Anda di halaman 1dari 2

Dua pasang Peri

hei kawan suara apa itu?


itu hanya suara burung hantu!
bukan…
bukan itu yang kumaksud
lalu apa?
itu… apa kau tak mendengar?
suaranya begitu lirih
ah! itu hanya halusinasimu saja
aku tak mungkin berhalusinasi
kau dengarkan baik-baik
terdengar seperti tangisan
bukan…
bukan tangisan atau mungkin…
itu sebuah nyanyian?
apa kau tak melihat bulan megah sudah condong ke barak peristirahatan
dari tadi bulan menari dengan iringan peri malam
daun-daun gugur di taman ini seperti serbuk-serbuknya
apa kau tak mencium wangi semerbak tak kunjung hilang
mereka mengadu nafas membuat wangi sepasang kumbang
memang benar kau berhalusinasi!
mana ada kumbang malam-malam begini
yang ada hanya iblis menjelma jadi manusia
mereka menjelma sepasang peri yang sedang memadu cinta
mereka bercumbu dikelopak teratai
ikan-ikan mengitari menunggu mereka jatuh
berharap santapan lezat hidangan penutup
ya itu yang aku maksud!
kau menjelaskan nya terlalu rinci
malam bernyanyi lagu pilu
mereka disogok dua botol minuman kaleng
setelah itu dua peri asik memadu kasih dikelopak teratai
malam pun kini diam
angin pun menjadi melodi dalam peraduan
mereka menikmati
sepasang peri dikelopak itu
ya dari tadi kau bilang aku berhalusinasi tapi kau memahami
bukan begitu,aku hanya tak mau membuat malam semakin sedih
sudahlah kita hanya batang dan ranting pohon
kita cukup diam dan melihat saja
Dua Pasang Peri II
senja tenggelam
masih terasa debu-debu jalanan berserakan,bertebaran
dari kelopak bunga kertas di depan teras
rinai mulai jatuh
dedaunan bergoyang menunggu malam
dedaunan bergoyang basah
kelopak merah merekah

senja terbenam
peri-peri kecil mulai riang
mereka ikut berdansa dengan hujan
gemericik musik tak bisa disebut pelan
dentuman-dentuman nadi saling bergesekan
oh suram!

layar hitam terbentang


menggulung langit menjadi kelam
serbuk-serbuknya kian berjatuhan
karpet hijau,biru,mungkin cokelat
basah…
debu siang hilang
dua pasang peri menggulung malam

Bandung, 16 Maret
2014

Anda mungkin juga menyukai