Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI PENILAIAN PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPIT RAFFASYA BAITUL


MAKMUR MAKASSAR

Munawar
NIM. 80200221059
Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
1.  PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang

Perubahan zaman menuntut terjadinya perubahan dalam pendidikan.


Pendidikan harus bisa menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Pendidikan
harus bisa menyiapkan peserta didik mampu menghadapi perubahan zaman.
Pembelajaran sebagai bagian dari pendidikan dikatakan berhasil ketika ada
perubahan perilaku yang positif dari peserta didik.1

Proses pembelajaran merupakan upaya untuk mencapai kompetensi


dasar yang dirumuskan dalam kurikulum. Di samping itu, kegiatan penilaian
dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kompetensi dasar.
Penilaian juga digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam
proses belajar, sehingga dapat dijadikan dasar untuk keputusan dan perbaikan
proses pembelajaran yang telah dilakukan. Maka dari itu, proses pembelajaran
yang baik perlu didukung dengan sistem penilaian yang baik, terencana, dan
berkesinambungan.

Dalam hal pengimplementasian penilaian, peneliti akan mencoba


mengidentifikasi bagaimana pengimplementasian penilaian pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Islam Terpadu Raffasya Baitul Makmur yang
berlokasi di Jl. Arief Rahman Hakim, No. 68, Ujung Pandang Baru, Tallo, Kota
Makassar.

Dengan adanya pengimplementasian penilaian ini dianggap bentuk


evaluasi yang tepat dalam pembelajaran khususnya Pendidikan Agama Islam
karena dari konsep ini dapat memudahkan guru Pendidikan Agama Islam
1
Muzlikhatun Umami, Penilaian Autentik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti dalam Kurikulum 2013, (Jurnal Kependidikan, Vol. 6, No. 2, 2018), h. 223
dalam mengamati perkembangan diri para peserta didik dan kemampuan
para peserta didik dalam mengamalkan dan menerapkan materi yang
diajarkan di kehidupan nyata. Dengan demikian, berdasarkan dari pemaparan
tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan kajian terhadap implementasi
penilaian dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan harapan kajian
ini dapat memberikan sumbangan pemikiran pada guru Pendidikan Agama Islam
dalam menilai peserta didik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemahaman guru PAI terkait penilaian pembelajaran


Pendidikan Agama Islam di SMPIT Raffasya Baitul Makmur Makassar?
2. Bagimana bentuk-bentuk implementasi Penilaian Pembelajaran PAI yang
diterapkan oleh guru PAI di SMPIT Raffasya Baitul Makmur Makassar?
3. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat implementasi
Penilaian Pembelajaran PAI di SMPIT Raffasya Baitul Makmur
Makassar?

2.  METODE PENELITIAN

Adapun Metode-metode dalam pengumpulan data yang digunakan penulis


diantaranya adalah observasi, interview, dan dokumentasi

2.1 Metode Observasi (Pengamatan)


Metode yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tentang pengimplementasian penilaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMPIT Raffasya Baitul Makmur
2.2 Metode Interview (Wawancara)
Dalam hal ini peneliti melakukan kegiatan wawancara dengan guru mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang ada di SMPIT Raffasya Baitul Makmur.
2.3 Metode Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data dari hasil dokumen baik itu hard
copy dan soft copy. Pengumpulan data dengan dokumentasi digunakan untuk
mendapatkan data berupa dokumen-dokumen sekolah, seperti dokumen penilaian
yang digunakan oleh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPIT
Raffasya Baitul Makmur.

