Anda di halaman 1dari 21

1 HALAMAN JUDUL

MAKALAH MENGANALISIS PROSES PEMBENTUKAN


KARAKTER DALAM DIRI MANUSIA

2 KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, shalawat serta salam semoga tercurah kepada
Rasulullah SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul " menganalisis proses pembentukan karakter dalam diri
manusia
Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis,
maka penulis membutuhkan peran serta dari pihak lain dalam proses
penyelesaian makalah . Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya

Medan
3 DAFTAR ISI

BAB l Pendahuluan

Apa yang dimaksud dengan menganalisis?Analisis adalah penyelidikan


terhadap suatu peristiwa (perbuatan, karangan dan sebagainya) untuk
mendapatkan fakta yang tepat (asal usul, sebab, penyebab sebenarnya,
dan sebagainya). keseluruhan. Analisis adalah penjabaran
(pembentangan) sesuatu hal, dan sebagainya setelah ditelah secara
seksama.
I.1 LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan suatu hal yang sangat


penting dalam kehidupan seharihari maupun dalam bermasyarakat.
Karakter diterapkan dalam mayarakat pada umumnya tidak pernah
lepas dari proses pembelajaran dan proses pembentukan diri manusia
itu sendiri. Dalam pembentukan karakter bisa didapatkan di lingkup
keluarga, sekolah dan lingkungan, baik dalam lingkungan masyarakat
maupun dalam lingkungan kelompok. Seperti halnya di lingkup
keluarga, orang tua mempunyai peran penting dalam membentuk
karakter anaknya. Dalam lingkup sekolah, seorang guru harus bisa
memberikan contoh ataupun sikap yang baik yang bisa dijadikan bahan
pendidikan bagi seorang siswa. Lingkungan kelompok juga berpengaruh
dalam pembentukan karakter karena dalam suatu kelompok akan
memberikan pengaruh yang sangat besar bagi seseorang.
Karakter juga sering diasosiasikan dengan istilah temperamen, yang
lebih memberi penekanan pada definisi psikososial yang dihubungkan
dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Karakter dilihat dari sudut
pandang behaviorial lebih menekankan pada unsur somatopsikis yang
dimiliki seseorang sejak lahir. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
proses perkembangan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh
banyak faktor bawaan dan lingkungan yang bersangkutan tumbuh dan
berkembang. Faktor bawaan boleh dikatakan berada di luar jangkauan
masyarakat dan individu untuk mempengaruhinya, sedangkan faktor
lingkungan merupakan faktor yang berada pada jangkauan masyarakat
dan individu.

Karakter yang kuat adalah sandangan fundamental yang memberikan


kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup bersama dalam
kedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebaikan
dan kebajikan, yang bebas dari kekerasan dan tindakan-tindakan tidak
bermoral. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat
membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat
dari keputusannya.

Karakter dapat dianggap sebagai nilainilai perilaku manusia yang


berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, serta kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
hati. Nilai-nilai karakter banyak sekali macam dan jenisnya. Nilai-nilai
karakter diharapkan mampu membentuk dan memberikan
pengetahuan moral untuk mencegah perbuatan tidak sesuai dengan
moral yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Nilai-nilai
karakter yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan
nasional antara lain: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung
jawab.

Karakter yang memiliki dimensi individual berkaitan erat dengan nilai


danmoral seseorang. Sementara, karakter yang berkaitan dengan
dimensi sosialstruktural lebih melihat bagaimana menciptakan sebuah
sistem sosial yang kondusif bagi pertumbuhan individu. Sejalan dengan
latar belakang masalah di atas, maka cukup penting dilakukan
penelitian tentang “Implementasi Karakter Kepedulian Sosial dalam
Mengikuti Kegiatan Gotong Royong (Studi kasus pembangunan jalan di
Desa Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi)”.
I.2 Rumusan malasah

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di


atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi karakter kepedulian sosial melalui kegiatan


gotong royong di Desa Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten
Ngawi?

