PENULIS
Nama : KARYOTO,S.Pd
NIP : 198901292015041001
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan peserta didik di jaman yang serba canggih ini menuntut teknologi
informasi dan komunikasi sebagai acuan utama dalam kegiatan pembelajaran
yang berada di daerah perkotaan, sehingga sangat bertolak belakang sekali antara
sekolah yang berada di daerah perkotaan dan pedesaan khsusus di wilayah
terdepan,terluar dan tertinggal ( 3 T ). Sekolah yang berada di wilayah perkotaan
sangat mudah sekali untuk mengakses internet dalam pembelajarannya, berbeda
dengan sekolah yang berada di daerah 3 T.
Sesuai program kerja Presiden melalui program NAWACITA yaitu membangun
Indonesia di daerah pinggiran atau perbatasan dan sesuai Undang - undang sistem
Pendidikan nasional no.20 tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (UUSPN No.20 Th 2003 Bab II Pasal 3).
Tujuan pendidikan nasional tersebut harus diterjemahkan oleh seluruh komponen
bangsa, termasuk di dalamnya layanan bimbingan dan konseling. Tujuan utama
dari layanan BK di sekolah memiliki nafas yang sama, yaitu membentuk peserta
didik menjadi pribadi-pribadi yang tangguh, mandiri, dan berkarakter. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut perlu dikembangkan berbagai model program dan
layanan yang kreatif dan sesuai dengan karakteristik peserta didik, sehingga
diharapkan lebih efektif dalam pencapaian tujuan.
Pembentukan karakter menjadi salah satu bagian dari tujuan pelayanan bimbingan
dan konseling, karena pada hakikatnya praktek bimbingan dan konseling yang
memandirikan adalah sebuah proses untuk membekali peserta didik berbagai nilai,
komptensi, sehingga individu mampu mengenali diri dan lingkungannya, sehingga
2
individu memiliki kemandirian yang utuh, yang pada hakikatnya merupakan
pribadi yang berkarakter.
Pendekatan layanan konseling yang kreatif memberikan keleluasaan kepada
konselor untuk mengembangkan layanan yang bervariasi dan tidak hanya terpaku
dengan layanan konvensional, apalagi sekolah yang berada di daerah
terdepan,terluar dan tertinggal ( 3T). Konselor dalam prakteknya dapat melibatkan
banyak pihak, dan memanfaat sekecil apapun sumber daya yang ada untuk
digunakan sebagai sarana penunjang layanan yang efektif terutama di daerah
terdepan,terluar dan tertinggal ( 3T ).
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Pendidikan Karakter Menurut Suyanto, yaitu cara berpikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.
4
Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikologi, yaitu kepribadian ditinjau dari
titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan
dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982: p.29).
Kata karakter dipakai dalam arti normatif kalau dengan mempergunakan kata
karakter tersebut orang bermaksud mengenakan norma-norma kepada orang yang
sedang diperbincangkan; dalam hubungan dengan hal ini orang dikatakan
mempunyai karakter kalau sikap, tingkah laku dan perbuatannya dipandang dari
segi norma-norma sosial adalah baik, dan orang dikatakan tidak berkarakter kalau
sikap, tingkah laku dan perbuatannya dpandang dari segi norma-norma sosial
adalah tidak baik. Misalnya saja seringkali terdengar pernyataan-pernyataan
seperti: “Otaknya bukan main tajamnya, tetapi dia tidak punya karakter”, dan
sebagainya.
Secara umum karakter dikaitkan dengan sifat khas atau istimewa atau kekuatan
moral, atau pola tingkah laku seseorang. Kamus Besar bahasa Indonesia tidak
memuat kata karakter, yang ada adalah kata “watak” dalam arti sifat batin
manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah lakunya atau tabiat
seseorang. Kata “karakter” tercantum dalam Kamus Bahasa Indonesia
Kontemporeryang diartikan sebagai watak, sifat, tabiat (Raka, dkk; 2011, 36).