3.  HASIL PENELITIAN

3.1 Konsep/Pemahaman Guru PAI Terkait Penilaian Pembelajaran PAI di


SMPIT Raffasya Baitul Makmur

Berdasarkan pemaparan data-data hasil wawancara dengan informan


tentang konsep/pemahaman guru Pendidikan Agama Islam di SMPIT Raffasya
Baitul Makmur terkait penilaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam:

3.1.1 Adapun hasil wawancara dengan informan pertama, Natacia Mujahiddah,


S.Pd, M,Pd tentang konsep/pemahaman terkait penilaian pembelajaran
PAI di SMPIT Raffsaya Baitul Makmur, sebagai berikut:
Definisi Penilaian/Assesmen
“Penilaian adalah suatu bentuk yang digunakan oleh seorang guru dalam
mengevaluasi rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran. Adapun beberapa
hal yang dinilai sangat penting dalam proses penilaian/asesmen dilaksanakan oleh
seorang guru. Penialaian/assesmen adalah sesuatu yang sangat penting sekali
khususnya bagi seorang guru, karena mencapai tingkat maksimal dalam suatu
proses pembelajaran tentu guru itu sendiri membutuhkan kegiatan evaluasi di
setiap akhir pelaksanaan pembelajaran, jika penilaian/assesmen tidak dianggap
penting maka kemungkinan besar tidak dapat dilaksanakan evaluasi terhadap
capaian pembelajaran peserta didik. Adapun tujuan dilaksanakannya
penilaian/assesmen pembelajaran oleh seorang guru adalah agar guru dapat
mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Dalam hal ini juga guru bisa mengevaluasi kembali terhadap pembelajaran yang
telah dilaksanakan agar bisa dimaksimalkan kembali pada pembelajaran
selanjutnya.”
Pedoman Penilaian/Assesmen
Adapun pedoman yang digunakan di kelas/sekolah yakni, Secara umum,
Kami mengikuti dan menggunakan pedoman penilaian/assesmen Nasional, seperti
halnya dalam kurikulum K-13 yang menilai dari ranah kognitif, afektif, maupun
psikomotorik. Dalam sekolah kami khususnya menggunakan format penilaian
tersendiri, tetapi instrumennya tetap merujuk pada pedoman penilaian/assesmen
Nasional.
“Adapun guru yang mengajar di sekolah terkait pernah atau tidaknya
mengikuti pelatihan/workshop atau semacamnya terkait penilaian/asesmen.
Selama menjadi guru di sekolah terkait, belum pernah melaksanakan dan
mengikuti kegiatan workshop/pelatihan dalam kaitannya dengan
penilaian/assesmen. Tetapi, Sejak menjadi seorang mahasiswa sudah pernah
belajar dan mengikuti kegiatan proses belajar yang kaitannya dengan
penilaian/assesmen, tentunya banyak manfaatnya untuk saat ini terkait bagaimana
cara mengelola soal dan bagaimana menilai peserta didik dalam aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik.” (Natacia Mujahiddah, 29 November 2022)
3.1.2 Adapun hasil wawancara dengan informan kedua, A. Reza Kurniawan,
S.Pd, tentang konsep/pemahaman terkait penilaian pembelajaran PAI di
SMPIT Raffsaya Baitul Makmur, sebagai berikut:
Definisi Penilaian/Assesmen
“Penilaian/assesmen adalah suatu tehnik yang digunakan oleh seorang
guru atau tenaga pendidik dalam mengevaluasi proses pembelajaran.
Penialaian/assesmen adalah sesuatu yang sangat penting sekali bagi seorang guru
dalam evaluasi pembelajaran, tentu dalam suatu proses pembelajaran guru
membutuhkan kegiatan evaluasi di setiap akhir pembelajaran untuk mengukur
keberhasilan peserta didik.

Pedoman Penilaian/Assesmen
“Adapun format penilaian yang digunakan di sekolah kami adalah, karena
sekolah adalah sekolah swasta, Dalam sekolah kami khususnya menggunakan
format penilaian tersendiri, tetapi instrumennya tetap merujuk pada pedoman
penilaian/assesmen Nasional. Kami tetap merujuk pada Dinas Pendidikan. Kami
juga pernah ikut terlibat dengan beberapa lembaga untuk melaksanakan seminar
atau workshop, tentunya ini akan sangat berdampak pada pengembangkan
lembaga pendidikan di sekolah kami, khususnya bagi guru-guru, sehingga mereka
bisa mengembangkan potensinya sebagai tenaga pendidik” (A. Reza Kurniawan,
30 November 2022)

