Anda di halaman 1dari 7

CRITICAL JURNAL REPORT

KETIDAKSETARAAN GENDER

Nama : Teddy Pascha S Depari

Nim : 3201111017

Kelas : PPKN B 2020

Mata Kuliah : Politik Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Windawati Pinem, S,Sos., M.IP

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkatdan rahmatNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
POLITIK KEWARGANEGARAAN yang berjudul “Critical Journal Review”. Penulis juga
menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu saya minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan saya juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini. Akhir kata
saya ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi
pembaca.

Medan, 7 Oktober 2022

Teddy Pascha S Depari


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CJR

Critical Journal Review (CJR) merupakan suatu hal yang penting bagi
mahasiswakarena mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang telah
ada.Terdapatbeberapa hal penting sebelum kita mereview jurnal, seperti menemukan
jurnal yangsesuai dengan topik yang diangkat, membaca keseluruhan dari isi jurnal dan
mencobauntuk menuliskan kembali dengan bahasa sendiri pengertian dari jurnal tersebut.

Jurnal memiliki beberapa ciri-ciri, seperti dibatasi sesuai ketentuan yang


ditetapkanoleh organisasi penerorganisasi yang memuat jurnal ilmiah; memiliki judul dan
namapenulis serta alamat email dan asal organisasi penulis; terdapat abstract
yang berisiringkasan dari isi jurnal, introduction, metodologi yang dipakai
sebelumnya danmetodologi yang diusulkan, implementasi, kesimpulan dan daftar pustaka.

Langkah penting dalam mereview sebuah jurnal, yaitu mengemukakan


bagianpendahuluan, mengemukakan bagian diskusi, mengemukakan bagian kesimpulan.

Hal-hal yang perlu ditampilkan dalam critical journal review, yaitu


mengungkapkanbeberapa landasan teori yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam
penelitiannyadan tujuan apa yang ingin dicapai; mengungkapkan metode yang
digunakan, subjekpenelitian, teknik pengumpulan data, alat pengumpul data, dan
analisis data yangdigunakan; mengambil hasil dari penelitian yang telah dilakukan dengan
memberikandeskripsi secara singkat, jelas, dan padat; serta menyimpulkan isi dari jurnal.

1.2 Tujuan Penulisan CJR

- Memenuhi tugas mata kuliah

.- Memahami dan menganalisis kelebihan dan kekurangan dari suatu jurnal.

- Mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang telah ada.

- Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam suatu jurnal.

1.3 Manfaat CJR

- Membantu semua kalangan dalam mengetahui inti dari hasil penelitian yang terdapat dalam
suatu jurnal.

- Menjadi bahan evaluasi dalam pembuatan suatu jurnal di penerbitan berikutnya.

1.4 Identitas Jurnal

Jurnal Utama :

Judul : Peran Keluarga dalam Meminimalisir Tingkat Kekerasan Seksual pada Anak
Penulis : Erika Vivian Nurchahyati, Martinus Legowo

Nama Jurnal : Jurnal Hawa: Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak

Volume/No : Volume 4, Nomor 1

ISSN : 2686-3308(Online) |p-ISSN : 2685-8703(Print)

Jurnal Pembanding :

Judul : Strategi Peran Ganda Janda CeraiMati untuk Memenuhi Kebutuhan


Pendidikan Anak

Penulis : Endah Iri Aryani, Yustika Irfani Lindawati

Nama Jurnal : Jurnal Hawa: Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak

Volume/No : Volume 4, Nomor 1,

ISSN : 2686-3308(Online) |p-ISSN : 2685-8703(Print)


BAB II

PEMBAHASAN

Jurnal Utama

Kekerasan seksual terhadap anak merupa-kan salah satu penyimpangan sosial


yang terjadi dimasyarakat. Adanya kekerasan sosial ini tidak sesuai dengan budaya,
norma dan nilai yang ada di masyarakat. Tulungagung yang merupakan sa-lah satu daerah
di mana masih menjunjung tinggi budaya, norma dan nilainya justru merupakan salah satu
daerah yang mempunyai permasalahan kekerasan seksual terhadap anak yang tinggi.
Banyaknya kekerasan seksual terhadap ini mem-buat resah masyarakat kabupaten
Tulungagung sehingga masyarakat di Tulungagung mengupa-yakan cara untuk setidaknya
meminimalisir keke-rasan seksual terhadap anak. Mereka memulai dari unit terkecil yaitu di
keluarga mereka sendiri agar kekerasan seksual tidak menimpa anak mereka dan orang
terdekat mereka, mengingat keluarga mempunyai delapan fungsi utama seperti fungsi
perlindungan, fungsi sosialisasi dan pendidikan.