2. Apa sajakah hambatan-hambatan yang mempengaruhi implementasi


karakter kepedulian sosial melalui kegiatan gotong royong di Desa
Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi?

3. Bagaimana solusi untuk mengatasi hambatan dalam implementasi


karakter kepedulian sosial melalui kegiatan gotong royong di Desa
Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi?

I.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian merupakan titik pijak untuk aktivitas yang akan


dilaksanakan, sehingga perlu dirumuskan secara jelas. Setiap penelitian
perlu ada tujuan yang berfungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah
yang diteliti, sehingga peneliti dapat bekerja secara terarah dalam
mencari data sampai pada langkah pemecahan masalahnya. Adapun
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan implementasi karakter kepedulian sosial melalui
kegiatan gotong royong di Desa Widodaren Kecamatan Widodaren
Kabupaten Ngawi.

2. Mendeskripsikan hambatan-hambatan yang mempengaruhi


implementasi karakter kepedulian sosial melalui kegiatan gotong
royong di Desa Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi.

3. Mendeskripsikan solusi untuk mengatasi implementasi karakter


kepedulian sosial melalui kegiatan gotong royong di Desa Widodaren
Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi.

MANFAAT MENGANALISISME PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER


Manfaat atau Kegunaan Penelitian Melalui kegiatan penelitian ini
diharapkan dapat tercapai beberapa manfaat atau kegunaan, yaitu: 1.
Manfaat atau Kegunaan Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberi manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
khususnya, maupun bagi masyarakat luas pada umumnya tentang
implementasi karakter kepedulian sosial melalui kegiatan gotong
royong. b. Menambah dan memperluas pengetahuan khususnya
tentang karakter kepedulian sosial bagi warga Desa Widodaren
Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi. c. Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk kegiatan penelitian selanjutnya yang
sejenis di waktu yang akan datang.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Apa Itu Analisis?
Kata Analisis dapat menjelaskan jawaban atas pertanyaan apa itu
analisis. Istilah analusis terdiri dari dua suku kata, yaitu “ana” yang
artinya kembali, dan “luein”yang artinya melepas atau mengurai.
Bila digabungkan maka apa itu analisis dapat terjawab memiliki arti
“menguraikan kembali”. Jika menilik dari kata Analusis ini, apa itu
analisis? Analisis adalah melepas atau mengurai sesuatu yang dilakukan
dengan metode tertentu.
Menurut asal kata tersebut, apa itu analisis adalah proses memecah
topik atau substansi yang kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
Secara umum, apa itu analisis adalah aktivitas yang terdiri dari
serangkaian kegiatan seperti; mengurai, membedakan, dan memilah
sesuatu untuk dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu dan
kemudian dicari kaitannya lalu ditafsirkan maknanya.
Pendapat lain menyebutkan apa itu analisis adalah usaha dalam
mengamati sesuatu secara mendetail dengan cara menguraikan
komponen-komponen pembentuknya atau menyusun komponen
tersebut untuk dikaji lebih lanjut. yang sering digunakan dalam
berbagai bidang ilmu, mulai dari matematika, ekonomi, bisnis,
manajemen, sosial, dan bidang ilmu lainnya. Kata analisis ini cukup
sering digunakan apabila akan melakukan penyelidikan ataupun
menelaah suatu karangan, penelitian, penjelasan, ataupun suatu
peristiwa yang terjadi.
Analisis merupakan upaya yang dilakukan untuk mengamati sesuatu
secara mendalam dan mendetail melalui proses penguraian berbagai
komponen pembentuknya atau juga penyusunan kompenen tersebut
untuk dipelajari atau diselidiki lebih lanjut. Salah satu
2.2 contoh dari analisis adalah analisis
unsur intrinsic cerpen meliputi
tema, latar, tokoh/penokohan, alur, sudut pandang, gaya bahasa dan
amanat
Apa kata lain dari menganalisis? Sinonim Menganalisis adalah :
membedah, menasyrihkan, menelaah, mengkaji, mengupas,
menguraikan, menilik, menjabarkan, menyelidiki, menyelisik, menyidik,
menyigi.
2.3 Cara Menganalisis:
Mengumpulkan data-data penting.
Memeriksa kejelasan dan kelengkapan tentang pengisian instrumen
pengumpulan data.
Melakukan proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap pernyataan
yang ada dalam instrumen pengumpulan data berdasarkan variabel
yang akan dianalisis.
Analisis Proses Pembentukan Aliran Permukaan Dan Keterkaitannya
Dengan Ketersediaan Air Secara Spasial Dan Temporal Mendukung
Pemenuhan Kebutuhan Air Untuk Pertanian
Analisa Gaya Pembentukan perlu dilakukan untuk mendapatkan ukuran
besarnya mesin atau peralatan yang diperlukan dalam proses
pembentukan logam. Dalam analisa digunakan teori-teori dengan
asumsinya masingmasing, untuk itu perlu pemikiran kritis dalam
menggunakan teori yang tepatTeori/Metode yang sering digunakan
adalah:
2.4 TEORI MENGANALISIS PEMBENTUKAN KARAKTER MANUSIA
1. Teori Elementer (Slab Method) dengan asumsi: distribusi tegangan
pada penampang seragam (uniform).
2. Metode Energi, merupakan metode yang unggul dalam analisa
pembentukan logam - Dengan prinsip dasar: “Kerja / usaha yang masuk
oleh gaya luar sama dengan energi deformasi pada benda kerja.”