3.2 Bentuk-Bentuk Implementasi Penilaian Pembelajaran PAI di SMPIT


Raffasya Baitul Makmur
3.2.1 Bentuk-bentuk penilaian/assesmen pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di SMPIT Raffasya Baitul Makmur.
“Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dilakukan adalah bentuk penilaian
yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. ((Natacia Mujahiddah,
29 November 2022)
“Adapun bentuk-bentuk penilaian tentunya kita pernah mendengar ada
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Tentunya dari ketiga aspek ini kami
terapkan di sekolah kami.” (A. Reza Kurniawan, 30 November 2022)

3.2.2 Implementasi penilaian/assesmen hasil belajar peserta didik pada ranah


kognitif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPIT
Raffasya Baitul Makmur
“Adapun Tehnik dan instrumen yang digunakan penilaian ranah kognitif
di sekolah kami dengan menggunakan seperti: Soal Esay, Pilihan Ganda, Tes
jawaban singkat : memberikan pertanyaan yang memerlukan jawaban singkat.
Contoh membacakan ayat al-Qur’an dan meminta peserta didik untuk mendeteksi
ayat tersebut dengan menggunakan jawaban singkat. Biasa digunakan dalam tes
lisan, Tes benar salah pernah digunakan di sekolah, yakni suatu bentuk tes tertulis
dimana soalnya berupa pernyataan yang mengandung dua kemungkinan yaitu
benar atau salah. (Natacia Mujahiddah, 29 November 2022)
“Kami mengacu pada Soal yang berupa soal Esay, tes jawaban singkat,
soal pilihan ganda, tes benar salah juga pernah kami terapkan, yakni suatu bentuk
tes tertulis dimana soalnya berupa pernyataan yang mengandung dua
kemungkinan yaitu benar atau salah. Jadi peserta didik diberi kesempatan untuk
memilih. Kami juga pernah mengadakan tes lisan.” (A. Reza Kurniawan: 30
November 2022)
3.2.3 Implementasi penilaian/assesmen hasil belajar peserta didik pada ranah
psikomotorik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPIT
Raffasya Baitul Makmur.
 Unjuk kerja/ Praktek : seperti halnya dalam materi yang kaitannya seperti
thaharah, tata cara sholat, sujud dan lain sebagainya.
 Tes identifikasi: dalam hal ini kami melaksanakan seperti menyuruh
peserta didik untuk membaca ayat al-Qur’an, kemudian peserta didik lain
mengidentifikasi kesalahan
 Tes petik kerja. (Natacia Mujahiddah, 29 November 2022)

Adapun ranah psikomotorik menggunakan beberapa bentuk penilaian,


diantaranya adalah:

 Unjuk kerja/ Praktek : kami tidak hanya menggunakan tes tulis, tetapi
kami menggunakan tes praktek sujud dan lain sebagainya.
 Tes petik kerja: Jadi kami menerapkan juga tes itu
 Tes identifikasi: kami menerapkan juga, seperti halnya sima’an bacaan al-
Qur’an. Satu peserta didik membaca al-Qur’an, dan sedangkan peserta
didik lainnya menyimak dan mengidentifikasi kesalahan.
 Proyek pembelajaran bulanan.
 Tes simulasi: kami melaksanakan contoh sholat mayat.(A. Reza
Kurniawan, 30 November 2022)

