KORELASI ANTARA USIA SAAT PRESENTASI, SKOR PIRANI AWAL, DAN SKOR
DIMEGLIO AWAL DENGAN JUMLAH GIPS SIRKULER YANG DIPERLUKAN UNTUK
MENGOREKSI CONGENITAL TALIPES EQUINOVARUS DENGAN METODE PONSETI:
STUDI RETROSPEKTIF ANALITIK
Pembimbing:
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
Magister
Kepada
2
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang
lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan
tesis ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Yang menyatakan
3
PRAKATA
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan
Tesis ini disusun sebagai persyaratan dalam menyelesaikan Program Studi Biomedik di
Saya menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan
Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih saya juga
kepada :
1. Tuhan yang maha esa atas karunia-NYA, saya diberi jalan untuk hidup mendapat
kesempatan mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi dan
2. Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc selaku Dekan Sekolah Pascasarjana Universitas
Hasanuddin ; Dr. dr. Hj. A. Mardiah Tahir, Sp.OG(K) selaku Ketua Program Studi
Biomedik Universitas Hasanuddin, atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk
mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi dan Program
3. dr. M. Ruksal Saleh, Ph.D, SpOT (K), Kepala bagian Ortopedi dan Traumatologi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin ; Dr. dr. M. Sakti, SpOT (K), Ketua Program Studi
jajaran staf bagian Ortopedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
atas kesediaanya untuk menerima, mendidik, membimbing, dan memberikan nasehat yang
i
4. Dr. dr. Muhammad Sakti, Sp.OT(K), dr. M. Ruksal Saleh, Ph.D, Sp.OT(K), Dr. dr. Arifin
Seweng, MPH, selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing
5. Direktur dan Staf RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, atas segala bantuan, fasilitas
6. Semua teman sejawat, para peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis I bagian Ilmu
ortopedi dan Traumatologi FK Unhas, dan rekan-rekan sejawat magister ilmu biomedik atas
7. Semua pasien penelitian saya atas kesabaran dan kerjasamanya selama mengikuti proses
penelitian ini.
8. Para pegawai dan semua perawat di Bagian Ortopedi dan Traumatologi FK Unhas / RSUP
9. Ayah, ibu, dan istri tercinta serta saudara-saudaraku atas segala dukungan dan doanya untuk
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati saya mengucapkan permintaan maaf atas segala
kesalahan yang saya perbuat baik dalam ucapan dan penulisan yang tidak berkenan kepada
ii
ABSTRAK
Korelasi Antara Usia Saat Presentasi, Skor Pirani Awal, dan Skor Dimeglio
Awal dengan Jumlah Gips Sirkuler yang Diperlukan untuk Mengoreksi
Congenital Talipes Equinovarus dengan Metode Ponseti: Studi Retrospektif
Analitik
Yohannes Toban Layuk Allo
Kata Kunci: CTEV, metode Ponseti, usia, skor Pirani, skor Dimeglio
i
ii
ABSTRACT
The Correlation Between Age at Presentation, Initial Pirani Score, and Initial
Dimeglio Score with Total Number of Casts Required to Correct Congenital
Talipes Equinovarus with Ponseti Method: an Analytic Retrospective Study
Yohannes Toban Layuk Allo
ii
iii
DAFTAR ISI
PRAKATA...............................................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................ii
ABSTRACT............................................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR GRAFIK.............................................................................................viii
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
BAB I.PENDAHULUAN.......................................................................................1
iii
iv
3.1.1.Populasi penelitian.................................................................................34
iv
v
4.3.3Korelasi antara skor Pirani awal dan skor Dimeglio awal dengan jumlah
gips sirkuler................................................................................................60
v
vi
5.1 Kesimpulan......................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................70
LAMPIRAN..........................................................................................................71
vi
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
viii
DAFTAR GRAFIK
viii
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Sebaran sampel berdasarkan usia, jenis kelamin, dan kaki....................45
Tabel 4.3 Sebaran statistik skor Pirani, skor Dimeglio, dan jumlah gips..............50
Tabel 4.4 Korelasi usia, skor Pirani, skor Dimeglio denganjumlah gips..............52
Tabel 4.5 Hasil analisa multivariat yang berhubungan dengan jumlah gips..........53
ix
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
dengan angka insidensi berkisar antara 0.9 hingga 7 kasus per 1000 kelahiran
hidup. Deformitas pada CTEV tidak dapat dapat hilang dengan sendirinya,
berfungsi, bebas nyeri, dan baik secara kosmetik bagi pasien. Klasifikasi
deformitas CTEV merupakan salah satu faktor penting untuk evaluasi sebelum
terapi, sekaligus berguna dalam evaluasi progresivitas terapi. Saat ini, terdapat
dua sistemklasifikasi CTEV yang telah diterima secara universal, yakni klasifikasi
observer dan inter-observer yang tinggi, relevansi klinis yang baik, serta dapat
1
2
tindakan operasi menimbulkan banyak komplikasi bagi pasien, antara lain nyeri
dan kekakuan. Metode penanganan CTEV saat ini telah berpaling dari metode
sebagai suatu metode yang efektif, dapat dilakukan di mana saja, serta merupakan
teknik yang hemat biaya, dimana pada tahun 2014 sebanyak 113 dari 193 negara-
Ponseti meliputi teknik manipulasi dan pemasangan gips sirkuler secara serial
hingga tercapai koreksi awal yang diinginkan, yang kemudian diikuti dengan
Salah satu pertanyaan yang paling sering ditanyakan oleh orangtua pasien
adalah berapa kali pemasangan gips sirkuler yang diperlukan untuk dapat
kepada orangtua pasien merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan
korelasi antara skor Pirani ataupun skor Dimeglio awal terhadap jumlah gips
sirkuler yang diperlukan untuk mengoreksi deformitas, namun oleh karena hasil
yang berkontradiksi maka hingga saat ini belum terdapat konsensus terkait hal
tersebut.2,6,7
Penerapan metode Ponseti yang semakin luas dan mencakup pula pasien-
pasien CTEV dengan usia lebih tua pun menimbulkan pertanyaan bahwa apakah
usia pasien saat pertama kali mendapatkan penanganan juga merupakan salah satu
2
3
faktor yang mempengaruhi hasil terapi. Sejauh mana hubungan antara usia dan
umum.6,7
Indonesia yang merupakan salah satu negara yang telah mengadopsi metode
jumlah gips sirkuler yang diperlukan untuk mengoreksi deformitas CTEV dengan:
skor Pirani awal sebelum terapi, skor Dimeglio awal sebelum terapi, serta usia
tersebut, maka akan ditinjau apakah terdapat korelasi di antaranya, dan seberapa
1) Apakah terdapat korelasi antara usia saat presentasi dengan jumlah gips
3
4
2) Apakah terdapat korelasi antara skor Pirani awal dengan jumlah gips
3) Apakah terdapat korelasi antara skor Dimeglio awal dengan jumlah gips
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.2.Tujuan Khusus
Ponseti.
