Anda di halaman 1dari 17

Mata Kuliah : Etika Kristen

Dosen : Riany br. Sitanggang M.Th

Tugas : Review Buku - Perbaikan

Nama/Nim : Alexander Dufan Simamora/1910058

Menulis Identitas Buku

Nama Penulis : Hariadi Kartodihardjo

Tahun Terbit : 2017

Penerbit : Publikasi

Jumlah Halaman : 350 Halaman

Tahun Terbit : 2017

Nomor ISBN : 978-602-9252-55-2

Riview Buku

Permasalahan yg muncul dalam buku ini disebabkan oleh individu atau juga kelompok
yang menginginkan sesuatu secara instan, akhirnya melakukan hal-hal yang bahkan
bisa dikatakan keji dengan cara mencuri. Meskipun cara yang dilakukan seolah-olah
tidak terlihat tetapi dampaknya tetap terasa lambat laun. Dalam buku ini membahas
mengenai analisis kebijakan sumber daya alam, dimana sumber daya alam sampai
saat ini disalah gunakan oleh masyarakat, artinya masyarakat tidak menjaga dengan
baik lingkungan alam yang ada disekitarnya. Yang mau disampaikan penulis dalam
buku ini adalah dimana banyak terjadi penyimbangan-penyimpangan yang merugikan
diri sendiri maupun orang lain. Adapun salah satu dari penyimpanan itu adalah
disebabkan oleh sumber daya alam. Misalnya pengendalian kerusakan hutan. Yang
menjadi permasalahannya adalah apa penyebab dari kerusakan hutan? Dari buku ini
telah dibahas bahwa factor dari kerusakan hutan itu adalah karena adanya pencurian
kayu dan penebangan hutan. alasan terjadinya penyimpangan terhadap kerusakaan
hutan ini tentu memiliki penyebab-penyebab yang berbeda-beda, salah satunya analisis
kebijakan menemukan penyebabnya yaitu karena factor dari kemiskinan. Contoh
penyimpangan lainnya yang terjadi adalah penggunaan uang negara oleh Lembaga
atau organisasi pemerintah yang dapat terjadi penyimpangan-penyimpangan Seperti
korupsi, pemborosan anggaran, dan salah dalam mengambil kebijakan. Salah satu di-
indonesia sering terjadi korupsi. Yang menjadi pertanyaannya adalah apa penyebab
dari korupsi? Tentu bisa dikatakan penyebab korupsi adalah karena factor ekonomi.
Ada yang merasa bahwa kebutuhan hidup tidak mencukupi sehingga banyak yang
nekat untuk korupsi tanpa memikirkan efek ke belakang apa yang akan terjadi nantinya
jika ketahuan korupsi. Maka dari itu penulis memberikan solusi yang tepat lewat
bukunya ini dimana diperlukan kebijakan untuk dapat mengatasi masalah yang terjadi
pada kehidupan masyarakat saat ini. Contoh kasus seorang tokoh dalam pandangan
Scheuer dan Clark, Sebagian besar perbedabatan di Honolulu lebih dari pengolahan
limbah secara teknis, sehingga memasuki aspek-aspek politik, hukum dan biokrasi.

Keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah memerlukan suatu peyelesaian solusi


yang tepat terhadap suatu masalah. Kita lebih sering gagal karena kita memecahkan
masalah dengan cara yang salah, daripada menemukan solusi yang salah terhadap
masalah yang tepat. Seperti seorang analis kebijakan diminta untuk menentukan
kebijakan terhadap suatu suatu indetifikasi, Ketika pengendalian kerusakan hutan untuk
mengurangi dampaknya bagi perubahan iklim telah menjadi keputusan seluruh dunia.
Pengendalian kerusakan hutan terhadap perubahan cuaca seharusnya sudah
terlaksana di lapangan. Tetapi, yang menjadi permasalahnya adalah dimana
masyarakat yang tinggal di dalam dan disekitar hutan tidak ikut terlibat dalam
menghentikan perluasan tanamannya karena di tuntut oleh faktor kebutuhan mereka.
Salah satu masalah yang dialami adalah kerusakan hutan. Dimana analis kebijakan
diminta untuk menentukan kebijakan terhadap terjadinya pengendalian kerusakan
hutan. Yang menjadi pertanyaanya adalah apa yang menjadi penyebab dari kerusakan
hutan?

Pada umumnya kebijakan adalah upaya untuk menyelesaikan masalah dengan


menggunakan berbagai alternatif solusi-maslah kebijakan bukan melekat pada benda
melainkan pada perilaku manusia yang menyebabkan kualitas rendah. Dalam hal inilah
perilaku dianggap menyimpang. Dengan demikian, masalah kebijakan ini, tidak ada
dipermukaan yang mudah diketahui oleh panca indera. Sebaliknya, masalah kebijakan
ini abstrak yang perlu diabstraksikan melalui konsep atau teori. Kita kembali pada
narasi sebelumnya, bahwa penetapan masalah kebijakan ini ditentukan oleh kerangka
pikir atau narasi berpikir kebijakan yang digunakan untuk menfsirkan penyebab-
penyebab terjadinya perilaku menyimpang.