3.2.4 Implementasi penilaian/assesmen hasil belajar peserta didik pada ranah


Afektif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPIT
Raffasya Baitul Makmur
“Adapun instrumen penilaian yang digunakan adalah jurnal refleksi diri
seperti satu lembar yang dalam hal ini berkaitan dengan perbuatan yang baik dan
perbuatan yang tidak baik yang dilakukan oleh peserta didik. Dan mereka sendiri
yang akan mengisinya nanti setelah mereka sadar akan perbuatan yang mereka
lakukan.
Adapun tingkatan penilaian dalam ranah afektif: Melihat kepekaan peserta
didik, mengamati kejadian di lingkungan sekolah, seperti melihat peserta didik
yang peka terhadap kejadian yang ada di lingkungan sekitarnya.” (Natacia
Mujahiddah, 29 November 2022)
“Adapun dalam penerapannya dalam ranah afektif di sekolah kami, lebih
mengarah pada pembiasaan terhadap kepekaan lingkungan sekolah dan di luar.
Guru juga membuat jurnal afeksi yang berkaitan dengan catatan siswa yang peka
terhadap lingkungan itu akan mendapatkan nilai yang bagus. Kami juga tetap
mengontrol siswa dari dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan
sekolah.” (A. Reza Kurniawan, 30 November 2022)
3.2.5 Penggunaan penilaian formatif, sumatif, autentik, dan unjuk kerja pada
penilaian/asesmen dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMPIT Raffasya Baitul Makmur.
 Penilaian fomatif kami melakukan dua kali dalam satu bulan.
 Penilaian sumatif kami melaksanakan empat kali dalam satu tahun ajaran
yang terdiri dari ujian tengah semester, dan akhir semester.
 Penilaian autentik kami lakukan setiap kali pertemuan menggunakan
penilaian autentik baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar
lingkungan sekolah.”(Natacia Mujahiddah, 29 November 2022)
Adapun dalam penilaian yang digunakan seperti penilaian fomatif,
sumatif, dan autentik.
 Penilaian fomatif kami melakukan pengumpulan data peserta didik
dalam jenjang waktu yang singkat. Kami pernah melaksanakan
 Penilaian sumatif kami melaksanakan empat kali dalam satu proses tahun
ajaran, yakni pertengahan semester, dan di akhir semester.
 Penilaian autentik. Saya pribadi belum menggunakan, namun ini sangat
bagus sekali jika diterapkan” (A. Reza Kurniawan, 30 November 2022)
3.2.6 Jenis pertanyaan apa yang gunakan dalam bertanya kepada peserta didik
“Jenis pertanyaan yang digunakan adalah tergantung dari aspek yang ingin
dinilai, baik itu kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dalam aspek kognitif,
yaitu menggunakan pertanyaan yang kaitannya dengan pemahaman terhadap
materi pembelajaran. Dalam aspek psikomotorik. Mengadakan demonstrasi,
simulasi, praktek materi yang dipelajari. Dalam aspek afektif, pertanyaan yang
digunakan adalah komunikasi langsung dengan peserta didik.” (Natacia
Mujahiddah, 29 November 2022)
“Jenis pertanyaan yang digunakan adalah di sekolah ini tergantung dari
aspek yang ingin dinilai, baik itu kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Sementara dalam aspek kognitif, yaitu menggunakan pertanyaan yang kaitannya
dengan pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Sedangkan dalam aspek
psikomotorik. Kami mengadakan praktek materi yang dipelajari. Dalam aspek
afektif, pertanyaan yang digunakan adalah komunikasi langsung dengan peserta
didik, atau biasanya face to face antara guru dan siswa.” (A. Reza Kurniawan, 30
November 2022)

3.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Penilaian


Pembelajaran PAI di SMPIT Raffasya Baitul Makmur

Berdasarkan pemaparan data-data hasil wawancara dengan informan


tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Penilaian Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMPIT Raffasya Baitul Makmur.

