Anda di halaman 1dari 47

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

BALAI PELATIHAN KESEHATAN SEMARANG


TAHUN 2017

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN


KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 i


KATA PENGANTAR

Pada awal tahun pelaksanaan anggaran, setiap Unit Pelaksana Teknis Badan PPSDM
Kesehatan berkewajiban untuk menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT). Rencana
Kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2017 merupakan penjabaran dari Rencana Aksi
Bapelkes Semarang Tahun 2015-2019, yang menjadi acuan dan pedoman bagi setiap
penanggung jawab kegiatan agar dapat melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien.

Tujuan penyusunan RKT Tahun 2017 Bapelkes Semarang adalah sebagai perangkat
untuk memantau dan mengendalikan pencapaian kinerja organisasi, melaporkan capaian
realisasi kinerja dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta menilai
keberhasilan organisasi. Diharapkan dengan adanya Rencana Kinerja Tahunan,
pelaksanaan kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2017 lebih terarah dan fokus pada
pencapaian output kegiatan.

Semoga dengan adanya Rencana Kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2017 dapat memberi
manfaat dalam upaya peningkatan kinerja di Bapelkes Semarang.

Semarang,
Kepala Bapelkes Semarang,

Taufik Hidayat, SKM, M.Kes


NIP 196710201994031012

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 ii


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Landasan Hukum ......................................................................................................... 2
C. Sistematika Penulisan .................................................................................................. 2
BAB II. HASIL EVALUASI KINERJA 2016.......................................................................... 4
A. Capaian Kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2016...................................................... 4
B. Rekomendasi Hasil Evaluasi Tahun 2016 .................................................................... 6
BAB III. RENCANA KINERJA TAHUN 2017....................................................................... 8
A. Indikator Kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2017 ...................................................... 8
B. Rencana Kegiatan Tahun 2017 .................................................................................... 8
C. Rencana Kerja Tahun 2017........................................................................................ 26
D. Rencana Anggaran Kegiatan Tahun 2017 ................................................................. 35
E. Kesenjangan Rencana Kegiatan dengan Rencana Kerja Tahun 2017........................ 36
BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN TAHUN 2017 ...................................................... 37
BAB V EVALUASI RENCANA KINERJA TAHUNAN ....................................................... 38
BAB VI PENUTUP............................................................................................................. 42

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 iii


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan ................................................ 4


Tabel 2. Indikator Kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2017............................................. 8
Tabel 3. Rencana Anggaran Bapelkes Semarang Tahun 2017 ...................................... 35
Tabel 4. Instrumen Evaluasi RKT ................................................................................... 38

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 iv


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.
2361/MENKES/PER/XI/2011, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Bidang Kesehatan, Bapelkes Semarang adalah Unit Pelaksana Tugas (UPT) di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada dibawah Badan PPSDM Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.
Bapelkes Semarang mempunyai tugas pokok melaksanakan Pendidikan dan
Pelatihan serta pengembangan sumber daya manusia kesehatan dan masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bapelkes Semarang menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan rencana program dan kegiatan pendidikan dan pelatihan sumber
daya manusia kesehatan dan masyarakat;
2. Pelaksanaan kerjasama nasional maupun internasional di bidang pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia kesehatan dan masyarakat;
3. Pelaksanaan advokasi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dan masyarakat;
4. Pengembangan metode dan teknologi pelatihan, informasi, pemantauan, evaluasi
dan penyusunan laporan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dan masyarakat;
5. Penyiapan pengembangan kemitraan;
6. Pengkajian dan pengendalian mutu pelatihan; dan
7. Pelaksanaan urusan ketatausahaah dan kerumahtanggaan.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang diamanatkan, Bapelkes Semarang
menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT). RKT Tahun 2017 merupakan penjabaran
atau turunan dari dokumen Rencana Aksi Program Badan PPSDM Kementrian
Kesehatan dan Rencana Aksi Kegiatan Bapelkes Semarang Tahun 2015-2019.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) yang merupakan penjelasan rinci dari form RKT
sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Permen PAN dan RB) Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan
Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. RKT
juga merupakan gambaran kegiatan-kegiatan dan output-output Bapelkes
Semarang yang akan dilaksanakan dan dicapai pada tahun 2017 sebagai dasar
penetapan Pagu Anggaran dalam penyusunan RKA-KL Tahun 2017.

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 1


B. Landasan Hukum
Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang disusun berdasarkan dokumen hukum
sebagai berikut:
1. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. PP No.90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga.
3. Permenkes No.1144 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan.
4. Permen PAN dan RB No.25 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
5. Peraturan Presiden RI No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI
No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Laporan Kinerja,
dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI
No. 12 Tahun 2016 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/Menkes/52/2016 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2016-2019.

Disamping landasan hukum di atas, penyusunan RKT Bapelkes Semarang Tahun


2017 ini juga mengacu pada Rencana Aksi Kegiatan Bapelkes Semarang tahun
2015-2019

C. Sistematika Penulisan
Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 ditulis dengan
sistematika sebagai berikut:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Memuat penjelasan singkat tentang perkembangan Bapelkes Semarang, dikaitkan
dengan upaya perencanaan tahunan, landasan hukum dan landasan operasional
untuk mencapai target Indikator Kinerja Kegiatan (IKK).
BAB II HASIL EVALUASI KINERJA TAHUN 2016
Memuat resume hasil capaian kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2016 dan

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 2


rekomendasi hasil evaluasi tahun 2016 sebagai dasar penyusunan rencana kinerja
tahun 2017.
BAB III RENCANA KINERJA TAHUN 2017
Memuat penjabaran seluruh kegiatan Bapelkes Semarang tahun 2017 untuk mencapai
indikator kinerja tahun 2017 dan kesenjangan dalam penganggarannya
BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN TAHUN 2017
Memuat penjabaran kegiatan yang akan direncanakan tahun 2017.
BAB V EVALUASI RENCANA KINERJA TAHUNAN
Memuat langkah-langkah monitoring dan evaluasi kegiatan Bapelkes Semarang
tahun 2017.
BAB VI PENUTUP LAMPIRAN:
Form Rencana Kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2017.

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 3


BAB II
HASIL EVALUASI KINERJA TAHUN 2016

A. Capaian Kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2016


Capaian Kinerja Bapelkes Semarang tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.
Realisasi Pencapaian Kinerja Utama
Bapelkes Semarang Tahun 2016

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pelaksanaan Jumlah aparatur kesehatan 1077 912 84,68


pelatihan teknis, yang mengikuti pelatihan
jabatan teknis, jabatan fungsional,
fungsional,
penjenjangan, dan
penjengjangan,
dan prajabatan prajabatan.
bagi aparatur
kesehatan
Jumlah : a + b + c 1077 912 84,68

2. pelaksanaan Jumlah masyarakat yang - - -


pelatihan bidang mengikuti pelatihan di bidang
kesehatan bagi kesehatan
masyarakat
Jumlah : poin 1 + 2 + 3 1077 912 84,68

3. Pelaksanaan a. Jumlah dokumen hasil 1 1 100


pengembangan kajian kebutuhan
Diklat Kesehatan pelatihan (TNA)
b. Jumlah kurikulum
pelatihan yang disusun. 1 1 100
c. Jumlah modul pelatihan
yang disusun. 1 1 100

Jumlah : a + b + c 5 5 100

4. Pelaksanaan a. Jumlah pelatihan yang 8 8 100


pengendalian terakreditasi
mutu diklat b. Jumlah pelatihan yang
dievaluasi (Evaluasi
Pasca Pelatihan) 1 1 100

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 4


5. Pengembangan a. Jumlah SDM yang 80 80 100
sumber daya dikembangkan
kesehatan kapasitasnya
b. Jumlah Laboratorium
pembelajaran kelas yang - - -
dikembangkan
c. Jumlah laboratorium - - -
pembelajaran lapangan
yang dikembangkan