Selanjutnya Raka, dkk (2011, 36-37) menjelaskan bahwa karakter baik
dimanifestasikan dalam kebiasaan baik di kehidupan sehari-hari: pikiran baik, hati
baik, dan tingkah laku baik. Berkarakter baik berarti mengetahui yang baik,
mencintai kebaikan dan melakukan yang baik.Karakter bersifat memancar dari
dalam keluar (inside-out). Artinya, kebiasaan baik tersebut dilakukan bukan atas
permintaan atau tekanan dari orang lain melainkan atas kesadaran dan kemauan
sendiri. Dengan kata lain, karakter adalah “apa yang Anda lakukan ketika tak
seorang pun melihat atau memperhatikan Anda”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah perilaku
asli (yang sebenarnya) dari seseorang yang sesuai dengan norma-norma yang
berlaku, baik di lingkungan masyarakat maupun lingkungan bangsa pada
umumnya. Norma- norma itu meliputi antara lain norma susila, norma
kemanusiaan, norma agama, norma hukum, dan norma etika.
5
2.2 Nilai-Nilai Karakter
Raka, dkk (2011, 231-232) mengemukakan beberapa kebiasaan baik sebagai
indikator kekuatan karakter:
a. Kejujuran, dengan indikator tidak berbohong, tidak mengambil yang
bukan miliknya, tidak “menyontek” dalam mengerjakan pekerjaan rumah,
ulangan, dan ujian.
b. Rasa tanggung jawab , dengan indikator tidak mencari “kambing hitam”,
berani mengakui kesalahan,menjalankan kewajiban yang telah diterima
dengan baik dan tuntas.
c. Semangat belajar, dengan indikator: berani bertanya, berani
mempertanyakan, senang mencari cara-cara baru, senang mencari
pengalaman baru, senang belajar keterampilan baru, sengan
menambah pengetahuan.
d. Disiplin diri , dengan indikator datang tepat waktu, menepati janji, menaati
peraturan atau tata tertib yang berlaku, sopan dan santun dalam tindakan
dan ucapan.
e. Kegigihan, dengan indikator: berusaha melakukan yang terbaik, tidak
mudah menyerah dan bekerja keras.
f. Apersepsi terhadap kebninekaan: dengan indikator bisa menghargai
pendapat yang berbeda, bisa berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai
latar belakang budaya, kepercayaan, dan suku, tidak“menghakimi”
orang yang berbeda pendapat, keyakinan, atau latar belakang budaya, dan
tidak mendominasi atau mau menang sendiri.
g. Semangat berkontribusi: dengan indikator: senang menolong orang lain,
senang berbagi, dermawan, dan senang melakukan kegiatan sosial sebagai
relawan.
h. Optimisme: dengan indikator: tidak mudah mengeluh, menunjukkan
semangat dalam kegiatan, melihat masalah atau kesulitan dari sisi positif,
dan menunjukkan rasa percaya diri.
6
2.3 Fungsi dan tujuan Pendidikan Karakter.
2.3.1 Fungsi Pendidikan Berkarakter
Pendidikan karakter berfungsi untuk:
mengembangkan potensi dasar siswa agar berhati baik, berpikiran baik,
dan berperilaku baik.memperkuat dan membangun perilaku siswa yang
multikultur.meningkatkan peradaban siswa yang kompetitif dalam
pergaulan.
2.3.2 Tujuan Pendidikan Berkarakter
Tujuan pendidikan karakter yaitu meningkatkan mutu penyelenggaraan
dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter , berakhlak mulia dan berbudi luhur. Melalui
pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMA mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji
dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan
akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
7
(bullying), mengelola stress, dan lain lain. Bimbingan kelompok dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik yaitu antara lain diskusi
kelompok, bermain peran, dan home room. Teknik diskusi kelompok
meliputi antara lain lokakarya, diskusi panel, dan diskusi terfokus, sedangkan
teknik bermain peran meliputi psikodrama dan sosiodrama. Guru bimbingan
dan konseling/konselor dapat memilih salah satu dari teknik-teknik tersebut
dengan mempertimbangkan kebutuhan perkembangan, sasaran layanan, dan
waktu yang tersedia.
Sasaran layanan bimbingan kelompok adalah semua peserta didik
berdasarkan kompetensi yang akan diberikan dan dialakukan secara gradual.
Sebelum melaksanakan layanan bimbingan kelompok Guru Bimbingan dan
Konseling perlu membuat Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL).