3.3.1 Tantangan yang dihadapi pada kegiatan implementasi penilaian


pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPIT Raffasya Baitul
Makmur.
“Secara umum, tidak ada kendala yang signifikan terkait penilaian aspek
kognitif dan psikomotorik, dari segi sarana prasarana cukup mendukung. Kecuali
dalam penilaian aspek afektif, karena guru tidak bisa selama 24 jam
Adapun tantangan penilaian dikaitkan dengan kurikulum/silabus, guru,
siswa, dan sarana prasarana di SMPIT Raffasya Baitul Makmur. Dalam
penggunaan kurikulum k-13, tidak ada tantangan yang dihadapi dari segi
kurikulum yang telah dilaksanakan, kemudian tantangan dari gurunya adalah
terlalu banyak aspek yang harus dinilai sehingga tidak maksimal dalam
penilaiannya.” (Natacia Mujahiddah, 29 November 2022)
“Adapun kendala yang sering kali kami dapatkan yaitu karakter siswa
yang berbeda-beda, sehingga guru harus bisa menempatkan tes yang sesuai
dengan data tangkap siswa, dan tidak boleh di sama rata, dan tidak boleh di
samakan dari segi kurikulum/silabus tidak ada kendala yang saya dapatkan. Dari
aspek gurunya kami merasa tidak ada kendala, karena selama ini selama proses
belajar mengajar masih aman. Dari siswanya adalah perbedaan daya tangkap dari
setiap siswa, dan guru harus jeli dalam menangani hal tersebut. Terkait sarana dan
prasarana sudah dibilang cukup.” (A. Reza Kurniawan, 30 November 2022)
3.3.2 Faktor-faktor pendukung keberhasilan penilaian di SMPIT Raffasya
Baitul Makmur.
“Adapun faktor-faktor pendukung keberhasilan penilaian di sekolah
SMPIT Raffasya Baitul Makmur yakni, sarana prasarana yang cukup memadai,
dan antusias guru dalam menfasilitasi peserta didik dalam memahami apa yang
diajarkan.
Adapun berapa hal yang dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan
penilaian/assesmen di SMPIT Raffasya Baitul Makmur diantaranya adalah Sarana
prasarana yang lebih menunjang proses penilaian, instrumen evaluasi penilaian,
guru yang memahami pelaksanaan penilaian/assesmen, sekolah agar menfasilitasi
kegiatan yang menunjang kompetensi guru.” (Natacia Mujahiddah, 29 November
2022)
“Untuk mengukur keberhasilan itu tentu berangkat dari SDM, yakni guru
itu sendiri, jika ingin mendapatkan output yang bagus tentu harus berangkat dari
guru yang bagus. Kemudian dari siswanya adalah ketika guru yang berkualitas
maka peserta didik pun akan ikut antusias dalam pembelajaran. ada beberapa hal
yang dibutuhkan dalam implementasi penilaian yaitu, kami membutuhkan sarana
prasarana yang lebih unggul untuk bisa meningkatkan kemampuan anak didik ke
depannya.
4.  Pembahasan
4.1   Konsep/Pemahaman Guru PAI Terkait Penilaian Pembelajaran PAI
di SMPIT Raffasya Baitul Makmur

Dalam dunia pendidikan perlu diadakannya mengukur, menilai dan


mengadakan evaluasi. Mengukur yang dimaksud di sini ialah membandingkan
sesuatu dengan satu ukuran pengukuran (measurement) di sini bersifat kuantitatif.
Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik
buruk Penilaian ini bersifat kualitatif. Mengadakan evaluasi harus mengukur dan
menilai terlebih dahulu.2

Adapun konsep penilaian dalam pandangan guru PAI di SMPIT Raffasya


Baitul Makmur adalah Penilaian adalah suatu bentuk yang digunakan oleh
seorang guru dalam mengevaluasi rangkaian kegiatan dalam proses
pembelajaran. Penilaian ini adalah sesuatu hal yang sangat penting sekali bagi
tenaga pendidik di lembaga pendidikan, karena untuk mencapai tingkat maksimal
dalam suatu proses pembelajaran tentu seorang pendidik akan membutuhkan
kegiatan evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pendidikan
memberikan gambaran terhadap keberhasilan seorang pendidik dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Adapun pedoman yang digunakan di SMPIT Raffasya Baitul Makmur
adalah pedoman penilaian/assesmen Nasional, yang merujuk pada aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik. Dengan menggunakan lembaran penilaian harian yang
di dinilai oleh masing-masing gurunya.
Dalam sebuah lembaga pendidikan tentu harus memberikan fasilitas
kepada guru-gurunya dalam mengikuti kegiatan pelatihan yang akan menunjang
kompetensi keguruan seorang guru dan memberikan manfaat yang sangat besar
juga untuk lembaga pendidikan terkait.
Dari pemaparan di atas bahwa fungsi evaluasi pendidikan PAI ini terdiri
dari mengukur kemajuan, menunjang penyusunan rencana, dan memperbaiki
penyempurnaan kembali program-program pembelajaran yang telah direncanakan

2
Dwi Ivayana Sari, Buku Diklat Evaluasi Pembelajaran, h. 1
oleh guru. Selain itu evaluasi berfungsi dari segi psikologis untuk mengenal
kapasitas dan status diri peserta didik, untuk perbaikan dan peningkatan prestasi.