Target kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2017 pada awalnya ditetapkan


sebanyak 4.722 orang peserta. Seiring dengan berjalannya tahun anggaran terjadi
perubahan yang diakibatkan adanya kebijakan kementerian keuangan untuk
melakukan efisiensi anggaran di semua kementerian. Efisiensi tersebut berimbas
dengan dipotongnya beberapa kegiatan-kegiatan yang ada di setiap satuan kerja.
Efisiensi anggaran di Bapelkes Semarang berakibat dengan dihapuskannya beberapa
kegiatan yang telah ada di DIPA termasuk beberapa kegiatan pelatihan. Penghapusan
kegiatan pelatihan secara otomatis mengurangi jumlah sasaran peserta latih yang
dalam hal ini berakibat berkurangnya output/target dari yang telah ditetapkan semula
yaitu sebesar 1077 orang. Dari target setelah adanya efisiensi, diperoleh gambaran
secara umum bahwa target kinerja kegiatan utama Bapelkes Semarang tahun 2016
sedikit menurun ( 0,82 % dari 1086 orang menjadi 1077 orang pada tahun 2017. Dari
target 1077 orang tersebut, sebanyak 912 aparatur (84,68%) dilatih pada tahun 2016.
Capaian realisasi target peserta latih tidak tercapai 100% dikarenakan terdapat
kendala antara lain adalah tidak semua calon peserta yang diundang memenuhi
undangan untuk mengikuti pelatihan yang dimaksud, ada peserta yang didiskualifikasi
karena tidak memenuhi persyaratan pelatihan yang akan diikuti serta adanya tugas
lain yang dibebankan peserta sehingga calon peserta tidak dapat mengkikuti pelatihan
yang diajukan. Sedangkan pelatihan-pelatihan yang melibatkan kebijakan pusat seperti
TKHI dan Diklat Pim mengalami kendala seperti kuota petugas Haji yang berkurang
ataupun jumlah peserta yang akan mengikuti Diklat Pim berkurang karena sebagian
calon peserta mengikuti diklat di instansi lain.
Sesuai dengan target yang ditetapkan pada tahun 2016, jumlah kegiatan kajian
kebutuhan dokumen (TNA) dan kurikulum modul yang dikembangkan masing-masing
berjumlah 1 (satu) dokumen. Realisasi selama 2016 tercapai 100% dimana semua
kegiatan telah dilaksanakan sesuai target yang telah direncanakan.
Sebanyak 34 pelatihan/angkatan dilaksanakan sepanjang tahun anggaran
2016. Setiap pelatihan yang akan dilaksanakan di Bapelkes Semarang sebelum
dilaksanakan telah diajukan untuk diakreditasi. Tujuan Akreditasi Pelatihan adalah

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 5


untuk memperoleh pengakuan terhadap program pelatihan yang telah dilakukan
apakah sudah memenuhi standar yang ditetapkan berdasarkan kompetensi yang akan
dicapai, sehingga memberikan jaminan kepada peserta latih akan penyelenggaraan
pelatihan yang bermutu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelatihan yang
dilakukan di Bapelkes Semarang sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan
sesuai dengan kompetensinya.
Evaluasi Paska Pelatihan merupakan salah satu upaya untuk memonitoring
hasil pelatihan yang telah dilaksanakan di Bapelkes Semarang. Pada tahun 2016 EPP
dilakukan terhadap Diklat PIM Tingkat IV pola baru sebanyak 1 angkatan. Diklat PIM IV
merupakan salah satu diklat yang dibutuhkan oleh pejabat eselon IV yang bertujuan
untuk membentuk pemimpin yang memiliki kompetensi kepemimpinan operasional
yaitu pemimpin yang memiliki kemampuan dalam membuat perencanaan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan instansi dan kemampuan mempengaruhi serta memobilisasi
bawahan dan stakeholder strategisnya dalam melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan. Peserta diklat PIM IV terdiri atas tenaga struktural maupun calon
Struktural. Tujuan akhir evaluasi paska pelatihan dilakukan untuk mendapatkan
gambaran manfaat Diklat PIM Tingkat IV Pola Baru terhadap peningkatan kinerja di
tempat masing-masing.
Pelaksanaan pengembangan diklat kesehatan tahun 2016 terealisasi sebesar
100% sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Kegiatan pengendalian mutu diklat
2016 juga sudah terealisasi sebesar 100%, dimana dari 8 jenis pelatihan yang
ditargetkan, seluruhnya berhasil diakreditasi.
Sumber Daya Manusia (SDM) Bapelkes Semarang yang dikembangkan
kapasitasnya pada tahun 2016 adalah sebanyak 80 orang, Jenis kegiatan yang diikuti
oleh aparatur meliputi workshop/seminar/kaji banding/sosialisasi serta pelatihan ASN.

B. Rekomendasi Hasil Evaluasi Tahun 2016


Hasil evaluasi kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2016 menunjukkan adanya
permasalahan sebagai berikut:
1. Adanya kebijakan efisiensi anggaran pada tahun 2016 sebanyak 2 kali menyebabkan
dipotongnya beberapa kegiatan termasuk diantaranya kegiatan pelatihan.
Pemotongan tersebut berakibat berkurangnya target kinerja Bapelkes Semarang dari
semula 4722 orang menjadi 1077 orang peserta latih.
2. Perubahan pagu awal anggaran sebesar Rp. 44.889.526.000,00 setelah mengalami
efisiensi menjadi sebesar Rp. 27.016.270.000,00. Dari pagu anggaran setelah hanya
terserap sebesar 76,55%, dimana sisa anggaran DIPA tahun 2016 adalah sebesar
Rp. 6.335.515.345,00.

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 6


3. Capaian indikator kinerja utama Bapelkes Semarang mengalami penurunan pada
tahun 2016 (84,68%) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini terjadi
dikarenakan adanya pengurangan jumlah kuota untuk pelatihan TKHI, pengiriman
jumlah peserta Diklat PIM IV yang tidak sesuai dengan target awal, adanya beberapa
calon peserta yang batal mengikuti diklat dikarenakan tugas lain maupun adanya
diskualifikasi Karen tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
4. Target kegiatan penunjang indikator kinerja Bapelkes Semarang meliputi
pengembangan pelatihan dan kurikulum modul pelatihan, pengendalian mutu
pelatihan, dan peningkatan kapasitas SDM Kesehatan Bapelkes Semarang tercapai
sebesar 100%.
5. Anggaran tidak terserap lebih banyak pada kegiatan pelatihan, terutama untuk
anggaran perjalanan dinas peserta dimana pada saat perencanaan anggaran
perjalanan dinas peserta dialokasikan maksimal dari standar biaya yang ada
sedangkan pada saat pelaksanaan peserta berasal dari daerah yang dekat.

Dari hasil evaluasi tersebut, rekomendasi yang diberikan adalah sebagai


berikut:
1. Membuat perencanaan khususnya perencanaan pelatihan yang lebih terkoordinasi
dengan Pusat Pelatihan SDM Kesehatan agar sasaran dan asal peserta pelatihan
dapat diketahui dari awal perencaan.
2. Membina komunikasi yang lebih intensif dengan instansi pembina agar informasi
mengenai program pelatihan pada tahun berjalan bisa terpantau untuk
mengantisipasi segera atas perubahan kebijakan pelatihan. Koordinasi juga
bertujuan untuk penyususnan rencana program untuk tahun berikutnya yang lebih
jelas dan terarah.
3. Membangun sistem perencanaan yang lebih baik, melibatkan semua unsur, dan
didukung oleh tim perencanaan yang solid.
4. Perlu dilakukan monitoring dan evaluasi rutin terhadap serapan anggaran maupun
capaian out kinerja.

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 7


BAB III
RENCANA KINERJA TAHUN 2017

A. Indikator Kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2017

Bapelkes Semarang mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan


pelatihan serta pengembangan sumber daya manusia kesehatan dan masyarakat.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis di bawah Badan PPSDM Kesehatan, Bapelkes
Semarang mengelola kegiatan pelatihan teknis, jabatan fungsional, penjenjangan, dan
prajabatan bagi aparatur kesehatan.
Dalam melihat pencapaian output maka dibutuhkan indikator yang digunakan
sebagai tolak ukur dalam pencapaian target kinerja 2017. Tabel 2 berikut adalah
indikator kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2017.

Tabel 2.
Indikator Kinerja Bapelkes Semarang Tahun 2017

INDIKATOR
TARGET
KEGIATAN OUTPUT KINERJA
2017
KEGIATAN
Pelaksanaan SDM Kesehatan Jumlah Sumber Daya 1.897
Pelatihan Sumber yang dilatih Manusia (SDM) Kesehatan
Daya Manusia (SDM) Yang Mendapat Sertifikat
Kesehatan
Pada Pelatihan
Terakreditasi

Pada tahun 2017, Indikator Kinerja Bapelkes Semarang mengalami


penurunan dari tahun 2016 yaitu dari 4.722 orang menjadi 1.897 orang.
Perubahan target menyesuaikan kebijakan dari Pusat Pelatihan Kesehatan
tentang jumlah dan sebaran peserta latih di BBPK dan Bapelkes Nasional.