8
2.5.1 Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok adalah interaksi komunikasi antar anggota
kelompok dalam memahami topik atau mengembangkan keterampilan
tertentu secara bersama- sama dengan cara mengutarakan
masalah, ide-ide, saran, dan menanggapi satu sama lain. Tujuan
diskusi kelompok adalah (1) memfasilitasi anggota kelompok dalam
memahami suatu topik atau pengembangan keterampilan hidup
tertentu; (2) memfasilitasi anggota menyadari bahwa setiap orang
mempunyai masalah sendiri-sendiri; (3) Memfasilitasi anggota agar
terampil berpendapat.
Teknik diskusi kelompok meliputi diskusi panel, lokakarya, dan
diskusi terfokus. Diskusi penel merupakan interaksi antara 3-6 panelis
yang disaksikan beberapa pendengar dan diatur oleh seorang
moderator. Panelis dan moderator adalah peserta didik atau pihak lain
yang dianggap lebih mengetahui topik yang didiskusikan. Diskusi
panel bertujuan membahas tuntas pemahaman topik dan
pengembangan keterampilan hidup tertentu. Lokakarya adalah
pertemuan membahas masalah praktis atau yang berkaitan dengan
pelaksanaan dalam kegiatan tertentu untuk menghasilkan produk
tertentu. Sedangkan diskusi terfokus merupakan interaksi komunikasi
kelompok yang diarahkan pada pembahasan topik tertentu oleh
seorang moderator. Diskusi terfokus ini bertujuan agar peserta didik
memperoleh masukan atau informasi mengenai pemahaman topik dan
pengembangan keterampilan tertentu.
2.5.2 Psikodrama
Psikodrama adalah teknik bimbingan kelompok untuk memfasilitasi
peserta didik/konseli memperoleh pengertian yang lebih baik
tentang dirinya sendiri, menemukan konsep diri, menyatakan
kebutuhan, dan menyatakan reaksi terhadap tekanan diri melalui
penghayatan situasi dramatis yang diperankan dalam bermain peran.
Tujuan psikodrama adalah membantu peserta didik/konseli
9
memperoleh pengertian yang baik tentang diri sendiri sehingga dapat
menemukan konsep diri, kebutuhan-kebutuhan, dan reaksi-reaksi
yang tepat terhadap tekanan yang dialaminya.
2.5.3 Sosiodrama
Sosiodrama adalah teknik bimbingan kelompok untuk membantu
peserta didik/konseli lebih memahami dan mengantisipasi
permasalahan sosial yang timbul dari hubungan antar manusia melalui
bermain peran. Permasalahan sosial yang dapat dientaskan melalui
sosiodrama seperti pertentangan dengan teman sebaya,
kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Tujuan sosiodrama adalah
membantu peserta didik/konseli memperoleh pemahaman yang tepat
tentang permasalahan sosial yang dialaminya dan dapat
mengembangkan keterampilan interaksi sosial yang efektif.
2.5.4 Home Room
Home room adalah teknik bimbingan kelompok untuk menciptakan
suasana rumah pada adegan kelompok peserta didik/konseli,
sehingga tercipta suasana informal, penuh dengan rasa
kekeluargaan, bebas, menyenangkan dan interaksi alamiah untuk
membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu, terutama
masalah-masalah yang berhubungan dengan pelajaran, kegiatan
sosial, tata tertib, moral, cara berpakaian atau masalah-masalah lain di
luar sekolah. Tujuan utama home room adalah agar peserta
didik/konseli senang dan nyaman berada dalam kelompok sehingga
dapat mengemukakan pendapat, perasaan, pengalaman secara bebas
tanpa tertekan dan memungkinkan terjadinya dialog yang ekspresif
antar anggota kelompok.
10
2.6.2 Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
1) Tahap Awal
1) Menciptakan suasana saling mengenal, hangat, dan rileks
2) Menjelaskan tujuan dan manfaat layanan bimbingan
kelompok secara singkat
3) Menjelaskan peran anggota d a n p e m i m p i n k e l o m p o k
pada proses bimbingan kelompok yang akan dilaksanakan.
4) Menjelaskan aturan kelompok dan mendorong anggota
untuk berperan penuh dalam kegiatan kelompok
5) Memotivasi anggota untuk saling mengungkapkan diri secara
terbuka
6) Memotivasi anggota untuk mengungkapkan harapannya
dan membantu merumuskan tujuan bersama.