4.2 Bentuk-Bentuk Implementasi Penilaian Pembelajaran PAI di SMPIT


Raffasya Baitul Makmur

Terdapat beberapa bentuk implementasi penilaian pembelajaran PAI di


SMPIT Raffasya Baitul Makmur yakni dengan menggunakan beberapa bentuk
aspek penilaian, yaitu aspek kognitif, yang kaitannya dengan pengetahuan, afektif
yakni kaitannya dengan sikap, dan psikomotorik yakni keterampilan.

Adapun yang pertama adalah kaitannya dengan implementasi penilaian


aspek kognitif. Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi
dalam kawasan kognisi, hasil belajar kognitif tidak merupakan kemampuan
tunggal melainkan kemampuan yang menimbulkan perubahan perilaku dalam
domain kognitif yang meliputi beberapa jenjang atau tingkat adalah untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan
instruksional oleh siswa pada ranah kognitif khususnya pada tingkat hafalan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesa dan evaluasi. Untuk mengukur kognitif
dapat dilakukan dengan tes, yaitu: tes lisan di kelas, pilihan berganda, uraian
obyektif, uraian non obyektif, jawaban singkat, menjodohkan, unjuk karya dan
portofolio3

Terdapat beberapa bentuk implementasi penilaian aspek kognitif dalam


pembelajaran PAI di SMPIT Raffasya Baitul Makmur yakni, dengan
menggunakan tehnik dan instrumen diantaranya adalah:
 Soal Esay, guru memberikan soal yang memberikan kesempatan kepada
siswa siswa untuk mengemukakan atau mengekspresikan gagasan dalam
bentuk jawaban tertulis

3
Asrul, dkk, Evaluasi Pembelajaran, (Medan: Perdana Mulya Sarana, 2015), h.102
 Pilihan Ganda, guru memberikan soal kepada siswa dengan sejumlah
alternatif jawaban, umumnya antara 3 sampai 5 alternatif untuk setiap
soal.
 Tes jawaban singkat : guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang
memerlukan jawaban singkat
 Tes benar salah pernah digunakan di sekolah, yakni suatu bentuk tes
tertulis dimana soalnya berupa pernyataan yang mengandung dua
kemungkinan yaitu benar atau salah.
 Tes uraian, dengan cara siswa mengemukakan pendapatnya dalam bentuk
uraian tertulis dengan menggunakan kata-kata sendiri
 Tes lisan: guru memberikan tanya jawab ke peserta didik
Dengan demikian bentuk implementasi penilaian yang dilaksanakan di
SMPIT Raffasya Baitul Makmur dalam aspek efektif sudah termasuk cukup
efektif dan maksimal dengan menggunakan beberapa instrumen penilaian yang
telah digunakan agar dapat mengukur keberhasilan siswa dalam memahami materi
pembelajaran khususnya tingkat hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesa
dan evaluasi. hanya saj perlu dikembangkan diintenskan lagi agar bisa
mendapatkan hasil yang maksimal.

Ada beberapa tehnik dan instrumen yang digunakan dalam penilaian


psikomotorik, yaitu: 1) Tes Perbuatan dan Unjuk Kerja, 2) Catatan Hasil
Pengamatan (Anecdotal Record), 3) Produk, 4) Proyek, 5) Portofolio, 6) Penilaian
Diri, 7) Penilaian Antar Teman. Sedangkan pandangan lain tentang instrumen
penilaian aspek psikomotorik yakni, 1) Tes Paper dan Pensil. 2) Tes Indentifikasi,
3) Tes Simulasi, 4) Tes Sampel.4