B. Rencana Kegiatan Tahun 2017


1. Pelatihan Teknis dan Fungsional Bagi SDM Kesehatan;
a. Pelaksanaan Pelatihan Teknis
Untuk tahun 2017, pelatihan teknis akan diarahkan pada pelatihan prioritas yang
mendukung program Kementrian Kesehatan dan pelatihan unggulan Bapelkes
Semarang, yaitu pelatihan:

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 8


1) Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
Dalam Pelayanan Kesehatan Haji, berdasar Keputusan Menkes
No:442/MENKES/SK/VI/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Haji Indonesia dan Keputusan Menkes Nomor
400/Menkes/SK/III/2010 tentang Pedoman Rekruitmen Petugas Kesehatan
Haji Indonesia, peran Petugas Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI)
Kelompok Terbang (Kloter) sangat penting dan menentukan kesuksesan
pelayanan kesehatan haji secara keseluruhan. Pada tahun 2017 jumlah
kloter TKHI yang dilatih di Bapelkes Semarang berjumlah 178 kloter. Tugas
TKHI Kloter adalah memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan
kesehatan terhadap jemaah kelompok terbangnya serta tugas-tugas
administrasi di asrama embarkasi, selama perjalanan, selama di Arab Saudi
sampai di asrama debarkasi.
Agar petugas TKHI dapat menjalankan tugasnya seperti tersebut di atas
dan mampu mengantisipasi permasalahan yang mungkin timbul selama
bertugas, Pusdiklat SDM Kesehatan dalam merancang pelatihan diawali
dengan melakukan pengkajian kebutuhan pelatihan, melalui: penelusuran
laporan tim pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan ibadah haji
tahun sebelumnya, penggalian pengalaman para pakar profesional
kesehatan dan petugas TKHI yang bertugas tahun sebelumnya. Proses
pelatihan akan berpusat pada peningkatan wawasan terhadap pengetahuan,
sikap dan ketrampilan baik individual maupun tim dalam memberikan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan terhadap jemaah
kelompok terbangnya serta tugas-tugas administrasi.
Penyelenggaraan pelatihan TKHI di Bapelkes Semarang melibatkan
berbagai pihak yang berkepentingan dan berkompeten. Selain bekerjasama
dengan Pukeshaji Kemenkes RI Bapelkes Semarang juga berkoordinasi
dengan Dinkes Propinsi Jawa Tengah dalam hal kepesertaan dan aturan
administrasi. Kurikulum, modul, dan pengendalian mutu mengacu pedoman
Pusdiklat Aparatur Kemenkes RI.
2) Pelatihan SISKOHATKES Bagi Petugas Pengelola Kesehatan Haji Pra
Embarkasi dan PAska Embarkasi.
Penyelanggaraan Ibadah Haji dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, jumlah pesera haji yang banyak memerlukan pengelolaan yang
terpadu untuk mempermudah dalam menyajikan data peserta haji. Data yang
dimaksud juga meliputi data kesehatan para peserta. Untuk pengelolaan
data tersebut diperlukan sitem komputerisasi yang terpadu.

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 9


Pentingnya Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan belum
sepenuhnya dipahami oleh para petugas kesehatan haji. Dengan adanya
Siskohatkes diharapkan tersedianya data dan informasi epidemiologi
kesehatan haji sebagai dasar pengambilan keputusan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan haji dalam
mewujudkan kemandirian jemaah haji pada bidang kesehatan. Siskohatkes
bermanfaat untuk membantu petugas haji dalam mengetahui serta
menyajikan laporan harian dan kejadian-kejadian penting yang dialami oleh
jemaah haji sehingga penyampaian pelaporan dan pemantauan jemaah haji
dapat lebih efisien.
Untuk memberikan pemahaman petugas pengelola haji tentang
pentingnya Siskohatkes diperlukan pelatihan. Untuk itu pada tahun 2017
Bapelkes Semarang bekerjasama dengan Pusat Haji akan menyelengarakan
pelatihan Siskohatkes yang diperuntukkan bagi petugas pengelola
Kesehatan haji yang bertugas pada saat pra embarkasi maupun pasca
embarkasi.
3) Pelatihan One Health
Dikembangkanya pelatihan One Health berawal dengan adanya
ancaman terhadap status kesehatan kita, baik secara global maupun lokal
makin meningkat. Hal dapat menciptakan masalah serius bagi Indonesia jika
negara ini tidak dapat secara efektif mengatasi ancaman tersebut. Pandemi
terbaru (SARS, H5N1, dan H1N1), perdagangan global ternak, perubahan
iklim, ekologi patogen dan bioterorisme semuanya berhubungan dengan
ancaman dan harus ditangani secara profesional dengan menggunakan
pendekatan One Health (OH), di mana tim dengan multidisiplin bekerja baik
secara lintas-disiplin maupun secara lintas-sektoral untuk merespon. Hal ini
perlu keterlibatan dari orang-orang yang sejalan dengan visi untuk
meningkatkan status kesehatan di Indonesia.
Konsep One Health (satu kesehatan, satu ilmu kedokteran, dan satu
dunia) memiliki tujuan untuk mengurangi risiko dampak tinggi penyakit pada
antarmuka ekosistem hewan-manusia. Ini adalah sebuah pendekatan untuk
menghadapi tantangan yang kompleks pada titik pertemuan antara hewan,
manusia, dan kesehatan lingkungan termasuk penyakit darurat pandemi,
krisis pangan global, dan perubahan iklim; koordinasi yang terpadu dan
diperluas bekerja pada berbagai sektor dan secara profesional untuk
meningkatkan jangka panjang pada kesehatan dan kesejahteraan.
Pendekatan satu kesehatan membawa pada kesempatan untuk berinovasi

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 10


dan mengumpulkan pengalaman dari fakultas dan lembaga lainnya.
Kesadaran dalam akademik yang berasal dari kolaborasi multidisiplin sangat
penting untuk mengenali dan menanggapi diversifikasi risiko kesehatan.
4) Pelatihan Calon Pembimbing Lapangan Prodi DLP
Program studi Dokter Layanan Primer Setara spesialis akan
diselenggarakan oleh Fakultas-fakultas Kedokteran dengan akreditasi
tertinggi di seluruh Indonesia. Beberapa fakultas kedokteran telah
menyatakan kesediaannya dan siap menyelenggarakan program studi ini
dalam tahun akademik 2016-2017.
Salah satu perangkat yang perlu disiapkan adalah pembimbing
lapangan (perseptor) yang bekerja di fasilitas kesehatan tingkat pertama
(FKTP). Menurut standar pendidikan DLP yang disusun oleh Pokja DLP
pada tahun 2015, tercantum bahwa rasio pembimbing: peserta sekurangnya
adalah 1:3, dan terutama berperan pada tahap kedua program studi. Pada
tahap kedua yang disebut sebagai tahap magang (setelah tahap pengayaan
dan sebelum tahap praktik) tersebut, peserta prodi DLP akan bekerja di
FKTP di bawah pengawasan pembimbing (perseptor).
Selain untuk memenuhi kebutuhan prodi DLP tersebut, pembimbing
lapangan juga diperlukan oleh program pendidikan DLP masa transisi.
Program pendidikan DLP masa transisi yang berlangsung selama 6 bulan
merupakan program yang disesuaikan dengan pencapaian pembelajaran
masa lampau yang telah direkognisi sebelumnya. Program pendidikan masa
transisi ini bukan hanya di dalam kelas, namun termasuk pelatihan
ketrampilan klinis dan proses magang dan praktik di FKTP.
Memahami bahwa DLP merupakan profesi yang baru di Indonesia,
sehingga pembimbing lapangan prodi DLP angkatan pertama bukan DLP,
namun merupakan dokter praktik di layanan primer yang dinilai telah
berpengalaman melalui proses Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) serta
telah mengikuti pelatihan di bawah ini.
Oleh karena itu pelatihan pembimbing lapangan untuk DLP ini
merupakan pelatihan terstruktur yang diselenggarakan oleh Badan PPSDM
Kesehatan melalui Bapelkes Semarang bekerja sama dengan 6 (enam)
Fakultas Kedokteran terakreditasi A untuk menyiapkan pembimbing-
pembimbing lapangan sebelum diluluskannya DLP dari program studi DLP
baik kurikulum regular maupun prodi DLP masa transisi.
5) Pelatihan Perencanaan Kesehatan Daerah
Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 11


memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan penting dari
pembangunan kesehatan di suatu negara, diantaranya adalah pemerataan
pelayanan kesehatan dan akses (equitable access to health care) dan
pelayanan yang berkualitas (assured quality) . Oleh karena itu reformasi
kebijakan kesehatan di suatu negara seyogyanya memberikan fokus penting
kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin terselenggaranya
kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi (efficiency) dan
efektifitas (effectiveness) dari pembiayaan kesehatan itu sendiri.
Perencanaan dan pengaturan pembiayaan kesehatan yang memadai (health
care financing) akan menolong pemerintah di suatu negara untuk dapat
memobilisasi sumber-sumber pembiayaan kesehatan, mengalokasikannya
secara rasional serta menggunakannya secara efisien dan efektif. Kebijakan
pembiayaan kesehatan yang mengutamakan pemerataan serta berpihak
kepada masyarakat miskin (equitable and pro poor health policy) akan
mendorong tercapainya akses yang universal. Pada aspek yang lebih luas
diyakini bahwa pembiayaan kesehatan mempunyai kontribusi pada
perkembangan sosial dan ekonomi. Pelayanan kesehatan itu sendiri pada
akhir-akhir ini menjadi amat mahal baik pada negara maju maupun pada
negara berkembang. Penggunaan yang berlebihan dari pelayanan
kesehatan dengan teknologi tinggi adalah salah satu penyebab utamanya.
Penyebab yang lain adalah dominasi pembiayaan pelayanan kesehatan
dengan mekanisme pembayaran tunai (fee for service) dan lemahnya
kemampuan dalam penatalaksanaan sumber-sumber dan pelayanan itu
sendiri (poor management of resources and services).
Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu negara
diarahkan kepada beberapa hal pokok yakni; kesinambungan pembiayaan
program kesehatan prioritas, reduksi pembiayaan kesehatan secara tunai
perorangan (out of pocket funding), menghilangkan hambatan biaya untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, pemerataan dalam akses pelayanan,
peningkatan efisiensi dan efektifitas alokasi sumber daya (resources) serta
kualitas pelayanan yang memadai dan dapat diterima pengguna jasa.
Tujuan pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan
kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan
termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 12


Agar pembiayaan kesehatan tepat menuju sasaran, maka perlu
didukung basis data terpadu. Basis data terpadu selama ini memanfaatkan
data base untuk jaminan sosial yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS). Sumber daya pengelola pembiayaan kesehatan perlu menguasai
keahlian perencanaan pembiayaan kesehatan terpadu berbasis data
(penguatan program) yang salah satu peningkatannya ditempuh dengan
pelatihan.Salah satu sasaran yang perlu dilatih adalah bagi pengelola
program dari Kementrian Kesehatan.
6) Pelatihan Pendamping Akreditasi FKTP
Untuk meningkatkan pelayanan sarana kesehatan dasar
khususnya Puskesmas kepada masyarakat, dilakukan berbagai upaya
peningkatan mutu dan kinerja antara lain dengan pembakuan dan
pengembangan sistem manajemen mutu dan upaya perbaikan kinerja yang
berkesinambungan baik pelayanan klinis, upaya Puskesmas dan
manajerial.
Akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama lainnya merupakan salah satu mekanisme regulasi yang
bertujuan untuk mendorong upaya peningkatan mutu dan kinerja
pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
lembaga independen yang diberikan kewenangan oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Selain itu untuk mememnuhi persyaratan
Puskesmas, dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama lainnya yang akan
kerjasama dengan BPJS dipersyaratan lulus akreditasi sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes nomor 71
tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan
Nasional
Dalam pelaksanaan akreditasi dilakukan penilaian dengan
menggunakan standar akreditasi yang ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Agar Puskesmas, dan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama lainnya dapat memenuhi standar akreditasi
dibutuhkan pendampingan oleh fasilitator yang kompeten agar
Puskesmas, dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama lainnya dapat
membangun sistem pelayanan yang didukung oleh tata kelola yang baik
dan kepemimpinan yang mempunyai komitmen yang tinggi untuk
menyediakan pelayanan yang mutu, aman, dan terjangkau bagi
masyarakat secara berkesinambungan. Untuk itu, perlu terlebih dahulu
dilakukan Pelatihan bagi calon pendamping akreditasi Puskesmas yang

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 13


akan melaksanakan pendampingan akreditasi baik Puskesmas, dan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama lainnya.
7) Pelatihan Manajemen Puskesmas
Puskesmas saat ini berada dalam lingkungan yang kompetitif.
Masyarakat pengguna tidak hanya membandingkan mutu, namun juga
sampai melakukan penuntutan. Dalam paradigma baru tersebut, terlihat
bahwa kualitas menjadi andalan dalam persaingan, berfokus pada persaingan
konsumen, bersemangat tinggi untuk melakukan improvement secara
berkelanjutan serta menggunakan system organisasi berkualitas untuk
menjaga konsistensi kualitas produk dan jasa yang disediakan bagi
pasien/masyarakat.
Puskesmas mempunyai 3 fungsi, yaitu sebagai pusat pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pelayanan kesehatan dan pusat pembinaan
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan. Ketiga fungsi tersebut
belum semua tingkat manajemen di puskesmas memahami secara
mendalam apalagi bila dibandingkan dengan peningkatan kinerja staf
puskesmasnya.
Bapelkes Semarang mempunyai pengalaman dalam bidang diklat
manajemen di puskesmas, dan sudah melatih beberapa Kabupaten/kota baik
di Jawa maupun secara regional. Berkenaan dengan hal tersebut maka
diperlukan adanya pelatihan manajemen puskesmas bagi pimpinan dan staf
Puskesmas sehingga diharapkan adanya perubahan yang berdampak
terhadap meningkatnya pelayanan di Puskesmas.
8) Pelatihan Preceptor DLP
Kompetensi dokter layanan primer (DLP) lebih tinggi dibandingkan
dengan dokter biasa yang mengacu pada Standar Kompetensi Dokter
Indonesia (SKDI) 2012. Dengan kompetensi yang lebih tinggi diharapkan DLP
bisa menjaga masyarakat tetap sehat dan dapat menyelesaikan sebagian
besar masalah kesehatan yang muncul di masyarakat. Untuk menjadi DLP,
dokter mempelajari sebagian kecil ilmu kedokteran spesialis.DLP adalah
dokter setara dokter spesialis di bidang generalis yang menerapkan ilmu
kedokteran keluarga, kedokteran komunitas, dan kesehatan masyarakat.
Pada prinsipnya kualitas layanan primer tidak hanya dipengaruhi oleh
kompetensi dokter. Ada banyak faktor yang ikut berkontribusi. Meski
demikian, banyak penelitian menunjukkan bahwa kualitas layanan primer
yang memiliki DLP lebih bagus dibandingkan yang tidak memiliki DLP
sekalipun memiliki fasilitas dan kelengkapan tenaga kesehatannya sama.

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 14


Pendidikan kedokteran di Indonesia mengacu pada World Federation
of Medical Education. Menurut acuan tersebut, pendidikan kedokteran terbagi
tiga, yakni pendidikan dasar kedokteran, pendidikan lanjut, dan pendidikan
berkelanjutan. Pendidikan dasar kedokteran ialah ketika seseorang menjalani
pendidikan di fakultas kedokteran lalu menyelesaikan program internsip.
Kemudian pendidikan dokter lanjutan ialah pada saat dokter melanjutkan
belajar di program spesialis.
Untuk menjadi DLP, seorang dokter tidak cukup hanya mengikuti
workshop, pelatihan, atau seminar saja. Tiga hal tersebut adalah bentuk
pendidikan berkelanjutan yang tidak didesain agar pesertanya memiliki
standar kompetensi tertentu. Program pendidikan DLP memiliki kurikulum dan
bentuk uji kompetensi. Sehubungan dengan akan dibukanya program studi
(Prodi) Dokter Layanan Primer (DLP) di 17 Fakultas Kedokteran Universitas
yang terakreditasi A, dibutuhkan penyiapan dosen-dosen yang akan menjadi
pengelola program studi DLP. Guna mendukung persiapan pembukaan Prodi
DLP tersebut Kemenkes RI memfasilitasi lima jenis pelatihan DLP bagi calon
dosen program studi DLP. Kelima pelatihan tersebut, yaitu: Training of trainer
DLP bagi dosen home based dan pengelola Prodi; Pelatihan dosen pendidik
klinis Prodi DLP; Pelatihan Asesor Recognition Prior Learning (RPL)-DLP;
Pelatihan calon Pembimbing Lapangan Prodi DLP; dan Pelatihan perseptor
Prodi DLP.
Tahun 2016, Bapelkes Semarang telah menyelenggarakan Pelatihan
Calon Pembimbing Lapangan Prodi DLP. Sebagai tindak lanjut dari pelatihan
tersebut, maka dilakukan Pelatihan Perseptor Prodi DLP pada tahun 2017.
Perseptor dipersiapkan untuk memberikan dukungan pada calon Dokter DLP
dalam memahami perannya. Lama Kegiatan pelatihan untuk perseptor ini
didesain 6 hari dengan jam pembelajaran sebanyak 50 JP.
9) Pelatihan Sistem Pengendali Internal
Pengendalian internal pemerintah merupakan proses yang integral pada
tindakan d a n k e g i a t a n y a n g d i l a k u k a n s e c a r a t e r u s m e n e r u s
o l e h p i m p i n a n d a n s e l u r u h pegawai untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamananaset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.Sistem Pengendalian
Internal Pemerintah dibuat untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif
dan efisien, memberikan informasi keuangan secara akurat, menjaga aset
yang dimiliki oleh negara, dan menjaga ketaatan terhadap peraturan