Untuk menganalisis hal ini digunakan teori struktural fungsional oleh durkheim.
Teori struk-tural fungsional ini merupakan teori yang mene-kankan pada sautu
keseimbangan suatu sistem yang stabil dalam keluarga ataupun dalam sistem sosial dan
masyarakat. Teori struktur fungsional dapat digunakan dalam menganalisis suatu peran
keluarga agar mempunyai fungsi dengan baik da-lam menjaga keutuhan keluarga dan juga
masya-rakat. Teori struktural fungsional mengarah kepa-da konsep homeostasis yang
maksutnya adalah kemampuan untuk memelihara suatu stabilitas suatu sistem agar tetap
terjaga. Dalam teori stuk-tural fungsional dapat digunakan untuk mengana-lisis adanya
suatu penyimpangan seperti penyim-pangan nilai dan norma di masyarakat. Asumsi dasar
dari struktur fungsional adalah jika suatu struktur tidak bekerja maka akan hilang
dengan sendirinya. Hal ini karena dalam struktur fung-sional menekankan pada
keteraturan yang dalam teori ini setiap struktur yang ada di masyarakat saling
melengkapi dan terhubung (Soetomo, 2015). Dalam teori ini Durkheim melihat bahwa
setiap struktur yang ada di masyarakat memiliki fungsi-nya masing-masing. Selain
pemerintah yang telah mengupayakan segala cara untuk mencegah ter-jadinya kekerasan
seksual, keluarga walaupun me-reka unit terkecil di masyarakat justru yang meru-pakan unit
terpenting untuk setidaknya memini-malisir hal ini. dari data wawancara yang dipero-leh
sebagai keluarga mereka merasa khawatir, takut jika hal ini terjadi kepada anak, adik
dan orang terdekat mereka. Untuk itu, mereka melaku-kan upaya untuk setidaknya
meminimalisir keke-rasan seksual terhadap anak, hal ini juga dilakukan sebagai bentuk
implementasi fungsi keluarga terutama fungsi perlindungan, fungsi sosialisasi dan
pendidikan, dan juga fungsi sosial budaya.

Jurnal Pembanding

Tindakan yang dilakukan oleh janda cerai mati berhubungan dengan tujuan yang
ingin di-capai. Dalam perspektif teorisosiologi, teori pili-han rasional James S. Coleman
menjelaskan bahwa segala tindakan individu dipengaruhi oleh keputu-san aktor (janda cerai
mati) itu sendiri. Fokus teori ini bukanlah pada aspek pilihan yang diambil oleh aktor
melainkan fakta bahwa kekonsistenan aktor dalam melakukan tindakan yang
dianggapnya memiliki tujuan yang ingin dicapai secara rasional (Ritzer, 2012). Terdapat dua
unsur penting dalam teori ini adalah aktor dan sumber daya. Jika ak-tornya adalah para
janda cerai mati maka sumber dayanya yaitu potensi yang dimiliki oleh para janda cerai
mati.

Para sosiolog menunjukkan bahwa model pilihan rasional didasari atas (1)
fenomena sosial itu nyata, (2) tindakan para aktor bertujuan untuk mengejar kepentingan, (3)
kemajuan individualis-me metodologis, (4) titik fokus terletak pada hu-bungan aktor
dan strategi yang diambil, dan (5) cara berpikir menggunakan deduksi (khusus ke
umum) untuk menjelaskan suatu fenomena (Ritzer & Goodman, 2004). Jika dikaji, perilaku
keputusan janda cerai mati untukmemenuhi kebutuhan pendidikan anak sejalan dengan
logika yang maju (rasional) dengan membuka usaha dan meman-faatkan potensi diri
(sumber daya) yang dianggap dapat membantu memenuhi tujuan yang ingin dicapai.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Diskriminasi berdasarkan gender masih terjadi pada seluruh aspek kehidupan, di


seluruh dunia. Ini adalah fakta meskipun ada kemajuan yang cukup pesat dalam kesetaraan
gender dewasa ini. Sifat dan tingkat diskriminasi sangat bervariasi di berbagai negara atau
wilayah. Tidak ada satu wilayah pun di negara dunia ketiga di mana perempuan telah
menikmati kesetaraan dalam hak-hak hukum, sosial dan ekonomi. Kesenjangan gender dalam
kesempatan dan kendali atas sumber daya, ekonomi, kekuasaan, dan partisipasi politik terjadi
di mana-mana. Perempuan dan anak perempuan menanggung beban paling berat akibat
ketidaksetaraan yang terjadi, namun pada dasarnya ketidaksetaraan itu merugikan semua
orang. Oleh sebab itu, kesetaraan gender merupakan persoalan pokok suatu tujuan
pembangunan yang memiliki nilai tersendiri.

Kesetaraan gender akan memperkuat kemampuan negara untuk berkembang,


mengurangi kemiskinan, dan memerintah secara efektif. Dengan demikian mempromosikan
kesetaraan gender adalah bagian utama dari strategi pembangunan dalam rangka untuk
memberdayakan masyarakat (semua orang)-perempuan dan laki-laki-untuk mengentaskan
diri dari kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup mereka.

Pembangunan ekonomi membuka banyak jalan untuk meningkatkan kesetaraan


gender dalam jangka panjang. Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan memiliki makna
yang penting karena setelah diadopsi maka akan dijadikan acuan secara global dan nasional
sehingga agenda pembangunan menjadi lebih fokus. Setiap butir tujuan tersebut menjunjung
tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) dan untuk mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan, baik tua mau-pun muda.

Anda mungkin juga menyukai