4
5
5
BAB II
1) Definisi
defek kongenital pada bayi baru lahir yang ditandai dengan adanya deformitas
pada kaki berupa cavus, adducus, varus, dan equinus. Deformitas tersebut
2)Etiologi
yang disebabkan oleh malformasi embrionik. Penyebab dari CTEV hingga saat
ini belum dapat diketahui secara pasti. Perkembangan kaki yang normal
janin di dalam uterus. Hingga saat ini masih terdapat perdebatan mengenai
6
7
intraseluler pada sampel otot pasien CTEV, namun penelitian lainnya tidak
(2q31-33), yang terkait dengan gen CASP10 pada pasien-pasien CTEV. Gen
janin. Sebagian besar penelitian terkait populasi, keluarga, dan bayi kembar
penggunaan preparat salisilat oleh ibu pada trimester pertama kehamilan, dan
3) Epidemiologi
kelahiran hidup di Eropa,dimana dua kali lebih banyak ditemukan pada laki-
seorang pasien CTEV memiliki resiko 2%-4% akan mengalami kondisi serupa.
Apabila seorang anak dan seorang anggota keluarga lainnya, atau kedua
7
8
10% hingga 20%. Semakin banyak anggota keluarga yang mengalami kondisi
serupa, maka semakin tinggi resiko kondisi tersebut terjadi pada saudara
lainnya.1
lainnya. Spina bifida ditemukan pada 4.4% pasien, cerebral palsy pada 1.9%
4) Patoanatomi
malposisi tulang-tulang tarsal, atrofi otot betis, serta pemendekan kaki. Bentuk
oleh otot tibialis posterior, kompleks gastrosoleus, tibialis anterior, dan fleksor
digitorum longus. Otot-otot tersebut berukuran lebih kecil dan lebih pendek
dibandingkan dengan yang terdapat pada kaki normal. Pada ujung distal dari
8
9
berada dalam posisi adduksi dan inversi. Ukuran otot-otot tungkai berbanding
terbalik dengan tingkat keparahan deformitas CTEV. Pada kondisi yang paling
berat, otot gastrosoleus terlihat sebagai otot yang berukuran kecil pada daerah
sepertiga proksimal dari betis. Sinstesis kolagen yang berlebihan pada ligamen-
kolagen dan sel pada ligamen pasien neonatus. Bundel serabut kolagen
yang dilakukan secara berhati-hati pada bayi tidak akan menimbulkan dampak
posisi yang paling fleksi, adduksi, dan inversi. Talus berada dalam posisi yang
sangat plantarfleksi, dimana bagian leher talus terdefleksi ke arah medial dan
medial dari head talus. Calcaneus ter-adduksi dan inversi di bawah talus.8
9
10
Pada CTEV, sisi anterior dari calcaneus berada di balik talar head.
Posisi ini menyebabkan deformitas varus dan ekuinus dari heel. Upaya untuk
mengoreksi heel varus. Abduksi dari calcaneus hingga mencapai posisi yang
normal terhadap talus akan mengoreksi deformitas heel varus pada CTEV.8
5)Klasifikasi
yang esensial untuk menilai tingkat keparahan deformitas secara akurat dan
diajukan untuk mengevaluasi kondisi ini. Sistem klasifikasi yang ideal haruslah
terercaya dan mudah untuk diulangi, cukup praktis untuk digunakan dalam
situasi klinis, serta dapat memprediksi penanganan yang tepat pada tahap
awal.3,4,9
10
11
ini juga memungkinkan para dokter untuk mengetahui respon pasien terhadap
CTEV, yang terbagi menjadi dua kelompok yakni Midfoot Score dan Hindfoot
kaki dapat memperoleh hindfoot score antara 0 dan 3, midfoot score antara 0
dan 3, serta skor total antara 0-6, dimana skor 6 mewakili tingkat deformitas
Midfoot Score
kurvatura sisi lateral dari kaki (curvature of the lateral border of the foot),
keparahan lipatan sisi medial dari kaki (severity of the medial crease), serta
11
12
posisi dari aspek lateral head talus (position ofthe lateral part of the head of the
talus)8,11.
Hindfoot Score
keparahan lipatan pada sisi posterior (posterior crease), perabaan terhadap heel
12
13
13
14
14
15
8)Penatalaksanaan
15
16
serial (teknik Kite dan teknik Ponseti), intervensi bedah minor (misalnya
diperkenalkan oleh Ponseti telah meluas ke berbagai belahan dunia, baik pada
CTEV pada tahun 1950, metode tersebut relatif belum dikenal luas dan hanya
konservatif ini telah terbukti efektif, aman, serta hemat biaya. Metode ini hanya
16
17
maju maupun negara berkembang. Melalui pelatihan yang tepat, metode ini dapat
dilakukan oleh banyak personel medis, termasuk fisioterapis dan staf ortopedi5.
Saat ini, metode Ponseti telah menjadi baku emas untuk penanganan awal
CTEV, dimana tercatat 113 dari 193 negara anggota PBB telah mengadaptasi
teknik ini5.Metode ini merupakan metode yang efektifitas dan keamanannya telah
sirkuler secara serial dengan teknik dan ketentuan yang spesifik. Koreksi CTEV
melakukan tahanan pada aspek lateral dari talar head untuk mencegah rotasi talus.
Gips sirkuler dapat diganti dalam selang waktu lima hingga tujuh hari.
karakteristik inheren dari jaringan konektif, kartilago, dan tulang yang masih
mekanik1,8.