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 15


perundang-undangan.
Unsur-unsur pengendalian terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian resiko,
aktivitas pengendalian, komunikasi dan informasi, dan pemantauan. Li n g k u n g a n
P e n g e n d a l i a n d i b a n g u n m e l a l u i penegakan integritas dan nilai etika,
komitmen terhadap kompetensi, kepemimpinan yang kondusif, pembentukan
struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, pendelegasian wewenang
dan tanggung jawab yangtepat, penyusunan dan penerapan kebijakan yang
sehat tentang pembinaan sumber daya manusia, perwujudan peran aparat
pengawasan intern pemerintah yang efektif.
Penilaian resiko d i m u l a i d e n g a n p e n e t a p a n m a k s u d d a n
t u j u a n I n s t a n s i P e m e r i n t a h y a n g j e l a s d a n konsisten. Selanjutnya
Instansi pemerintahan mengidentifikasi secara efisien dan efektif resiko
yang dapat menghambat pencapaian tujuan tersebut. Terhadap
resiko yang telahteridentifikasi, dianalisis untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan. P i m p i n a n instansi
pem erintah m erumuskan pendekatan m anajem en dan
k e g i a t a n pengendalian risiko yang diperlukan untuk memperkecil resiko.
Kegiatan pengendalian internal adalah kebijakan dan prosedur yang dapat
membantu memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan Instansi
Pemerintah untuk mengurangi risiko yang telah diidentifikasi
selama proses penilaian risiko. Aktifitas pengendalian meliputi reviu
atas kinerja Instansi Pemerintah, pembinaan SDM, pengendalian atas
pengelolaan sistem informasi; pengendalian fisik atas aset, penetapan dan
reviu atas indikator dan ukuran kinerja, pemisahan fungsi, otorisasi atas
transaksi dan kejadian yang penting, pencatatan yang akurat dan tepat waktu
atas transaksi dan kejadian, pembatasan akses atas sumber daya dan
pencatatannya, akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan
dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan
kejadian penting.
Unsur pengendalian intern keempat adalah informasi dan
komunikasi.Instansi Pemerintah harus memiliki informasi yang
relevan dan dapat diandalkan baik i n f o r m a s i keuangan
maupun non-keuangan,yang berhubungan dengan
peristiwa eksternal dan internal. Informasi tersebut harus
direkam dan dikomunikasikan kepada pimpinan Instansi Pemerintah dan
lainnya di seluruh Instansi Pemerintah yang m e m e r l u k a n d a l a m b e n t u k
serta dalam kerangka waktu yang m em ungkinkan

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 16


y a n g bersangkutan melaksanakan pengendalian internal dan tanggung
jawab operasional.
Pemantauan merupakan unsur pengendalian intern yang kelima atau
terakhir. P e m a n t a u a n Sistem Pengendalian Internal
dilaksanakan melalui p e m a n t a u a n berkelanjutan, evaluasi
terpisah dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviulainnya.
Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan
pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain
yang terkait dalam pelaksanaantugas. Evaluasi terpisah diselenggarakan
melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian.
Atas dasar pentingnya sistem pengendalian internal seperti disebut diatas,
maka Bapelkes Semarang merasa perlu menyelenggarakan pelatihan sistem
pengendalian internal (SPI). Tujuannya adalah agar organisasi dapat berjalan
secara efektif dan efisien.
10) Pelatihan Tim Pengendali Mutu (TPM)
Semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
masyarakat berdampak terhadap perubahan sistem nilai dan orientasi di
masyarakat, terutama tuntutan akan mutu produk baik berupa barang maupun
jasa pelayanan. Hal ini hendaknya menjadi dorongan bagi setiap organisasi
maupun instansi milik pemerintah untuk berbenah dalam meningkatkan
kualitas produknya menjadi lebih bermutu baik berupa barang maupun jasa
pelayanan yang diberikan kepada pelanggan.
Upaya meningkatkan mutu produk secara berkesinambungan dapat
dilakukan antara lain dengan menerapkan sistem mutu dalam pengelolaan
organisasi/instansi terkait. Dengan penerapan sistem mutu dalam
pengelolaannya maka organisasi/instansi akan selalu berusaha menghasilkan
produk barang maupun jasa pelayanan yang sesuai atau bahkan melebihi
standar yang ditentukan serta berfokus pada kepuasan pelanggan, baik
internal maupun eksternal.
Institusi diklat sebagai suatu organisasi pemerintah dalam tugas
sehari-harinya menyelenggarakan diklat sebagai bagian dari penyelenggara
kepentingan publik diharapkan secara profesional secara intensif dan optimal
melaksanakan pengembangan aparatur yang kompetitif. Kinerja institusi diklat
sebagai organisasi sangat penting, oleh karena dengan adanya kinerja maka
tingkat pencapaian hasil akan terlihat sehingga akan dapat diketahui
seberapa jauh pula tugas yang telah dipikul melalui tugas dan wewenang
yang diberikan dapat dilaksanakan secara nyata dan maksimal dalam

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 17


mewujudkan Aparatur yang kompeten. Mendukung dan mewujudkan diklat
berbasis kompetensi yang menghasilkan aparatur kompeten dibutuhkan
komitmen semua pihak.
Upaya ini dapat dilakukan antara lain dengan menerapkan sistem
mutu dalam pengelolaan kediklatan. Salah satu di antara rangkaian kegiatan
dalam penerapan sistem mutu yang mengacu pada prinsip Perencanaan,
Pelaksanaan, Pemeriksaan dan Tindakan (Plan, Do, Check, Action/PDCA)
adalah dilaksanakannya penjaminan mutu internal. Dengan adanya kegiatan
penjaminan mutu internal pihak penyelenggara diklat dapat mengetahui
keadaan manajemen mutu yang sedang berlangsung, dan dapat menentukan
sistem mutu, sehingga dapat segera melakukan perbaikan sebelum timbul
permasalahan. Akreditasi institusi diklat tidak berhenti pada penilaian, serta
dicapainya status akreditasi, akan tetapi ditindaklanjuti dengan penerapan
standar yang telah disusun secara terus-menerus. Agar terjadi proses
perbaikan yang berkesinambungan, dalam penerapannya diperlukan
pengendalian mutu antara lain melalui kegiatan penjaminan mutu internal.
Namun demikian pelaksanaan penjaminan mutu internal tidak selalu harus
menunggu sampai institusi diklat terakreditasi dahulu, karena kegiatan ini
dapat juga dilaksanakan pada setiap penyelenggara diklat yang responsif
terhadap upaya peningkatan mutu diklat.
Berkenaan dengan hal tersebut maka Bapelkes Semarang sebagai
lembaga diklat Kementrian Kesehatan mengadakan Pelatihan Tim Pengendali
Mutu
11) Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (untuk ASN)
Kegiatan pengadaan barang dan jasa pemerintah menduduki proses
keempat dalam pelaksanaan kegiatan pembagunan pemerintah yaitu,
perencanaan (planning), pemograman (programming), penganggaran
(budgeting), pengadaan (procurement) dan pemanfaatan dan pemeliharaan
(operation and maintenance).
Oleh karena itu, pengadaan barang dan jasa pemerintah harus
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, yaitu
harus dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip efisien, efektif, transparan,
terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel. Dengan demikian
tentu sangat dibutuhkan seseorang yang ahli dalam kegiatan tersebut, yang
dibuktikan dengan sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa yaitu tanda bukti
pengakuan dari pemerintah atas kompetensi dan kemampuan profesi di
bidang pengadaan barang/jasa.