Terdapat beberapa bentuk implementasi penilaian aspek psikomotorik


dalam pembelajaran PAI di SMPIT Raffasya Baitul Makmur yakni, dengan
menggunakan tehnik dan instrumen diantaranya adalah:
 Unjuk kerja: yakni penilaian tindakan atau tes praktik yang secara efektif
dapat digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi
4
Hatta Fakhrurrozi, Standar Aspek Penilaian Psikomotorik Pendidikan Agama Islam,
(Jurnal Paedagogja Vol. 7 No. 1 2018), h. 162-163
tentang bentuk-bentuk perilaku yang diharapkan muncul dalam diri
peserta didik..
 Tes identifikasi: adapun pelaksanaannya adalah meminta peserta didik
untuk membaca ayat al-Qur’an, kemudian peserta didik lain
mengidentifikasi kesalahan bacaan dari temannya.
 Tes petik kerja: dengan cara meminta peserta didik untuk menampilkan
perilaku tertentu, kemudian dinilai seberapa baik penampilan tersebut

Dengan demikian hasil dari beberapa bentuk implementasi penilaian aspek


psikomotorik dalam pembelajaran PAI di SMPIT Raffasya Baitul Makmur adalah
belum maksimal karena masih banyak tehnik dan instrumen penilaian yang masih
belum dilaksanakan dalam hal mengukur keterampilan siswa. Seperti instrumen
yang kaitannya dengan produk, proyek, portofolio belum diterapkan secara
maksimal dan efektif di SMPIT Raffasya Baitul Makmur.

Adapun yang ketiga adalah kaitannya dengan implementasi penilaian aspek


afektif. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Dalam
penyusunan instrumen penilaian ranah afektif terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh guru. Berdasarkan Juknis Penyusunan Perangkat Penilaian
Afektif, instrumen penilaian afektif harus memenuhi beberapa kriteria yang
terdiri dari : 1) pernyataan atau pertanyaan yang digunakan sesuai dengan kisi-
kisi ataupun indikator; 2) bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah
kebahasaan dan mudah dimengerti; 3) pernyataan ataupun pertanyaan tidak
menimbulkan bias; 4) instrumen menarik dan mudah dipahami; 5) pedoman
pengisian instrumen jelas; 6) jumlah pernyataan atau pertanyaan tidak membuat
peserta didik jenuh,5

Adapun beberapa kategori dalam penilaian aspek afektif, diantaranya


sebagai berikut:

 Receiving atau attending, yang termasuk dalam tipe ini adalah kesadaran,
5
Direktorat Pembinaan SMA, Juknis Penyusunan Perangkat Penilaian Afektif di SMA,
(Jakarta : Direktorat Pembinaan SMA, 2010), h. 53
keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi atas gejala atau
rangsangan dari luar.

 Responding atau jawaban, yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap
stimulusi yang datang dari luar.

 Valuing atau penilaian, yang termasuk dalam tipe ini adalah kesediaan
menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai, dan
kesepakatan terhadap nilai tersebut.

 Organization atau organisasi, yaitu pengembangan dari nilai kedalam satu


sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan
dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

 Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan semua sistem


nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya.

Terdapat beberapa bentuk implementasi penilaian aspek afektif dalam


pembelajaran PAI di SMPIT Raffasya Baitul Makmur yakni, dengan
menggunakan tehnik dan instrumen diantaranya adalah:
 Receiving: guru melihat kepekaan peserta didik, dan mengamati kejadian
di lingkungan sekolah, seperti melihat peserta didik yang peka terhadap
kejadian yang ada di lingkungan sekitarnya.
 Responding: guru melihat stimulus & respon peserta didik, mengamati
perilaku dan respon peserta didik
 Jurnal refleksi dan jurnal afeksi: guru sering kali digunakan dalam
penilaian aspek psikomotorik, seperti satu lembar yang dalam hal ini
berkaitan dengan perbuatan yang baik dan perbuatan yang tidak baik yang
dilakukan oleh peserta didik.
Dengan demikian hasil dari beberapa bentuk implementasi penilaian aspek
afektif dalam pembelajaran PAI di SMPIT Raffasya Baitul Makmur adalah belum
maksimal karena masih banyak tehnik dan instrumen penilaian yang masih belum
dilaksanakan dalam hal mengukur perilaku siswa. Hanya saja jurnal refleksi
ataupun jurnal afeksi memberi nilai plus bagi guru untuk mengukur dan
mengontrol perilaku dan sikap peserta didik di lingkungan sekolah dan di luar
lingkungan sekolah.

