Penerbit : Publikasi
Riview Buku
Permasalahan yg muncul dalam buku ini disebabkan oleh individu atau juga kelompok
yang menginginkan sesuatu secara instan, akhirnya melakukan hal-hal yang bahkan
bisa dikatakan keji dengan cara mencuri. Meskipun cara yang dilakukan seolah-olah
tidak terlihat tetapi dampaknya tetap terasa lambat laun. Dalam buku ini membahas
mengenai analisis kebijakan sumber daya alam, dimana sumber daya alam sampai
saat ini disalah gunakan oleh masyarakat, artinya masyarakat tidak menjaga dengan
baik lingkungan alam yang ada disekitarnya. Yang mau disampaikan penulis dalam
buku ini adalah dimana banyak terjadi penyimbangan-penyimpangan yang merugikan
diri sendiri maupun orang lain. Adapun salah satu dari penyimpanan itu adalah
disebabkan oleh sumber daya alam. Misalnya pengendalian kerusakan hutan. Yang
menjadi permasalahannya adalah apa penyebab dari kerusakan hutan? Dari buku ini
telah dibahas bahwa factor dari kerusakan hutan itu adalah karena adanya pencurian
kayu dan penebangan hutan. alasan terjadinya penyimpangan terhadap kerusakaan
hutan ini tentu memiliki penyebab-penyebab yang berbeda-beda, salah satunya analisis
kebijakan menemukan penyebabnya yaitu karena factor dari kemiskinan. Contoh
penyimpangan lainnya yang terjadi adalah penggunaan uang negara oleh Lembaga
atau organisasi pemerintah yang dapat terjadi penyimpangan-penyimpangan Seperti
korupsi, pemborosan anggaran, dan salah dalam mengambil kebijakan. Salah satu di-
indonesia sering terjadi korupsi. Yang menjadi pertanyaannya adalah apa penyebab
dari korupsi? Tentu bisa dikatakan penyebab korupsi adalah karena factor ekonomi.
Ada yang merasa bahwa kebutuhan hidup tidak mencukupi sehingga banyak yang
nekat untuk korupsi tanpa memikirkan efek ke belakang apa yang akan terjadi nantinya
jika ketahuan korupsi. Maka dari itu penulis memberikan solusi yang tepat lewat
bukunya ini dimana diperlukan kebijakan untuk dapat mengatasi masalah yang terjadi
pada kehidupan masyarakat saat ini. Contoh kasus seorang tokoh dalam pandangan
Scheuer dan Clark, Sebagian besar perbedabatan di Honolulu lebih dari pengolahan
limbah secara teknis, sehingga memasuki aspek-aspek politik, hukum dan biokrasi.
Dalam bab 1 ini Perlu diketahui bahwa keluarga merupakan kelompok sosial
yang pertama dalam hidup bermasyarakat atau sosial karena dari keluarga kehidupan
dan kebiasaan kita terbentuk, sikap yang kita perlihatkan diluar rumah adalah sebuah
kebohongan karena orang-orang diluar keluarga kita tidak akan perduli bagaimana kita
dilingkungan kita sebelumnya, yang mereka lihat adalah bagaimana cara kita menyikapi
mereka. Oleh karena itu kita cenderung memakai topeng diluar rumah agar tetap
terlihat baik dimata orang-orang yang bukan keluarga kita oleh karena hal itu keluarga
kita saat ini memikirkan bagaiamana kita kedepannya. Dimana setiap keluarga
menginginkan kelangsungan suatu generasi baru dalaam rumah tangga yang dapat
memperoleh nilai-nilai dan norma-norma yang sesuai dengan harapan masyarakat.
Dengan kata lain keluarga merupakan mediator dari nilai-nilai sosial. Namun ada
kalanya dalam keluarga terjadi beberapa pnyimpangan maupun konflik. Dimana konflik
atau penyimpangan-penyimpangan tersebut yang dapat merugikan diri sendiri dan juga
orang lain. Konflik tersebut biasanya terjadi ketika ada upaya dalam anggota keluarga
untuk memperebutkan sumber-sumber daya yang langka. Sebagai contoh: uang,
perhatian, kekuasaan serta kesenangan dalam keluarga hal 2.
