dan popok bayi telah
diganti.

5. Melakukan pemberian injeksi atas


instruksi dokter Ampicilin 135mg/ 12
jam/ IV Gentamicin 13mg/ 24 jam/ IV

Hasil : Telah diberikan secara IV

6. Melakukan kolaborasi dengan dokter


spesialis anak

26
Hasil : Terlaksana, dokter spesialis anak
menginstruksikan untuk melakukan
tindakan fototerapi.

7. Memberikan informasi dan penjelasan


tentang hasil pemeriksaan pada keluarga
bayi “S” tentang kondisi bayi “S” saat
ini.

Hasil : Terlaksana, ibu pasien mengerti

8. Melakukan informet consent atau


persetujan dengan pihak keluarga untuk
dilakukan tindakan fototerapi.

Hasil : Terlaksana, pihak keluarga


menyetujui untuk tindakan fototerapi.

27
9. Melakukan tindakan fototerapi 2x24 jam
(fototerapi sinar diberi selama 24 jam
dan istirahat 2 jam)

Hasil : Terlaksana, pasien telah


diletakkan tanpa mengenakan pakaian di
bawah sinar fototerapi, tutup mata dan
alat kelamin bayi dengan menggunakan
kain kasa.

28

Anda mungkin juga menyukai