Metode Elemen Hingga juga metode lain yang digunakan untuk analisa
gaya untuk daerah atau bagian yang terdeformasi elastis-plastis.
Daerah deformasi adalah daerah atau zona pada benda kerja yang pada
suatu saat mengalami deformasi yang mana bentuk dan ukurannya
berbedabeda tergantung prosesnya.
Secara psikologis dan sosiologis pada manusia terdapat hal-hal yang
berkaitan dengan terbentuknya karakter. Unsur-unsur ini menunjukan
bagaimana karakter seseorang. Unsur-unsur tersebut antara lain:
Sikap
Sikap seseorang merupakan bagian dari karakter, bahkan dianggap
cerminan karakter seseorang tersebut. Dalam hal ini, sikap seseorang
terhadap sesuatu yang ada di hadapannya, biasanya menunjukan
bagaimana karakter orang tersebut. Jadi, semakin baik sikap seseorang
maka akan dikatakan orang dengan karakter baik. Dan sebaliknya,
semakin tidak baik sikap seseorang maka akan dikatakan orang dengan
karakter yang tidak baik.
Emosi
Emosi merupakan gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan manusia,
yang disertai dengan efeknya pada kesadaran, perilaku, dan juga
merupakan proses fisiologis. Tanpa emosi, kehidupan manusia akan
terasa hambar karena manusia selalu hidup dengan berfikir dan
merasa. Dan emosi identik dengan perasaan yang kuat.
Kepercayaan
Kepercayaan merupakan komponen kognitif manusia dari faktor sosio-
psikologis. Kepercayaan bahwa sesuatu itu benar atau salah atas dasar
bukti, sugesti otoritas, pengalaman, dan intuisi sangatlah penting dalam
membangun watak dan karakter manusia. Jadi, kepercayaan
memperkukuh eksistensi diri dan memperkukuh hubungan dengan
orang lain.
Kebiasaan dan Kemauan
Kebiasaan merupakan aspek perilaku manusia yang menetap,
berlangsung secara otomatis pada waktu yang lama, tidak direncanakan
dan diulangi berkali-kali. Sedangkan kemauan merupakan kondisi yang
sangat mencerminkan karakter seseorang karena kemauan berkaitan
erat dengan tindakan yang mencerminkan perilaku orang tersebut.
Konsepsi Diri (Self-Conception)
Proses konsepsi diri merupakan proses totalitas, baik sadar maupun
tidak sadar tentang bagaimana karakter dan diri seseorang dibentuk.
Jadi konsepsi diri adalah bagaimana saya harus membangun diri, apa
yang saya inginkan dari, dan bagaimana saya menempatkan diri dalam
kehidupan.
2.5 Pembentukan Karakter
Secara alami, sejak lahir sampai berusia tiga tahun, atau mungkin
hingga sekitar lima tahun, kemampuan nalar seorang anak belum
tumbuh sehingga pikiran bawah sadar ( subconscious mind ) masih
terbuka dan menerima apa saja informasi dan stimulus yang
dimasukkan ke dalamnya tanpa ada penyeleksian, mulai dari orang tua
dan lingkungan keluarga. Dari mereka itulah, pondasi awal
terbentuknya karakter sudah terbangun. Selanjutnya, semua
pengalaman hidup yang berasal dari lingkungan kerabat, sekolah,
televisi, internet, buku, majalah dam berbagai sumber lainnya
menambah pengetahuan yang akan mengantarkan seseorang memiliki
kemampuan yang semakin besar untuk dapat menganalisis dan