Untuk skala yang lebih besar, penyimpangan-penyimpangan dapat dilakukan
oleh lembaga atau organisasi. Seperti korupsi, salah alokasi, pemborosan anggaran,
dll. Terhadap penyimpangan di atas, kebijakan dapat dibuat baik pada tingkat rumah
tangga, masyarakat, wilayah-wilayah administrasi dari Kabupaten-tingkat global.
Tergantung pada skala kejadian dan dampaknya. Kebijakan dibuat untuk
mengendalikan terjadinya penyimpangan-penyimpangan. Untuk mengatasi
penyimpangan yang terjadi, dilakukan upaya untuk menyelesaikan masalah dengan
menggunakan berbagai alternatif maupun solusi terhadap masalah yang dihadapi.
Upaya yang dimaksud yaitu menentukan kerangka pikir atau narasi berpikir kebijakan
yang digunakan untuk menfsirkan penyebab-penyebab terjadinya perilaku menyimpang
serta dapat memahami perilaku-perilaku manusianya . Selain perlu memahami perilaku
manusia, kita juga perlu memahami karakteristik sumber daya alam hal 7. Dari
penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa hal atau situasi tersebut disebabkan oleh
sifat sumber daya alam yang direspon. Sifat tersebut perlu diperhatikan karena sifat ini
tidak dapat di pisahkan dari kehidupan masyarakat.
Dalam buku ini terdapat kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam dan
lebih mengutamakan penggunaan pendekatan bagaimana proses terjadinya kebijakan
yang mempunyai kandungan politik hal 23. Adapun kebijkan yang dimaksud yaitu:
a. Setiap kebijakan pada dasarnya dibentuk oleh suatu proses pandangan atau cara
berpikir
b. Kebijakan tersebut biasanya terdiri dari cara-cara untuk mencapai kebijakan yang
dinyatakan secara nyata dan bisa jadi tujuan itu tidak diketahui pihak lain.
Dapat disimpulkan bahwa lingkup kebijakan yang dibicarakan dalam buku ini
mengambil pandagan atau posisi bahwa kebijakan yang dilakukan pada dasarnya
merupakan proses yang melibatkan kekuatan cara pikir atau narasi kebijakan serta
politik dan kepentingan.
Hal ini berarti mengungkapkan sebuah fakta kita harus jeli melihat suatu
masalah itu, kemudian setelah kita mengetahui masalahnya kita harus menilainya
dengan keadaan yang sebenarnya terjadi dan dalam menilai kita juga jangan keliru
atau cepat mengambil keputusan, kita harus benar-benar mengetahui suatu
masalahnya terlebih dahulu dan dalam memecahkan sebuah masalah, kita harus
berfikir secara positif bukan hanya sekedar kata-kata dari cerita-cerita orang dan dalam
mengungkapkan sebuah fakta kita juga harus meneliti dengan independent mana
(objek) dan siapa (subjek) yang diteliti.
Bagaimana kita bisa memahami persoalan sosial ketika kita tidak pernah
mengetahui konsep sosial sebagai alat untuk memahami dan mengungkap suatu
fenomena sosial dan juga disini kita dapat mengetahui alat untuk menilai fakta ata u
tindakan yang akan dilakukan.
Dalam Teori Keutamaan (Virtue Theory) dan etik Teonom, teleologi dan
deontology berangkat dengan menyoroti moralitas dari suatu tindakan,
dimana teorinya berangkat dari manusianya. Terkait dengan teori keutamaan
manusia dikaitkan dengan hubungan kitab suci.
Dalam bab 3 ini dikatakan bahwa biofisik dan sifat-sifat dasar berpengaruh
terhadap hubungan dengan manusia Hal 73. sumber daya alam yang dimaksudkan
seperti sungai,pertambangan, dan ikan. Pada buku ini mengatakan bahwa produk-
produk pertanian yang cepat membusuk atau tidak berkelanjutan itu memerlukan
perhatian khusus, sehinga akan mengakibatkan adanya tambahan biaya dan akan
memberikan dampak negatif bagi kelompok petani dan pedagang.