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 18


Semakin tingginya volume pengadaan barang dan jasa di lingkungan
Pemerintah menuntut tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang
memadai baik secara kuatintas maupun kualitas agar proses pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah dapat terselenggara secara efektif
dan efisien serta tidak menyimpang dari ketentuan yang telah diatur dalam
perundang–undangan. Saat ini pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah telah
dilaksanakan secara E- Procurement. Oleh karena itu dibutuhkan SDM yang
mampu melakukan tahapan kegiatan pengadaan barang / jasa pemerintah
dan mampu melakukan kegiatan pengadaan yang sesuai dengan prinsip–
prinsip dasar pengadaan barang dan jasa pemerintah yaitu : Efisien, Efektif,
terbuka dan bersaing, transparan, adil / tidak diskriminatif.
Penyelenggaraan pelatihan pengadaan barang dan jasa diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta tentang proses
pengadaan barang/jasa pemerintah, meningkatkan kemampuan peserta
dalam memahami prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa pemerintah,
kebijakan, serta peraturan perundangan terkait pengadaan barang/jasa
pemerintah, meningkatkan kemampuan peserta dalam memahami prinsip
pengendalian dan pengawasan pengadaan barang/jasa pemerintah, dan
meningkatkan pengetahuan peserta tentang penyimpangan yang biasa terjadi
dalam pengadaan barang/jasa.

b. Pelaksanaan Pelatihan Fungsional


1) Pelatihan Jabatan Fungsional Umum
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi
Kementerian Kesehatan, selain jabatan struktural dan jabatan fungsional
tertentu diperlukan jabatan fungsional umum sebagai dasar dalam
perencanaan dan penempatan pegawai. Peraturan Menteri Kesehatan No
73 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Umum di Lingkungan
Kementrian Kesehatan mengatur secara lengkap ketentuan, pengusulan,
uraian tugas, dan hal-hal lain mengenai jabatan fungsional umum.
Jabatan Fungsional Umum adalah kedudukan yang menunjukkan
tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang CPNS dan PNS
dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya
didasarkan pada keterampilan tertentu dan untuk kenaikan pangkatnya tidak
disyaratkan dengan angka kredit. Meski tidak disyaratkan angka kredit,
namun kompetensi seorang pemegang jabatan fungsional umum harus tetap
diperhatikan. Seorang pemegang jabatan fungsional umum selayaknya

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 19


memahami benar apa yang menjadi tugas dan fungsinya dan mampu
mengoptimalkan kinerjanya. Karena itu, Bapelkes Semarang memandang
perlu diselenggarakan pelatihan jabatan fungsional umum.
2) Pelatihan Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian
Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak Pegawai Negeri Sipil dalam suatu
organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan
atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian adalah Pegawai Negeri Sipil
(PNS) yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh
oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan manajemen PNS
dan pengembangan sistem manajemen PNS Manajemen PNS adalah
keseluruhan upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan derajat
profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi, dan kewajiban
kepegawaian, yang terdiri atas formasi dan pengadaan, mutasi, pendidikan
dan pelatihan (diklat), gaji, tunjangan dan kesejahteraan, ketatausahaan
kepegawaian, disiplin dan pengendalian kepegawaian, pemberhentian dan
pelaporan.
Bahwa dalam upaya mewujudkan Analis Kepegawaian yang
profesional, dipandang perlu untuk melakukan penataan jabatan yang
berbasis kompetensi;bertujuan untuk memberikan acuan baku tentang
kriteria Standar Kompetensi Kerja Analis Kepegawaian dalam rangka
mewujudkan Analis Kepegawaian yang professional. Secara spesifik,
Standar Kompetensi Kerja Analis Kepegawaian ditujukan untuk memberikan
pedoman dalam :
1. Melakukan pengembangan program sertifikasi profesi Analis
Kepegawaian;
2. Melakukan pengembangan dan penyelenggaraan program diklat Analis
Kepegawaian; dan
3. Dalam menetapkan prosedur dan kriteria penilaian uji kompetensi.
Standar Kompetensi Kerja Analis Kepegawaian antara lain digunakan
sebagai acuan untuk :
1. Menyusun uraian pekerjaan Analis Kepegawaian;
2. Menilai unjuk kerja Analis Kepegawaian;
3. Melakukan sertifikasi profesi Analis Kepegawaian;
4. Menyusun dan mengembangkan program Diklat dalam rangka
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Analis Kepegawaian;

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 20


5. Sinergitas antara perolehan angka kredit sebagai syarat kenaikan
jabatan/pangkat dengan peningkatan kompetensi;
6. Implementasi sertifikasi profesi dan uji kompetensi dalam program
penyelengaraan pengelolaan Analis Kepegawaian.
Mengingat pentingnya fungsi analisis kepegawaian dan semakin
besarnya kebutuhan tenaga fungsional analisis kepegawaian, maka
Bepelkes Semarang memandang perlu pelaksanaan jabfung Analis
Kepegawaian tingkat Ahli.
3) Pelatihan Jabatan Fungsional Fisikawan Medis
Upaya peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas didukung
dengan adanya sumber daya manusia kesehatan yang professional, untuk
itu Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan 27 (dua puluh tujuh)
jabatan fungsional kesehatan yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang
dan hak yang penuh untuk melakukan tugas dan fungsinya sesuai dengan
profesinya masing-masing. Jabatan fungsional adalah jabatan karier yang
hanya dapat diduduki oleh seseorang yang telah berstatus sebagai Pegawai
Negeri Sipil. Salah satu jabatan fungsional tersebut adalah jabatan
fungsional fisikawan medis.
Jabatan fungsional fisikawan medis ditetapkan melalui surat
keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :
PER/12/M.PAN/2008 tentang Jabatan Fungsional Fisikawan Medis dan
Angka Kreditnya. Jabatan Fungsional Fisikawan Medis terdiri dari jenjang
jabatan terampil dan jenjang jabatan ahli.
Angka kredit yang telah dikumpulkan oleh seorang fisikawam medis
sesuai dengan ketentuan dapat digunakan sebagai dasar untuk kenaikan
jabatan atau pangkat. Dasar lain yang digunakan untuk penghitungan angka
kredit adalah Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP).
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dapat dilakukan oleh profesi maupun
kedinasan. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan kompetensi pemangku jabatan fungsional fisikawan
medis. Pelatihan yang diselenggarakan mengacu pada Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 725/Menkes/SK/V/2003 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang Kesehatan.
4) Pelatihan Jabatan Fungsional Psikologi Klinis
Upaya peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas didukung
dengan adanya sumber daya manusia kesehatan yang professional, untuk
itu Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan 27 (dua puluh tujuh)

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 21


jabatan fungsional kesehatan yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang
dan hak yang penuh untuk melakukan tugas dan fungsinya sesuai dengan
profesinya masing-masing.
Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam
suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada
keahlian/dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. Dalam rangka
mencapai tujuan nasional, dibutuhkan adanya Pegawai Negeri Sipil dengan
mutu profesionalisme yang memadai, berdayaguna dan berhasil guna
didalam melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan.
Pegawai Negeri Sipil perlu dibina dengan sebaik-baiknya atas dasar sistem
karier dan sistem prestasi kerja. Jabatan fungsional pada hakekatnya adalah
jabatan teknis yang tidak tercantum dalam struktur organisasi, namun sangat
diperlukan dalam tugas-tugas pokok dalam organisasi Pemerintah. Jabatan
fungsional Pegawai Negeri Sipil terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan
jabatan fungsional keterampilan. Kenaikan pangkatnya disyaratkan dengan
angka kredit.
Jabatan fungsional keahlian adalah kedudukan yang menunjukkan
tugas yang dilandasi oleh pengetahuan, metodologi dan teknis analisis yang
didasarkan atas disiplin ilmu yang bersangkutan dan/atau berdasarkan
sertifikasi yang setara dengan keahlian dan ditetapkan berdasarkan
akreditasi tertentu. Sedangkan jabatan fungsional ketrampilan adalah
kedudukan yang mengunjukkan tugas yang mempergunakan prosedur dan
teknik kerja tertentu serta dilandasi kewenangan penanganan berdasarkan
sertifikasi yang ditentukan. Jabatan fungsional psikolog klinis ditetapkan
melalui surat keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
No.PER/11/M.PAN/5/2008 tentang Jabatan Fungsional Psikolog Klinis dan
Angka Kreditnya.
Psikolog Klinis adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas,
tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan kegiatan pelayanan
psikologi klinik kepada masyarakat di unit pelayanan kesehatan yang
diduduki oleh PNS dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh
oleh pejabat yang berwenang. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi pemangku jabatan
fungsional psikolog klinis. Pelatihan yang diselenggarakan mengacu pada
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
725/Menkes/SK/V/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 22


