Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses kehamilan merupakan rantai yang berkesinambungan yang
mencakup proses ovulasi (pelepasan ovum), migrasi spermatozoa dan ovum,
konsepsi dan pertumbuhan zigot, implantasi (nidasi pada uterus),
pembentukan plasenta, serta tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.
Dengan adanya kehamilan, akan terjadi berbagai perubahan fisik dan
psikologis.
Kehamilan merupakan periode episode dramatis pada kondisi biologis
wanita yang menimbulkan berbagai perubahan psikologis serta membutuhkan
upaya adaptasi dari wanita yang mengalaminya. Sebagian besar wanita
menganggap kehamilan sebagai peristiwa kodrati yang harus di lalui,
sedangkan sebagian lain menganggapnya sebagai peristiwa khusus yang
sangat menentukan kehidupan selanjutnya.
Pada umumnya, dalam periode kehamilan akan terjadi perubahan kondisi
fisik dan tanda-tanda fisiologis mulai dari mual dan muntah-muntah, kepala
pusing sampai timbulnya keluhan secara umum seperti rasa panas dalam
perut khususnya pada lambung (heartburn). Persoalannya adalah keluhan-
keluhan tersebut akan terus meningkat setiap berat janin
bertambah.Penambahan berat janin mengakibatkan posisi rahim dalam perut
naik atau meninggi, kemudian rahim serta segala hal yang termuat di
dalamnya akan mendesak lambung.
Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan upaya
adaptasi untuk menyesuaikan pola hidup dengan proses kehamilan yang
terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang tumbuh dari
norma sosial-budaya, dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat
menjadi pencetus berbagai reaksi fisiologis, mulai dari reaksi emosional
ringan hingga gangguan jiwa yang berat.
Seorang wanita hamil akan lebih terbuka terhadap dirinya sendiri dan suka
berbagi pengalaman kepada orang lain. Ia merenungkan mimpi tidurnya,
angan-angannya, fantasinya, dan arti kata-katanya, objek, peristiwa, konsep
abstrak, seperti kematian, kehidupan, keberhasilan, dan kebahagiaan. Ia dapat
mengidentifikasi bentuk-bentuk fisik yang berhubungan erat dengan masa
usia subur atau mencukupkan diri dengan kehidupan atau makanan.
Lamadhah (2011) mengungkapkan bahwa keluhan berkaitan dengan
timbulnya rasa panas dalam perut tergolong sederhana namun dapat
menimbulkan kegelisahan dan kelelahan pada ibu hamil. Seiring dengan
perubahan-perubahan tersebut terjadi pula perubahan emosional yang
kompleks, sehingga memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup
dengan proses kehamilan yang terjadi.
Mustika (2008) dalam buku Panduan Spiritual Kehamilan menyebutkan
satu ungkapan Jack Canfield dalam Chicken Soup for the Expectant
Mother’s Soul, bahwa segala sesuatunya tidak akan pernah sama lagi. Tubuh
kita mengalami perubahan-perubahan drastis, sementara emosi kita berganti-
ganti antara antisipasi dan rasa takjub ketika merasakan getar-getar
kehidupan yang pertama di dalam tubuh kita, sampai pada kecemasan
membayangkan saat melahirkan dan kesanggupan kita untuk menjadi orang
tua. Mulai dari rasa mual sampai eforia, kehamilan benar-benar merupakan
pengalaman mendebarkan.
Pada proses kehamilannya, para wanita disamping mengalami perubahan-
perubahan fisik dan tanda-tanda fisiologis sebagaimana dijelaskan di atas,
perubahan yang kemudian mampu menimbukan masalah sosial dalam
keluarga adalah perubahan-perubahan yang bernuansa psikologis terutama
pada aspek emosionalnya seperti prilaku menjadi mudah tersinggung, mudah
sedih, suka khawatir, merasa kurang diperhatikan, merasakan sesuatu yang
tidak nyaman dan tidak jelas penyebabnya, termasuk memiliki permintaan
yang tidak masuk akal seperti minta jenis buah yang tidak pada musimnya,
dan cenderung harus dipenuhi. Jika tidak terpenuhi, maka tidak sedikit dari
wanita hamil kemudian mengekspresikan perasaan dan pikirannya pada
prilaku yang terkadang tidak wajar seperti meminta yang harus segera
dipenuhi, tersinggung dan menyalahkansebagai bentuk pertahanan ego. Tentu
hal ini akan menjadi persoalan baru menyangkut keharmonisan sosial dalam
keluarga dan lingkungannya manakala kurangnya saling mengerti dan
memahami dengan baik. Dalam kontek konseling, fenomena di atas
memunculkan kebutuhan adanya sebuah layanan konseling yang dilakukan
sebagai upaya membangun self awareness pada konseli ( wanita hamil
dansuaminya), serta pihak-pihak yang terkait dengan konseli.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa perubahan emosi pada ibu hamil
sangat jelas dan jika berkelanjutan tanpa penanganan yang tepat mampu
mengakibatkan reaksi kecemasan yang berat bahkan gangguan jiwa pada ibu
hamil itu sendiri. (Spielberger: 1979; Correy:1997; Wiknjosastro: 1999;
Ibrahim: 2011).
Perubahan-perubahan psikologis selama menjalani kehamilan ternyata
juga disadari oleh para ibu hamil itu sendiri. Berikut ungkapan singkat
seorang wanita bernama Sofia yang dihasilkan dari wawancara dalam
prariset. Sofia menjelaskan bahwa pada masa kehamilannyamengalami
perasaan yang berbeda dari masa sebelum hamil. Beberapa hal yang
dirasakannya seperti menjadimudah sedih, manja dan ingin selalu ditemani
suami. Semua yang diinginkan harus dipenuhi dan jika tidak,maka direspon
dengan menangis.Hal lain yang lebih mencemaskan apabila membayangkan
proses melahirkan.Perasaannya sering takut, khawatir jika ada apa-apa
dengan bayinya memikirkan kira-kira selamat atau tidak, termasuk menjadi
suka bertanya-tanya sendiri. Padahal sudah cukup rajin periksa ke bidan dan
sering dinasihati ibunya. Menurutnya,semua hal di atas sering mengakibatkan
sakit kepala, perut terasa pedih,dan rasanya malas jika mau makan.
Perubahan-perubahan emosi terutama pada perasaan cemas berupa
perasaan tegang, khawatir, sedih, gugup, takut menjadi persoalan mendasar
berkaitan dengan proses kehamilan seorang ibu dan persoalan-persoalan
tersebut jarang mendapatkan solusi sehingga menimbulkan masalah
psikologis pada ibu hamil yang akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin
yang dikandungnya.
Utaminingsih dalam Suciningsih (2004) menjelaskan bahwa kecemasan
pada ibu hamil dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan otak bayi dalam
kandungan termasuk kemungkinan bayi lahir dengan cacat fisik dan
lambanya perkembangan otak bahkan ada yang autis. Gambaran tersebut
akan menjadi persoalan yang tidak sederhana sebab jika lahir anak-anak
dengan kecacatan atau terjadi kelambanan perkembangan otak dan bahkan
autis akan menjadi persoalan besar terhadap penyiapan generasi yang
berkualitas dalam rangka membangun bangsa dan negara.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mitos pada masa kehamilan ?
2. Bagaimana perubahan fisik dalam masa kehamilan ?
3. Bagaimana teori dalam perubahan psikologi pada ibu hamil ?
4. Bagaimana gangguan psikologi pada masa kehamilan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui mitos pada masa kehamilan
2. Untuk mengetahui perubahan fisik dalam masa kehamilan
3. Untuk mengetahui teori dalam perubahan psikologi pada ibu hamil
4. Untuk mengetahui gangguan psikologi pada masa kehamilan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mitos Pada Masa Kehamilan


Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki berbagai corak
kebudayaan yang masing –masing kebudayaan juga memiliki mitos tentang
kehamilan. Bentuk – bentuk mitos kehamilan yang berlaku sangat bervariatif
dan contoh–contoh yang umum ialah selama masa kehamilan tidak
diperkenankan ibu untuk minum es karena dianggap membuat tubuh janin
bertambah besar, tidak boleh makan nenas, pisang ambon dan duren tidak
boleh makan daging kambing, tidak boleh mengurut perut, tidak boleh
sanggama, tidak boleh minum jamu, tidak boleh melakukan perjalanan jauh,
dan sebagainnya. Semua contoh mitos ini masih perlu dikaji kebenarannya.
1. Apakah ibu hamil tidak boleh makan nanas?
Fakta : Dalam buah nanas mengandung kadar asam yang berlebihan,
dapat memicu penyakit maag. Pada saat kehamilan pada umumnya kadar
asam lambung meningkat. Jadi, jangan berlebihan dalam mengonsumsi
nanas dan makanlah secara wajar.
2. Apakah benar telur sangat baik untuk ibu hamil?
Fakta : Telur memiliki kandungan penting dan kalori yang tinggi
sehingga baik untuk dikonsumsi ibu hamil. Telur juga merupakan
makanan favorit yang bisa dibentuk menjadi berbagai variasi hidangan
sehingga tidak membosankan. Akan tetapi, perlu diingat ibu hamil untuk
mmenghindari mengonsumsi telur mentah. Sebab dikhawatirkan dapat
menimbulkan penyakit yang tidak diinginkan karena tidak higienis.
3. Jangan makan buah stroberi ketika sedang mengandung sebab kulit bayi
nanti bisa memiliki bercak!
Fakta : Mitos tersebut salah. Makan buah stroberi tidak akan membuat
kulit bayi bercak-bercak sebab tidak ada hubungannya antara stroberi
dengan kulit bayi. Stroberi mengandung zat antioksidan, kaya akan
vitamin C, dan memiliki mineral yang berguna menurunkan kadar
kolestrol dalam darah. Stroberi juga berguna untuk menyehatkan saluran
pencernaan.
4. Apakah minum es bisa membuat janin tumbuh terlalu besar ?
Fakta : Sampai sekarang belum ada penelitianmembuktikan bahwa
minum es dapat membuat janin menjadi besar yang perlu di waspadai
adalah kebersihan es yang dikonsumsi. Es bisa saja terkontaminasi
bakteri atau virus kalau tidak dijaga kebersihannya. Misalnya akibat
tangan kotor, tempat penyimpanan yang tidak higienis, dan lain
sebagainya. Dan lain hal yang perlu diingat, minum es jangan berlebihan
sebab bisa membuat uluhati terasa sesak dan tidak nyaman. Bila terlalu
sering mengonsumsi es yang dicampur sirup, maka bisa terjadi
penimbunan lemak pada janin.
5. Apakah wanita hamil boleh minum ginseng?
Fakta : Ibu hamil tidak boleh minum ginseng. Ginseng terkenal dapat
menambah kekuatan. Banyak yang mengatakan ginseng dapat
mengurangi mual di saat hamil muda. Akan tetapi, ilmuwan Chinese
University of Hongkong mengatakan bahwa di dalam ginseng terdapat
ginsenoside yang dapat membahayakan perkembangan janin.
6. Apakah minum kopi memiliki efek buruk pada kehamilan?
Fakta : Seperti kita ketahui, kopi banyak mengandung kafein. Kafein bisa
meningkatkan tekanan darah dan dapat mengakibatkan berkemih, selain
bisa menembus plasenta kafein berlebihan bisa mengganggu sirkulasi
darah, termasuk pada organ-organ reproduksi. Organ vital juga bisa rusak
seperti gangguan pada paru-paru, jantung, dan sel darah. Efek buruk lain
akibat terlalu banyak kafein adalah gangguan penyerapan zat besi dan
kalsium sehingga mngakibatkan osteoporosis.
7. Apakah ibu hamil boleh berenang?
Fakta : Pada dasarnya ibu hamil boleh saja berenang. Renang merupakan
salah satu olahraga yang dapat menjaga kebugaran tubuh dan membakar
lemak yang berlebih. Akan tetapi, perlu diingat bahwa jangan terlalu lama
berenang bila tidak ingin kedinginan.
8. Benarkah makan pisang dempet pada awal kehamilan bisa membuat anak
yang dilahirkan kembar siam?
Fakta : Mitos tersebut slaah. Makan pisang dempet tidak ada
hubungannya dengan bayi yang dilahirkan juga ikut dempet. Bila kita
makan pisang, sering kita temukan ada dua buah pisang yang
berdempetan. Ada yang mengatakan sebelum memakan pisang dempet
harus dipisahkan dulu dan pisang tersebut salah satunya harus diberikan
pada orang lain, tidak boleh dimakan sendiri. Hal tersebut dengan alasan
biar anaknya tidak kembar dempet. Mitos-mitos seperti ini masih sering
kita jumpai dan masih beredar di masyarakat

B. Perubahan Fisik Dalam Masa Kehamilan


Ciri – ciri umum perubahan fisik selama masa kehamilan ialah tidak haid
(Amenorea), meningkatnya aktivitas hormon, membesarnya payudara,
perubahan bentuk rahim, perubahan sistem organ – organ tubuh,
membesarnya perut, naiknya berat badan, melemahnya relaksasi otot – otot
saluran pencernaan, ensivitas pada penginderaan, kaki dan tangan mulaii
membesar.
1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Perubahan Fisiologis :
Uterus akan mengalami pembesaran akibat peningkatan hormon
estrogen dan progesteron, uterus akan mengalami hipertrofi dan
hipervaskularisasi akibat dari pertumbuhan dan perkembangan janin,
pertambahan amnion dan perkembangan plasenta dari berukuran 30 gr
menjadi 1000gr. Selain itu, akan terjadi perlunakan pada isthmus uteri
dan pembesaran plasenta pada satu sisi uterus.