Dalam dunia pertambangan seperti panas bumi juga memerlukan investasi yang sangat
besar. Dimana tambang memerlukan biaya yang sangat besar, oleh karena itu
diperlukan modal yang besar yang bisa menjadi produsen. Maka dari itu kita harus
perlu memperhatikan karakteristik SDA, sehingga pemanfaatannya menciptakan
keadilan sosial dan ekonomi. Didalam buku ini juga dikatakan bahwa karakteristik SDA
ini di pandang sebagai faktor luar hal 75. Perlu diketahui bahwa teknologi memiliki
memiliki peranan penting dalam hal ini dikarenakan teknologi ini digunakan untuk
menentukan batasan dan kemungkinan pengelolaan Sumber daya yang dilakukan.
Buku ini juga mengatakan dalam dunia biofisik antara satu tempat dan tempat lain itu
bervariasi dalam ekosistem hutan yang didalamnya terdapat beberapa jenis maupun
keanekaragaman spesies, Iklim dan cuaca,lahan dan faktor fisik lainnya.
Bab 4 menjelaskan tentang cara menjalankan sebuah wirusaha yang baik dan
benar dan tidak menciptakan kerugian yang besar jika ingin membuka usaha dengan
berbagai metode yaitu bagaimana cara menarik konsumen agar membeli barang yang
kita jual pertama dengan cara menentukan banyaknya pembeli tempat barang akan
diedarkan. Semakin banyak pembeli lalu Lalang maka akan semakin besar pula
kemungkinan barang yang laku. Dengan demikian kita lebih besar memiliki peluang
penjualan. Lalu kemudian dengan Teknik yang cukup simple yaitu dengan memesan
barang sesuai pesanan, hal seperti ini memang tidak memiliki resiko tetapi hanya dapat
diterapkan untuk orang-orang yang tidak berjualan dipasar, karena jika berani terjun
kepasar untuk berjualan maka harus siap dengan konsekuensi yang ada baik itu rugi
maupun untung. Namun jika untuk pemula usaha tersebut mungkin cocok karena yang
harus dipikirkan adalah bagaimana menyiapkan barang sesuai pesanan agar
pelanggan tetap puas. Tetapi dalam hal 105 juga dijelaskan bahwa semakin murah
harga barang atau komoditi maka akan semakin banyak pesanan dan sebaliknya
semakin mahal harga komoditi maka akan semakin kecil atau sedikit pesanan. Dari
penjelasan tersebut mempermudah kita untuk membuka sebuah usaha kecil-kecilan
dengan modal yang secukupnya bab ini juga sangat direkomendasikan untuk dibaca
karena dari penyampaian bab 4 ini kita jadi paham kapan kita harus menjaga komoditif
yang dimiliki dan kapan harus dikeluarkan, jika harga komoditif yang kita miliki
cenderung mahal maka kita dapat menjualnya, namun jika cenderung murah kita dapat
membeli dari penjual lain dan menunggu sampai harga komoditi tersebut naik.
Pahami terlebih dahulu pro dan kontra dari masalah tersebut agar lebih mudah
menyimpulkan masalah, hal tersebut mungkin akan sangat berguna untuk
memecahkan masalah hal 161 dengan mengetahui pro ataupun kontra yang ada kita
mungkin lebih mudah untuk mencari jalan keluar dari setiap masalah, karena setiap
masalah pasti ada penyebabnya dan dengan mengetahui penyebabnya kita akan lebih
mudah mengambil keputusan apa tindak pidana yang pantas untuk menjerat individu
ataupun kelompok yang merusak hutan tersebut dan orang yang ada dibaliknya. Setiap
masalah pasti memiliki solusi, namun jika solusi tersebut hanya dipikirkan tanpa
dilaksanakan tidak akan ada gunanya. Dalam menangani masalah kerusakan hutan ini
para petinggi negara diharapkan dapat bergerak dengan cepat karena lambat laun
dengan rusaknya hutan yang disebabkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab akan semakin parah dan bukan hanya kita yang akan terkena dampak melainkan
anak cucu kita nantinya, berusaha untuk mengenyampingkan masalah yang kurang
penting tetapi fokus kepada masalah yang sangat berpengaruh besar dampaknya
kepada negara bahkan dunia.