Dalam bab 1 ini Perlu diketahui bahwa keluarga merupakan kelompok sosial
yang pertama dalam hidup bermasyarakat atau sosial karena dari keluarga kehidupan
dan kebiasaan kita terbentuk, sikap yang kita perlihatkan diluar rumah adalah sebuah
kebohongan karena orang-orang diluar keluarga kita tidak akan perduli bagaimana kita
dilingkungan kita sebelumnya, yang mereka lihat adalah bagaimana cara kita menyikapi
mereka. Oleh karena itu kita cenderung memakai topeng diluar rumah agar tetap
terlihat baik dimata orang-orang yang bukan keluarga kita oleh karena hal itu keluarga
kita saat ini memikirkan bagaiamana kita kedepannya. Dimana setiap keluarga
menginginkan kelangsungan suatu generasi baru dalaam rumah tangga yang dapat
memperoleh nilai-nilai dan norma-norma yang sesuai dengan harapan masyarakat.
Dengan kata lain keluarga merupakan mediator dari nilai-nilai sosial. Namun ada
kalanya dalam keluarga terjadi beberapa pnyimpangan maupun konflik. Dimana konflik
atau penyimpangan-penyimpangan tersebut yang dapat merugikan diri sendiri dan juga
orang lain. Konflik tersebut biasanya terjadi ketika ada upaya dalam anggota keluarga
untuk memperebutkan sumber-sumber daya yang langka. Sebagai contoh: uang,
perhatian, kekuasaan serta kesenangan dalam keluarga hal 2.
Untuk skala yang lebih besar, penyimpangan-penyimpangan dapat dilakukan
oleh lembaga atau organisasi. Seperti korupsi, salah alokasi, pemborosan anggaran,
dll. Terhadap penyimpangan di atas, kebijakan dapat dibuat baik pada tingkat rumah
tangga, masyarakat, wilayah-wilayah administrasi dari Kabupaten-tingkat global.
Tergantung pada skala kejadian dan dampaknya. Kebijakan dibuat untuk
mengendalikan terjadinya penyimpangan-penyimpangan. Untuk mengatasi
penyimpangan yang terjadi, dilakukan upaya untuk menyelesaikan masalah dengan
menggunakan berbagai alternatif maupun solusi terhadap masalah yang dihadapi.
Upaya yang dimaksud yaitu menentukan kerangka pikir atau narasi berpikir kebijakan
yang digunakan untuk menfsirkan penyebab-penyebab terjadinya perilaku menyimpang
serta dapat memahami perilaku-perilaku manusianya . Selain perlu memahami perilaku
manusia, kita juga perlu memahami karakteristik sumber daya alam hal 7. Dari
penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa hal atau situasi tersebut disebabkan oleh
sifat sumber daya alam yang direspon. Sifat tersebut perlu diperhatikan karena sifat ini
tidak dapat di pisahkan dari kehidupan masyarakat.
Dalam buku ini terdapat kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam dan
lebih mengutamakan penggunaan pendekatan bagaimana proses terjadinya kebijakan
yang mempunyai kandungan politik hal 23. Adapun kebijkan yang dimaksud yaitu:

a. Setiap kebijakan pada dasarnya dibentuk oleh suatu proses pandangan atau cara
berpikir
b. Kebijakan tersebut biasanya terdiri dari cara-cara untuk mencapai kebijakan yang
dinyatakan secara nyata dan bisa jadi tujuan itu tidak diketahui pihak lain.
Dapat disimpulkan bahwa lingkup kebijakan yang dibicarakan dalam buku ini
mengambil pandagan atau posisi bahwa kebijakan yang dilakukan pada dasarnya
merupakan proses yang melibatkan kekuatan cara pikir atau narasi kebijakan serta
politik dan kepentingan.

Bab 2 menjelaskan mengenai bagaimana fakta diungkap. Disini dijelaskan bagaimana


cara kita berfikir menggambarkan yang kita lihat disekitar kita. banyak orang yang
mendeskripsikan bahwa alam itu sungguh indah tanpa ingin mendapatkan penjelasan
lebih lanjut. Tetapi pada saat ini kita sadari bahwa alam/ sekitar kita juga mengalami
kerusakan seperti penebangan hutan, pencemaran lingkungan hidup, dll. Dengan apa
yang terjadi pada saat ini mempunyai proses masing-masing dengan berbagai factor
yang mempengaruhinyahal 33.

Hal ini berarti mengungkapkan sebuah fakta kita harus jeli melihat suatu
masalah itu, kemudian setelah kita mengetahui masalahnya kita harus menilainya
dengan keadaan yang sebenarnya terjadi dan dalam menilai kita juga jangan keliru
atau cepat mengambil keputusan, kita harus benar-benar mengetahui suatu
masalahnya terlebih dahulu dan dalam memecahkan sebuah masalah, kita harus
berfikir secara positif bukan hanya sekedar kata-kata dari cerita-cerita orang dan dalam
mengungkapkan sebuah fakta kita juga harus meneliti dengan independent mana
(objek) dan siapa (subjek) yang diteliti.