17
18
lahir. Pemasangan gips sirkuler dapat dilakukan di poliklinik rawat jalan, dimana
bayi boleh diberikan susu selama proses manipulasi dan pemasangan gips
supel pada bayi baru lahir dan hanya memerlukan tindakan supinasi terhadap
forefoot tuntuk mendapatkan arkus longitudinal kaki yang normal (gambar 4).8
18
19
Gambar 2.7 Koreksi cavus dengan cara melakukan supinasi terhadap forefoot
(Dikutip dari: Stahelli 2003)8
terlihat arkus plantar yang normal – tidak terlalu tinggi ataupun rendah.
normal merupakan hal yang penting untuk melakukan abduksi yang efektif
(2) Manipulasi
Tindakan manipulasi meliputi abduksi kaki dibalik talar head yang stabil,
dengan ibu jari dan jari telunjuk salah satu tangan, sementara tangan yang lain
memegang metatarsal dan jari-jari kaki pasien. Berikutnya, geser ibu jari dan
19
20
telnjuk ke arah depan untuk mempalpasi talar head di depan ankle mortis. Oleh
karena navicular tergeser ke arah medial, maka penonjolan sisi lateral dari talar
head dapat dirasakan hanya terbungkus kulit di depan malleolus lateral. Bagian
ditempatkan di atas talar head. Stabilisasi talus akan memberikan titik pivot
untuk abduksi kaki. Jari telunjuk dari tangan yang menstabilkan talus harus
ankle pada saat kaki diabduksikan, serta mencegah terjadinya tarikan fibula ke
20
21
dilakukan.8
lepaskan. Gerakan navicular dan bagian anterior dari calcaneus ke arah lateral
setelah pemasangan gips sirkuler keempat atau kelima.Untuk kaki yang sangat
kaku, mungkin memerlukan jumlah yang lebih banyak. Kaki tidak pernah
21
22
Gambar 2.9. Posisi kaki setelah dikoreksi dengan pemasangan gips sirkuler kedua, ketiga,
dan keempat. Gips pertama mengoreksi cavus dan adductus, masih dalam posisi equinus.
Gips kedua hingga keempat memperlihatan koreksi adductus dan varus
(3) Equinus
adduktus dan varus. Ini merupakan bagian dari koreksi oleh karena calcaneus
terkoreksi.8
metode Ponseti adalah penentuan apakah koreksi yang dicapai telah cukup untuk
diinginkan. Titik ini dicapai ketika sisi anterior dari calcaneus dapat diabduksikan
calcaneus dan tibia. Apabila abduksi belum meyakinkan, maka dapat ditambahkan
sebelumnya harus dipastikan bahwa kaki telah mencapai derajat abduksi yang
adekuat. Hal ini harus ditentukan sebelum mengambil keputusan untuk tenotomi.
Tanda bahwa abduksi telah optimal adalah dengan dapatnya mempalpasi prosesus
22
23
tibia.8
panjang yang tepat dan jaringan parut yang minimal. Pada saat titik itu tercapai,
(3)Bracing
waktu selama 12 minggu, kemudian pada saat beristirahat malam dan siang hari
hingga pasien berusia 4 tahun. Brace mulai digunakan segera setelah gips sirkuler
terakhir dilepas.1,8
Brace ini berupa sepasang sepatu dengan ujung jari terbuka yang melekat
pada sebuah bar. Untuk kasus-kasus unilateral, brace diatur pada posisi rotasi
eksternal 75 derajat untuk kaki CTEV dan 45 derajat untuk kaki yang normal.
Pada kasus bilateral, kedua kaki diatur pada posisi rotasi eksternal 70 derajat.
Panjang bar harus cukup sehingga jarak antara kedua tumit sepatu selebar bahu
23
24
sirkuler terakhir dibuka. Setelah itu, anak harus mengenakan brace selama 12 jam
pada malam hari, serta 2 hingga 4 jam pada waktu tengah hari, dengan total durasi
antara beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah gips sirkuler yang
diperlukan untuk mengoreksi deformitas pada CTEV, antara lain usia, berat
badan, jenis kelamin, skor Pirani, skor Dimeglio, dan status sosio-ekomoni
keluarga.
24
25
(146 kaki) yang dikumpulkan secara prospektif selama 5 tahun (2007 – 2011) di
Selandia Baru. Sebagian besar penilaian skor pasien dan pemasangan gips
senior. Usia rata-rata pasien adalah 18 hari (rentang 2 – 40 hari). Jumlah gips
bahwa tidak terdapat korelasi (nilai koefisien korelasi rS = 0.12) antara skor Pirani
dan jumlah gipsserta hanya terdapat korelasi lemah (r S = 0.21) antara skor
Dimeglio dan jumlah gips. Salah satu kelemahan penelitian tersebut adalah bahwa
penetapan skoring terhadap pasien-pasien tidak dilakukan oleh satu orang yang
sama3.
melakukan studi prospektif terhadap 38 pasien (58 kaki) mengenai pengaruh usia,
berat badan, dan skor Pirani terhadap jumlah gips yang diperlukan untuk
mengoreksi CTEV. Usia rata-rata pasien adalah 37,1 hari (rentang 7 – 120 hari),
berat badan rata-rata 3,6 kg (rentang 2,4 – 7,0 kg). Skor Pirani dinilai pada saat
pasien pertama kali datang oleh salah satu dari dua konsultan ortopedi pediatrik.
mengikuti metode Ponseti, dan dilakukan pencatatan jumlah gips yang diperlukan
untuk mencapai abduksi 60 derajat. Pada kasus bilateral, hanya kaki dengan skor
Pirani yang lebih tinggi yang disertakan dalam analisa data. Hasil analisa regresi
25
26
linier berganda memperlihatkan bahwa jumlah gips sirkuler dipengaruhi oleh skor
Pirani, namun tidak demikian halnya dengan usia dan berat badan6
Agarwal dan Gupta (2013) secara retrospektif meneliti data rekam medis
Klinik Clubfoot Ponseti India dalam rentang waktu Maret 2009 hingga Juni 2012.
ekuinus, dengan usia hingga 10 tahun. Terdapat 297 pasien (442 kaki) yang
disertakan dalam penelitian tersebut, dengan rata-rata usia presentasi 10,3 bulan
(rentang 2 minggu hingga 110 bulan) dan skor Pirani awal 4,8 (rentang 1-6).
Jumlah gips sebelum dilakukan tenotomi digunakan untuk evaluasi hasil, dimana
kriteria tenotomi adalah tercapai setidaknya abduksi 40 derajat dan skor midfoot
Pirani 0. Analisa regresi ANOVA memberikan hasil bahwa baik usia maupun skor
Pirani memiliki korelasi yang positif terhadap jumlah gips, sekalipun lemah (nilai
gips untuk setiap penambahan 3 skor Pirani, dan terdapat peningkatan rata-rata 1
gips untuk setiap pertambahan 20 bulan usia. Mereka menyimpulkan bahwa Skor
Pirani memiliki korelasi terhadap jumlah gips yang 10 kali lebih tinggi jika
dibandingkan dengan usia. Penelitian ini dikritik oleh karena sifatnya yang
Dyer dan Davis (2004) melakukan penelitian terhadap 47 bayi (70 kaki)
dengan CTEV di Rumah Sakit Anak Booth Hall, Manchester, Inggris, dimana
semua pasien ditangani dengan metode Ponseti oleh satu dokter yang sama.