2) Peralihan (Transisi)
1) Melakukan kegiatan selingan berupa permainan kelompok
2) Mereview tujuan dan kesepakatan bersama
3) Memotivasi anggota untuk terlibat aktif mengambil manfaat
dalam tahap inti
4) Mengingatkan anggota bahwa kegiatan akan segera memasuki
tahap inti.
3) T a h a p Inti/kerja
1) Mendorong tiap anggota untuk mengungkapkan topik yang
perlu dibahas (khusus untuk topik bebas)
2) Menetapkan topik yang akan dibahas sesuai dengan tujuan
bersama
3) Mendorong tiap anggota untuk terlibat aktif saling membantu,
4) Melakukan kegiatan selingan yang bersifat menyenangkan
mungkin perlu diadakan
5) Merumuskan hasil yang dicapai dan menetapkan pertemuan
selanjutnya.
11
4) Tahap Pengakhiran (Terminasi)
1) Mengungkap kesan dan keberhasilan yang dicapai oleh setiap
anggota
2) Merangkum proses dan hasil yang dicapai
3) Mengungkapkan kegiatan lanjutan yang penting bagi anggota
kelompok
4) Menyatakan bahwa kegiatan akan segera berakhir
5) Menyampaikan pesan dan harapan
2.6.3. Pasca bimbingan Kelompok
1) Mengevaluasi perubahan yang dicapai oleh peserta didik
2) Menetapkan tindak lanjut kegiatan yang dibutuhkan
3) Menyusun laporan bimbingan kelompok
Tabel 2.7
Kerangka dasar Materi Pedoman Pelaksanaan Layanan Bimbingan
Kelompokuntuk Pembentukan karakter
NILAI – JENIS TEMA / ASPEK PERKEMBANGAN
NILAI TOPIK PADA PRIBADI YANG TERLIBAT
KARAKTER LAYANAN DALAM PROSES
BIMBINGAN
KELOMPOK
Kejujuran Remaja anti korupsi 1. Perkembangan bahasa
2. Perkembangan perilaku kognitif
3. Perkembangan perilaku sosial
4. Perkembangan moralitas
5. Perkembangan penghayatan
keagamaan
6. Perkembangan perilaku konatif
7. Perkembangan emosional
8. Perkembangan kepribadian
9. Perkembangan karir
Rasa tanggung Remaja mandiri 1. Perkembangan fisik
jawab 2. Perkembangan perilaku
psikomotorik
3. Perkembangan bahasa
4. Perkembangan perilaku kognitif
5. Perkembangan perilaku sosial
6. Perkembangan moralitas
12
7. Perkembangan perilaku konatif
8. Perkembangan emosional
9. Perkembangan kepribadian
10. Perkembangan karir
Semangat Makna belajar, prinsip 1. Perkembangan fisik
belajar dan gaya belajar 2. Perkembangan perilaku
psikomotorik
3. Perkembangan bahasa
4. Perkembangan perilaku kognitif
5. Perkembangan perilaku sosial
6. Perkembangan moralitas
7. Perkembangan penghayatan
keagamaan
8. Perkembangan perilaku konatif
9. Perkembangan emosional
10. Perkembangan kepribadian
11. Perkembangan karir
Disiplin diri Ayo,atur waktumu 1. Perkembangan fisik
2. Perkembangan perilaku
psikomotorik
3. Perkembangan bahasa
4. Perkembangan perilaku kognitif
5. Perkembangan perilaku sosial
6. Perkembangan moralitas
7. Perkembangan penghayatan
keagamaan
8. Perkembangan perilaku konatif
9. Perkembangan kepribadian
10. Perkembangan karir
Kegigihan dan Bekerja adalah ibadah 1. Perkembangan fisik
bekerja keras 2. Perkembangan perilaku
psikomotorik
3. Perkembangan bahasa
4. Perkembangan perilaku kognitif
5. Perkembangan moralitas
6. Perkembangan penghayatan
keagamaan
7. Perkembangan perilaku konatif
8. Perkembangan emosional
9. Perkembangan kepribadian
10. Perkembangan karir
Apersepsi Pancasila sebagai dasar 1. Perkembangan perilaku
terhadap negara psikomotorik
kebhinekaan 2. Perkembangan bahasa
3. Perkembangan perilaku kognitif
4. Perkembangan perilaku sosial
13
5. Perkembangan moralitas
6. Perkembangan penghayatan
keagamaan
7. Perkembangan perilaku konatif
8. Perkembangan emosional
9. Perkembangan kepribadian
Semangat Berjuang tanpa pamrih 1. Perkembangan perilaku
berkontribusi psikomotorik
2. Perkembangan bahasa
3. Perkembangan perilaku kognitif
4. Perkembangan perilaku sosial
5. Perkembangan moralitas