Bagaimana kita bisa memahami persoalan sosial ketika kita tidak pernah
mengetahui konsep sosial sebagai alat untuk memahami dan mengungkap suatu
fenomena sosial dan juga disini kita dapat mengetahui alat untuk menilai fakta ata u
tindakan yang akan dilakukan.

1. Tentang masalah rasionalitas, jadi rasionalitas diartikan sebagai proses yang


dilakukan secara sadar untuk mengunakan argumen-argumen yang menalar
dalam membuat atau mempertahankan pernyataan-pernyataan suatu kebijakan.
Terdapat dasar-dasar rasionalitas yang mendasari sebagian besar pilihan-pilihan
kebijakan, diantaranya:
 Rasional Teknis, yang bernalar meliputi perbandingan atas dasar
kemampuan untuk memecahkan permasalahan secara efektif.
 Rasional ekonomis, karakteristik alternatif untuk memecahkan masalah-
masalah publik secara efisien.
 Rasionalitas legal, karakteristik pilihan yang menalar meliputi
perbandingan berbagai alternatif, berbagai peraturan maupun kasus-
kasus penyelesaian perkara yang telah terjadi sebelumnya.
 Rasionalitas sosial, karakteristik pilihan yang bernalar meliputi
perbandingan alternative atas dasar kemampuan dalam meningkatkan
efektivitas kebijakan pelaksanaan.
 Rasionalitas subtantif, merupakan karakteristik pilihan yang bernalar
meliputi perbandingan rasionalitas agar dapat dibuat pilihan yang paling
layak dalam kondisi sesuai konteksnya.
2. Jenis-jenis kebenaran
Beberapa teori etika yang sangat berpengaruh dalam menentukan sumber
kebenaran, diantaranya:
 Egoisme, yang diartikan dalam mementingkan kepentingan diri sendiri.
 Ultitarianisme,Tindakan yang dikatakan benar apabila membawa manfaat
sebanyak-banyaknya.

Dalam Teori Keutamaan (Virtue Theory) dan etik Teonom, teleologi dan
deontology berangkat dengan menyoroti moralitas dari suatu tindakan,
dimana teorinya berangkat dari manusianya. Terkait dengan teori keutamaan
manusia dikaitkan dengan hubungan kitab suci.

3. Diskursus / Narasi dalam Kebijakan Publik


Dengan menggunakan teori etika mempermudah kita untuk mendapat
sumber kebenaran dan pilihan-pilihan yang tersdia dari sejumlah alternatif
kebijakan yang ditetapkan. Perbedaan pilihan etika yang digunakan dapat
menjadi penyebab yang tersembunyi mengapa terjadi perbedaan oleh berbagai
pihak dalam pembuatan kebijakan (Bab 2 hal 43). Dalam narasi kebijakan harus
dapat diidentifikasikan dan didefenisikan maupun diketahui struktur isinya
berdasarkan aliran pemikiran terentu yang digunakan. Aliran pemikiran ini dibagi
menjadi 2 yaitu:
 Narasi: Post-Positivistik, dalam aliran pemikiran ini, narasi menempati
posisi epistermologi (asal, sifat dan jenis pengetahuan) yang
menentukan benar dalahnya terhadap fenomena sosial yang dihadapi.
 Narasi: Positivistik, pendekatan ini menggunakan cara deduksi dan
mencoba untuk menetapkan strukur dan kandungan narasi yang di uji
dengan hipotesis, serta dalam beberapa hal menggunakan analisis
kuantitatif dan statistika yang diterapkan secara terbatas.
Untuk memberi gambaran, dibedakan empat jenis pendekatan diskursus, yaitu:
1. Diskursus di dalam Komunikasi, ini dikaitkan dengan diskusi, debat atau
pertukaran pandangan mengenai topik sosial atau politik tertentu.
2. Diskursus sebagai Teks, ini analisis diskursus klasik, yang dimana teks,
Bahasa (linguistik) atau percakapan merupakan unit dasar analisis.
3. Diskursus sebagai Bingkai (frame), sebagai pengungkap berbagai makna
kata-kata dan teks.
4. Diskursus sebagai Praktik Sosial, ini terletak di akhir spektrum analisis
diskursus.

Story-line , berprinsip bahwa meningkatnya populasi dan kemiskinan adalah alasan


utama kerusakan lingkungan hidup termasuk kerusakan sumber daya alam didalam
kawasan lindung. Oleh karena itu dampak dari kerusakan yang terjadi karena orang-
orang yang tidak bertanggung jawab tersebut harus segera ditindak lanjuti karena jika
tidak dampaknya akan menyebar dengan sangat cepat.

Dalam bab 3 ini dikatakan bahwa biofisik dan sifat-sifat dasar berpengaruh
terhadap hubungan dengan manusia Hal 73. sumber daya alam yang dimaksudkan
seperti sungai,pertambangan, dan ikan. Pada buku ini mengatakan bahwa produk-
produk pertanian yang cepat membusuk atau tidak berkelanjutan itu memerlukan
perhatian khusus, sehinga akan mengakibatkan adanya tambahan biaya dan akan
memberikan dampak negatif bagi kelompok petani dan pedagang.