Penilaian skor Pirani juga dilakukan oleh orang yang sama. Hubungan antara skor
26
27
Pirani dan jumlah gips dinilai dengan menggunakan koefisien korelasi Spearman.
Mereka menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang positif dan sangat signifikan
antara skor Pirani awal dan jumlah gips (r = 0.72, p < 0,0005), antara komponen
skor midfoot dengan jumlah gips (r = 0.60, p < 0.0005), serta antara komponen
kaki) dengan CTEV idiopatik di empat rumah sakit Portugal dalam rentang tahun
I dengan usia di bawah 6 bulan (usia rata-rata 22,4 hari; rentang 1-171 hari), dan
kelompok II dengan usia di atas 6 bulan (usia rata-rata 402,8 hari; rentang 30-55
bulan). Jumlah gips dihitung sejak gips pertama hingga penggunaan foot
kriteria metode Ponseti, dimana tenotomi dilakukan pada pasien yang telah
mencapai abduksi 6-70 derajat, namun masih terdapat deformitas ekuinus. Mereka
saat presentasi. Tidak terdapat perbedaan jumlah gips antara pasien kelompok I
dan kelompok II. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain
penilaian dan pemasangan gips yang dilakukan oleh beberapa orang, sifatnya
yang retrospektif, serta pembagian data yang hanya berdasarkan dua kelompok
dengan CTEV idiopatik sejak Juli 2006 hingga Maret 2013 di Orthopaedic
27
28
Institute for Children, David Geffen School of Medicine, UCLA, Los Angeles,
dimana terdapat 176 bayi yang ditangani dengan metode Ponseti. Zionts
untuk 2 kategori, dan Kruskal-Wallis test untuk >3 kategori. Usia rata-rata pasien
saat memulai penanganan adalah 26 minggu (rentang 0.3 hingga 25.9 minggu).
Hasil analisa memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
berbagai kelompok usia dengan jumlah gips sirkuler yang diperlukan (nilai P
>0,45)20.
melakukan studi prospektif terhadap 61 pasien (102 kaki) CTEV dengan usia <
3tahun (usia rata-rata 12 minggu, rentang 0,6 – 134 minggu), yang ditangani
dengan manipulasi dan pemasangan gips sirkuler secara serial (metode Ponseti)
oleh konsultan dan residen senior di institusi mereka. Analisa data dilakukan
skor Pirani dan jumlag gips yang diperlukan untuk koreksi CTEV. Skor Pirani
28
29
(P<0,001)21.
Hospital for JointDiseases, New York, meneliti sebanyak 123 pasien (185 kaki)
yang ditangani dengan metode Ponseti sejak Mei 2000 hingga April 2008. Semua
pasien berusia di bawah 60 hari (rata-rata 15,3 hari; rentang 2-57 hari) pada saat
ortopedi pediatrik yang sama. Mereka melakukan uji korelasi Spearman dan
menemukan angka korelasi yang lemah antara total total skor Dimeglio (rS =
+0,34) dengan jumlah gips sirkuler. Dua komponen yang dengan angka korelasi
menemukan bahwa tidak ada korelasi (r = +0,12) antara skor Pirani dengan
jumlah gips, serta angka korelasi yang rendah (r = +0,21) skor Dimeglio dengan
jumlah gips22.
retrospektif sebanyak total 171 pasien (260 kaki) dengan usia antara 1 hingga 6
tahun. Sebagian besar tindakan pemasangan gips dilakukan oleh fisioterapis yang
telah mendapat pelatihan oleh konsultan selama minimal 6 bulan. Analisa variabel
satu arah (ANOVA) digunakan untuk mengevaluasi jumlah gips pada beberapa
kelompok usia (1–2 tahun, 2–3 tahun, 3–4 tahun, 4–5 tahun, 5–6 tahun), dengan
29
30
tersebut23.
30
2.2.1 Kerangka Teori1-4,8
FAKTOR INTRAUTERIN
IDIOPATIK
CAVUS
ADDUCT
OPERATIF
US
PONSETI
FAKTOR GENETIK CTEV
NON
OPERATIF SERIAL Foot-
EQUINUS CASTING abduction CTEV
VARUS
FAKTOR NON Orthosis TERKOREKSI
NEUROMUSCULAR
IDIOPATIK
ACHILLES
ABNORMALITAS TENOTOMY
MIKROSELULER
SKOR DIMEGLIO
31
2.2.2 Kerangka Konsep1-4,8-12
PIRANI USIA
SCORE PRESENTASI
VARUS EQUINUS
DIMEGLIO Pelaksan
SCORE a
tindakan
Variabel Independen
Variabel Dependen
Variabel Perancu
2.3 Hipotesis
32
33
2) Tidak terdapat korelasi antara skor Pirani awal dengan jumlah pemasangan
33
34
BAB III
Subjek pada penelitian ini adalah pasien congenital talipes equinovarus yang
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh pasien congenital talipes
talipes equinovarus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yang terdapat di
penelitian kolerasional adalah 30 sampel (sesuai Gay dan Diehl, 1992; dan
Rorsch, 1975).
34
35
dan lainnya).
secara teratur.
3.2Metode Penelitian
(retrospektif).
35
36
Data pasien diambil dari rentang tahun 2011 – 2018. Pengumpulan data
dilakukan mulai bulan Mei 2018 hingga bulan Juni 2018. Analisa data akan
melalui data registrasi pasien di poliklinik rawat jalan rumah sakit RSUP
36
37
penanganan, skor Pirani awal, skor Dimeglio awal, serta jumlah casting
3.4.2Variabel Dependen :
37
38
3.5Definisi Operasional
2)Skor Pirani awal: skor Pirani pasien saat tepat sebelum penanganan
dimulai.
3)Skor Dimeglio awal: skor Dimeglio pasien saat tepat sebelum penanganan
dimulai.