Bidang Kesehatan.
5) Pelatihan Jabatan Fungsional Ocupasi Terapis
Upaya peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas didukung
dengan adanya sumber daya manusia kesehatan yang professional, untuk
itu Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan 27 (dua puluh tujuh)
jabatan fungsional kesehatan yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang
dan hak yang penuh untuk melakukan tugas dan fungsinya sesuai dengan
profesinya masing-masing.
Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam
suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada
keahlian/dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. Dalam rangka
mencapai tujuan nasional, dibutuhkan adanya Pegawai Negeri Sipil dengan
mutu profesionalisme yang memadai, berdayaguna dan berhasil guna
didalam melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan.
Pegawai Negeri Sipil perlu dibina dengan sebaik-baiknya atas dasar sistem
karier dan sistem prestasi kerja.
Jabatan fungsional pada hakekatnya adalah jabatan teknis yang tidak
tercantum dalam struktur organisasi, namun sangat diperlukan dalam tugas-
tugas pokok dalam organisasi Pemerintah. Jabatan fungsional Pegawai
Negeri Sipil terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional
keterampilan. Kenaikan pangkatnya disyaratkan dengan angka kredit.
Jabatan fungsional keahlian adalah kedudukan yang menunjukkan tugas
yang dilandasi oleh pengetahuan, metodologi dan teknis analisis yang
didasarkan atas disiplin ilmu yang bersangkutan dan/atau berdasarkan
sertifikasi yang setara dengan keahlian dan ditetapkan berdasarkan
akreditasi tertentu. Sedangkan jabatan fungsional ketrampilan adalah
kedudukan yang mengunjukkan tugas yang mempergunakan prosedur dan
teknik kerja tertentu serta dilandasi kewenangan penanganan berdasarkan
sertifikasi yang ditentukan.
Jabatan fungsional okupasi terapi ditetapkan melalui surat keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.PER/123/M.PAN/12/2005
tentang Jabatan Fungsional Okupasi Terapi dan Angka Kreditnya. Jabatan
Fungsional Okupasi Terapi terdiri dari jenjang jabatan terampil. Okupasi
terapis adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan
pelayanan okupasi terapi pada sarana pelayanan kesehatan.

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 23


Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kompetensi pemangku jabatan fungsional okupasi terapi.
Pelatihan yang diselenggarakan mengacu pada Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 725/Menkes/SK/V/2003 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang Kesehatan.

2. Pelatihan Penjenjangan Bagi Aparatur


a. Pelatihan PIM IV
Indonesia memiliki semua prakondisi untuk mewujudkan visi negara
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, yang ditandai dengan kekayaan alam yang
melimpah, potensi sumber daya manusia, peluang pasar yang besar dan
demokrasi yang relatif stabil. Namun prakondisi yang sudah terpenuhi itu belum
mampu dikelola secara efektif dan efisien oleh para aktor pembangunan,
sehingga Indonesia masih tertinggal dari cepatnya laju pembangunan global
dewasa ini. Salah satu penyebab ketertinggalan tersebut adalah lemahnya
kemampuan dalam menuangkan visi negara, pemerintahan pusat dan daerah ke
dalam kebijakan strategis, termasuk lemahnya kapasitas dalam memimpin
implementasi kebijakan strategis tersebut.
Dalam sistem manajemen kepegawaian, pejabat struktural eselon IV
memainkan peranan yang sangat menentukan dalam membuat perencanaan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan instansi dan memimpin bawahan dan seluruh
stakeholder stratejik untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut secara
efektif dan efisien. Tugas ini menuntutnya memiliki kompetensi kepemimpinan
operasional, yaitu kemampuan dalam membuat perencanaan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan instansi dan kemampuan mempengaruhi serta memobilisasi
bawahan dan stakeholder strategisnya dalam melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan.
Untuk dapat membentuk sosok pejabat struktural eselon IV seperti
tersebut di atas, penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan (Diklatpim) Tingkat IV
yang bertujuan sebatas membekali peserta dengan kompetensi yang dibutuhkan
menjadi pemimpin operasional dirasakan tidak cukup. Diperlukan sebuah
penyelenggaraan Diklat Pim Tingkat IV yang inovatif, yaitu penyelenggaraan
Diklat yang memungkinkan peserta mampu menerapkan kompetensi yang telah
dimilikinya. Dalam penyelenggaraan Diklat pim Tingkat IV seperti ini, peserta
dituntut untuk menunjukkan kinerjanya dalam merancang suatu perubahan di unit
kerjanya dan memimpin perubahan tersebut hingga menimbulkan hasil yang

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 24


signifikan. Kemampuan memimpin perubahan inilah yang kemudian menentukan
keberhasilan peserta tersebut dalam memperoleh kompetensi yang ingin
dibangun dalam penyelenggaraan Diklat Pim Tingkat IV. Dengan demikian,
pembaharuan Diklat Pim Tingkat IV ini diharapkan dapat menghasilkan alumni
yang tidak hanya memiliki kompetensi, tetapi juga mampu menunjukkan
kinerjanya dalam memimpin perubahan.
b. Pelatihan Prajabatan
Indonesia memiliki semua prakondisi untuk mewujudkan visi negara
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, yang ditandai dengan kekayaan alam yang
melimpah, potensi sumber daya manusia, peluang pasar yang besar dan
demokrasi yang relatif stabil. Namun prakondisi yang sudah terpenuhi itu belum
mampu dikelola secara efektif dan efisien oleh para aktor pembangunan,
sehingga Indonesia masih tertinggal dari cepatnya laju pembangunan global
dewasa ini. Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki peranan yang menentukan
dalam mengelola prakondisi tersebut. Sejumlah keputusan-keputusan strategis
mulai dari memformulasi kebijakan sampai pada penetapannya dalam berbagai
sektor pembangunan ditetapkan oleh PNS. Untuk memainkan peranan tersebut,
diperlukan sosok PNS yang profesional, yaitu PNS yang mampu memenuhi
standar kompetensi jabatannya sehingga mampu melaksanakan tugas
jabatannya secara efektif dan efisien. Untuk dapat membentuk sosok PNS
profesional seperti tersebut di atas perlu dilaksanakan pembinaan melalui jalur
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat).
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan
dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), ditetapkan bahwa salah satu
jenis Diklat yang strategis untuk mewujudkan PNS sebagai bagian dari ASN
menjadi profesional seperti tersebut di atas adalah Diklat Prajabatan. Diklat ini
dilaksanakan dalam rangka membentuk nilai-nilai dasar profesi PNS. Kompetensi
inilah yang kemudian berperan dalam membentuk karakter PNS yang kuat, yaitu
PNS yang mampu bersikap dan bertindak profesional dalam melayani
masyarakat.
Untuk membentuk PNS profesional, dibutuhkan pembaharuan atas pola
penyelenggaraan diklat yang ada saat ini dan yang didukung oleh semua pihak.
Praktik penyelenggaraan Diklat Prajabatan dengan pola pembelajaran klasikal
yang didominasi dengan metode ceramah, menunjukkan bahwa tidak mudah
untuk membentuk nilai-nilai dasar profesi PNS, terutama proses internalisasi
pada diri masing-masing peserta. Berdasakan pertimbangan akan hal tersebut

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 25


maka dilakukan inovasi dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan yang
memungkinkan peserta untuk mampu menginternalisasikan nilai-nilai dasar
profesi PNS dengan cara mengalami sendiri dalam penerapan dan aktualisasi
pada tempat tugas/tempat magang, sehingga peserta merasakan manfaatnya
secara langsung. Dengan demikian nilai-nilai dasar profesi PNS tersebut terpatri
kuat dalam dirinya. Melalui pembaharuan Diklat Prajabatan ini diharapkan dapat
menghasilkan PNS yang profesional, yang dewasa ini sangat dibutuhkan untuk
mengelola segala prakondisi dan sumber daya pembangunan yang ada,
sehingga dapat mempercepat peningkatan daya saing bangsa.