Dalam dunia pertambangan seperti panas bumi juga memerlukan investasi yang sangat
besar. Dimana tambang memerlukan biaya yang sangat besar, oleh karena itu
diperlukan modal yang besar yang bisa menjadi produsen. Maka dari itu kita harus
perlu memperhatikan karakteristik SDA, sehingga pemanfaatannya menciptakan
keadilan sosial dan ekonomi. Didalam buku ini juga dikatakan  bahwa karakteristik SDA
ini di pandang sebagai faktor luar hal 75. Perlu diketahui bahwa teknologi memiliki
memiliki peranan penting dalam hal ini dikarenakan teknologi ini digunakan untuk
menentukan batasan dan kemungkinan pengelolaan Sumber daya yang dilakukan.
Buku ini juga mengatakan dalam dunia biofisik antara satu tempat dan tempat lain itu
bervariasi dalam ekosistem hutan yang didalamnya terdapat beberapa jenis maupun
keanekaragaman spesies, Iklim dan cuaca,lahan dan faktor fisik lainnya.

Dapat disimpulkan bahwa kunci keberhasilan dan kesuksesan dalam pengelolaan


sumber daya alam adalah dengan menetapkan hak secara tepat, bukan hanya itu ,
perlu juga ditetapkan undang-undang dan peraturan lainnya. Hal ini dilakukan bertujuan
agar masyarakat mudah menjalankan atau membuat pengelolaan sumber daya alam
tersebut. Perlu kita ketahui bahwa setiap wilayah pastilah memiliki kompleksitas nya
masing-masing dan perbedaan-perbedaan mengenai karakteristik sumber daya alam
dan kondisi sosialnya. kewenanangan dalam pengelolaan sumber daya alam ini akan
menentukan kepada siapa akan dipertimbangkan, waktu dan lama pengelolaan yang
akan dilakukan, penggunaan teknologi, serta modal yang digunakan dalam
pemanfataan sumberdaya alam tersebut. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa
manajemen pengelolaan sumberdaya alam inilah yang akan menentukan siapa yang
akan mendapatkan hak atas penguasaan atas pemanfaatan sumber daya alam.

Bab 4 menjelaskan tentang cara menjalankan sebuah wirusaha yang baik dan
benar dan tidak menciptakan kerugian yang besar jika ingin membuka usaha dengan
berbagai metode yaitu bagaimana cara menarik konsumen agar membeli barang yang
kita jual pertama dengan cara menentukan banyaknya pembeli tempat barang akan
diedarkan. Semakin banyak pembeli lalu Lalang maka akan semakin besar pula
kemungkinan barang yang laku. Dengan demikian kita lebih besar memiliki peluang
penjualan. Lalu kemudian dengan Teknik yang cukup simple yaitu dengan memesan
barang sesuai pesanan, hal seperti ini memang tidak memiliki resiko tetapi hanya dapat
diterapkan untuk orang-orang yang tidak berjualan dipasar, karena jika berani terjun
kepasar untuk berjualan maka harus siap dengan konsekuensi yang ada baik itu rugi
maupun untung. Namun jika untuk pemula usaha tersebut mungkin cocok karena yang
harus dipikirkan adalah bagaimana menyiapkan barang sesuai pesanan agar
pelanggan tetap puas. Tetapi dalam hal 105 juga dijelaskan bahwa semakin murah
harga barang atau komoditi maka akan semakin banyak pesanan dan sebaliknya
semakin mahal harga komoditi maka akan semakin kecil atau sedikit pesanan. Dari
penjelasan tersebut mempermudah kita untuk membuka sebuah usaha kecil-kecilan
dengan modal yang secukupnya bab ini juga sangat direkomendasikan untuk dibaca
karena dari penyampaian bab 4 ini kita jadi paham kapan kita harus menjaga komoditif
yang dimiliki dan kapan harus dikeluarkan, jika harga komoditif yang kita miliki
cenderung mahal maka kita dapat menjualnya, namun jika cenderung murah kita dapat
membeli dari penjual lain dan menunggu sampai harga komoditi tersebut naik.