4)Usia presentasi: usia pasien saat tepat sebelum penanganan dimulai. Usia
saat sebelum memulai penanganan, skor Pirani awal, skor Dimeglio awal,
38
39
atas menggunakan Uji Korelasi Pearson dan Uji Regresi Linier Berganda,
Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk narasi, tabel dan grafik.
medis pasien yang telah mendapat penanganan, sehingga tidak terdapat masalah
etik pada penelitian ini. Izin penelitian dan kelaikan etik diperoleh dari Komisi
1) Keterbatasan data rekam medis yang tersedia terkait informasi yang diperlukan
39
40
BAB IV
Equinovarus yang telah selesai ditangani dengan Metode Ponseti di RSUP dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar dan jejaringnya dari rentang periode tahun 2010
jadwal pemasangan gips sirkuler secara teratur. Dari 55 pasien yang tersisa,
Dari 39 pasien (65 kaki) yang diteliti, terdapat 26 pasien dengan kasus
bilateral CTEV (66,7%) dan 13 kasus unilateral (33,3%). Pada kasus yang
unilateral, 9 hanya mengenai kaki kanan (23,1%) dan 4 hanya mengenai kaki kiri
(10,26%).
40
41
20
Jumlah pasien
15
10 9
5 4
0
Bilateral Unilateral - kanan Unilateral - kiri
10.26%
Bilateral
Unilateral - kanan
23.10%
Unilateral - kiri
66.70%
41
42
Jumlah pasien
30
25
25
20
15 14
10
0
Boys Girls
Persentase pasien
35.90
% Boys
Girls
64.10
%
42
43
adalah 2,5 bulan (termuda) hingga 36 bulan (tertua), dengan usia rata-rata 8,7±8,4
statistik usia:
Variabel n %
Perempuan 14 35,9
43
44
Jumlah pasien
14
12
12
10
10 9
8
8
6
4
2
0
<2 2-7 8-11 >= 12
months months months months
Grafik 4.5Distribusi jumlah pasien berdasarkan kelompok usia
44
45
Tabel 4.2 Sebaran Karakteristik Sampel berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin dan
keterlibatan kaki
<2 bulan 9 7 2 6 3 0 15
2-7 bulan 10 8 2 8 1 1 18
8-11 bulan 8 3 5 3 3 2 11
>= 12 bulan 12 7 5 9 2 1 21
Total 39 25 14 26 9 4 65
Rentang skor Pirani dari total 65 kaki pasien saat dimulainya penanganan
(skor Pirani awal) adalah 2,5 hingga 5,5; dengan skor Pirani rata-rata 4,63±0,74.
Pada 25 kasus bilateral, terdapat 9 kasus dengan perbedaan skor Pirani kaki kiri
45
46
25
21
20
15 14
11
10 9
8
5
1 1
0
2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
6.50%
6.50% 2.5
12.30 3
32.30 %
% 3.5
4
4.5
13.86 5
16.90% %
46
47
awal) adalah 8 hingga 18; dengan skor Dimeglio rata-rata 12,88±2,85. Pada 25
kasus bilateral, terdapat 4 kasus dengan perbedaan skor Dimeglio kaki kiri dan
kanan (rata-rata selisih skor 1,5; dengan rentang selisih skor 1 hingga 2).
12
10 10
10
8 8
8 7
6 6
6
Jumlah kaki
4
4 3
2
2 1
0
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
47
48
Skor Dimeglio
bervariasi antara 3 hingga 9 kali, dengan rata-rata 5,85±1,81. Pada semua kasus
bilateral, jumlah gips sirkuler yang diperlukan untuk kedua kaki adalah sama,
kedua kaki.
48
49
8% 11% 3
4
15% 5
20% 6
11% 7
8
8%
9
28%
49
50
Tabel 4.3Sebaran Statistik Skor Pirani, Skor Dimeglio dan Jumlah Gips
4.2Pembuktian Hipotesis
dengan jumlah gips sirkuler yang diperlukan untuk mengoreksi CTEV (nilai
Gambar 4.1 Hubungan antara usia saat presentasi dengan jumlah gips
50
51
Skor Pirani awal mempunyai korelasi positif yang signifikan dengan jumlah
Gambar 4.2 Hubungan antara Skor Pirani Awal dengan Jumlah Gips
51
52
Gambar 4.3 Hubungan antara Skor Dimeglio Awal dengan Jumlah Gips
Jumlah Gips
Coefficient
Variabel N Correlation P
Berdasarkan hasil uji Korelasi Pearson diatas, ditemukan bahwa usia, skor
Pirani dan skor Dimeglio berkorelasi secara signifikan dengan jumlah gips
52
53
sirkuler. Selanjutnya untuk menilai variabel mana yang paling signifikan, maka
Tabel 4.5 Hasil Analisis Multivariat Variabel yang Berhubungan dengan Jumlah Gips
Standardized
sirkuler yang diperlukan. Pada nilai R2 (0,629), maka peranan skor Dimeglio
53
54
4.3Pembahasan
Saat ini, metode Ponseti telah menjadi baku emas untuk penanganan awal
CTEV, dimana tercatat 113 dari 193 negara anggota PBB telah mengadaptasi
teknik ini5. Metode ini merupakan metode yang efektifitas dan keamanannya telah
antara berbagai faktor (antara lain, usia pasien, skor Pirani, dan skor Dimeglio)
CTEV, namun oleh karena hasil yang berkontradiksi maka hingga saat ini belum
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah semua pasien congenital talipes
ortosis yang umum digunakan di institusi kami. Sesuai dengan protokol Ponseti
54
55
dengan metode Ponseti di institusi kami (sesuai kriteria eksklusi penelitian). Kami
mengacu kepada referensi bahwa kasus CTEV sindromik lebih sulit untuk
dikoreksi dibandingkan kasus yang idiopatik, oleh karena adanya kekakuan pada
kecenderungan untuk relaps, serta adanya kontraktur pada sendi panggul dan
CTEV yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, kami kemudian hanya
variabel yang diteliti (usia saat presentasi, skor Pirani awal, skor Dimeglio awal,
jumlah pemasangan gips sirkuler). Apabila tidak tersedia satu atau lebih data
variabel yang diinginkan, maka pasien tersebut dieksklusi. Hal ini dilakukan
Jumlah sampel untuk perhitungan dan analisa statistik pada penelitian ini
mengacu kepada total jumlah kaki CTEV dari pasien yang memenuhi kriteria
55
56
inklusi dan eksklusi, bukan jumlah pasien. Sebanyak 39 pasien (65 kaki) yang
memenuhi kriterika inklusi dan eksklusi, serta memiliki data yang lengkap,
4.3.2 Korelasi antara usia saat presentasi dengan jumlah gips sirkuler
dalam minggu pertama kehidupan, efektif ketika dimulai sebelum usia 9 bulan,
dan masih dapat memberikan hasil yang memuaskan ketika dimulai pada pasien
dengan usia kurang dari 24 bulan (untreated clubfoot)8. Efektifitas metode Ponseti
untuk pasien dengan usia di bawah 24 bulan kemudian dibuktikan oleh berbagai
artikel terpisah oleh Kumar et al (2015) 14, Khanna dan Vaishya (2017)15, dan
untuk pasien dengan kelompok tersebut, antara lain Lourenco dan Morcuende,
2007 (17 pasien dengan usia rata-rata 3,9 tahun; tertua 9 tahun) 25; Spiegel et al,
2009 (171 pasien, usia 1-6 tahun)23; Yagmurlu et al, 2011 (27 pasien dengan usia
rata-rata 21 bulan, tertua 36 bulan)26; Elgazzar, 2014 (12 pasien dengan usia rata-
rata 16 bulan, tertua 26 bulan)27. Porta dan Masquijo (2016) juga membuat
yang relevan (total 492 pasien, usia rata-rata 3,8 tahun, tertua 18 tahun)28.
