Materi LCCM
Materi LCCM
B. Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
sederhana sangat tergantung pada alam. Mereka akan tetap tinggal ditempat tersebut selama
bahan makanan masih tersedia dengan cukup.
Namun ketika mereka telah kehabisan sumber makanan atau alam sekitarnya tidak lagi
menyediakan sumber makanan, maka mereka akan berpindah dan mencari tempat-tempat lain
yang sekiranya kaya akan bahan makanan.
Kehidupan yang selalu berpindah-pindah atau nomaden inilah ciri manusia praaksara
pada masa berburu. Hasil perburuan mereka kumpulkan untuk keperluan perpindahan tempat,
sebelum mereka mendapatkan tempat yang baru.
C. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
sederhana masih pada tingkatan sederhana sekali. Karena mereka hidup berpindah-pindah dari
satu tempat ke tempat yang lain, maka mereka hidup secara berkelompok dan tersusun dalam
keluarga-keluarga kecil.
Dalam satu kelompok ada seorang pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok inilah
yang dalam perkembangan selanjutnya di sebut ketua suku. Ketua suku memimpin anggota
kelompok untuk berpindah pindah dan mencari tempat yang baru.
Anggota kelompok laki laki bertugas berburu hewan sedangkan yang perempuan bertugas
mengumpulkan makanan dari tumbuh-tumbuhan. Walaupun tidak ada pembagian kerja secara
khusus namun mereka selalu menjalankan tugas hidup secara alami.
D. Kehidupan Budaya
Kajian budaya dapat di lihat dari hasil karya mereka yang telah ia buat. Alat-alat pada
zaman praaksara dapat memberikan petunjuk bagaimana cara manusia pada masa itu hidup.
Pada tingkatan permulaan, cara pembuatan peralatan ditunjukkan pada kegunaannya lalu
ditingkatkan pada cara pembatannya. Karena peralatan manusia praaksara pada waktu itu terbuat
dari batu maka hasil budaya yang dikembangkan pada zaman tersebut adalah hasil budaya batu.
Sehingga tidak heran jika zaman tersebut terkenal dengan zaman batu. Diantara hasil
budaya batu yang pernah ditemukan antara lain; kapak perimbas, kapak penetak, kapak
genggam, serpih bilah, dan lain-lain.
Agama Islam pertama kali lahir di Mekkah, Arab Saudi. Para pemeluknya menyebarkan
agama Islam lewat berbagai jalur. Salah satu teori menyebutkan bahwa agama Islam di
Indonesia masuk lewat jalur perdagangan. Ketika Islam menyebarkan agama dan
kebudayaannya ke Indonesia, prosesnya cenderung berjalan dengan damai. Karena itu, raja
hingga rakyat biasa menerimanya dengan hangat.
Selain perdagangan, ada saluran lain yang menyebabkan agama Islam dapat masuk dan
berkembang di Indonesia. Saluran tersebut di antaranya adalah saluran perkawinan, pendidikan,
dan seni budaya.
Ada teori-teori yang menyebutkan tentang asal penyebar Islam di Indonesia, yaitu teori
Gujarat, teori Arab, dan teori Persia.
Teori Gujarat ini diajukan oleh kalangan sejarawan Belanda, seperti Jan Pijnappel, Snouck
Hurgronje, dan Jean Piere. Menurut teori ini, penyebar Islam di Indonesia berasal dari Gujarat
(India) antara abad ke-7 hingga abad ke-13 M. Kalangan yang berperan khususnya adalah para
pedagang. Sejak abad ke-7, mereka telah memeluk Islam dan di tengah kegiatannya berdagang,
mereka turut mengenalkan agama Islam, termasuk di Indonesia.
Sementara itu, teori Arab diajukan oleh Jacob Cornelis van Leur dan Buya Hamka. Teori ini
menyebutkan bahwa pengaruh Islam dibawa langsung oleh pedagang Arab sekitar abad ke-7.
Teori Arab didukung dengan adanya pemukiman Islam di Barus, pesisir barat Sumatera, di abad
ke-7. Ada pula nisan pada makam wanita di Gresik, Jawa Timur, yang ditulis dengan huruf Arab
bergaya Kufi.
Teori lainnya adalah teori Persia yang didukung oleh Hoesein Djajadiningrat. Teori ini
berpendapat bahwa pengaruh Islam di Indonesia dibawa masuk oleh orang-orang Persia sekitar
abad ke-13. Argumen yang diajukan oleh teori ini adalah terdapat kesamaan budaya dan tradisi
yang berkembang antara masyarakat Persia dan Indonesia, seperti peringatan 10 Muharram,
kesamaan ajaran sufi, kesamaan seni kaligrafi pada nisan makan, dan terdapat perkampungan
Leran yang sempat menjadi perintis penyebaran Islam di Jawa.
Perkembangan agama Islam di Indonesia semakin pesat dengan berdirinya kerajaan-kerajaan
Islam. Perkembangan kerajaan Islam di Indonesia berlangsung antara abad ke-13 hingga abad
ke-18. Kerajaan tersebut dapat dibagi berdasarkan lokasi pusat pemerintahan mereka, yaitu di
Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Maluku.
Kerajaan Islam yang didirikan pertama kali adalah Kerajaan Perlak. Bukti sejarah yang
menunjukkan terdapat masyarakat dan kerajaan Islam dilaporkan oleh Marco Polo dari Venesia
yang singgah di Kerajaan Perlak dalam perjalanan pulang ke Italia tahun 1292. Di perlak, Marco
Polo juga menjumpai adanya penduduk yang telah memeluk Islam dan pedagang Islam dari
India yang menyebarkan agama Islam.