Bab 5 Menjelaskan Kerusakan hutan yang berdampak kepada iklim sedang


diupayakan untuk dicegah mendapat respon yang negatif dari pihak tertentu yang
mengakibatkan kerusakan hutan masih belum bisa di cegah secara instan hal 156. Hal
seperti ini sebenarnya bukan masalah yang terlalu rumit karena hukum berjalan sesuai
prosedur yang berlaku, dimana ketika ada individu atau kelompok tidak setuju dan
belum menghentikan proses merusak hutan tersebut dapat dengan mudah dipidana
karena jelas kerusakan hutan dapat sangat berpengaruh pada iklim yang ada. Sikap
yang kurang tegas sangat disayangkan pada hal ini karena jelas dampak dari
kerusakan hutan akan semakin parah jika tidak secepat mungkin ditangani. Apalagi
menangani kerusakan hutan secara langsung dibawah naungan presiden, menurut
saya hal yang sudah jelas memberikan dampak buruk pada dunia harus dengan segera
dibumihanguskan karena jika individu atau kelompok yang mungkin bisa dikatakan
merusak hutan demi kepentingan mereka sendiri adalah tindakan yang sangat tidak
terpuji. Dengan tindakan mereka yang tidak memikirkan kelangsungan hidup manusia
kedepannya apakah kita masih harus memberikan hati untuk mereka? Saya rasa tidak.
Jika tidak sekarang diberikan sanksi yang tegas kepada mereka mungkin kedepannya
banyak orang-orang yang datang untuk merusak hutan karena mereka berfikir bahwa
tidak ada tindakan yang cukup tegas kepada para pelaku kerusakan hutan tersebut.
Yang harus dipikirkan adalah bagaimana rumusan masalah yang seharusnya
dianjurkan untuk memecahkan masalah terkait orang-orang yang egois tersebut.

Dalam memecahkan masalah seharusnya dikupas terlebih dahulu siapa


sebenarnya dalang dari kerusakan hutan tersebut dan orang-orang dibekakang individu
atau kelompok yang memberikan dukungan kepada mereka mungkin saja orang yang
memberikan dukungan tersebut juga bagian dari tokoh politik, maka dari itu mereka jadi
lebih yakin untuk melakukan kegiatan yang dianggap tidak terpuji tersebut. Karena jika
mereka bergerak secara internal tanpa adanya backingan yang menjamin keamanan
dalam melaksanakan kegiatan yang dianggap merusak hutan tersebut mungkin mereka
tidak akan berani. Oleh karena itu jika hanya memberikan teguran tidak akan cukup
tetapi harus diulas terlebih dahulu siapa-siapa saja yang berperan dalam kerusakan
hutan ini dan langsung dipidana agar memberikan efek jera kepada para pelaku.
Dengan demikian dampak perubahan iklim yang diakibatkan oleh kerusakan hutan tidak
akan lebih besar karena mereka pasti akan lebih waspada terhadap pidana yang akan
menjerat mereka jika masih terus melakukan tindakan tersebut.
Memang kenyataannya dari sekian banyak masalah yang terjadi, tidak semua
rumusan masalah dapat memecahkan masalah kita juga harus memilih karena tindakan
melalui defenisi yang salah dapat mempersulit Hal 159. Untuk itu kita harus lebih teliti
dengan masalah-masalah seperti ini untuk menyimpulkan masalah yang terjadi dan
bagaimana menanganinya. Saya setuju dengan pernyataan tersebut oleh karena itu
tidak jarang ada pernyataan “jika ingin melarang maka harus ada didalamnya terlebih
dahulu”. Pernyataan tersebut disampaikan dengan tujuan agar setiap orang yang
melarang memahami terlebih dahulu alasan mereka melakukan hal tersebut,
sebenarnya hal ini juga tidak selamanya benar karena haruskah kita mengalami
kecelakaan berkendara terlebih dahulu untuk mengetahui jika kecelakan berkendara itu
sakit? Saya yakin tidak, karena hal yang sudah pasti merusak akan memberikan
dampak yang buruk terhadap iklim bahkan ekosistem entah itu sekarang ini atau
dimasa yang akan datang.

Pahami terlebih dahulu pro dan kontra dari masalah tersebut agar lebih mudah
menyimpulkan masalah, hal tersebut mungkin akan sangat berguna untuk
memecahkan masalah hal 161 dengan mengetahui pro ataupun kontra yang ada kita
mungkin lebih mudah untuk mencari jalan keluar dari setiap masalah, karena setiap
masalah pasti ada penyebabnya dan dengan mengetahui penyebabnya kita akan lebih
mudah mengambil keputusan apa tindak pidana yang pantas untuk menjerat individu
ataupun kelompok yang merusak hutan tersebut dan orang yang ada dibaliknya. Setiap
masalah pasti memiliki solusi, namun jika solusi tersebut hanya dipikirkan tanpa
dilaksanakan tidak akan ada gunanya. Dalam menangani masalah kerusakan hutan ini
para petinggi negara diharapkan dapat bergerak dengan cepat karena lambat laun
dengan rusaknya hutan yang disebabkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab akan semakin parah dan bukan hanya kita yang akan terkena dampak melainkan
anak cucu kita nantinya, berusaha untuk mengenyampingkan masalah yang kurang
penting tetapi fokus kepada masalah yang sangat berpengaruh besar dampaknya
kepada negara bahkan dunia.
Terdapat tiga model dalam perumusan masalah etis yang berfokus pada
pembuatan keputusan holistik dengan menggunakan berbagai pendekatan yang
bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dalam hal 183 yaitu

a. memperluas jumlah pemangku kepentingan yang terlibat termasuk salah satu


kelompok yang menolak keputusan dan untuk memperbanyak pilihan dalam
merumuskan masalah.

b. memperluas pilihan, penggunan dan memperluas ruang lingkup karena ketiga hal
tersebut saling terkait dalam proses merumuskan masalah.

c. berfikir secara sistematik, contohnya jika seseorang telah berhasil sebelumnya maka
orang lain harus bisa mengetahui bahwa keberhasilan tersebut masih bisa
dikembangkan, agar keberhasilan-keberhasilan dimasa yang akan datang akan lebih
mudah dicapai karena sudah mengantisipasi segala hal yang akan terjadi.