56
57
Pada penelitian ini, rentang usia sampel saat dimulainya penanganan (usia
saat presentasi) adalah 2,5 bulan (termuda) hingga 36 bulan (tertua), dengan usia
rata-rata 8,7±8,4 bulan, serta didominasi kelompok usia >= 12 bulan (21 kaki;
30,8%), diikuti kelompok usia 2-7 bulan (18 kaki; 27,7%), kelompok usia <2
bulan (15 kaki; 23%), dan kelompok usia 8-11 bulan (11 kaki; 17%).
usianya terhadap jumlah gips (skala nominal, rasio). Pengujian dan analisa
statistik dilakukan bukan per kelompok usia, melainkan tetap per pasien. Hal ini
dilakukan untuk menghindari adanya bias statistik antara 2 sampel dengan usia
yang sesungguhnya berbeda (jumlah gips antara keduanya dapat sama atau
dengan usia lebih tinggi, namun penanganan pasien CTEV sebaiknya dimulai
neonatus, sehingga tiga bulan pertama merupakan periode emas untuk mengoreksi
deformitas yang ada8. Kami berhipotesis bahwa terdapat korelasi antara usia
57
58
yang linierantara usia saat presentasi dengan jumlah gips sirkuler yang diperlukan
untuk mengoreksi CTEV, serta terdapat korelasi positif yang signifikan di antara
penanganan, maka akan semakin banyak jumlah gips sirkuler yang diperlukan
serial dengan rentang waktu tertentu, maka hasil tersebut juga bermakna bahwa
semakin tinggi usia pasien saat dimulainya penanganan, maka akan semaking
sebanyak 297 pasien dengan usia rata-rata 10,3 bulan (rentang usia 2 minggu
Data penelitian kami juga memperlihatkan bahwa pada pasien berusia > 12
pasien berusia <2 bulan yang memerlukan rata-rata hanya 4,4 kali pemasangan
gips. Data tersebut mendukung hasil penelitian Porta dan Mosquijo (2017) 23 yang
bahwa pasien berusia di atas 1 tahun memerlukan jumlah gips yang lebih banyak
58
59
sebaliknya, bahwa tidak terdapat korelasi antara usia dan jumlah gips sirkuler.
sirkuler antara pasien yang mulai ditangani pada usia di bawah 6 bulan dan di atas
bahwa jumlah gips sirkuler tidak ditentukan oleh usia pasien 6. Perbedaan hasil
tersebut dapat disebabkan oleh pemilihan sampel yang berbeda. Awang hanya
antara kelompok usia <6 bulan dan >6 bulan, sementara Spiegel hanya meneliti
tersebut juga menjadi dasar dari rekomendasi Ponseti untuk memulai penanganan
sesegera mungkin8. Selain itu, pada anak dengan usia berjalan, atau pada anak
yang telah berjalan, terjadi penyesuaian struktur anatomi kaki setelah beradaptasi
deformitas.
59
60
4.3.3 Korelasi antara skor Pirani awal dan skor Dimeglio awal dengan jumlah gips
sirkuler
memiliki relevansi klinis, dan mudah digunakan. Saat ini, sistem skoring
berdasarkan Pirani dan Dimeglio telah diadopsi menjadi sistem klasifikasi yang
paling banyak digunakan dan telah diterima secara universal. Keduanya memiliki
intra-observer dan inter-observer yang sangat baik, kegunaan klinis dari keduanya
reduksi ringan terhadap deformitas kaki, dimana sistem skoring Pirani tampilan
hubungan yang linier antara jumlah gips sirkuler dengan baik skor Pirani (nilai
dari hasil tersebut adalah semakin tinggi skor Pirani awal atau skor Dimeglio
awal maka akan semakin banyak jumlah gips sirkuler yang diperlukan untuk
60
61
angka koefisien korelasinya, maka skor Dimeglio memiliki korelasi yang lebih
kuat terhadap jumlah gips sirkuler, jika dibandingkan dengan skor Pirani. Skor
Dimeglio memiliki korelasi positif yang kuat (r = +0,797), sedangkan skor Pirani
Hasil penelitian kami sejalan dengan hasil penelitian oleh Dyer dan Davis
(2006)11 yang juga menyimpulkan bahwa skor Pirani awal memiliki korelasi
positif dengan jumlah gips. Bahkan, mereka menyatakan bahwa kedua variabel
tersebut memiliki korelasi yang kuat (r = +0.72, P = 0.0005). Hal ini berbeda
dengan hasil penelitian kami dimana korelasi antara skor Pirani dan jumlah gips
bersifat lemah (r = +0,355). Perbedaan hasil nilai koefisien korelasi tersebut dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain jumlah sampel dan metode analisa
Korelasi Pearson dengan bentuk data numerik (sesuai dengan angka skor Pirani
pasien / raw data). Sementara itu Dyer meneliti 70 kaki menggunakan Uji
metode pengelompokan yang mereka lakukan untuk analisa data. Penelitian Dyer
memiliki kelebihan bahwa selain total skor Pirani, mereka juga menganalisa
korelasi antara komponen midfooot dan komponen hindfoot skor Pirani, dimana
kedua komponen tersebut juga berkorelasi positif terhadap jumlah gips sirkuler.
