Anda di halaman 1dari 1

Abstrak

Operasi pada cedera olah raga

Aktivitas olah raga merupakan hal positif yang dilakukan bukan hanya untuk
berkompetisi dalam suatu bidang olah raga tertentu, tapi juga merupakan kegiatan untuk
menjaga kesehatan tubuh, bahkan fungsinya sudah meluas menjadi ajang untuk rekreasi
dan bersosialisasi. Oleh karena itu cedera karena olah raga setiap tahunnya makin
meningkat terutama di negara maju dan berkembang.

Olah raga memacu aktivitas sistem tubuh, terutama sistem musculoskeletal dan
cardiovascular. Dalam berolah raga, terutama saat berkompetisi, maka sistem
muskuloskeletal baik disadari maupun tidak, dipacu melebihi kemampuan maksimalnya
sehingga bisa menimbulkan cedera.

Terapi pada cedera olah raga bisa konservatif dan juga operatif, umumnya cedera
olah raga bisa ditangani dengan konservatif, tapi karena kesadaran dan pengetahuan
masyarakat yang masih kurang menyebabkan cedera makin parah dan harus dilakukan
tindakan operasi.

Beberapa cedera yang sering harus dilakukan tindakan operasi adalah cedera pada
sendi acromioclavicular, otot – otot rotator cuff, (cedera pada bahu) , rupture ligament ACL,
PCL, meniscus, cartilage (cedera pada lutut), neglected ankle sprain, achilles tendon rupture
(pada daerah pergelangan kaki). Setelah dilakukan tindakan operasi, tentunya diperlukan
kerjasama dengan tim rehabmedik atau fisioterapi untuk mempercepat penyembuhan,
terutama atlit yang butuh segera kembali berkompetisi.

Perkembangan dunia kedokteran saat ini utamanya di bidang orthopedic, membuat


operasi makin mudah, prognosis lebih baik dan komplikasi yang minimal. Misalnya
penggunaan arthroscopy pada sendi lutut, operasi yang dulunya harus melakukan sayatan
besar di lutut dapat dihindari. Dengan arthroscopy maka luka lebih minimal dan waktu
penyembuhan lebih cepat, dan keterbatasan gerakan akibat bekas luka yang cukup besar
bisa kita hindari. Penanganan yang canggih tersebut juga membutuhkan teknologi yang
lebih baik dan biaya yang tidak sedikit.

Anda mungkin juga menyukai