Tanda Kehamilan :
1) Pembesaran perut
2) Tanda Hegar
3) Tanda Piscaseck
Ketidaknyaman Fisiologis :
Terjadi penekanan pada beberapa sistem antara lain sistem
perkemihan. Pencernaan, pernapasan, kardiovaskular, dan neurologi.
Kebutuhan Fisiologis :
Berhubungan dengan perubahan sistem yang lain.
b. Serviks
Perubahan fisiologis :
Terjadi hipervaskularisasi dan perlunakan pada serviks akibat
peningkatan hormon progesteron. Peningkatan lendir serviks yang
disebut dengan operkulum. Kerapuhan meningkat sehingga mudah
berdarah saat melakukan senggama.
Tanda kehamilan :
1) Tanda Chadwick
2) Tanda Goodel
3) Keputihan
Ketidaknyaman Fisiologis :
1) Keputihan
Kebutuhan fisiologis :
1) Tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari.
2) Pakaian dalam menggunakan bahan katun yang memiliki daya serap
tinggi, jangan gunakan nilon.
3) Cara cebok yang benar yaitu darah arah vagina ke belekang.
4) Selalu keringkan vulva setelah BAB atau BAK.
5) Ganti celana dalam setiap kali basah
6) Hindari semprotan air

c. Vagina
Perubahan fisiologis :
Terjadi peningkatan produksi lendir oleh mukosa vagina,
hipervaskularisasi pada vagina.
Tanda kehamilan :
1) Tanda Chadwick
2) Keputihan
d. Ovarium
Perubahan fisiologis :
Tidak terjadi pembentukan folikel baru dan hanya terlihat
perkembangan dari korpus luterum.
Tanda kehamilan : amenorea
e. Payudara
Perubahan fisiologis :
Terjadi hipervaskularisasi pembuluh darah akibat peningkatan
hormon progesteron. Selain itu, juga terjadi peningkatan hormon
somatomamotropin untuk produksi ASI sehingga menjadi lebih besar.
Tanda kehamilan :
1) Hipervaskularisasi areola mamae dan papilla
2) Pembesaran kelenjar Montgomery
3) Pembesaran mamae
Kebutuhan fisiologis :
Kebersihan payudara utnuk persiapan laktasi dengan menggunakan
perawatan payudara ibu hamil (terlampir).

2. Sistem Pencernaan
a. Mulut dan Gusi
Perubahan fisiologis :
Peningkatan estrogen dan progesteron meningkatkan aliran darah
ke rongga mulut; hipervaskularisasi pembuluh darah kapiler gusi
sehingga terjadi edema dan hiperplastis; ketebalan epitelial berkurang
sehingga gusi lebih rapuh; timbulnya muntah menyebabkan kebersihan
mulut terganggu dan meningkatkan rasa asam di mulut.
Kebutuhan fisiologis
1) Karies gigi
2) Gusi berdarah
Kebutuhan fisiologis
1) Berkumur dengan air hangat dan asin.
2) Menggosok gigi secara teratur dan menjaga kebersihannya.
3) Memeriksakan gusi secara teratur.
b. Lambung
Perubahan fisiologis :
Terjadi relaksasi pada otot-otot pencernaan antara lain peristaltik
di lambung sehingga pencernaan makanan oleh lambung menjadi lebih
lama dan mudah terjadi peristaltik balik ke esofagus. Selain itu,
pengaruh dari peningkatan hormon HCG juga dapat menyebabkan ibu
hamil merasakan mual dan muntah.
Tanda kehamilan:
1) Mual muntah
2) Panas dalam
Ketidaknyamanan fisiologis:
1) Mual muntah
Kebutuhan fisiologis :
1) Hindari bau dan faktor penyebab lain.
2) Makan biskuit kering atau roti bakar sebelum bangun dari tempat
tidur dan bangun.
3) Makan sedikit tapi sering.
4) Duduk tegak setiap selesai makan.
5) Hindari makanan yang berminyak dan berbumbu keras.
6) Makan makanan kering di antara waktu makan.
7) Jangan langsung gosok gigi setelah makan.
8) Istirahat seperlunya.
9) Gunkan obat-obatan nonfarmakologis jika memungkinkan.
10) Jika terlalu parah beri terapi dengan vitamin B6
c. Usus halus dan usus besar
Perubahan fisiologis :
Relaksasi pada usus sehingga penyerapan makanan menjadi lebih
maksimal. Relaksasi juga terjadi pada usus besar sehingga penyerapan
air menjadi lebih lama.
Tanda kehamilan :
1) Konstipasi
Ketidaknyamanan fisiologis :
1) Konstipasi
2) Hemoroid
Kebutuhan fisiologis :
1) Tingkatkan intake cairan dan serta dalam diet, misalnya buah,
sayuran, minum air hangat.
2) Istirahat cukup.
3) Senam hamil (terlampir)
4) Buang air besar secara teratur dan segera setelah ada dorongan.
5) Hindari minyak mineral, lubrican, perangsang, saline,
hiperosmosis, dan castrol oil.
6) Hindari konstipasi.
7) Makan makanan bongkahan, gunakan bungkusan es, kompres
panan, atau mandi sitz.
8) Dengan perlahan masukan kembali ke dalam rektum seperlunya.
9) Jika perlu dapat di gunakan salep obat luar untuk
meperingan/anestesi sesaat, astringen wirchhazel, calamine dan
oksida seng, krim hidrocotison.

3. Sistem Kardiovaskular
a. Jantung
Perubahan fisiologis :
1) Hipertrofi
Hipertrofi (pembesaran) atau dilatasi ringan jantung mungkin
disebabkan oleh peningkatan volume darah dan curah jantung.
Karena diafragma terdorong ke atas, jantung terangkat ke atas dan
berotasi ke depan; antara minggu ke-14 dan ke-20, denyut
meningkat perlahan, mencapai 10 sampai 15 kali per menit,
kemudian menetap sampai aterm.
a) Volume dan komposisi darah.
Selama masa hamil terjadi percepatan produksi SDM
(normal: 4-5,5 juta/mm3). Presentasi kenaikan bergantung
kepada jumlah besi yang tersedia, massa SDM meningakt 30-
33% pada kehamilan aterm, jika ibu mengonsumsi suplemen
besi. Apabila tidak mengonsumsi suplemen besi, SDM hanya
meningkat 17% pada beberapa wanita.
b) Sirkulasi darah.
Terjadi gangguan sirkulasi darah akibat pembesaran dan
penekanan uterus terutama pada vena pelvis ketika duduk dan
vena cara inferior ketika berbaring; peningkatan penyerapan
kapiler.
Tanda kehamilan :
1) Anemia fisiologis
Ketidaknyamanan fisiologis :
1) Palpitasi jantung
2) Edema umum
Kebutuhan fisiologis :
1) KIE tentang perubahan fisiologi kehamilan.
2) Konsumsi makanan atau diet tinggi Fe dan asam folat, misalnya
sayuran berwarna hijau, ikan, daging, dan susu.
3) Konsumsi tablet Fe 1x minimal selama 3 bulan.
4) Hindari posisi tegak lurus dalam waktu yang lama.
5) Istirahat dengan posis berbaring miring dan kaki agak ditinggikan.
6) Hindari kaos kaki atau stocking yang ketat.
7) Olah raga tau senam hamil (terlampir)
8) Hindari sendal atau sepatu hak tinggi.
4. Sistem Perkemihan
Perubahan fisiologis :
Peningkatan sensitivitas kandung kemih dan pada tahap selanjutnya
merupakan akibat kompresi pada kandung kemih. Pada trimester kedua,
kandung kemih tertarik ke atas dan keluar dari panggul sejati ke arah
abdomen. Uretra memanjang sampai 7,5 cm karena kandung kemih
bergeser ke arah atas. Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukkan oleh
hiperemia kandung kandung kemih dan uretra. Peningkatan vaskularisasi
ini membuat mukosa kandung kemih menjadi mudah luka dan berdarah.
Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini memungkinkan distensi
kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada saat yang sama, pembesaran
uterus menekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih
walaupun kandung kemih hanya terisi sedikit urine.
Tanda kehamilan : Sering buang air kecil (BAK) dan nokturia.
Ketidaknyamanan fisiologis : Sering BAK
Kebutuhan fisiologis :
1) KIE tentang penyebab sering BAK.
2) Kosongkan kandung kemih ketika ada.
3) Perbanyak minum air pada siang hari.
4) Jangan kurangi minum di malam hari kecuali menggangu tidur dan
mengalami kelelahan.
5) Hindari minum kopi dan teh sebagai diuresis.
6) Berbaring miring kiri saat tidur untuk meningkatkan diuresis.
7) Tidak memerlukan pengobatan farmakologis.
5. Sistem Integumen
a. Muka
Perubahan fisiologis :
Terjadi perubahan warna bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada
kulit di daerah tonjolan maksila dan dahi, khususnya pada wanita hamil
berkulit hitam akibat peningkatan hormon estrogen dan progesteron,
serta hormon melanokotikotropin.
Tanda kehamilan : Chloasma Gravidarum
Ketidaknyamanan fisiologis : Chloasma Gravidarum
Kebutuhan fisiologis :
1) Hindari sinar matahari secara berlebihan saat hamil.
2) Gunakan bahan pelindung nonalergis.
3) Hindari penggunaan hidrokuinon
b. Kulit
Perubahan fisiologis :
1) Hipersentivitas alergen plasenta.
2) Peningkatan kelenjar apocrine akibat peningkatan hormon, kelenjar
tersebut meningkat terutama akibat berat badan dan kegiatan
metabolik yang meningkat; peningkatan aktivitas kelenjar sebasea.
Ketidaknyamanan fisiologis :
1) Gatal-gatal
2) Keringat bertambah
Kebutuhan fisiologis :
1) Gunakan kompres mandi siram air sejuk.
2) Gunakan cara mandi oatmeal.
3) Pertimbangkan penggunaan obat luar atau antipruiritik.
4) Evaluasi jika ada gangguan atau penyakit kulit.
5) Pakai pakaian yang longgar.
6) Perbanyak minum.
7) Mandi secara teratur.
c. Perut
Perubahan fisiologis :
Terdapat garis pigmentasi dari simfisis pubis sampai ke bagian atas
fundus di garis tengah tubuh diinduksi hormon timbul. Pada
primigravida, garis mulai terlihat pada bulan ke tiga terus memanjang
seiring dengan meningginya fundus. Pada multigravida, keseluruhan
garis sering kali muncul sebelum bulan ketiga. Terdapat juga tanda
regangan yang timbul pada 50-90% wanita selama pertengahan kedua
kehamilan yang dapat dise babkan oleh kerja adenokortikosteroid,
menunjukkan pemisahan jaringan ikat (kolagen) di bawah kulit. Garis-
garis yang sedikit cekung ini cenderung timbul di daerah dengan
regangan maksimum (misalnya di abdomen, paha, dan payudara).
Tanda kehamilan :
1) Linea nigra dan alba.
2) Striae gravidarum.
Ketidaknyamanan fisiologis :
1) Garis-garis diperut dan di payudara
Kebutuhan fisiologis :
1) Gunakan emollien luat atau antiprurutik menurut indikasinya.
2) Gunakan/kenakan pakaian yang menopang payudara dan abdomen.
6. Sistem Pernafasan
a. Hidung
Perubahan fisiologis :
Peningkatan vaskularisasi yang merupakan respons terhadap
peningkatan kadar estrogen, juga terjadi pada traktus pernapasan atas.
Oleh karena kapiler membesar, terbentuklah edema dan hiperemia di
hidung, faring, laring, trakea, dan bronkus.
Ketidaknyamanan fisiologis : Hidung tersumbat dan mimisan
Kebtuhan fisiologis:
1) KIE tentang perubahan fisiologi kehamilan.
2) Gunakan vaporizer udara dingin.
3) Hindari dekongestan utnuk hidung tersumbat biasa.
4) Antihistamin biasanya efektif dan tidak berbahaya.
b. Toraks dan difragma
Perubahan fisiologis :
Dengan semakin membesarnya uterus, maka akan mengalami
desakan pada diafragma sehingga naik 4 cm; terjadi pelebaran sudut
toraks dari 68 menjadi 103 derajat; peningkatan pusat saraf untuk
konsumsi oksigen.
Lordosis dorsolumbar dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan
pada saraf atau kompresi akar saraf. Struktur ligamentum dan otot
tulang belakang bagian tengah dan bawah mendapat tekanan berat.
Perubahan ini dan perubahan lainnya sering kali menimbulkan rasa
tidak nyaman pada muskuloskeletal. Terjadi relaksasi ringan dan
peningkatan mobilitas sendi panggul normal selama masa hamil,
pemisahan simfisis pubis, dan ketidakstabilan sendi sakroiliaka yang
besar dapat menimbulkan nyeri dan kesulitan berjalan.
Tanda kehamilan : Hiperlordosis
Ketidaknyaman fisiologis :
1) Sesak nafas
2) Nyeri pinggang dan punggung bagian bawah
Kebutuhan fisiologis :
1) KIE tentang penyebab fisiologis.
2) Bantu cara utnuk mengatur pernapasan.
3) Mendorong postur tubuh yang baik untuk pernapsan interkostal.
4) Posisi berbaring semifowler.
5) Istirahat teratur.
6) Latihan pernapasan dan senam hamil.
7) Gunakan mekanisme tubuh yang baik untuk mengangkat barang
yang jatuh, misalnya dengan jongkok, lebarkan kaki dan letakkan
satu kaki sedikit di depan.
8) Hindari sepatu hak tinggi, hindari pekerjaan dengan beban yang
terlalu berat.
9) Gunakan bantal waktu tidur utnuk meluruskan punggung.
10) Gunakan kasur yang keras utnuk tidur.
11) Senam hamil.
12) Masase daerah pinggang dan punggung.
7. Sistem Neurologi dan Muskuloskeletal
Perubahan fisiologis :
1) Penurunan kalsium dan alkolosis terjadi akibat perubahan pada sistem
pernapsan, tekanan uterus pada saraf, keletihan, dan sirkulasi yang
buruk pada tungkai.
2) Perubahan titik pusat gaya berat akibat uterus yang bertambah besar dan
berat membuat wanita mengambil sikap yang dapat menekan saraf
ulnar, median, dan skiatik; terjadi hiperventilasi.
3) Terjadi hipertensi postural yang berhubungan dengan perubahan
hemodinamis; hipoglikemia; penumpukan darah di bagian tungkai
sehingga mengurangi arah balik vena dan mengurangi curah jantung.
Tanda kehamilan : Syncope
Ketidaknyamanan fisiologis :
1) Kram terutama pada kaki
2) Kesemutan
3) Pusing sampai pingsan