menalar obyek luar. Mulai dari sinilah, peran pikiran sadar ( conscious)
menjadi semakin dominan. Seiring berjalannya waktu, maka
penyaringan terhadap informasi yang melalui pancaindra dapat mudah
dan langsung diterima oleh pikiran bawah sadar.
Semakin banyak informasi yang diterima dan semakin matang sistem
kepercayaan dan pola pikir yang terbentuk, maka semakin jelas
tindakan, kebiasaan, dan karakter unik dari masing masing individu.
Nilai dasar yang menjadi landasan dalam membangun karakter adalah
hormat (respect). Hormat tersebut mencakup respek pada diri sendiri,
orang lain, semua bentuk kehidupan maupun lingkungan yang
mempertahankannya. Dengan memiliki hormat, maka individu
memanndang dirinya maupun orang lain sebagai sesuatu yang berharga
dan memiliki hak yang sederajat. ( Sri Lestari, Psikologi Keluarga
Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik Dalam Keluarga, 2013:96 )
Karakter kita terbentuk dari kebiasaan kita. Kebiasaan kita saat anak-
anak biasanya bertahan sampai masa remaja. Orang tua bisa
mempengaruhi baik atau buruk, pembentukan kebiasaan anak-anak
mereka. ( Thomas Lickona, Character Matters, 2012:50 )
Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran karena
pikiran yang di dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari
pengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya. Program ini
kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya dapat
membentuk pola berpikir yang bisa mempengaruhi perilakunya. Jika
program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip
kebenaran universal, maka perilakunya berjalan selaras dengan hukum
alam. Hasilnya, perilaku tersebut membawa ketenangan dan
kebahagiaan. Sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip universal, maka perilakunya membawa kerusakan dan
menghasilkan penderitaan. Oleh karena itu pikiran harus mendapatkan
perhatian serius.
Karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang
pembentukan-nya dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah, nature) dan
lingkungan (sosialisasi pendidikan, nurture). Potensi karakter yang baik
dimiliki manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi-potensi tersebut
harus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini.
Tujuan pembentukan karakter pada dasarnya adalah mendorong
lahirnya anak-anak yang baik dengan tumbuh dan berkembangnya
karakter yang baik akan mendorong anak untuk tumbuh dengan
kapasitas komitmen-nya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik
dan melakukan segalanya dengan benar serta memiliki tujuan hidup.
Masyarakat juga berperan dalam membentuk karakter anak melalui
orang tua dan lingkungan.
Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang
memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai
dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk
melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi
dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen
karakter yang baik (components of good character), yaitu:

Pengetahuan tentang moral (moral knowing)


Dimensi-dimensi dalam moral knowing yang akan mengisi ranah
kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan
tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut
pandang (perspective taking), logika moral (moral reasoning), dan
pengenalan diri (self knowledge).

Perasaan/penguatan emosi (moral feeling)


Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk
menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-
bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran
akan jati diri (conscience), percaya diri (self esteem), kepekaan
terhadap derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran (loving the
good), pengendalian diri (self control), dan kerendahan hati (humility).

Perbuatan bermoral (moral action)


Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang
merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk
memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik
(act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter, yaitu
kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).

Faktor Faktor Pembentukan Karakter


Dalam Masnur Muslich dijelaskan bahwa karakter merupakan kualitas
moral dan mental seseorang yang pembentukannya dipengaruhi oleh
faktor bawaan (fitrah, nature) dan lingkungan (sosialisasi pendidikan).
Potensi karakter yang baik dimiliki manusia sebelum dilahirkan, tetapi
potensi-potensi tersebut harus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan
sejak usia dini.
Karakter tidak tebentuk begitu saja, tetapi terbentuk melalui beberapa
faktor yang mempengaruhi, yaitu : faktor biologis dan faktor
lingkungan.
Faktor Biologis yaitu faktor yang berasal dari dalam diri orang itu
sendiri. Faktor ini berasal dari keturunan atau bawaan yang dibawa
sejak lahir dan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki
salah satu dari kedua orang tua nya.
Faktor lingkungan
Disamping faktor-faktor hereditas (faktor endogin) yang relatif konstan
sifatnya, milieu yang terdiri antara lain atas lingkungan hidup,
pendidikan, kondisi dan situasi hidup dan kondisi masyarakat
( semuanya merupakan faktor eksogin ) semuanya berpengaruh besar
terhadap pembentukan karakter.
Termasuk di dalamnya adat istiadat peraturan yang berlaku dan bahasa
yang digerakkan. Sejak anak dilahirkan sudah mulai bergaul dengan
orang di sekitarnya. Pertama-tama dengan keluarga. Keluarga
mempunyai posisi terdepan dalam memberikan pengaruh terhadap
pembentukan karakter anak. Keluarga adalah lingkungan pertama yang
membina dan mengembangkan pribadi anak. Penilaian karakter dapat
dilakukan dengan melalui pembiasaan dan contoh yang nyata.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwasanya karakter seseorang
tumbuh dan berkembang atas dua kekuatan, yaitu kekuatan dari dalam
yang berupa faktor biologis dan kekuatan dari luar yaitu faktor
lingkungan.
Kesimpulan :
Pada dasarnya proses pembentukan karakter itu sendiri yang paling
penting yaitu menerapkan tentang pengenalan tentang suatu hal-hal
baru yang belum diketahui lalu dipahami secara bertahap agar benar-
benar dimengerti dan setelah itu dapat diterapkan, dan apabila sudah
diterapkan dilakukanlah pengulangan agar mereka terbiasa dengan
karakter tersebut. Karakter akan menjadi semakin kuat jika ikut
didorong oleh suatu ideologi atau kepercayaan.
MAKALAH
Menganalisis proses pembentukan karakter dalam diri manusia
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah :Pendidikan karakter

Dosen pengampu HIRAWATI M.Pd

Oleh:
Kelompok 2
AMALIA ADERI
AULIA ARIVIA
MUHAMMAD ALWI
M HERI ARMANDA PURBA
Yayasan D.R.M AZHARI,M.PD
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RAUDHATUL AKMAL
BATANG KUIS
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………….i
KATA PENGANTAR ………………………………………………..ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………I

1.1A. Latar Belakang ………………………………………….. 1


1.2B. Rumusan Masalah ………………………………………2
1.3C. Tujuan Penelitian ……………………………………….3

BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………II
2.1 Apa itu menganalisis………………………………………4
2.2 Contoh menganalisis …………………………………….5
2.3 Cara menganalisis ………………………...................6
2.4 TEORI MENGANALISIS……………………………….....7
2.5 pembentukan karakter………………………………….8
BAB III PENUTUP…………………………………………………..III
3.1 KESIMPULAN ……………………………………………………………….
DAFTAR PUSAKA ………………………………………………………………..
HASIL DISKUSI …………………………………………………………………….

Anda mungkin juga menyukai