Model-model diatas sangat baik dalam proses merumuskan masalah karena


sangat berkesinambungan, menyatukan konsep yang tidak berkesinambungan adalah
hal yang sangat sulit karena kita harus menghadapi situasi masalah dan harus terlibat
dengan perumusan masalah awal yang bertujuan untuk mengembangkan
permasalahan teknis menjadi valid dan dapat terpercaya tertera dalam hal 188. Yang
sulit dalam perumusan masalah adalah dimana kita berharap pendekatan tersebut
dapat menetapkan masalah dengan meningkatkan kompleksitas masalah itu sendiri.
Karena beberapa pembuat keputusan menyadari bahwa strategi terbaik mereka adalah
mengelola interaksi masalah dengan masalah lainnya daripada mengelola masalah
yang sudah ditangan itu secara langsung. Hal seperti ini bertujuan untuk
mengumpulkan lebih banyak informasi untuk menindaklanjuti orang-orang yang tidak
bertanggung jawab.

Bab 7 menjelaskan Politik adopsi hasil penelitian, Mabley berpendapat penelitian untuk
melakukan evaluasi tentang bagaimana peran penelitian dapat mempengaruhi proses
terjadinya kebijakan. Evaluasi ini diarahkan untuk menghasilakan mentransformasikan
menjadi kebijakan hal 237.
Nelson dalam hal 238 mempunyai peranan penting untuk mengetahui interaksi antara
penelitian dan pembuat kebijakan.

- Teori dua komunitas, dalam model ini peneliti dan pembuat kebijakan hidup
dalam dunia berbeda, karena itu menentukan masalah-masalah dan solusi
secara berbeda.
- Proses Linear pembuat kebijakan, model ini mengikuti urutan Langkah rasional,
mulai dari identifikasi masalah sampai menentukan bagaimana membuat
kebijakan, serta evaluasi. Model ini dikeritik sebagai tidak dinamis dan tidak
mewakili proses pembuatan kebijakan yang terjadi.
- Proses bertahap pembuatan kebijakan, model linear terdapat Langkah
perubahan kebijakan yang tidak signifikan. Model ini tidak sesuai untuk situasi
krisis namun banyak digunakan sebagai respon negara-negara berkembang.
- Proses Kebijakan Interatif. Model ini menggambarkan reformasi kebijakan
sebagai suatu proses, pembuat kebijakan sebagai proses, dimana
berkepentingan memberikan tekanan untuk perubahan dan membuat kebijakan
menanggapi berbagai pengaruh eksternal dan akspek sosial.
- Jaringan kebijakan, dalam model ini, hasil kebijakan publik berasal dari konflik,
Proses pembuatan kebijakan dapat di pengaruhi oleh berbagai jenis jaringan
seperti jaringan individu, jaringan isu, komunitas kebijakan, dengan berbagai
karakteristik yang berbeda. Penelitian ini menjadi relevan bagi para pembuat
kebijakan, karena adanya pengaruh besar adanya jaringan menjadi relevan bagi
para pembuat relevan.
- Model agenda-setting, model ini melihat isu kebijakan tidak dapat masuk ke
dalam, tiga aliran proses kebijakan, yaitu fase penetapan masalah kebijakan,
fase penetapan kebijakan, dan aliran politik, karena fase ketiga fase tersebut
dianggap berjalan disuatu titik waktu sebagai kesatuan proses pembuatan
kebijakan.
- Narasi kebijakan adalah pernyataan atau cerita yang menyederhanakan masalah
yang sangat komplek, dan pernyataan tentang kejadian khusus dari pandangan
konvesional di dalam kehidupan sehari-hari.
- Model Transfer Kebijakan, transfer kebijakan mengacu pada suatu proses
dimana kebijaka yang dikembangkan diambil dari tempat lain.

Melakukan penelitian mempengaruhi kebijakan publik, yang penting adalah bagi


para penelitian untuk menelaah bagaimana factor-faktor itu berkembang dari waktu ke
waktu dalam rangka membangun strategi mempengaruhi kebijakan secara aktif hal
242. Kondisi internal berpengaruh terhadap tingkat penerimaan hasil penelitian yang
berbeda dalam proses kebijakan dan kondisi eksternal situasi politik negara atau
keadaan Lembaga pengambil keputusan, lebih sulit untuk dikelola meskipun dapat
berpengaruh.