Kebutuhan fisiologis :
1) Kurangi konsumsi fosfor tinggi supaya terjadi relaksasi pada oto-otot
kaki.
2) Beri kompres hangat pada kaki.
3) Konsumsi cukup kalsium.
4) Istirahat cukup.
5) KIE tentang penyebab.
6) Posisikan postur tubuh dengan benar.
7) Berbaring dan merebahkan diri.
8) Bangun secara perlahan-lahan dari posisi.
9) Hindari berdiri terlalu lama.
10) Hindari lingkungan yang terlalu ramai dan berdesak-desakan.
11) Hindari berbaring dalam posisi supine.

C. Perubahan dan Adaptasi Psikologi Pada Kehamilan


Kehamilan merupakan waktu transisi yaitu kehidupan ebelum memiliki
anak yang berada dalam kandungan dan kehidupan setelah anak lahir. Secara
umum emosi yang dirasakan oleh ibu hamil cukup labil, ia dapat memiliki
reaksi yang ekstrim dan suasana hati yang cepat berubah. Ibu hamil menjadi
sangat sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan.
Ibu hamil lebih terbuka terhadap dirinya sendiri dan suka berbagi
pengalaman dengan orang lain. Wanita hamil memiliki kondisi yang sangat
rapuh, sangat takut akan kematian baik terhadap dirinya sendiri maupun
bayinya.
1. Trimester I
a. Rasa cemas bercampur bahagia
Perubahan psikologis yang menonjol pada usia kehamilan trimester
pertama ialah timbulnya rasa cemas dan ragu sekaligus bahagia. Mereka
cemas akan hal-hal yang tidak dipahami karena mereka merasa tidak
dapat mengendalikan tubuhnya dan kehidupan yang mereka jalani
sedang berada dalam suatu proses yang tidak dapat berubah kembali.
Hal ini membuat sebagian wanita menjadii tergantung dan menjadi
lebih menuntut. Munculnya rasa ragu dan khawatir sangat berkaitan
dengan pada kualitas kemampuan untuk merawat dan mengasuh bayi
kandungnya, sedangkan rasa bahagia dikarenakan dia merasa sudah
sempurna sebagai wanitan yang dapat hamil.
b. Sikap Ambivalen
Sikap ambivalen menggambarkan suatu konflik perasaan yang
bersifat stimulan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu,
atau kondisi (Bobak, Lowdermilk, dan Jensen 2005). Sebagian besar
wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil.
80% wanita mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi
dan kesedihan. Jika Ia tidak dibantu memahami dan menerima
ambivalensi dan perasaan negatif tersebut sebagai suatu hal yang
normal maka ia akan merasa sangat bersalah bila bayi yang dikandung
meninggal atau lahir cacat, Ia akan mengingat pikiran-pikiran yang ia
miliki selama trimester I dan merasa ia menjadi penyebab tragedi
tersebut. Penyebab ambivalensi pada ibu hamil yaitu perubahan kondisi
fisik, pengalaman hamil yang buruk, ibu karier, tanggung jawab baru,
rasa cemas atas kemampuannya menjadi ibu, keuangan dan sikap
penerimaan keluarga terdekatnya. Perasaan ambivalen ini berakhir
dengan sendirinya seiring ia menerima kehamilanya.
c. Fokus padaa Diri Sendiri
Fokus wanita adalah dirinya sendiri. Dari fokus pada diri sendiri ini
timbul ambivalensi mengenai kehamilanya seiring usaha menghadapi
pengalaman kehamilan yang buruk yang pernah dialami sebelumnya,
efek kehamilan terhadap kehidupan kelak (terutama jika berkarier),
tanggung jawabnya yang baru atau tambahan yang ditanggung,
kecemasan yang berhubungan dengan untuk menjadi ibu, masalah
keuangan dan rumah tangga dan peneriman orang terdekat terhadap
kehamilanya.
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, sering kali pikiran ibu lebih
berfokus kepada kondisi dirinya sendiri, bukan kepada janin. Meskipun,
demikian bukan berarti ibu kurang memperhatikan kondisi bayinya.
Kini ibu lebih merasa bahwa janin yang dikandungnya menjadi bagian
tubuhnya yang tidak terpisahkan. Hal ini mendorong ibu untuk
menghentikan rutinitasnya, terutama yang berkaitan dengan tuntutan
sosial atau tekanan psikologis agar bisa menikmati waktu kosong tanpa
beban.
d. Perubahan Seksual
Hasrat seksual pada trimester I sangat bervariasi antar satu wanita
dan wanita lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat
seksual tetapi secara umum trimester I merupakan waktu terjadinya
penurunan libido dan hal ini merupakan komunikasi yang jujur dan
terbuka terhadap pasangan. Banyak wanita yang merasakan kebutuhan
kasih sayang yang besar dan cinta kasih tanpa seks. Libido secara umun
sangat dipengaruhi oleh keletihan, nausea, depresi, payudara yang
membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah
lain yang merupakan normal terjadi pada trimester I.
e. Perubahan Emosional
Perubahan-perubahan emosi pada trimester pertama menyebabkan
adanya penurunan kemauan berhubungan seksual, rasa letih dan mual,
perubahan suasana hati, depresi, kekhawatiran ibu tentang
kesejahterannya dan bayinya, kekhawatiran pada bentuk penampilan
diri yang kurang menarik, dan sebagainya.
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian.
Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa
dia sedang mengandung. Penerimaan terhadap kenyataan ini dan arti
semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting
pada trimester pertama kehamilan.
Penerimaan ini biasanya terjadi pada akhir trimester pertama dan
difasilitasi oleh perasaan sendiri yang merasa cukup aman untuk mulai
mengungkapkan perasaan-perasaan yang menimbulka konflik yang ia
alami. Sementara ini ketidaknyamanan pada trimester pertama seperti
nausea, kelemahan, perubahan nafsu makan, kepekaan emosional,
semua ini dapat mencerminkan konflik dan depresi yang ia alami pada
saat bersamaan hal-hal tersebut menjadi pengingat tentang kehamilan.
Beberapa wanita terutama mereka yang telah merencanakan hamil
atau yang telah berusaha keras untuk hamil merasa suka cita sekaligus
tidak percaya bahwa dirinya hamil, dan mencari bukti kehamilan pad
setiap jengkal tubuhnya.
Trimester pertama sering menjadi waktu yang sangat
menyanangkan untuk melihat apakah kehamilan akan berkembang
dengan baik validasi kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita
mulai memeriksa dengan cermat setiap perubahan tubuh, yang
merupakan bukti kehamilan. Bukti yang paling kuat adalah berhentinya
menstruasi. Selama trimester I, kehamilan seorang wanita menjadi
rahasianya sendiri yang hanya ia bagikan pada orang yang dikehendaki.
Pikiranya meliputi sebagian besar apa yang terjadi pada dirinya,
tubuhnya, dan kehidupanya. Pada saat ini bayi yang ia kandung masih
dianggap sebagai mahluk yang terpisah dari dirinya.
2. Trimester II
Trimester II sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik
yakni periode wanita merasa nyaman dan bebas dari segala
ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil, trimester II juga
merupakan fase ketika wanita menelusur kedalam dan paling banyak
mengalami kemunduran. Trimester II terbagi dalam dua fase yaitu : Pra
Quickening (sebelum da gerakan janin yang dirasakan ibu) dan pasca
Quickening (setelah ada gerakan janin yang dirasakan ibu).
Fase Quickening
Quickening menunjukan kenyataan adanya kehidupan yang
terpisah yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas
psikologis utama yaitu : mengembangkan identitas sebagai ibu bagi
drinya sendiri yang berbeda dari ibunya.
Menjelang akhir timester pertama dan selama fase pra Quickening
berlangsung wanita tersebut akan mengalami sekaligus sekalian
mengevaluasi kembali semua aspek hubungan yang ia jalani dengan
ibunya sendiri. Semua masalah interpersonal yang dahulu pernah dialami
hingga kini dianalisis.
Hal lain yang terdapat dalam proses ini adalah evolusi wanita
tersebut mulai dari menjadi penerima kasih sayang dan perhatian
kemudian menjadi pemberi kasih sayang dan perjatian (persiapan menjadi
ibu). Ia akan mengalami konflik berupa kompetisi dengan ibunya agar
telihat sebagai ibu yang “baik”. Penyelesaian aktual dalam konflik ini
tidak berlarut-larut sampai lama setelah bayi dilahirkan, tetapi perhatian
wanita terhadap ibunya dan proses-proses yang berkaitan dengan hal
tersebut akan berakhir setelah terjadi perubahan identitas dirinya sendiri
menjadi pemberi kasih sayang, pada saat yang sama ia juga menjadi
penerima kasih sayang, menuntut perhatian dan cinta kasih.
Dengan timbulnya Quickening muncul sejumlah perubahan karena
kehamilan telah menjadi jelas dalam pikiranya. Kontak sosial berubah ia
lebih banyak bersosialisasi dengan wanita hamil dan ibu baru lainya yang
minat serta aktifitasnya berfokus pada kehamilan, cara membesarkan
anak dan persiapan unuk menerima peran baru.
Quickening memudahkan wanita mengkonseptualisasi bayinya
sebagai individu yang terpisah dari dirinya. Kesadaran baru ini memulai
perubahan dalam fokusnya dari dirinya sendiri kepada bayi yang ia
kandung.
Pada saat ini jelas kelamin bayi bukan hal yang penting, perhatian
ibu pada kesejahteraan bayi dan menyambut menjadi anggota keluarga.
Sebagian besar wanita lebih erotis selama trimester II, kurang lebih
80% wanta mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual
mereka dibanding pada trimester I dan sebelum hamil.
Trimester II relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, dan
ukuran perut belum menjadi masalah besar, lubrikasi vagina semakin
banyak, kecemasan kekhawatiran dan masalah-masalah yang sebelumnya
menimbulkan ambivalensi mulai mereda dan ia telah mengalami
perubahan dari seorang menuntut kasih sayang dari ibunya menjadi
seorang yang mencari kasih sayang dari pasanganya dan semua faktor ini
turut mempengaruhi peningkatan libido dan kepuasan seksual.
3. Trimester III
Trimester III disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi
sebagai mahluk yang terpisah sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran
bayinya.
Trimester III merupakan waktu perpisahan yang aktif terlihat dan
memanti kelahiran bayi dan dan menjadi orang tua sementara perhatian
utama wanita terfokus pada yang akan dilahirkan.
Perasaan takut akan muncul, ibu mungkin merasa cemas dengan
kehidupan bayi dan dirinya sendiri seperti apakah bayinya akan lahir
abnormal, terkait persalinan (nyeri, kehilangan kendali dan lain-lain).
Ibu juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi
hilangnya perhatian dan hak istimewa khusus lain selama ia hamil,
perpisahan ia dengan bayinya yang tidak dapat dihindari, persaan
kehilangan uterus yang penuh secara tiba-tiba mengempis dan ruang
tersebut menjadi kosong. Depresi ringan merupakn hal yang umum
terjadi dan wanita menjadi lebih tergantung dan lebih menutup diri karena
perasaan rentanya.
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik dan
semakin kuat menjelang akhir kehamilan, ia akan merasa canggung,
jelek, berantakan dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan
konsisten dari pasangan.
Pada pertenghan trimester III peningkatan hasrat seksual yang
terjadi sebelumnya akan menghilang karena perut yang semakin besar.
Alternatif posisi dalam hubungan seksual untuk mencapai kepuasan dapat
membantu. Berbagi perasaan secara jujur dengan pasangan dan konsultasi
dengan bidan atau dokter menjadi sangat penting.
D. Teori Perubahan Psikologi pada Ibu Hamil
1. TEORI REVA RUBIN
Rubin adalah seorang perawat bidan di USA. Rubin
mengembangkan penelitian dan teori tentang kesehatan ibu dan anak
khususnya ibu bersalin. Penelitian dan pengamatan dilakukan selama lebih
dari 20, tahun dengan lebih dari 6000 responden. Dia membedakan antara
konsep dari posisi yaitu suatu status sosial yang diberikan kepada
seseorang (misal guru atau ibu) dan konsep dari peran yang dilukiskan
sebagai aktivitas dan tindakan yang dilakukan oleh individu tersebut yang
menentukan bahwa dalam dia mempunyai posisi tertentu. Seseorang
mempunyai posisi berbeda dalam tahapan hidupnya yang berbeda dan juga
dapat mempunyai posisi ganda pada waktu yang bersamaan sebagai
seorang anak perempuan, istri dan ibu juga sebagai bidan, pelajar juga
sebagai karyawan. “Tindakan-tindakan yang diatur sekitar posisi, terdiri
dari peran”(Rubin,1967).
Tujuan riset Rubin adalah mengidentifikasi bagaimana wanita
tersebut mampu mengambil peran seorang ibu dan hal apa saja yang dapat
membantu atau menghambat atau memberi efek negatif terhadap proses
pencapaian peran tersebut. Menurut Rubin untuk mencapai peran tersebut
seorang wanita membutuhkan proses belajar berupa latihan-latihan. Dalam
proses ini wanita diharapkan mampu mengidentifikasi bagaimana wanita
tersebut mampu memngambil peran seorang ibu. Teori ini sangat berarti
pula bagi calon ibu untuk mempelajari peran yang akan dialaminya kelak
sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan dalam kehamilan dan
setelah menikah.
Penelitian ini dilakukan dengan bantuan para siswa bidan. Data
dikumpulkan melalui wawancara langsung dan melalui telepon yang
berlangsung selama 1-4 jam. Subjek penelitian di dapatkan di klinik
antenatal dan postnatal. Data-data berkaitan dengan masalah-masalah yang
timbul dalam pencapaian peran menjadi ibu diberi kode kemudian
dianalisis.
Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk
mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui
serangkaian aktifitas atau latihan. Dengan demikian, seorang wanita
terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan dialaminya kelak
sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi
khususnya perubahan psiko-sosial dalam kehamilan dan setelah persalinan.
Menurut Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki
harapan-harapan, antara lain:
a. Kesejahteraan ibu dan bayinya
b. Penerimaan dari masyarakat
c. Penentuan identitas diri
d. Mengerti tentang arti memberi dan menerima
Perubahan yang terjadi pada ibu hamil adalah
a. Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian
sehingga dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan
perkembangan janinnya.
b. Ibu memerlukan sosialisasi
Arti dan efek kehamilan pada pasangan:
1) Pasangan merasakan perubahan tubuh pasangannya pada kehamilan 8
bulan sampai 3 bulan setelah melahirkan.
2) Pria juga bisa mengalami perubahan fisik dan psikososial selama
pasangannya hamil.
3) Anak yang dilahirkan merupakan gabungan dari 3 perbedaan yang ada,
yaitu :
a) Hubungan Ibu dengan pasangan
b) Hubungan ibu dengan janin yang berkembang
c) Hubungan individu dengan individu yang unik dan anak
4) Ibu tidak pernah lagi menjadi sendiri
5) Tugas yang harus dilakukan seorang wanita atau pasangan dalam
kehamilan :
a) Percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu
tubuh.
b) Persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin.
c) Penyelesaian dan identifikasi kebingungan seiring dengan peran
transisi untuk mempersiapkan fungsi keluarga.
Dalam penelitiannya dan observasinya lebih dari 20 tahun Rubin
menyimpulkan bahwa tujuan dari usaha ibu selama kehamilan adalah :
a. Meyakinkan adanya keamanan bagi diri dan bayinya selama
kehamilan dan persalinan.
b. Meyakinkan adanya penerimaan sosial bagi diri dan bayinya.
c. Meningkatkan ikatan tarik menarik dalam kontruksi dari image dan
identitas dari saya dan anda.
d. Mencari kedalaman dari arti tindakan transitif dari memberi dan
menerima.