Terdapat tiga model dalam perumusan masalah etis yang berfokus pada
pembuatan keputusan holistik dengan menggunakan berbagai pendekatan yang
bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dalam hal 183 yaitu
b. memperluas pilihan, penggunan dan memperluas ruang lingkup karena ketiga hal
tersebut saling terkait dalam proses merumuskan masalah.
c. berfikir secara sistematik, contohnya jika seseorang telah berhasil sebelumnya maka
orang lain harus bisa mengetahui bahwa keberhasilan tersebut masih bisa
dikembangkan, agar keberhasilan-keberhasilan dimasa yang akan datang akan lebih
mudah dicapai karena sudah mengantisipasi segala hal yang akan terjadi.
Bab 7 menjelaskan Politik adopsi hasil penelitian, Mabley berpendapat penelitian untuk
melakukan evaluasi tentang bagaimana peran penelitian dapat mempengaruhi proses
terjadinya kebijakan. Evaluasi ini diarahkan untuk menghasilakan mentransformasikan
menjadi kebijakan hal 237.
Nelson dalam hal 238 mempunyai peranan penting untuk mengetahui interaksi antara
penelitian dan pembuat kebijakan.
- Teori dua komunitas, dalam model ini peneliti dan pembuat kebijakan hidup
dalam dunia berbeda, karena itu menentukan masalah-masalah dan solusi
secara berbeda.
- Proses Linear pembuat kebijakan, model ini mengikuti urutan Langkah rasional,
mulai dari identifikasi masalah sampai menentukan bagaimana membuat
kebijakan, serta evaluasi. Model ini dikeritik sebagai tidak dinamis dan tidak
mewakili proses pembuatan kebijakan yang terjadi.
- Proses bertahap pembuatan kebijakan, model linear terdapat Langkah
perubahan kebijakan yang tidak signifikan. Model ini tidak sesuai untuk situasi
krisis namun banyak digunakan sebagai respon negara-negara berkembang.
- Proses Kebijakan Interatif. Model ini menggambarkan reformasi kebijakan
sebagai suatu proses, pembuat kebijakan sebagai proses, dimana
berkepentingan memberikan tekanan untuk perubahan dan membuat kebijakan
menanggapi berbagai pengaruh eksternal dan akspek sosial.
- Jaringan kebijakan, dalam model ini, hasil kebijakan publik berasal dari konflik,
Proses pembuatan kebijakan dapat di pengaruhi oleh berbagai jenis jaringan
seperti jaringan individu, jaringan isu, komunitas kebijakan, dengan berbagai
karakteristik yang berbeda. Penelitian ini menjadi relevan bagi para pembuat
kebijakan, karena adanya pengaruh besar adanya jaringan menjadi relevan bagi
para pembuat relevan.
- Model agenda-setting, model ini melihat isu kebijakan tidak dapat masuk ke
dalam, tiga aliran proses kebijakan, yaitu fase penetapan masalah kebijakan,
fase penetapan kebijakan, dan aliran politik, karena fase ketiga fase tersebut
dianggap berjalan disuatu titik waktu sebagai kesatuan proses pembuatan
kebijakan.
- Narasi kebijakan adalah pernyataan atau cerita yang menyederhanakan masalah
yang sangat komplek, dan pernyataan tentang kejadian khusus dari pandangan
konvesional di dalam kehidupan sehari-hari.
- Model Transfer Kebijakan, transfer kebijakan mengacu pada suatu proses
dimana kebijaka yang dikembangkan diambil dari tempat lain.