4.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Penilaian


Pembelajaran PAI di SMPIT Raffasya Baitul Makmur

Faktor-faktor pendukung keberhasilan penilaian di SMPIT Raffasya


Baitul Makmur. Adapun faktor-faktor pendukung keberhasilan penilaian yakni,
memiliki Sember Daya Manusia atau guru yang berkompeten, sarana prasarana
yang cukup memadai yang telah disediakan oleh lembaga pendidikan, sehingga
memberikan kemudahan bagi guru dalam melaksanakan penilaian pembelajaran
bagi siswa.

Sedangkan faktor-faktor penghambat implementasi penilaian di SMPIT


Raffasya Baitul Makmur. Peserta didik yang heterogen baik dari segi psikologi,
kemampuan sehingga memberikan kendala yang cukup besar dalam
pengimplementasian dalam penilaian peserta didik, Pengawasan guru yang kurang
terhadap implementasi penilaian terhadap peserta didik lebih khususnya di aspek
kognitif, karena guru tidak bisa selama 24 jam mengawasi langsung bagaimana
sikap peserta didik dikarenakan jarak antara jangkauan guru dengan peserta didik.
Kemudian format penilaian dan administrasi yang sangat banyak, sehingga guru
tidak maksimal dalam mengimplementasi penilaian bagi peserta didik (siswa).

Adapun berapa hal yang dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan


penilaian/assesmen di SMPIT Raffasya Baitul Makmur diantaranya adalah Sarana
prasarana yang lebih mudah lagi untuk menunjang proses penilaian, instrumen
evaluasi penilaian, guru yang memahami pelaksanaan penilaian/assesmen, sekolah
agar menfasilitasi kegiatan yang menunjang kompetensi guru.

5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Setelah peneliti melakukan observasi mengumpulkan serta melakukan
wawancara dan dokumentasi, tentang Implementasi Penilaian Pembelajaran PAI
di SMPIT Raffasya Baitul Makmur. Maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai
berikut:

 Bentuk implementasi penilaian aspek afektif dalam pembelajaran PAI di


SMPIT Raffasya Baitul Makmur adalah belum maksimal karena masih
banyak tehnik dan instrumen penilaian yang masih belum dilaksanakan
semuanya. Sehingga perlu adanya tinjauan kembali untuk guru dalam
memaksimalkan ketiga aspek penilaian, yakni kognitif, afektif, dan
psikomotorik
 Faktor-faktor pendukung keberhasilan penilaian di SMPIT Raffasya Baitul
Makmur yakni, sarana prasarana yang cukup memadai, dan guru mata
pelajaran itu sendiri. Sedangkan faktor-faktor penghambat implementasi
penilaian di SMPIT Raffasya Baitul Makmur. Pengawasan guru terhadap
siswa yang kurang terhadap implementasi penilaian terhadap peserta didik
lebih, Format penilaian dan administrasi yang sangat banyak, materi yang
membutuhkan waktu dan ruang serta biaya yang cukup banyak. Jadi dari segi
alokasi waktu dan biaya juga sangat berpengaruh dalam proses implementasi
penilaian bagi peserta didik (siswa).
5.2 Saran
Pada saat melaksanakan penilaian/assesmen, guru harus mempersiapkan
dengan sebaik mungkin terkait dengan materi, teknik dan instrumen dalam
pengimplementasian penilaian khususnya di pelajaran PAI.
Kemudian lembaga pendidikan/sekolah dan pemerintah memberikan ruang
dan menfasilitasi kepada tenaga pendidik untuk mengikuti pelatihan dan
workshop yang membantu guru dalam mengembangkan potensinya, serta
sinergitas antara pemerintah dan lembaga pendidikan agar bisa mewujudkan
proses penilaian/assesmen yang efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA 

Anda mungkin juga menyukai