Tugas atau tujuan dari aktivitas selama hamil, bersalin dan


puerperium digambarkan lebih ringkas oleh Josen (1981) sebagai berikut:
a. Memastikan kesejahteraan fisik untuk dirinya dan bayinya.
b. Penerimaan sosial untuk dirinya dan bayinya oleh orang-orang berati
berarti bagi mereka.
c. Keterikatan kepada si bayi.
d. Pemahaman dan kerumitan menjadi seorang ibu.
Dari data itu Rubin mengidentifikasikan 3 aspek yang meliputi :
Reaksi umum pada kehamilan, biasanya sebagai berikut :
a. Trimester I
Ambiven, takut, fantasi, khawatir.
b. Trimester II
Perasaan lebih enak, meningkatnya kebutuhan untuk mempelajari
tentang perkembangan dan pertumbuhan janin, menjadi narsistik,
pasif, introvert, kadang egosentrik dan self centered.
c. Trimester III
Berperasaan aneh, semberono, jelek. Menjadi lebih introvert,
merefleksikan terhadap pengalaman masa kecil.
Tiga aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu hamil :
a. Gambaran tentang idaman (Image idea)
Sebuah gambaran ideal atau positif mengenai perempuan yang
berhasil melaksanakan perannya sebagai ibu yang baik. Seorang ibu
muda akan mempunyai seseorang yang dijadikannya contoh
bagaimana seharusnya menjadi seorang ibu.
b. Gambaran tentang Diri (image diri)
Gambaran mengenai dirinya sendiri dihasilkan melalui
pengalaman. Gambaran diri seorang perempuan adalah bagaimana
seorang perempuan adalah bagaimana seorang perempuan tersebut
memandang dirinya, sebagai bagian dari pengalaman diri, terkait
dengan peran ibu yang akan dilakukan.
c. Gambaran tubuh (body image)
Perubahan yang terjadi pada tubuh perempuan selama proses
kehamilan dan perubahan spesifik yang terjadi selama kehamilan serta
setelah melahirkan.
Tahap-tahap psikososial yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam
mencapai perannya :
a. Anticipatory stage
Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi
dengan anak yang lain.
b. Honeymoon stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninnya. Pada
tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain.
c. Plateu stage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu.
Tahap ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian
melanjutkan sendiri.
d. Disengangement
Merupakan tahap penyelesaian yang mana latihan peran sudah
berakhir.
Beberapa tahapan aktifitas penting sebelum seseorang menjadi ibu.
a. Taking On (tahapan meniru)
Seorang wanita dalam pencapaian peran sebagai ibu akan
memulainya dengan meniru dan melakukan peran seorang ibu. Dalam
tahap taking on terdapat kegiatan mimicry (peniruan) yaitu
perempuan meniru perilaku perempuan lain yang pernah hamil
dengan cara melihat, mendengar dan melaksanakan pengalaman
menjadi seorang ibu.
b. Taking in
Taking in meliputi kegiatan berfantasi. Fantasi perempuan tidak
hanya meniru tetapi sudah mulai membayangkan peran yang
dilakukan dimasa yang akan datang, misalnya: akan seperti apa
proses persalinannya nanti atau baju yang akan dikenakan bayinya
nanti. Dan kegiatan introjections, projection, dan rejection yang
merupakan tahap dimana perempuan menirukan model-model yang
ada sesuai dengan pendapatnya. Dalam tahap ini, bisa terjadi proses
penerimaan dan penolakan.
c. Letting go
Merupakan fase dimana perempuan mengingat kembali proses dan
aktivitas yang sudah dilaksanakannya. Perempuan tersebut
mengevaluasi hasil tindakannya di masa lalu dan menghilang
tindakan yang dia anggap sudah tidak tepat lagi.
Rubin mengklasifikasikan tahapan ini menjadi 3 yaitu :
a. Periode Taking in (hari ke 1-2 setelah melahirkan)
1) Ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain
2) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran pada perubahan tubuhnya
3) Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu melahirkan
4) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikkan
keadaan tubuh ke kondisi normal.
5) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan
peningkatan nutrisi.
b. Periode Taking Hold (hari ke 2-4 setelah melahirkan)
1) Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan
meningkatkan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan
tanggung jawab akan bayinya.
2) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK,
BAB, dan daya tubuh.
3) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti
menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok.
4) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan
pribadi.
5) Kemungkinan ibu meengalami depresi post partum karena merasa
tidak mampu membesarkan bayinya.
c. Periode letting go
1) Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan di pengaruhi oleh
dukungan serta perhatian keluarga.
2) Ibu sudah mengambil tanggungjawab dalam merawat bayi dan
memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu
dalam kebebasan dan hubungan sosial.
Langkah-langkah proses pelaksanaan peran seorang ibu menurut Reva
Rubin, melalui tahap :
1) Mimicry (peniruan). Wanita meniru perilaku wanita lain (yang pernah
hamil) dengan melihat, mendengar, dan merasakan pengalaman
menjadi seorang ibu. Misalnya, apa yang dilakukan saat persalinan,
bagaimana pertumbuhan bayi pada hari-hari pertama, dan sebagainya.
2) Role play (mencoba bermain peran). Menciptakan kondisi di masa yang
akan datang dengan sengaja. Misalnya, berlatih merawat bayi dengan
menjadi babysitter (pengasuh anak) untuk anak temannya, mencoba
menyuapi anak kecil, dan sebagainya.
3) Fantasy (menghayal). Wanita menghayalkan dirinya di masa yang akan
datang. Misalnya, akan seperti apa proses persalinannya nanti, baju apa
yang akan dikenakan bayinya nanti, dan sebagainya.
4) Introjection-Projection-Rejection (pengolahan pesan). Wanita mencoba
mengolah pesan dan membandingkan gambaran ideal tentang seorang
ibu dengan keadaan dirinya sendiri. Dalam fase ini dapat terjadi proses
penerimaan dan penolakan. Misalnya, saat ibu memandikan bayinya di
rumah berdasarkan apa yang di pelajarinya di rumah sakit atau di
tempat lainnya.
5) Grief-work (evaluasi). Wanita tersebut mengevaluasi hasil tindakannya
di masa lalu dan menghilangkan tindakan yang dia anggap sudah tidak
tepat lagi.
2. TEORI RAMONA MERCER
Mercer merupakan seorang perawat yang sangat perhatian terhadap
proses persalinan. Dia adalah salah satu murid Reva Rubin yang telah
menghasilkan banyak karya ilmiah. Sepanjang karirnya selama 30 tahun,
Mercer melakukan 2 penelitian penting yaitu efek stress antepartum pada
keluarga dan pelaksanaan ibu. Teori Mercer lebih menekan pada stress
antepartum dan mencapai peran ibu. Ia mengidentifikasi seorang
perempuan pada awal postpartum, yang menunjukkan bahwa perempuan
akan lebih mendekatkan diri pada bayinya di banding dengan melakukan
tugas sebagai seorang ibu pada umumnya.
Teori ini lebih menekankan pada stress ante partum dalam
pencapaian peran ibu. Mercer membagi teorinya menjadi 2 pokok
bahasan :
a. Efek stress ante partum
Stress ante partum dijelaskan sebagai komplikasi dari kehamilan
atau kondisi beresiko tingi dan peristiwa atau pengalaman atau
pandangan negatif tentang peristiwa kehidupan. Keluarga digambarkan
sebagai satu system yang dinamik yang meliputi subsistem-individu
(bapak, ibu, janin atau bayi) dan pasangan (ibu-bapak, ibu-janin atau
bayi) dalam sistem keluarga secara keseluruhan.
Riset Mercer dkk menjelaskan tentang efek stress antepartum
terhadap fungsi keluarga sebagai satu keutuhan, fungsi pasangan
individual (hubungan timbal balik ibu-ayah, ibu-bayi, ayah-bayi)
dalam keluarga, dan status kesehatan sebagai variabel dependen dan
depresi.
Mercer kemudian mempresentasikan 3 model yang mendukung
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen diatas,
yaitu :
a) Hubungan stress antepartum dengan individu
b) Hubungan stress antepartum dengan pasangan individual
c) Hubungan stress antepartum dengan fungsi keluarga
Tahun 1988 Mercer mengemukakan hasil risetnya tentang efek
stress antepartum fungsi keluarga yaitu bahwa variabel-variabel
mempunyai efek negatif atau positif terhadap fungsi keluarga, yang
dapat diuraikan sebagai berikut : stress dari peristiwa kehidupan yang
negatif dan resiko atau komplikasi kehamilan diprediksi harga diri dan
status kesehatan. Harga diri dan status kesehatan, dan support sosial
diprediksi mempunyai efek positif langsung terhadap rasa penguasaan
(sense of mastery). Sense of mastery diperkirakan mempunyai efek
negatif langsung terhadap kecemasan, yang pada akhirnya mempunyai
efek negatif langsung terhadap keluarga.
Mercer kemudian menguji coba model efek stress antepartum
terhadap fungsi keluarga pada para wanita yang dirawat di RS dengan
resiko atau komplikasi kehamilan resiko rendah. Hasilnya ternyata
bahwa wanita dengan kehamilan resiko tinggi mengalami fungsi
keluarga yang optimal daripada keluarga para wanita dengan
kehamilan resiko rendah.
Stress ante partum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan
pengalaman negatif dalam hidup seorang wanita. Tujuan asuhan yang
di berikan adalah memberikan dukungan selama hamil untuk
mengurangi ketidak percayaan diri ibu. Penelitian Mercer
menunjukkan ada 6 faktor yang berhubungan dengan status kesehatan
ibu, yaitu :
a) Hubungan interpersonal
b) Peran keluarga
c) Stress antepartum
d) Dukungan sosial
e) Rasa percaya diri
f) Penguasaan rasa takut, ragu, dan depresi
Maternal role menurut Mercer adalah bagaimana seorang ibu
memperoleh identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan
penjabaran yang lengkap tentang dirinya sendiri.
b. Pencapaian peran ibu
Salah satu dari penekanan dari karya Mercer adalah pencapaian
Peran Ibu “menjadi seorang ibu berarti mengambil suatu identitas
baru. Mengambil suatu identitas baru mencakup suatu pemikiran
kembali secara menyeluruh dan mendefinisikan kembali mengenai
dirinya sendiri.
Bidan di Amerika menaruh perhatian pada pencapaian peran ibu
karena menurut Mencer minat peran ini adalah penting karena
beberapa orang mengalami kesulitan datang memikul peran ini
dimana menurut Mencer ada konsekuensinya untuk anak-anak
mereka.
Mencer seperti rubin mengambil pendekatan saling mempengaruhi
(interactionist) dalam memahami proses di mana seseorang
mengambil suatu peran baru. Pandangan dari interactionist adalah
bahwa cara seseorang berperan dan bertindak dalam suatu peran
tergantung dari reaksi dan interaksi yang mereka alami dengan orang-
orang disekitarnya, misalnya suaminya, keluarganya, dan orang lain.
Peran ibu dapat dicapai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya
termasuk mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran. Lebih
lanjut Mercer menyebutkan tentang stress antepartum terhadap fungsi
keluarga baik yang positif maupun negatif. Bila fungsi keluarganya
positif maka ibu hamil dapat mengatasi stress antepartum. Stress
antepartum karena resiko kehamilan dapat mempengaruhi persepsi
terhadap status kesehatan, dengan dukungan keluarga dan bidan maka
ibu dapat mengurangi atau mengatasi rasa tidaak percaya dirinya
selama kehamilan atau mengatasi stress antepartum.
Perubahan yang dialami oleh ibu, selama kehamilan terkadang
dapat menimbulkan stress antepartum, sehingga bidan harus
memberikan asuhan kepada ibu hamil agar ibu dapat menjalani
kehamilannya secaraa fisiologis (normal), perubahan yang dialami
oleh ibu antara lain adalah :
a. Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian
sehingga dapat berperan sebagai calon Ibu dan dapat
memperhatikan perkembangan bayinya.
b. Ibu memerlukan sosialisasi.
c. Ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjkadi
pada tubuhnya.
d. Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan
ke masa menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya.
Empat tahapan dalam pelaksanaan peran ibu menurut Mercer:
a. Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu, dimana wanita mulai melakukan
penyesuaian sosial dan psikologi dengan mempelajari segala
sesuatu yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu.
b. Formal
Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran
dibutuhkan sesuai dengan kondisi sistem sosial.
c. Informal
Di mana wanita sudah mampu menemukan jalan yang unik dalam
melaksanakan perannya.
d. Personal
Merupakan tahap terakhir, dimana wanita sudah mahir melakukan
perannya sebagai ibu.
Wanita dalam mencapai peran ibu dipengaruhi oleh faktor-faktor :
a. Faktor ibu :
a) Umur ibu pada waktu melahirkan
b) Persepsi ibu pada waktu melahirkan pertama kali
c) Stress sosial
d) Memisahkan ibu dengan anak secepatnya
e) Dukungan sosial
f) Konsep diri
g) Sifat pribadi
h) Sikap terhadap membesarkan anak
i) Status kesehatan ibu
b. Faktor bayi
a) Temperamen
b) Kesehatan bayi
c. Faktor-faktor lainnya
a) Latar belakang etnik
b) Status perkawinan
c) Status ekonomi
Dari faktor sosial support, mercer mengidentifikasikan adanya 4
faktor pendukung :
a. Emotional support, yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian,
percaya dan mengerti.
b. Informational support, yaitu memberikan informasi yang sesuai
dengan kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu untuk
menolong dirinya sendiri.
c. Physical support, misalnya dengan membantu merawat bayi dan
memberikan tambahan dana.
d. Appraisal support, ini memungkinkan individu mampu
mengevaluasi dirinya sendiri dalam pencapai peran ibu.
Sebagai perbandingan, Rubin menyebutkan peran ibu sudah
dimulai sejak ibu mulai hamil sampai 6 bulan setelah melahirkan,
tetapi menurut Mencer mulainya peran ibu adalah setelah bayi lahir
(3-7 bulan setelah melahirkan).
Peran bidan diharapkan oleh Mencer dalam teorinya adalah
membantu wanita dalam melaksanakan tugas dalam adaptasi peran
dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian
peran ini dan kontribusi dari stress antepartum.
Stres dari pengalaman hidup yang buruk dan kehamilan berisiko
membawa akibat negatif secara langsung pada penghargaan diri dan
status kesehatannya: penghargaan diri, status kesehatan, dan
dukungan sosial membawa akibat positif secara langsung oada
penguasaan perasaan dan kemampuan orang tua : penguasaan
membawa perasaan akibat negatif secara langsung pada kegelisahan
dan kehilangan di mana akhirnya juga membawa akibat negatif
secara langsung pada fungsi keluarga.
E. Gangguan Psikologi Pada Masa Kehamilan
1. Pasangan Infertil
a. Definisi
Infertilitas merupakan suatu kondisi yang menunjukkan
ketidakmampuan suatu pasangan untuk mendapatkan atau
menghasilkan keturunan.
Istilah kemandulan selalu ditunjukan kepada wanita akibat
ketidakmampuannya untuk melahirkan anak. Kemandulan juga
dianggap sebagai inferioritas dari seorang wanita, sebab wanita itu baru
bisa menerima status warga masyarakat manakala dia mampu
melahirkan anak.
Tetapi, pandangan tersebut telah berubah seiiring dengan
perkembangan teknologi dan kemajuan. Kemandulan tidak lagi
dianggap inferioritas wanita. Secara umum timbulnya kemandulan pada
wanita atau pria adalah akibat kegagalan pada fungsi organ reproduksi
dan kondisi psikisnya, seperti depresi atau stress berat.
b. Faktor Penyebab Kemandulan
1) Faktor Fisik
Merupakan kegagalan fungsi ginekologis pada salah satu
pasangan atau keduanya. Gangguan funsi ginekologis berkaitan
dengan gangguan hormone kehamilan, kegagalan reproduksi pria
untuk memberikan sel-sel sperma optimal, impotensi, dan
abnormalitas psikogenesis.
2) Faktor Psikis
Merupakan kemandulan yang disebabkan kompensasi takut
hamil, ketakutan yang berhubungan dengan organ reproduksi wanita,
perasaan berdosa, sterilisasi psikogenesis dan neorotic obsesive,
psikosomatis, ketakutan pembedahan, persalinan, infantilisme,
defence mechanism, karier atau ketakutan kehilangan dalam
keharmonisan pada hubungan coitus.
c. Tipe Wanita yang Berkaitan pada Kemandulan
1) Tipe Unmarried
Merupakan tipe kemandulan yang disebabkan wanita atau pria
yang sama sekali tidak menginginkan perkawinan secara biologis.
Tipe ini lebih banyak terjadi pada wanita akibat ketakutan akan
kehamilan, rasa sakit melahirkan, penderitaan saat kehamilan, atau
melahirkan. Wanita yang mandul pun unmarried lebih senang
mencari profesi sehingga cenderung alcoholic work dan sebagai
untuk dari konpensasi ketakutan danm perasaan berdosa jika ia
menikah.
2) Tipe Wanita Karier
Perbedaan antara kemandulan tipe wanita karier dengan tipe
unmarried ialah bahwa wanita karier dia menikah dan masih mau
melakukan hubungan perkawina biologis. Akan tetapi, lebih
mengutamakan kegiatan profesi dan karier sehingga dia tidak
mengiginkan untuk hamil. Secara sadar atau tidak sadar mereka
ingin menghinadri konflik interes atau profesinya sebagai ibu.
3) Tipe Agresif Maksulin
Merupakan kemandulan yang ditandai adanya sikap menolak
penuh sifat kewanitaan dan tidak menghendaki anak. Awalnya dia
mandul secara psikis, namun lambat laun menjadi mandul fisik.
4) Tipe Steril Akibat Gangguan Emosional
Merupakan tipe kemandulan akibat ketakutan kehadiran anak
kerena dianggap menambah beban, obsesif, kompulsif terhadap
ketidakmampuan diri wanita, takut menjalani kehamilan, perasaan
impotensi pda kehamilan dan takut tak mampu memelihara anak.
d) Pengaruh Psikis pada Kemandulan
1) Ketakutan-ketakutan yang tidak disadari (dibawah alam sadar).
2) Ketakutan yang bersifat inflantile (kekanak-kanakan).
Ketakutan tersebut tidak hanya berkaitan dengan fungsi reproduksi
saja, akan tetapi berhubungan dengan segala aspek kegiatan seksual.
Adapun sebab-sebab dari ketakutan tersebut biasanya dipengaruhi
oleh pengalaman-pengalaman sejak pubertas.
e) Contoh ketakutan tersebut berupa:
1) Ketakutan oleh fantasi-fantasi kehamilan, antara lain berupa gejalah
muntah-muntah dan perut menjadi kembung.
2) Ketakutan pada menstruasi hingga merasakan gejala nyeri dan sakit
waktu mendapatkan menstruasi.
Sehingga faktor-faktor ketakutan tersebut ialah rasa bersalah
disadari dan mempengaruhi kehidupan psikis pada masa kemandulan.
Banyak faktor yang menyebabkan mengapa sepasang suami –istri
tidak atau sukar menjadi hamil satelah kehidupan seksual normal yang
cukup lama. Pada umumnya faktor-faktor organic atu fisiologi yang
menjadi sebab utama. Tapi telah menjadi pendapat umum bahwa
ketidakseimbangan jiwa dan kecemasan atau ketakutan yang berlebihan
(emotional stress) dapat pula menurunkan derajat kesuburan wanita atau
suaminya. Ketegangan jiwa dalam hal ini menyebabkan spasme dari
deretan antara uterus dan tuba.
Menurut penyelidikan oleh Dinie dkk pada 678 kasus dengan
keluhan mandul, mereka menemukan bahwa pada 554 kasus (81,6%)
infertilitas disebabkan oleh kelainan organic, dan pada 124 kasus (18,4%)
oleh psikologi. Setelah diketahui dan ditemukan sebabnya, maka
kemudian dengan psikoterapi suami-istri dibebaskan dari tekanan
psikologi atau emosional, maka kemudian si istri menjadi hamil.
Kesulitan psikologis biasanya mengakibatkan ketidakmampuan
wanita untuk menjadi hamil atau menjadi seorang ibu. Sumber-sumber
utama kemandulan disini dikatakan sebagai akibat gangguan psikologis
yang kemudia sering menggangu proses fisiologis. Contoh: gejala
sterilisasi npsikogenesis pada diri wanita memyebabkan kemandulan.
Gejala tesebut banyak distimulir oleh peristiwa psikis, yaitu sistem
hormonal yang tidak stabil.
2. Kehamilan Palsu (Pseudociecys)
Pseudosiesis adalah kehamilan imaginer atau kehamilan palsu,
secara psikis lebih berat gangguannya dari peristiwa abortus. Pseudosiesis
adalah wanita yang tidak hamil tapi merasa bahwa dirnya hamil diikuti
dengan munculnya gejala dan tanda (dugaan) kehamilan. Gejala dan tanda
(dugaan) yang muncul adalah amenorrhea (tidak datang haid), mual
muntah dan gejala kehamilan yang tidak pasti karena adanya gejala dan
tanda itu, maka wanita itu merasa ia benar-benar hamil. Hal ini banyak
dijumpai pada wanita yang diinginkan sekali mempunyai anak dan juga
terhadap seorang istri yang infertile yang ingin tetap dicintai oleh
suaminya.
Tanda-tanda kehamilan pseoudosiesis:
a. Berhentinya haid
b. Membesarnya perut
c. Payudara besar dan ASI
d. Panggul melebar
e. Terjadi perubahan pada kelenjar endokrin
Wanita dengan pseudocyesis memiliki kondisi psikologis seperti
berikut ini :
a.Adanya sikap yang ambivalen terhadap kehamilannya, yaituingin sekali
menjadi hamil, sekaligus tidak ingin menjadi hamil. Ingin memiliki
anak yang dibarengi dengan rasa takut untuk menteralisasi keinginan
mempunyai anak.
b.Keinginan untuk menjadi hamil terutama sekali tidak timbul dari
dorongan keibuan, akan tetapi khusus dipacu oleh dendam, sikap
bermusuhan, dan harga diri. Sebagai contoh pada wanita yang steril.
c.Secara bersamaan muncul kesediaan untuk menyadari, sekaligus
kesediaan untuk tidak mau menyadari bahwa kehamilannya adalah
ilusi belaka.
d.Wanita dengan pseudocyesis tidak terlepas dari pseudologi, yaitu fantasi-
fantasi kebohongan yang selalu ditampilkan ke depan untuk
mengingkari ha-hal yang tidak menyenangkan.
3. Kehamilan di Luar Nikah
Hamil di luar nikah adalah hamil di luar ikatan perkawinan. Pada
umumnya terdapat pada wanita pubertas atau odolescen. Prosesnya adalah
permainan seksual yang belum matang yang merupakan perbuatan seksual
sebagai eksperimen atau coba-coba yang dilakukan para remaja.
Kehamilan di luar nikah biasanya diakibatkan oleh pergaulan bebas yang
diakibatkan oleh didikan dari keluarganya berupa:
a) Kekurangan kasih sayang yang di berikan oleh keluarga terhadap anak
perempuannya akibat orang tua sibuk kerja, perceraian, dan broken
home.
b) Keluarga yang terlalu disiplin sehingga anak tersebut memberontak
untuk menunjukkan kedewasaanya.
Wanita yang mengalami hamil di luar nikah mengalami reaksi
psikologi dan emosional pertma-tama terhadap segala akibat yang akan
ditimbulkannya. Dapat dipahami bahwa mereka yang hamil sebelum
menikah menolak kehamilannya dan mencari pertolongan untuk
menggugurkan kandungannya atau mereka menjadi putus asa dan
berusaha bunuh diri.
Dengan terjadinya hamil di luar nikah ini mengakibatkan
timbulnya dampak buruk. Demikian juga kehamilan pra nikah yang terjadi
pada remaja dapat megakibatkan timbulnya masalah-masalah sebagai
berikut ini:
a. Masalah Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi sangat penting bagi remaja (putri) yang kelak
akan menikah dan menjadi orang tua. Kesehatan reproduksi yang
prima akan menjadi generasi yang sehat dan berkualitas. Di kalangan
remaja telah terjadi semacam revolusi hubungan seksual yang
menjurus kearah liberalisasi dan berakibat timbulnya berbagai
penyakit menular seksual yang merugikan alat reproduksi antara lain
sifilis, gonorhoe, herpes alat kelamin, condiloma akuminata, HIV dan
pada akhirnya AIDS.
Jika suatu saat ingin hamil normal maka besar kemungkinan alat
reproduksi sudah tidak baik dan menimbulkan berbagai komplikasi
dalam kehamilan baik bagi ibu maupaun janin yang dikandung.