Untuk isu-isu kebijakan yang lebih bersifat umum, hal tersebut lebih releva
apabila di kaitkan dengan dampak hasil reformasi kebijakan itu serta terhadap proses
pembuatan dan hasil dari keberhasilan
Sehingga dalam hal tersebut saran perbaikan kinerja organisasi yang terdapat
pada hal. 289 membahas untuk pengendalian perilaku organisasi, Seperti:
1. Menetapkan tujuan-tujuan konservasi dengan mandate dari organisasi yang
mengekploitasi sumberdaya alam
2. Penguatan peran pemerintas untuk meningkatkan kemampuan konservasi
3. Memperlancar pengumpulan dan penyebaran informasi
4. Menekankan pengelolaan ekosistem dengan control terpusat dan
ketergantungan pada informasi teknis.
Kedua Manajemen perubahan hal. 290, pada bagian ini menjelaskan bagaimana
perubahan kebijakan harus dilakukan pada lingkungan organisasi. Dalam peerubahan
ini perusahaan mengalami perimbangan kekuatan antara keinginan untuk berubah dan
keinginan untuk mempertahankan perubahan. Dalam hal ini perubahan tersebut dapat
dilakukan apabila kekuatan pendukung-pendukung untuk mempertahankan perubahan
diperkecil. Pada kenyataannya benar bagaimana yang kita lihat bahwa perubahan
sangat sulit dilakukan untuk seseorang walaupun terkadang ia memiliki niat untuk
membawa perubahan namun karena nacaman akan jabatan yang sedang di duduki
seseorang membuat ketakutan akan menyuarakan perubahan.
Terakhir dalam bab ini yaitu Teori Politik dalam kebijakan yang pertama pada
hal. 296 pada pendekatan volunterism, peran actor yaitu perorangan atau kelompok
perilakunya dapat diidentipikasikan berjalan secara sukarela, dalam arti tidak ditentukan
oleh institusi/regulasi, hierarki kekuasaan/ kewenangan ataupun budaya yang masih
mengikatnya. Sehingga aktor tersebut mempengaruhi struktur misalnya berupa aturan
main yang mengikat diri sendiri atau orang lain. Kedua factor ideology (sperti ide,
narasi, diskurus, budaya) atau materi (sumberdaya, teknologi, modal, infrastruktur,
tanah, dll.) yang menentukan sejarah dan perubahan sosial politik suatu masyarakat.
Kedua pendekatan tersebut yaitu bahwa mobilisasi sumberdaya (material) maupun
proses menentukan cara pikir framing (ideologi) yang menentukanya.
Tentang bagaimana gereja menyikapi hal yang menyangkut kerusakan hutan ini
adalah Gereja terpanggil sebagai persekutuan ciptaan baru untuk menghadirkan
shalom Allah dibumi dengan mengusahakan keharmonisan seluruh ciptaan. Dengan
demikian, tugas memelihara merupakan bagian dari hakikat dan misi gereja sebagai
persekutuan baru oleh penebusan Tuhan Yesus Kristus untuk menghadirkan shalom
tersebut. Dengan memandang penyempurnaan ciptaan Allah, maka gereja terpanggil
untuk turut serta aktif mengusahakan kelestarian alam ciptaan Allah. Dalam
melaksanakan tugas tersebut gereja megembangkan berbagai cara sesuai konteks
permasalahan krisis lingkungan masing-masing. Gereja – gereja di Indonesia
melaksanakan tugas pemeliharaan ciptaan dengan dua motif. Motif pertama adalah
motif teologis, yaitu sebagai upaya melaksanakan misi gereja yang bersifat universal,
artinya yang mencakup semua ciptaan. Tugas memelihara ciptaan merupakan
pelaksanaan panggilan gereja untuk menghadirkan shalom Allah di bumi sebagai
implementasi dari iman dan panggilanya. Motif kedua adalah motif pembangunan, yaitu
sebagai salah satu cara yang ditempuh gereja untuk mewujudkan peransertanya yang
aktif, positif, kritis dan kreatif dalam mengisi pembangunan nasional sebagai
pengamalan Pancasila.