Menyusul Kerajaan Perlak, berdiri pula Kerajaan Samudra Pasai. Bukti sejarah adanya
kerajaan ini ditulis oleh Ibnu Batutah, seorang utusan kerajaan Delhi ke Tiongkok. Dalam
perjalanan dari India ke Tiongkok, Ibnu Batutah singgah di Samudra Pasai dan mengunjungi
istana Sultan Malik Az-Zahir. Dari hasil kunjungannya ke kerajaan Islam di Samudra Pasai,
diketahui bahwa Samudra Pasai merupakan pelabuhan penting tempat kapal-kapal India dan
Tiongkok berlabuh.
Selain kedua kerajaan tersebut, kerajaan Islam lain yang pernah berdiri di Indonesia di
antaranya adalah Kerajaan Demak, Kerajaan Banten, Kerajaan Mataram, Kerajaan Makassar,
Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore, dan Kerajaan Aceh Darussalam.
Portugis
Bartholomeus Diaz melakukan penjelajahan samudra dan sampai di Tanjung Harapan,
Afrika Selatan, pada 1488. Penjelajahan lalu diteruskan Vasco da Gama yang sampai di Gowa
(India) pada 1498, lalu pulang ke Lisboa, Portugal, dengan membawa rempah-rempah.
Portugis pun semakin gigih dalam mencari sumber rempah-rempah. Untuk itu, Portugis
melanjutkan ekspedisi ke timur yang dipimpin Alfonso d’Albuquerque untuk menguasai
Malaka. Ia berhasil menguasai Malaka sebagai pusat perdagangan rempah-rempah di Asia
Tenggara pada 10 Agustus 1511.
Spanyol
Orang Spanyol yang pertama kali melakukan penjelajahan samudra adalah Christopher
Columbus. Pada 1492, ia berlayar ke arah barat melewati Samudra Atlantik, hingga akhirnya
tiba di benua Amerika. Saat itu, Columbus berpikir kalau dia telah sampai di daerah yang
ditujunya, yaitu India. Karena itulah Columbus lalu menamakan penduduk lokal yang ia temui
sebagai warga Indian.
Belanda
Pada 1596, Cornelis de Houtman berhasil mendarat di Banten. Sikap Belanda yang
kurang ramah dan berusaha memonopoli perdagangan di Banten membuat Sultan Banten saat itu
marah. Akibatnya, ekspedisi ini terbilang gagal. Sekitar 1598-1600, pedagang Belanda mulai
berdatangan kembali. Kedatangannya kali ini dipimpin Jacob van Neck. Ia berhasil mendarat di
Maluku dan membawa rempah-rempah. Keberhasilan van Neck menyebabkan semakin banyak
pedagang Belanda datang ke Indonesia.
Inggris
Masuknya bangsa Inggris ke Indonesia juga bertujuan mencari rempah-rempah. Tokoh
penjelajahnya adalah Sir Henry Middleton dan James Cook. Henry Middleton mulai menjelajah
di tahun 1604 dari Inggris menyusuri perairan Cabo da Roca (Portugal) dan Pulau
Canary. Henry Middleton lanjut menuju perairan Afrika Selatan hingga Samudra Hindia. Ia
sampai di Sumatra, lalu menuju Banten di akhir 1604. Ia berlayar ke Ambon (1605), lalu ke
Ternate, serta Tidore, dan mendapat rempah-rempah, seperti lada dan cengkeh.
Sedangkan James Cook sampai ke Batavia tahun 1770, setelah dari Australia.
5. Perkembangan Kekuasaan Bangsa Eropa di Indonesia
Di antara bangsa-bangsa tersebut, Belanda merupakan negara yang cukup lama berada di
Indonesia. Hingga akhirnya mereka membuat perusahaan dagang di Indonesia. Meski telah
bangkrut, sampai sekarang, perusahaan ini tercatat sebagai salah satu perusahaan terkaya di
dunia, lho! Ada yang bisa menebak nama perusahaannya?
Keberadaan VOC tidak hanya sebagai kongsi dagang, namun juga menjadi kekuatan politik.
VOC memiliki hak octrooi, yaitu monopoli perdagangan, mencetak mata uang sendiri,
mengadakan perjanjian, menyatakan perang dengan negara lain, menjalankan kekuasaan
kehakiman, memungut pajak, memiliki angkatan perang, dan mendirikan benteng. VOC pun
memiliki beberapa kebijakan, yaitu:
1. Contingenten: pajak wajib berupa hasil bumi yang langsung dibayarkan ke VOC.
2. Verplichte leverantie: penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang telah ditentukan
VOC. Kebijakan ini berlaku di daerah jajahan yang tidak secara langsung dikuasai VOC,
misalnya Kesultanan Mataram.
4. Pelayaran Hongi: Pelayaran dengan perahu kora-kora untuk memantau penanaman dan
perdagangan rempah-rempah oleh petani.
Pada tahun 1799, VOC bangkrut karena pegawai VOC banyak yang melakukan korupsi,
menanggung utang akibat perang, dan kemerosotan moral para pegawai. Dengan dibubarkannya
VOC, maka kekuasaannya di Indonesia kemudian diambil alih oleh pemerintah kerajaan
Belanda yang saat itu dikuasai Prancis.