b. Masalah Psikologi pada Kehamilan Remaja


Remaja yang hamil di luar nikah, menghadapi berbagai masalah
tekanan psikologis. Yaitu katakutan, kecewa, menyesal dan rendah
diri. Dampak terberat adalah ketika pasangan yang menghamili tidak
mau bertanggung jawab. Perasaan bersalah membuat mereka tidak
berani berterus terang pada orang tua. Pada beberapa kasus seringkali
ditemukan remaja yang hamil pra nikah menjadi frustasi. Lalu nekad
berusaha melakukan pengguguran kandungan dengan pijat ke dukun.
Biasanya mereka mendapat referansi dari teman-teman sebaya agar
minum obat-obatan tertentu untuk menggugurkan kandungan padahal
mereka tidak tahu bahwa obat tersebut sangat berbahaya bagi
keselamtan jiwa. Sementara dampak psikologis dari pihak orang tua
adalah perasaan malu dan kecewa. Mersa gagal untuk mendidik putri
mereka terutama dalam hal normal dan agama. Kehamilan di luar
nikah masih belum bisa diterima di masyarakat Indonesia. Sehingga
anak yang dilahirkan nantinya juga akan mendapat stigma sebagai
anak haram hasil perzinahan. Kendati ada juga yang kemudian
dinikahkan, kemungkinan besar pernikahan tersebut banyak yang
gagal karena belum ada persiapan mental dan jiwa yang matang.
c. Masalah Sosial Ekonomi
Keputusan untuk melangsungkan pernikahan diusia dini yang
berprovacut tujuan menyelesaikan masalah pasti tidak akan lepas dari
kemelut seperti: penghasilan terbatas atau belum mampu mandiri
dalam membiayai kelurga baru, putus sekolah, tergantung pada orang
tua. Remaja yang hamil dan tidak menikah seringkali mendapat
gunjing dari tetangga. Masyarakat di Indonesia masih belum bisa
menerima single parent.kontrol sosial dan moral dari masyarakat ini
memang tetap diperlukan sebagai rambu-rambu dalam pergaulan.
d. Dampak Kebidanan
Penyulit pada remaja lebih tinggi dibandingkan denga “kurun
waktu reproduksi sehat” antara umur 20 sampai dengan 30 tahun. Hal
ini Karen abelum matangnnya sistem reproduksi yang berpengaruh
besar tehadap kesehatan ibu maupaun janin.
4. Kehamilan yang tidak Dikehendaki
a. Permasalahan pada Kehamilan Yang Tidak Dikehendaki
1) Kalangan Remaja
Kehamilan yang tidak dikehendaki biasanya terjadi pada remaja
akibat hubungan yang terlampau bebas, tetapi juga pada wanita yang
telah menikah sebagai akibat dari kegagalan kontrasepsi dan
penolakan pada jenis kelamin bayi yang ia kandung.
Remaja bisa bilang kalau seks bebas pra nikah itu aman untuk di
lakukan. Akan tetapi, bila remaja melihat, memahami ataupun
merasakan akibat dari perilaku itu, ternyata hasilnya lebih banyak
merugikan. Salah satu resiko dari seks pranikah atau seks bebas itu
adalah kehamilan yang tidak di harapkan (KTD) . Kehamilan yang
tidak di rencankan sebelumnya bisa merampas “Kenikmatan” masa
remaja yang seharusnya di nikmati oleh remaja laki-laki maupun
perempuan. Walaupun kehamilan itu sendiri dirasakan langsung oleh
perempuan, tetapi remaja pria juga akan merasakan dampaknya
karena harus bertanggung jawab. Ada dua hal yang bisa dan biasa
dilakukan remaja jika mengalami KTD (Kartini, 1992):
a) Mempertahankan Kehamilan
Semua dampak tersebut dapat membawa resiko baik fisik,
psikis maupun sosial. Bila kehamilan dipertahankan resiko psikis
yang timbul yaitu ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu
tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau tidak
mempertanggungjawabkan perbuatannya.Kalau mereka menikah,
hal ini juga bisa mengakibatkan perkawinan bermasalah yang
penuh konflik karena sama-sama belum dewasa dan belum siap
memikul tanggung jawab sebagai orang tua. Selain itu, pasangan
muda terutama pihak perempuan akan sangat di bebani oleh
berbagai perasaan yang tidak nyaman, seperti dihantui rasa malu
yang terus menerus, rendah diri, bersalah atau berdosa, depresi
atau tertekan, pesimis dan lain-lain.
b) Mengakhiri Kehamilan (aborsi)
Bila kehamilan di akhiri bisa mengakibatkan dampak
negatif secara psikis. Oleh karena itu, pelaku aborsi sering kali
mengalami perasaan-perasaan takut, panik, tertekan atau stress,
trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan, kecemasan karena
rasa bersalah atau dosa akibat aborsi.
2) Wanita Dewasa atau Ibu Yang Sudah Menikah
Seorang ibu yang tidak menghendaki kehadiran anak disebabkan
karena mereka merasa akan mengganggu karirnya karena akan
membuatnya terikat atau karena ia sudah terlampau sibuk merawat
anak-anak yang lain. Selain itu, mereka merasa tidak dapat membagi
waktu antara kesibukan pekerjaan dengan merawat anak. Penyebab
terjadinya KTD pada wanita atau ibu yang telah menikah antara lain
karena kegagalan alat kontrasepsi yang dipakai.
b. Tanda dan Gejala Gangguan Psikologis pada Wanita dengan
Kehamilan yang Tidak Dikehendaki
1) Pada kehamilan yang tidak dikehendaki, wanita merasa bahwa janin
yang dikandungnya bukanlah bagian dari dirinya dan berusaha untuk
mengeluarkan dari tubuhnya melalui tindakan seperti aborsi.
2) Beberapa wanita bersikap aktif-agresif mereka sangat marah dan
dendam pada kekasih atau suaminya serta merasa sanggup
menanggung konsekuensi dari tindaknnya. Selain itu, calon bayinya
dianggap sebagai beban dan malapetaka bagi dirinya.
5. Kehamilan dengan Keguguran
a. Konsep Keguguran / Abortus
Abortus spontan adalah suatu keadaan terputusnya suatu kehamilan
dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus (berat 400 -
1.000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu), sedangkan
abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi karena tindakan-
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis
(Rustam, M, 1998)
b. Faktor Penyebab Abortus
1) Kemiskinan atau ketidakmampuan ekonomi.
2) Ketakutan terhadap orang tua.
3) Moralitas sosial.
4) Rasa malu dan aib.
5) Hubungan cinta yang tidak harmonis
6) Pihak pria yang tidak bertanggung jawab.
7) Kehamilan yang tidak diinginkan.
c. Tanda dan Gejala Gangguan Psikologis pada Abortus
1) Reaksi psikologis wanita terhadap keguguran bergantung konstitusi
psikisnya sendiri.
2) Menimbulkan Sindrom Pasca-Abortus yang meliputi menangis
terus-menerus, depresi berkepanjangan, perasaan bersalah,
ketidakmampuan untuk memaafkan diri sendiri, kesedihan
mendalam, amarah, kelumpuhan emosional, problem atau kelainan
seksual, kekacauan pola makan, perasaan rendah diri,
penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang, mimpi-mimpi
buruk dan gangguan tidur lainnya, dorongan untuk bunuh diri,
kesulitan dalam relasasi, serangan gelisa dan panik, serta selalu
melakukan kilas balik.