Adanya korelasi antara skor Pirani dan jumlah gips sirkuler yang
61
62
lainnya. Chu et al (2010)27 menemukan korelasi yang lemah (rS = +0.33) antara
total skor Pirani dengan jumlah gips, dimana dua komponen skor dengan korelasi
tertinggi adalah coverage of the lateral head of the talus (rS = +0.40) dan rigid
equinus (rS = +0.39). Agarwal dan Gupta (2013)10 meneliti 38 kaki dan
menemukan bahwa semakin tinggi skor Pirani awal maka semakin banyak jumlah
jumlah gips. Agarwal et al. (2014)7 meneliti 442 kaki dan menemukan korelasi
positif yang lemah antara skor Pirani dan jumlah gips. Mejabi et al. (2016) 21
meneliti 102 kaki dan menemukan korelasi positif yang signifikan antara skor
korelasi Spearman dan menemukan angka korelasi yang lemah antara total total
skor Dimeglio (rS = +0,34) dengan jumlah gips sirkuler. Dua komponen yang
dengan angka korelasi tertinggi terhadap jumlah gips sirkuler adalah equinus
(koefisien korelasi Spearman; rS = +0.39) dan adduksi midfoot (rS = +0.35). Gao et
al (2014)3 menemukan bahwa tidak ada korelasi (r = +0,12) antara skor Pirani
dengan jumlah gips, serta angka korelasi yang rendah (r = +0,21) skor Dimeglio
tiga variabel independen (usia , skor Pirani, dan skor Dimeglio) yang merupakan
62
63
prediktor terhadap variabel dependen (jumlah gips), dimana setelah melalui uji
koefisien korelasi yang berbeda-beda. Interpretasi dari hasil di atas adalah bahwa
jumlah gips akan semakin bertambah seiring dengan semakin tinggianya usia saat
presentasi, ATAU semakin tingginya skor Pirani awal, ATAU, semakin tingginya
skor Dimeglio awal. Namun bagaimana bila seorang pasien memiliki usia yang
tinggi sekaligus skor Pirani yang tinggi? Atau seorang pasien memiliki skor Pirani
dan Dimeglio yang tinggi ? Atau bahkan jika seorang pasien memiliki usia yang
tinggi, skor Pirani yang tinggi, serta skor Dimeglio yang tinggi ? Variabel mana
yang lebih berat (skor Pirani lebih tinggi) belum tentu lebih sulit dikoreksi
dibandingkan kaki dengan deformitas yang lebih ringan (skor Pirani lebih
rendah). Menurut kami, faktor yang lebih mempengaruhi jumlah gips yang
derajat koreksi yang dapat diperoleh setelah melakukan gaya reduksi ringan
diperlukan untuk mencapai akhir koreksi, dimana korelasi tersebut lebih tinggi
63
64
mementukan variabel mana yang paling berpengaruh. Oleh karena ketiga variabel
satunya variabel independen yang tersisa setelah melalui 3 tahap regresi, dengan
sehingga dapat disimpulkan bahwa skor Dimeglio memiliki korelasi yang lebih
baik terhadap jumlah gips, jika dibandingkan dengan variabel usia dan skor
Pirani.
yang positif (B = +0,506) dan nilai P yang signifikan (P = 0,000) untuk skor
Dimeglio pada tahap ketiga model regresi tersebut. Angka tersebut memiliki
persamaan regresi linier untuk memprediksi jumlah gips sirkuler yang diperlukan
variabilitas jumlah gips adalah 62%. Atau dengan kata lain, prediksi jumlah gips
64
65
tingkat akurasi sebesar 62%. Nilai koefisien determinan tersebut (r2 = +0,629)
menggunakan model regresi untuk menganalisa hubungan antara lebih dari satu
sederhana dan menyimpulkan bahwa dari tiga variabel independen yang diteliti
(usia, berat badan, dan skor Pirani), hanya skor Pirani yang terbukti merupakan
prediktor untuk jumlah gips, dimana setiap penambahan 1 unit skor Pirani akan
menyatakan bahwa skor Pirani awal memiliki korelasi yang 10 kali lebih baik dari
usia saat presentasi untuk memprediksi jumlah gips yang diperlukan. Agarwal
juga mengeluarkan persamaan : jumlah gips = 4,1 + 0,6 x skor Pirani. Namun,
nilai pada persamaan Agarwal sangatlah kecil (r2 = 0,05), sehingga kompabilitas
presentasi, skor Pirani, dan skor Dimeglio) terhadap jumlah gips sirkuler yang
65
66
Penelitian ini bersifat retrospektif dan mengacu kepada data yang terdapat
pada rekam medis pasien, bukan berdasarkan obervasi klinis secara langsung,
sehingga sangat dipengaruhi oleh tingkat akurasi dan reliabilitas data yang
tersedia. Penelitian kami mengambil sampel dari beberapa rumah sakit, sehingga
penentuan skor Pirani dan Dimeglio tidak dilakukan oleh orang yang sama. Hal
ini tidak menjadi masalah yang signifikan oleh karena baik skor Pirani maupun
penanggungjawab pasien. Oleh karena terdapat lebih dari satu dokter yang
berpotensi menjadi faktor yang menyebabkan bias jumlah gips sirkuler dalam
penelitian ini.
sebanyak 30 sampel untuk penelitian yang bersifat korelasional (Gay dan Diehl;
1992), atau sebanyak 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti (Roscoe; 1975),
namun jumlah sampel penelitan ini (65 sampel) tergolong cukup kecil jika
66
67
analisa statistik yang mirip. Penelitian ini juga memiliki sampel yang sangat
heterogen (rentang usia yang besar), dan tidak membedakan antara pasien yang
Selain itu, oleh karena keterbatasan data yang ada, kami tidak dapat
menganalisa lebih jauh terkait korelasi antara masing-masing komponen dari skor
Pirani maupun skor Dimeglio terhadap jumlah gips sirkuler yang diperlukan,
sehingga tidak dapat menentukan komponen penilaian apa dari kedua sistem
Salah satu syarat dalam melakukan uji regresi linier berganda adalah
skor Pirani pada anak yang lebih tua19,20.Pada penelitian ini, kami tidak
menganalisa dan tidak dapat menentukan apakah terdapat korelasi satu sama lain
antara usia saat presentasi, skor Pirani awal, dan skor Dimeglio awal.
Penelitian ini memiliki 21/65 (32,3%) kaki dengan usia di atas 1 tahun
yang berhasil dikoreksi dengan metode Ponseti. Data tersebut secara tidak
orangtua pasien perlu diberikan pengertian bahwa jumlah gips tersebut memiliki
67
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Terdapat korelasi positif yang lemah antara usia saat presentasi dengan
equinovarus.
2. Terdapat korelasi positif yang lemah antara skor Pirani awal dengan
equinovarus.
3. Terdapat korelasi positif yang kuat antara skor Dimeglio awal dengan
equinovarus.
5.2 Saran
68
69
current management. The journal of bone and joint surgery (br). 2007;89-
B:995-1000.
Orthop. 2017 [diunduh 27 Desember 2017]; 51: 81–5. Tersedia dari: URL:
https://doi.org/10.4103/0019-5413.197551.