6. Perkembangan penghayatan
keagamaan
7. Perkembangan perilaku konatif
8. Perkembangan emosional
9. Perkembangan kepribadian
10. Perkembangan karir
Optimisme Bakat dan minat 1. Perkembangan fisik
2. Perkembangan perilaku
psikomotorik
3. Perkembangan bahasa
4. Perkembangan perilaku kognitif
5. Perkembangan moralitas
6. Perkembangan penghayatan
keagamaan
7. Perkembangan perilaku konatif
8. Perkembangan emosional
9. Perkembangan kepribadian
10. Perkembangan karir
14
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan layanan bimbingan kelompok dalam membentuk
karakter peserta didik di daerah 3 T, dapat disimpulkan bahwa :
1) Kemampuan peserta didik sebelum mengikuti layanan bimbingan
kelompok , peserta didik masih menunjukan rasa malu dan ragu ketika
berpendapat ,hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik
di daerah 3 T masih perlu di gali lagi.
2) Kemampuan peserta didik setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok
, peserta didik sudah tidak ragau dan malu berpendapat serta semangat
dalam mengemukakan pendapat nya masing – masing. Hal tersebut bahwa
peserta didik yang di daerah 3 T mampu menunjukan bakat , minat dan
kreatifitasnya dalam pembelajaran atau bimbingan
3) Pengembangan kemampuan Peserta didik sebelum dan setelah mendapat
pembentukan karakter berupa layanan bimbingan kelompok peserta didik
mampu mengemukakan pendapat, percaya diri serta semangat dalam
kegiatan belajar atau bimbingan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat
disimpulkan ada peningkatan kemampuan peserta didik melalui
pembentukan karakter melalui layanan bimbingan kelompok.
3.1 Saran
Berdasarkan hasil kegiatan, maka dapat diajukan beberapa saran :
1) Untuk Guru pembimbing, hendaknya dapat memanfaatkan pendidikan
karakter melalui layanan bimbingan kelompok dan diskusi kelompok guna
peningkatan kemampuan pembelajaran atau bimbingan peserta didik.
2) Untuk peserta didik, hendaknya selalu mengikuti layanan bimbingan dan
konseling khususnya layanan bimbingan kelompok atau diskusi kelompok
Memiliki pemahaman yang obyektif, tepat, dan cukup luas tentang
berbagai hal yang sedang di diskusikan.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp/
http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-karakter/
http://pipitmasihtk.blogspot.com/2012/11/mendidik-dan-menumbuhkan-
manusia.html
http://www.academia.edu/11372346/Aspek-aspek-perkembangan-individu
Nandang Rusmana. (2009). Permainan (Game & Play): Permainan Untuk para
pendidik, pembimbing, pelatih, dan widyaiswara. Bandung: Rizqi Press.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014 tentang
Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Peterson, Christopher & Seligman, E.P. Martin (2004). Character Strenght and
Virtue. New York :Oxford Press
Raka, Gede dkk. 2011. Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta.PT. Elex Media
Komputindo.
16
17
PENILAIAN HASIL
LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
4. Setelah mengikuti layanan ini, hal-hal apakah yang akan anda lakukan
untuk mengembangkan diri anda?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
5. Apakah layanan yang diberikan berkaitan langsung dengan permasalahan
yang anda alami?
Apabila ya, keuntungan apa yang anda peroleh?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
6. Tanggapan, saran, pesan, atau harapan apa yang ingin anda sampaikan
kepada pemberi layanan?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Nama : ……………………………….
Kelas : ……………………………….
18
BIODATA
Nama : KARYOTO,S.Pd
E – Mail : karyotototo@gmail.com
19
Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok
20