6. Kehamilan dengan Janin Mati


Hamil dengan janin mati adalah kematian janin dalam kandung yang
dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti;
a. Kurang gizi
b. Stres yang berkepanjangan
c. Infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya
Ibu dari janin yang meninggal pada periode perinatal akan mengalami
penderitaan. Selama kehamilan mereka telah mullai untuk mengenali
mereka telah mulai untuk mengenali dan merasa dekatan dengan janinnya,
ibu yang mengalami proses kehilangan atau kematian janin dalam
kandungan akan mereka kehilangan. Pada proses berduka ibu
memperlihatkan perilaku yang khas dan merasa emosianal tertentu. Hal ini
di kelompokkan kdedalam berbagai tahapan meliputi :
1) Syok dan menyangkal, ketika di sampaikan janinnya mati reaksi orang
tua atau ibu pertama kali adalah syok, tidak percaya dan menyangkal.
2) Marah dan bergeming, beberapa ahli menyebut ini sebagai tahap
pencarian karena orang tua mencari alasan tentang kematian. Mereka
biasanya mencari hal-hal yang mungkin mereka lakukan dengan
berbeda
3) Disorientasi dan depresi, emosi predomininan pada fase ini adalah
kesedihan berduka dibarengi dengan kehilangan, mereka menolak dan
menarik diri, orang tua mungkin mengalami kesulitan untuk kembali
ke kehidupan normal sehari – hari.
4) Reorganisasi dan penerimaan, fase akhir berduka meliputi penerimaan
rasa kehilangan dan kembali beraktvitas normal sehari – hari. Hal yang
sangat individu ini mungkin membutuhkan waktu beberapa bulan.
Energi emosianal ditinggalkan dan dikurangi serta mengalami kembali
hubungan baru serta aktivitas baru.

7. Kehamilan dengan Ketergantungan Obat


Ketergantungan obat adalah salah satu keadaan kebutuhan fisik atau
mental (psikologis) atau kedua – duanya yang terjadi sebagai akibat.
Kondisi ini dapat terjadi akibat pergaulan bebas, kurang perhatian dan
kasih sayang dari suami dan keluarga, serta kurang rasa percaya diri.
Penggunaan obat–obatan oleh wanita hamil dapat menyebabkan
masalah baik pada ibu maupun janinnya. Janin akan mengalami catat fisik
dan emosinal. Pertumbuhan janin akan terhambat, sehingga dapat
menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Bahkan
dapat menyebabkan anak terhambat proses belajarnya nantinya dan
bahkan ibu–ibu yang ketergantungan obat maka anaknya juga bisa
ketergantungan obat. Selain itu penggunaan obat–obatan atau
ketergantungan obat ini juga dapat menyebabkan terjadinya abortus,
partus premartus, dan abortio plasenta. Tidak hanya itu, wanita dengan
ketergantungan obat ini memiliki efek stres yang tinggi karena pemikiran–
pemikiran yang berupa khayalan yang bukan–bukan terhadap janinnya.
Memikirkan janinnya lahir nanti dalam keadaan cacat dan atau meninggal
dalam perutnya.
a) Jenis-jenis Obat yang Menimbulkan Ketergantungan
1) Antikolinergik
Yaitu jenis obat yang memberingkan efek menenangkan, membuat
pemakai tidak atau kurang mampu merasakan sensi. Banyak
digunakan dalam tindakan medis seperti anestesi (pembiusan),
meliputi Atropine, Beladona, dan Skpolamin.
2) Kanabis/Ganja
Yaitu jenis-jenis obat yang tergolong dalam kelas cannabis sativa
atau tanaman rami. Tanaman semak/perdu yang tumbuh secara liar di
hutan yang mana daun, bunga, dan biji kanabis berfungsi untuk
relaksan dan mengatasi kercunan ringan (intoksikasi ringan). Jenisnya
antara lain Mariyuana, Tetra hidrocanabinol (THC), dan ganja.
3) Sedative pada susunan sistem saraf pusat
Yaitu berbagai jenis obat yang mampu menenangkan atau
menjadikan fase relaksasi pada sistem saraf pusat, yaitu Barbiturat,
Klordiazepoksid, Diazepam, Flurazepam, Glutetiiida, dan
Meprobanmat.
4) Stimulant pada susunan sisitem saraf pusat
Yaitu berbagai jenis obat-obatan yang mampu menstimulasi kerja
sistem saraf pusat yang terdiri atas antiobesitas, Amfetamin, Kokain,
Metilfedinat, Metaqualon, dan Fenmetrazin.
(a) Halusinogen
Yaitu berbagai jenis obat-obatan yang memberikan efek rasa
sejahtera dan eurofia ringan, serta membuat pemakainya
berhalusinasi, yaitu LSD, Ketamin, Meskalin, Dimetiltriptamin,
dan Fensiklidin.
(b) Opiat/Narkotik
Opiate atau opium adalah bubuk yang dihasilkan oleh tanaman
yang bernama Poppy/Papaver somniferum dimana di dalam bubuk
haram tersebut terkandung morfin yang sangat baik untuk
menghilangkan rasa sakit dan kodein yang berfunngsi segai obat
antitusif. Jenisnya antara lain adalah Kodein, Heroin,
Hidromorfom, Meperidin, Morfin, Opium, Pentazosin, dan
Tripelenamin.
b) Tanda dan Gejala Gangguan Psikologis pada Kehamilan dengan
Ketergantungan Obat.
1) Wanita dengan ketergantungan obat cenderung memiliki angka
depresi, kepanikan, dan fobia yang lebih tinggi dari pria, sehingga
jika ia dalam masa kehamilan akan memberikan dampak yang
buruk bagi janinnya.
2) Wanita dengan ketergantungan obat merasa dirinya tidak layak
untuk hami, sehingga ia cenderung megingkari kehamilannya.
3) Wanita hamil dengan ketergantungan obat sangant beresiko
terlambat dalam melakukan perawatan prenatal. Mereka enggan
berinteraksi dengan sisitem perawatan kesehatan, terutama jika
mereka obat-obat terlarang yang menyebabkan mereka ketakutan
terhadap impikasi hukum.
4) Terdapat perasaan berdosa dalam dirinya karena kehamilannya,
sehinnga ia takut bayi yang ia kandungnya juga akan mengalami
hal seperti dirinya.
5) Bagi wanita dengan adiksi yang tidak mau bergerak ke siklus
pemulihan, setiap kekhawatiran pada bayinya mungkin
dikesampingkan oleh kekhawatirannya mendapatkan obat.
Adakalanya kehamilan menjadi katalis untuk memulai siklus
pemulihan pada wanita dengan ketergantungan obat.
8. Pengelolaan Gangguan Psikologi
a. Pengelolaan Gangguan Psikologis pada Infertilitas
Gangguan psikologis pada infertilitas merupakan siklus yang tidak
terputus. Infertilitas dapat disebabkan oleh adanya gangguan psikologis
yang menghambat proses reproduksi itu sendiri dan dampak dari
infertilitas ini juga mengakibatkan gangguan psikologis. Adapun
penanganannya dapat dilakukan dengan konseling pasangan, mengingat
kondisi ini melibatkan kedua belah pihak, yaitu suami dan istri.
b. Pengelolaan Gangguan Psikologis pada Kehamilan Palsu
(Pseudocyesis)
Peristiwa pseudocyesis merujuk pada peristiwa pseudologia, yaitu
fantasi-fantasi kebohongan yang selalu ditampilkan ke depan untuk
mengingkari atau menghindari realitas yang tidak menyenangkan.
Wanita pseudocyesis ingin sekali menonjolkan egonya untuk menutupi
kelemahan dirinya, oleh karena itu dipilhlah aliran konseling
psikoanalisis dengan menekankan pentingnya riwayat hidup klien,
pengaruh dari pengalaman diri pada kepribadian individu, serta
irasionalitas dan sumber-sumber tak sadar dari tingkah laku manusia.
Peran konselor dalam hal ini adalah menciptakan suasana senyaman
mungkin agar klien merasa bebas untuk mengekspresikan pikiran-
pikiran yang sulit. Proses ini bisa dilakukan dengan meminta klien
berbaring di sofa dan konselor di belakang (sehingga tidak terlihat).
Konselor berupaya agar klien mendapat wawasan dengan menyelami
kembali dan kemudian menyelesaikan pengalamn masa lalu yang belum
terselesaikan. Dengan begitu klien diharapkan dapat memperoleh
kesadaran diri, kejujuran dan hubungan pribadi yang lebih efektif, dapat
menghadapi ansietas dengan realistis, serta dapat mengendalikan
tingkah laku irasional (Lesmana,2006).
c. Pengelolaan Gangguan Psikologis pada Kehamilan di Luar Nikah
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan guna menangani
permasalahan ini adalah dengan konseling humanistik, di mana manusia
sebagai individu berhak menentukan sendiri keputusannya dan selalu
berpandangan bahwa pada dasarnya manusia itu adalah baik (Rogers,
1971). Sebagai konselor yang ingin memberikan konseling perlu
memiliki tiga karakter seperti berikut ini.
a. Empati, adalah kemampuan konselor untuk merasakan bersama
dengan klien, usaha berpikir bersama tentang, dan untuk mereka
(klien).
b. Positive regard (acceptance), yaitu menghargai klien dengan
berbagai kondisi dan keberadaannya.
c. Congruence(genuineness), adalah kondisi transparan dalam
hubungan terapeutik.
d. Pengelolaan Gangguan Psikologis pada Kehamilan Yang Tidak
Dikehendaki
Penanganan dalam permasalahan ini tidak jauh berbeda dengan
penanganan pada kehamilan di luar nikah. Perbedaannya hanya pada
teknik konselingnya-karena kehamilan ini terjadi pada wanita yang
telah menikah-yaitu dengan konseling pasangan.
e. Pengelolaan Gangguan Psikologis pada Kehamilan dengan
Keguguran
Sindrom pasca-abortus berada dalam kategori “kekacauan akibat
stress pasca-trauma”. The American Psychiatric (APA) menjelaskan
bahwa kekacauan akibat stress pasca-trauma terjadi apabila orang
mengalami suatu peristiwa yang melampaui batas pengalaman manusia
biasa, di mana pengalaman ini hampir dipastikan akan
mengguncangkan jiwa siapa saja. Sindrom Pasca-abortus ditangani
dengan konseling kejiwaan dan psikologis. Pada dasarnya terapi
konselinng untuk wanita post-aborsi tidak jauh berbeda dengan
konseling karena kehilangan, di mana dalam konseling in harus
memperhatikan setiap fase dalam penerapannya.
f. Pengelolaan Gangguan Psikologis pada Kehamilan dengan Janin
Mati
Dalam memberikan bantuan dan konseling pada ibu dengan janin
mati harus disesuaikan dengan fase di mana ia berada. Dengan
memperhatikan hal itu diharapkan bantuan yang diberikan adalah
bantuan yang tepat, bukan bantuan yang justru membuat keadaan
semakin kacau.
g. Pengelolaan Gangguan Psikologis pada Kehamilan dengan
Ketergantungan Obat
1) Ketergantungan obat merupakan suatu kondisi yang tercipta karena
adanya pengaruh lingkungan dan faktor kebiasaan.
2) Dalam penanganan permasalahan ini perlu dilakukan konseling
dengan pendekatan behavioristik, di mana konselor membantu klien
untuk belajar bertindak dengan cara-cara yang baru dan pantas, atau
mebantu mereka untuk memodifikasi atau mengeliminasi tingkah
laku yang berlebih atau maladaptif.
3) Tujuan dari konseling yang diberikan adalah untuk mengubah
tingkah laku yang maladaptif dan belajar tingkah laku yang lebih
efektif. Memfokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkah laku dan menemukan cara untuk mengatasi tingkah laku
yang bermasalah. Dalam hal ini bidan harus mampu membantu klien
untuk mengubah tingkah laku maladaptifnya, yang tentunya melaui
tahapan-tahapan dan proses yang kontinu.
4) Riwayat pasien yang lengkap dengan pertanyaan secara spesifik
sangat penting diperoleh bertujuan mendeteksi penyalahgunaan zat,
sehingga akan dapat diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi
ketergantungan obat pada wanita tersebut. Bidan harus mengerti
bahwa wanita sering kali menggunakan lebih dari satu zat,
contohnya, wanita yang menggunakan sedatif mungkin juga
menggunakan stimulan.
5) Bidan harus mampu meberikan penguatan/reinforcement dan terus
memberikan dukungan pada wanita dalam setiap tahap perubahan
tingkah laku pemulihannya, dan juga menanamkan pengertian akan
berharganya sang buah hati, yang dapat mendorong wanita untuk
melakukan proses pemulihan. Bidan harus memberikan dukungan
kontinu pada wanita saat melakukan pemulihan dan pola
kekambuhan adiksi.
6) Jadilah pendengar yang baik bagi wanita dengan ketergantungan zat,
karena sering kali penerimaan yang baik menimbulkan kepercayaan
dan rasa tenang bagi wanita.
9. Konseling dan Komunikasi Terapeutik pada Masa Kehamilan
Tingginya angka kematian ibu (AKI) merupakan permasalahan,
karena kematian ibu akan berdampak kepada seluruh keluarga. Mengingat
masih tingginya AKI, diperlukan suatu kerja sama yang baik antara bidan
dengan ibu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh bidan adalah
dengan melakukan konseling. Konseling yang diberikan kepada ibu hamil
maupun keluarga meliputi proses kehamilan, gejala kehamilan, tanda-
tanda kehamilan, taksiran usia kehamilan,perkiraan persalinan, status
kesehatan ibu dan janin, keluhan umum, tanda-tanda komplikasi
kehamilan, dan lain-lain.
Konseling yang diberikan bidan pada trimester pertama dan kedua
adalah pemberian informasi tentang perubahan-perubahan yang akan
terjadi selama perkembangan janin berdasarkan usia kehamilannya,
perubahan pada ibu, dan usaha pencegahannya. Beberapa hal yang
diperhatikan dalam konseling antara lain :
a. Rasa Mual yang Disertai Muntah
Konseling yang dilakukan adalah menganjurkan ibu hamil untuk
memakan enam kali sehari dalam jumlah sedikit demi sedikit atau
makan beberapa keping biskuit sebelum atau saat bangun tidur. Atau
menganjurkan ibu menghindari makanan yang bisa memperburuk
keadaan mual. Bila mual dan pusing muncul di pagi hari, cobalah
minum air hangat sebelum tidur, hindari makanan yang berkadar
banyak lemak, asam, pedas dan beraroma bau-bauan dan makanlah
makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan protein.
b. Seringnya Buang Air Kecil
Konseling yang dilakukan bidan adalah menganjurkan ibu saat
buang air kecil untuk memiringkan tubuh ke depan. Posisi ini akan
membantu ibu untuk mengosongkan kandung kemih. Selain itu, batasi
cairan masuk ke dalam tubuh malam dan siang hari sebaiknya
minumlah air sedikitnya delapan gelas sehari. Lakukan senam panggul
dengan melakukan gerakan menarik dan menahan panggul hingga 10
hitungan, dan menganjurkan ibu agar berkemih kurang-kurangya
setiap dua jam.
c. Hidung Tersumbat dan Epistaksis
Untuk mengatasi gangguan ini, bidan dapat menganjurkan pada ibu
hamil untuk lebih banyak minum air hangat atau meletakkan handuk
hangat dan memijit didaerah sekitar hidung.