Jaringan dapat menjadi platfrom untuk Tindakan yang memanflitasi


pengembangan aliansi baru, ruang negosasi, solusi wilayah untuk masalah-masalah
kewilayahan, dam akhirnya cara yang efektif untuk mempengaruhi kebijakan dan
jaringan dapat membantu kapasitas peneliti maupun keterampilan dan posisinya di
daerah, peneliti menjadi sangat relevan dengan kebijakan dan komunikasi dari temuan
penelitian untuk kebijakan cenderung aktif. bagi pembuat kebijakan rasa memiliki atas
hasil penelitian mendorong kebijakan penelitian oleh membuat kebijakan dan
meningkatkan efektivitas pengaruh penelitian itu terhadap isi kebijakan.

Membangun kapasitas penelitian memerlukan waktu lama dan membutuhkan


ketekunan, Lembaga donor perlu memperjelas niat mereka dalam kaitannya dengan
upaya mempengaruhi kebijakan, pengaruh kebijakan adalah istilah tidak mempunyai
definisi tunggal, kegiatan penelitian juga dapat direncang untuk mengindentifikasi
masalah, secara rutin para peniliti mengalami kesulita untuk dapat berkomunikasi dan
menyebarkan temuan mereka kepada para pembuat kebijakan dalam Bahasa yang
mudah, dan kegiatan didanai dengan berdasarkan cara berfikir, memiliki manajemen
proyek dan sitem pendukungnya harus lebih inovatif.

Pengaruh politik digunakan hasil-hasil penelitian untuk kebijakan, hasil penelitiam


paling mungkin dapat mempengaruhi kebijakan dalam situasi pemerintah yang
demokrasi, selain domokrasi dan tata Kelola, kebebasan alademik merupakan factor
pentinh potensial untuk menjembatanu hasil penelitian dan kebijakan, kebebasan media
mungkin menjadi factor kunci dalam mengkomunikasikan ide-ide ke dalam kebijakan
dan praktik. Factor lainnya yaitu keaktifan masyarakat sipil sangat penting memainkan
bagian dalam system politik, para pembuat kebijakan menjalankan berkomitmen untuk
mencapai tujuan pembangunan menjadi faktor lebih penting.

Untuk isu-isu kebijakan yang lebih bersifat umum, hal tersebut lebih releva
apabila di kaitkan dengan dampak hasil reformasi kebijakan itu serta terhadap proses
pembuatan dan hasil dari keberhasilan

BAB 8 ini memiliki banyak pembahasan yang menarik didalamnya, Pertama


yang di bahas dalam bab ini yaitu Kekuasaan dalam Organisasi. Dalam Teori Politik
Anilisis Kebijakan sember daya alam atau buatan dapat dikuasai perorangan kelompok
atau pemerintah. Pada hal. 288 Politik mendiskripsikan tidak mudah dengan kebiasaan
pengembangan bahwa perilaku orang ditentukan oleh regulasi, norma dan budaya di
mana semuanya disebutkan sperti frame yang membatasi cara pikir dan perilaku itu
sendiri, sehingga dalam perilaku tinjauan politik yang di jelaskan dalam buku tersebut
tidak demikian. Namun kuasa Politik lebih di dorong oleh adanya kuasa/power dan
power tersebut berasal dari peraturan (SK Presiden, Mentri dan lain sebagainya),
sumber daya yang dimiliki (uang, informasi, jaringan dan lain sebagainya), pengetahuan
(sebagai argument maupun kapasitas meyakinkan), maupun kondisi personal
(integritas, wibawa dan lain sebagainya). Sehingga tinjauan politik ini dapat dilhat
bahwa adanya kegagalan kebijaksaan yang tidak membawa kepada perubahan. Hal ini
dapat dilihat karena memang di dalam negara ini sanggat banyak yang menggunakan
jabatan hanya untuk kepentingan diri sendiri. Banyak eksploitasi sumber daya alam
yang menimbulkan kerusakan-kerusakan ataupun pencemaran lingkungan dengan
bersembunyi di balik para pemerintas dan mentri-mentri negara. Tindakan demikian di
lakukan karena adanya unsur politik yang hanya memikirkan kehidupan mereka sendiri
tanpa mimikirkan orang lain dan generasi-generasi yang akan datang.

Sehingga dalam hal tersebut saran perbaikan kinerja organisasi yang terdapat
pada hal. 289 membahas untuk pengendalian perilaku organisasi, Seperti:
1. Menetapkan tujuan-tujuan konservasi dengan mandate dari organisasi yang
mengekploitasi sumberdaya alam
2. Penguatan peran pemerintas untuk meningkatkan kemampuan konservasi
3. Memperlancar pengumpulan dan penyebaran informasi
4. Menekankan pengelolaan ekosistem dengan control terpusat dan
ketergantungan pada informasi teknis.

Kedua Manajemen perubahan hal. 290, pada bagian ini menjelaskan bagaimana
perubahan kebijakan harus dilakukan pada lingkungan organisasi. Dalam peerubahan
ini perusahaan mengalami perimbangan kekuatan antara keinginan untuk berubah dan
keinginan untuk mempertahankan perubahan. Dalam hal ini perubahan tersebut dapat
dilakukan apabila kekuatan pendukung-pendukung untuk mempertahankan perubahan
diperkecil. Pada kenyataannya benar bagaimana yang kita lihat bahwa perubahan
sangat sulit dilakukan untuk seseorang walaupun terkadang ia memiliki niat untuk
membawa perubahan namun karena nacaman akan jabatan yang sedang di duduki
seseorang membuat ketakutan akan menyuarakan perubahan.