URL: https://doi.org/10.1097/BPO.0000000000000182.
http://dx.doi.org/10.1053/j.jfas.2014.10.004.
(2014).
70
71
and pirani score on the number of castings in the early phase of clubfoot
treatment using ponseti method. Malays J Med Sci. 2014; 21(2): 40-3.
7. Agarwal A, Gupta N. Does initial Pirani score and age influence number
DOI 10.1007/s00264-013-2155-3.
publication; 2003.
https://www.researchgate.net/publication/11099915_The_classification_of
_congenital_talipes_equinovarus.
10. Agarwal A, Gupta N. The role of pirani scoring system in the management
http://dx.doi.org/10.21275/v5i6.NOV164385.
11. Dyer PJ, Davis N. The role of the Pirani scoring system in the
management of club foot by the Ponseti method. The Journal of Bone and
URL: https://dx.doi.org/10.1002/14651858.CD008602.pub3.
ponseti method for clubfoot deformity correction. Int J Res Med Sci. 2015
10.5455/2320-6012.ijrms20150323.
URL: http://dx.doi.org/10.1016/j.apme.2017.02.006.
http://dx.doi.org/10.18203/issn.2455-4510.IntJResOrthop20172876.
17. Khan MK, Kabir SK, Khan MS, Iqbal J. Outcome of ponseti technique for
idiopathic clubfoot using pirani scoring system. J. Med. Sci. 2013; 21(4):
190-3.
http://dx.doi.org/ 10.1007/s11999-008-0698-1.
20. Zionts LE, Sangiorgio SN, Cooper SD, Ebramzadeh E. Does clubfoot
www.pedorthopaedics.com|
22. Chu A, Labar AS, Sala DA, van BosseHJ, LehmanWB. Clubfoot
2010; 30:695–9.
nepalese patients from 1 to 6 years of age. Clin Orthop Relat Res. 2009
http://dx.doi.org.10.1007/s11999-008-0600-1.
http://dx.doi.org/10.1302/0301-620X.89B318313.
http://dx.doi.org/10.1111/j.1442-200X.2010.03201.x.
27. Elgazzar, AS. Ponseti management of clubfoot after walking age. Egypt
issn=11101148;year=2014;volume=49;issue=1;spage=29;epage=33;aulast
=Elgazzar
28. PortaJ, Mosquijo J. Treatment of the idiopathic clubfoot after the walking
http://dx.doi.org/10.15417/625.
DOI:10.1097/01241398199805000-00010
75
Descriptives
Descriptive Statistics
Variables n Minimum Maximum Mean SD
Skor Pirani 65 2,5 5,5 4,63 ,74
Skor Dimeglio 65 8 18 12,88 2,85
Jumlah Cast 65 3 9 5,85 1,81
Descriptives
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Umur (bulan) 39 ,3 36,0 8,694 8,4077
Valid N (listwise) 39
Frequencies
Frequency Table
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 25 64,1 64,1 64,1
Perempuan 14 35,9 35,9 100,0
Total 39 100,0 100,0
Umur
76
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <2 Bulan 9 23,1 23,1 23,1
2-7 Bulan 10 25,6 25,6 48,7
8-11 Bulan 8 20,5 20,5 69,2
>=12 Bulan 12 30,8 30,8 100,0
Total 39 100,0 100,0
Frequencies
Kaki
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kanan 35 53,8 53,8 53,8
Kiri 30 46,2 46,2 100,0
Total 65 100,0 100,0
Graph
77
Graph
78
Correlations
Correlations
Umur (bulan) Skor Pirani Skor Dimeglio Jumlah Cast
Umur (bulan) Pearson Correlation 1 -,139 ,457** ,432**
Sig. (2-tailed) ,271 ,000 ,000
N 65 65 65 65
Skor Pirani Pearson Correlation -,139 1 ,343** ,355**
Sig. (2-tailed) ,271 ,005 ,004
N 65 65 65 65
Skor Dimeglio Pearson Correlation ,457** ,343** 1 ,797**
Sig. (2-tailed) ,000 ,005 ,000
N 65 65 65 65
Jumlah Cast Pearson Correlation ,432** ,355** ,797** 1
79
Graph
Graph
80
Graph
81
Regression
Variables Entered/Removeda
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Skor Dimeglio, . Enter
Skor Pirani,
Umur (bulan)b
2 . Umur (bulan) Backward
(criterion:
Probability of F-
to-remove
>= ,100).
82
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,809a ,655 ,638 1,091
2 ,801b ,642 ,631 1,102
3 ,797c ,634 ,629 1,105
a. Predictors: (Constant), Skor Dimeglio, Skor Pirani, Umur (bulan)
b. Predictors: (Constant), Skor Dimeglio, Skor Pirani
c. Predictors: (Constant), Skor Dimeglio
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 137,893 3 45,964 38,637 ,000b
Residual 72,568 61 1,190
Total 210,462 64
2 Regression 135,137 2 67,569 55,616 ,000c
Residual 75,324 62 1,215
Total 210,462 64
3 Regression 133,536 1 133,536 109,362 ,000d
Residual 76,926 63 1,221
Total 210,462 64
a. Dependent Variable: Jumlah Cast
b. Predictors: (Constant), Skor Dimeglio, Skor Pirani, Umur (bulan)
c. Predictors: (Constant), Skor Dimeglio, Skor Pirani
d. Predictors: (Constant), Skor Dimeglio
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -1,603 ,938 -1,710 ,092
Umur (bulan) ,029 ,019 ,138 1,522 ,133
Skor Pirani ,342 ,211 ,139 1,623 ,110
Skor Dimeglio ,436 ,061 ,686 7,200 ,000
2 (Constant) -1,472 ,943 -1,560 ,124
Skor Pirani ,229 ,199 ,093 1,148 ,255
Skor Dimeglio ,486 ,051 ,765 9,455 ,000
3 (Constant) -,673 ,638 -1,054 ,296
Skor Dimeglio ,506 ,048 ,797 10,458 ,000
a. Dependent Variable: Jumlah Cast
83
Excluded Variablesa
Collinearity
Partial Statistics
Model Beta In t Sig. Correlation Tolerance
2 Umur (bulan) ,138b 1,522 ,133 ,191 ,692
3 Umur (bulan) ,086c 1,001 ,321 ,126 ,791
Skor Pirani ,093c 1,148 ,255 ,144 ,883
a. Dependent Variable: Jumlah Cast
b. Predictors in the Model: (Constant), Skor Dimeglio, Skor Pirani
c. Predictors in the Model: (Constant), Skor Dimeglio