d. Nyeri pada Daerah Payudara


Untuk mereduksi rasa nyeri daerah payudara, bidan dapat
menganjurkan agar ibu hamil menggunakan bra yang mempu
menyokong payudara atau menggunakan bra tidak terlalu menekan.
e. Kembung
Untuk mereduksi rasa kembung bidan dapat menganjurkan agar
ibu hamil mengatur jumlah makanan yang masuk ke dalam tubuh,
jangan makan dengan porsi banyak karena akan memicu kembung dan
ketika makan jangan tergesa-gesa, karena bisa menimbulkan banyak
jumlah gas yang tertelan. Kemudian, hindari makanan yang
mengandung gas atau merangsang lambung seperti kol, gorengan,
kacangan, pedas atau manis.
f. Hiperpalisipasi ( Pengaruh Estrogen )
Untuk mereduksi keadaan ini bidan dapat menganjurkan agar ibu
hamil sering menggunakan pembersih mulut, mengunyah, atau
menghisap permen karet keras.
g. Sakit Kepala dan Kelelahan
Untuk mereduksinya, bidan menganjurkan agar ibu hamil cukup
istirahat dan rajin olahraga, menghindari gerakan-gerakan yang
mengagetkan, duduk dengan posisi nyaman dan rileks, makan teratur,
jangan lapar, hilangkan beban pikiran, dan selalu berpikir positif.
h. Kelelahan
Untuk mereduksinya bidan dapat menganjurkan ibu agar cukup
istirahat dan cukup tidur, jangan memaksa melakukan aktivitas, cukup
olahraga, dan tingkatkan gizi, seperti protein dan zat besi.
i. Sakit Gigi
Untuk mereduksinya, bidan bisa menganjurkan agar ibu hamil rajin
membersihkan gigi setiap selesai makan atau mau tidur, dan sering
berkumur agar asam tak tertinggal di gigi, hindari makanan manis dan
banyak makan-makanan yang mengandung serat.
j. Varises Vena
Gangguan ini muncul akibat sirkulasi buruk dan melemahnya
dinding pembuluh darah. Untuk mereduksinya, bidan bisa memberikan
anjuran kepada ibu hamil lebih banyak berolahraga, jalan kaki di pagi
hari secara teratur, dan tidak melipat kaki saat duduk.
k. Kram Kaki
Penyakit ini muncul akibat spase otot grastokemios dan kurangnya
kalsium. Untuk mereduksinya, bidan dapat menganjurkan agar ibu
melakukan kegiatan senam hamil, periksalah darah, mengurangi
makanan yang mengandung kalsium dan magnesium atau mengurut
kaki mulai ujung kaki hingga paha dan jangan mengencangkan otot
kaki secara mendadak dan selalu berolahraga dengan teratur.
l. Nyeri Punggung
Untuk mereduksinya, bidan dapat menganjurkan agar ibu tidak
mengangkat barang-barang berat, tidak menggunakan sepatu hak
tinggi atau ibu bisa berendam dengan air hangat. Jika lagi duduk
gunakan bantal sebagai penyangga dan hindari berdiri dalam waktu
lama.
m. Sesak Napas
Cara mengatasi sesak napas masa kehamilan adalah tidur posisi
miring, memeluk bantal posisi kaki sebelah ditumpangkan ke atas
bantall guling. Dengan begitu diafragma dapat dikurangi dibandingkan
bila ibu tidur telentang. Kurangi berat badan dengan tidak berlebihan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki berbagai corak
kebudayaan yang masing – masing kebudayaan juga memiliki mitos tentang
kehamilan. Bentuk – bentuk mitos kehamilan yang berlaku sangat bervariatif
dan contoh – contoh yang umum ialah selama masa kehamilan tidak
diperkenankan ibu untuk minum es karena dianggap membuat tubuh janin
bertambah besar, tidak boleh makan nenas, pisang ambon dan sebagainya.
Ciri – ciri umum perubahan fisik selama masa kehamilan ialah tidak haid
(Amenorea), meningkatnya aktivitas hormon, membesarnya payudara,
perubahan bentuk rahim, perubahan sistem organ – organ tubuh,
membesarnya perut, naiknya berat badan, melemahnya relaksasi otot – otot
saluran pencernaan, ensivitas pada penginderaan, kaki dan tangan mulaii
membesar.
Perubahan adaptasi psikologi pada masa kehamilan mulai dari trimester I,
trimester II, dan trimester III.
1. Trimester I : Rasa cemas bercampur bahagia, perubahan emosional, sikap
ambivalen, ketidakyakinan atau ketidakpastian, perubahan seksual, fokus
pada diri sendiri, stress, dan goncangan psikologis.
2. Trimester II, klasifikasi periode trimesteer kedua dikelompokkan menjadi
dua fase, yakni fase pre-quickening dan post quickening.
3. Trimester III : Trimester III disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi
sebagai mahluk yang terpisah sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran
bayinya. Perasaan takut akan muncul, ibu mungkin merasa cemas dengan
kehidupan bayi dan dirinya sendiri seperti apakah bayinya akan lahir
abnormal, terkait persalinan (nyeri, kehilangan kendali dan lain-lain).
Gangguan psikologi pada masa kehamilan yaitu :
1. Pasangan infertil : Infertilitas merupakan suatu kondisi yang
menunjukkan ketidakmampuan suatu pasangan untuk mendapatkan
atau menghasilkan keturunan.
2. Kehamilan palsu (Pseudosiesis) : Pseudosiesis adalah wanita yang
tidak hamil tapi merasa bahwa dirnya hamil diikuti dengan munculnya
gejala dan tanda (dugaan) kehamilan. Gejala dan tanda (dugaan) yang
muncul adalah amenorrhea (tidak datang haid), mual muntah dan
gejala kehamilan yang tidak pasti karena adanya gejala dan tanda itu,
maka wanita itu merasa ia benar-benar hamil.
3. Kehamilan di Luar nikah : Hamil di luar nikah adalah hamil di
luar ikatan perkawinan. Kehamilan di luar nikah biasanya diakibatkan
oleh pergaulan bebas yang diakibatkan oleh didikan dari keluarganya.
4. Kehamilan yang Tidak Dikehendaki : Kehamilan yang tidak
dikehendaki hanya terjadi pada remaja akibat hubungan yang
terlampau bebas
5. Kehamilan dengan Keguguran : Abortus spontan adalah suatu keadaan
terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup
sendiri di luar uterus (berat 400 -1.000 gram atau usia kehamilan
kurang dari 28 minggu).
6. Kehamilan dengan Janin Mati : Hamil dengan janin mati adalah
kematian janin dalam kandung yang dapat disebabkan oleh beberapa
hal seperti Kurang gizi Stres yang berkepanjangan Infeksi yang tidak
terdiagnosis sebelumnya
7. Kehamilan dengan Ketergantungan Obat : Ketergantungan obat adalah
salah satu keadaan kebutuhan fisik atau mental (psikologis) atau kedua
– duanya yang terjadi sebagai akibat.
Setiap gangguan psikologi pada masa kehamilan memiliki penanganan
ataupun pengelolaannya masing-masing
Konseling dan komunikasi terapeutik pada masa kehamilan merupakan
salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh bidan. Konseling yang diberikan
kepada ibu hamil maupun keluarga meliputi proses kehamilan, gejala
kehamilan, tanda-tanda kehamilan, taksiran usia kehamilan,perkiraan
persalinan, status kesehatan ibu dan janin, keluhan umum, tanda-tanda
komplikasi kehamilan, dan lain-lain.
B. Saran
Kita sebagai mahasiswa yang nantinya akan menjadi seorang tenaga
kesehatan, harusnya lebih memepelajari dan memahami bagaimana
perubahan fisiologis dan psikologis selama masa kehamilan. Oleh karena itu
peran bidan sangatlah penting dalam memberikan konseling pada ibu hamil
mengenai perubahan-perubahan yang terjadi selama masa kehamilan.
Sehingga, ibu hamil bisa mengatasi perubahan-perubahan tersebut tanpa ada
rasa cemas, khawatir, takut dan sebagainya. Jadi, ibu bisa menjalani proses
kehamilannya dengan normal dan bahagia.

Anda mungkin juga menyukai