Untuk membantu seseorang dalam melakukan perubahan tersebut maka harus


memiliki keterampilan manajer yang terdapat pada hal. 291. Keterampilan yang
dimaksud meliputi kesanggupan mental (mental skills) seperti mampu menunjukan
gambar besar, penekatan holistic serta memimpin tindakan-tindakan berdasarkan
pengalaman; rasa empati (empaty/feeling skills) kepada khalayak yang menjadi subjek
perubahan-perubahan dengan menggunakan symbol dan analogi, tidak konfrontatif di
setiap isu termasuk dapat menghindari tekanan dan stress; serta dapat menentukan
arah perubahannya itu sendiri (transformasi skills) dengan mengambil resiko.

Terakhir dalam bab ini yaitu Teori Politik dalam kebijakan yang pertama pada
hal. 296 pada pendekatan volunterism, peran actor yaitu perorangan atau kelompok
perilakunya dapat diidentipikasikan berjalan secara sukarela, dalam arti tidak ditentukan
oleh institusi/regulasi, hierarki kekuasaan/ kewenangan ataupun budaya yang masih
mengikatnya. Sehingga aktor tersebut mempengaruhi struktur misalnya berupa aturan
main yang mengikat diri sendiri atau orang lain. Kedua factor ideology (sperti ide,
narasi, diskurus, budaya) atau materi (sumberdaya, teknologi, modal, infrastruktur,
tanah, dll.) yang menentukan sejarah dan perubahan sosial politik suatu masyarakat.
Kedua pendekatan tersebut yaitu bahwa mobilisasi sumberdaya (material) maupun
proses menentukan cara pikir framing (ideologi) yang menentukanya.

Tentang bagaimana gereja menyikapi hal yang menyangkut kerusakan hutan ini
adalah Gereja terpanggil sebagai persekutuan ciptaan baru untuk menghadirkan
shalom Allah dibumi dengan mengusahakan keharmonisan seluruh ciptaan. Dengan
demikian, tugas memelihara merupakan bagian dari hakikat dan misi gereja sebagai
persekutuan baru oleh penebusan Tuhan Yesus Kristus untuk menghadirkan shalom
tersebut. Dengan memandang penyempurnaan ciptaan Allah, maka gereja terpanggil
untuk turut serta aktif mengusahakan kelestarian alam ciptaan Allah. Dalam
melaksanakan tugas tersebut gereja megembangkan berbagai cara sesuai konteks
permasalahan krisis lingkungan masing-masing. Gereja – gereja di Indonesia
melaksanakan tugas pemeliharaan ciptaan dengan dua motif. Motif pertama adalah
motif teologis, yaitu sebagai upaya melaksanakan misi gereja yang bersifat universal,
artinya yang mencakup semua ciptaan. Tugas memelihara ciptaan merupakan
pelaksanaan panggilan gereja untuk menghadirkan shalom Allah di bumi sebagai
implementasi dari iman dan panggilanya. Motif kedua adalah motif pembangunan, yaitu
sebagai salah satu cara yang ditempuh gereja untuk mewujudkan peransertanya yang
aktif, positif, kritis dan kreatif dalam mengisi pembangunan nasional sebagai
pengamalan Pancasila.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah Penyebab meningkatnya kerusakan


hutan terutama dikarenakan jumlah penduduk yang meningkat pesat terutama selama
80 tahun terakhir, pesatnya perkembangan teknologi dan peralatan penebangan,
sarana-prasarana angkutan dan pengolahan hasil hutan, meningkatnya tuntutan
kebutuhan hidup, digunakanya hutan sebagai media meraup keuntungan pribadi bagi
kepentingan politik, kekuasaan dan perolehan kekayaan tanpa peduli akan akibat yang
ditimbulkan dari perusakan hutan yang membawa penderitaan masyarakat banyak.
Penguasa yang diberi kewenangan melakukan Pengurusan Hutan yang baik telah terus
menerus berusaha melakukan berbagai upaya pencegahan dan penangulangan
terhadap perbuatan-perbuatan merusak hutan, melakukan perbaikan-perbaikan
terhadap hutan yang rusak dan mencari cara-cara baru bagi keberhasilan upaya
pencegahan dan penanggulangan kerusakan hutan. Namun sejauh ini hasilnya dapat
dikatakan belum memuaskan sebagaimana yang diharapkan. Kerusakan hutan memiliki
dampak negatif yang harus diperbaiki dengan cara membangun kembali hutan-hutan
yang rusak tersebut agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Usaha untuk
membangun kembali hutan yang rusak dapat dilakukan dengan penanaman kembali
(reboisasi, reklamasi, rehabilitasi) atau permudaan hutan secara alami. Di luar kawasan
hutan dilakukan dengan gerakan penghijauan dan pembuatan hutan rakyat. Ujung-
ujungnya ingin mendapatkan tutupan lahan yang baik.

Anda mungkin juga menyukai