C. Rencana Kerja Tahun 2017


Rencana Kerja Tahunan (RKT) Bapelkes Semarang Tahun 2017 merupakan
rencana kerja dengan output yang telah ditetapkan oleh eselon I (Badan PPSDM
Kementrian Kesehatan RI) dengan mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk
penganggaran. Untuk tahun 2017, perencanaan meliputi tugas pokok Bapelkes
Semarang yaitu menyelenggarakan pelatihan teknis, jabatan fungsional, penjenjangan
dan prajabatan. Sumber pembiayaan akan diperoleh dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara tahun 2017. Adapun rencana kerja tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Pelatihan Teknis
a. Pelatihan TKHI.
Rencana Pelatihan TKHI untuk tahun 2016 yang akan dianggarkan untuk
mencapai output meliputi tahapan pelaksanaan sebagai berikut:
1) Koordinasi dan Persiapan (dengan Puskeshaji, Pusdiklat Aparatur,
Dinkes Propinsi Jawa Tengah, dan fasilitator luar Bapelkes
Semarang)
2) Pemanggilan Peserta (koordinasi dengan Puskeshaji)
3) Penyiapan Modul dan Bahan Ajar
4) Pelaksanaan Pelatihan
5) Pengadministrasian aspek keuangan maupun non keuangan
6) Pelaksanaan Evaluasi Saat Pelatihan
7) Pengendalian Mutu Pelatihan (oleh Pusdiklat Aparatur)
8) Penyusunan Laporan Pelatihan
9) Pelaporan pelaksanaan kegiatan pelatihan ke Puskeshaji
Output yang dihasilkan dari Pelatihan TKHI adalah sebagai berikut:
1) Tenaga dokter dan perawat calon TKHI di wilayah Jawa Tengah dan
Yogyakarta yang dilatih dalam Pelatihan TKHI.
2) Dokumen Laporan akhir Pelatihan

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 26


b. Pelatihan SISKOHATKES bagi Petugas Pengelola Kesehatan Haji Pra-
Embarkasi dan Paska embarkasi.
1) Pengajuan Akreditasi Pelatihan
2) Koordinasi dan Persiapan (dengan Puskeshaji, Pusdiklat Aparatur,
Dinkes Propinsi Jawa Tengah, dan fasilitator luar Bapelkes
Semarang)
3) Pemanggilan Peserta (koordinasi dengan Puskeshaji)
4) Penyiapan Modul dan Bahan Ajar
5) Pelaksanaan Pelatihan
6) Pengadministrasian aspek keuangan maupun non keuangan
7) Pelaksanaan Evaluasi Saat Pelatihan
8) Pengendalian Mutu Pelatihan (oleh Pusdiklat Aparatur)
9) Penyusunan Laporan Pelatihan
10) Pelaporan pelaksanaan kegiatan pelatihan ke Puskeshaji
Output yang dihasilkan dari Pelatihan SISKOHATKES adalah sebagai
berikut:
1) Tenaga pengelola kesehatan HAJI di wilayah Jawa Tengah dan
Yogyakarta yang dilatih dalam Pelatihan SISKOHATKES.
2) Dokumen Laporan akhir Pelatihan
c. Pelatihan One Health
1) Pengajuan Akreditasi Pelatihan
2) Koordinasi dengan Pusdiklat Aparatur
3) Koordinasi dan Persiapan (pertemuan internal Bapelkes Semarang)
4) Pemanggilan Peserta, Nara Sumber, dan Fasilitator
5) Penyiapan Modul dan Bahan Ajar
6) Pelaksanaan Pelatihan
7) Pengadministrasian aspek keuangan maupun non keuangan
8) Pelaksanaan Evaluasi Saat Pelatihan
9) Pengendalian Mutu Pelatihan
10) Penyusunan Laporan Pelatihan
Output yang dihasilkan dari Pelatihan One Health adalah sebagai berikut:
1) Telah terlatihnya aparatur kesehatan yang tugasnya berkaitan pelayanan
kesehatan primer.
2) Dokumen Laporan akhir Pelatihan
d. Pelatihan Calon Pembimbing Lapangan Prodi DLP
Rencana Pelatihan Calon Pembimbing Lapangan Prodi DLP untuk tahun

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 27


2017 meliputi tahapan pelaksanaan sebagai berikut:
1) Pengajuan Akreditasi Pelatihan
2) Koordinasi dengan Pusdiklat Aparatur dan Fakultas Kedokteran
3) Koordinasi dan Persiapan (pertemuan internal Bapelkes Semarang)
4) Pemanggilan Peserta, Nara Sumber, dan Fasilitator
5) Penyiapan Modul dan Bahan Ajar
6) Pelaksanaan Pelatihan
7) Pengadministrasian aspek keuangan maupun non keuangan
8) Pelaksanaan Evaluasi Saat Pelatihan
9) Pengendalian Mutu Pelatihan
10) Penyusunan Laporan Pelatihan
Output yang dihasilkan dari Pelatihan Calon pembimbing Lapangan Prodi
DLP adalah sebagai berikut:
1) Telah terlatihnya tenaga pembimbing lapangan Prodi Dokter Layanan Primer
di Fakultas Kedokteran .
3) Dokumen Laporan akhir Pelatihan
e. Pelatihan Perencanaan Kesehatan Daerah
Rencana Pelatihan Perencanaan Kesehatan Daerah untuk tahun 2017
meliputi tahapan pelaksanaan sebagai berikut:
1) Pengajuan Akreditasi Pelatihan
2) Koordinasi dan Persiapan (dengan Pusdiklat Aparatur, Dinkes
Propinsi Jawa Tengah, dan fasilitator luar Bapelkes Semarang)
3) Pemanggilan Peserta dan Undangan Nara Sumber serta Fasilitator
Luar
4) Penyiapan Modul dan Bahan Ajar
5) Pelaksanaan Pelatihan
6) Pengadministrasian aspek keuangan maupun non keuangan
7) Pelaksanaan Evaluasi Saat Pelatihan
8) Penyusunan Laporan Pelatihan
Output yang dihasilkan dari Pelatihan Renkesda adalah sebagai berikut:
1) Perencana daerah bertanggung jawab terhadap perencanaan program
dan anggaran di intansi masing-masing yang dilatih mengenai
menajemen perencanaan di Bapelkes Semarang
2) Dokumen Laporan akhir Pelatihan
f. Pelatihan Pendamping Akreditasi FKTP
Rencana Pelatihan Pendamping Akreditasi FKTP untuk tahun 2016 meliputi
tahapan pelaksanaan sebagai berikut:

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 28


1) Pengajuan Akreditasi Pelatihan
2) Koordinasi dan Persiapan (pertemuan internal Bapelkes Semarang)
3) Pemanggilan Peserta, Nara Sumber, dan Fasilitator
4) Penyiapan Modul dan Bahan Ajar
5) Pelaksanaan Pelatihan
6) Pengadministrasian aspek keuangan maupun non keuangan
7) Pelaksanaan Evaluasi Saat Pelatihan
8) Pengendalian Mutu Pelatihan (Internal Bapelkes)
9) Penyusunan Laporan Pelatihan
Output yang dihasilkan dari Pelatihan Pendamping Akreditasi FKTP adalah
sebagai berikut:
1) Telah terlatihnya aparatur yang akan menjadi pendamping akreditasi FKTP di
wilayah Jawa Tengah dan DIY.
2) Dokumen Laporan akhir Pelatihan
g. Pelatihan Manajemen Puskesmas
Rencana Pelatihan Pendamping Akreditasi FKTP untuk tahun 2016 meliputi
tahapan pelaksanaan sebagai berikut:
1) Pengajuan Akreditasi Pelatihan
2) Koordinasi denga Pusat Pelatihan SDM Kesehatan dan Dinkes Propinsi
3) Koordinasi dan Persiapan (pertemuan internal Bapelkes Semarang)
4) Pemanggilan Peserta, Nara Sumber, dan Fasilitator
5) Penyiapan Modul dan Bahan Ajar
6) Pelaksanaan Pelatihan
7) Pengadministrasian aspek keuangan maupun non keuangan
8) Pelaksanaan Evaluasi Saat Pelatihan
9) Pengendalian Mutu Pelatihan (Internal Bapelkes)
10) Penyusunan Laporan Pelatihan
Output yang dihasilkan dari Pelatihan manajemen puskesmas adalah sebagai
berikut:
1) Telah terlatihnya aparatur yang bertugas di puskesmas dalam bidang
manajerial.
2) Dokumen Laporan akhir Pelatihan
h. Pelatihan Preceptor DLP
Rencana Pelatihan Preseptor DLP untuk tahun 2017 meliputi tahapan
pelaksanaan sebagai berikut:
1) Pengajuan Akreditasi Pelatihan
2) Koordinasi dengan Pusdiklat Aparatur dan Fakultas Kedokteran

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 29


3) Koordinasi dan Persiapan (pertemuan internal Bapelkes Semarang)
4) Pemanggilan Peserta, Nara Sumber, dan Fasilitator
5) Penyiapan Modul dan Bahan Ajar
6) Pelaksanaan Pelatihan
7) Pengadministrasian aspek keuangan maupun non keuangan
8) Pelaksanaan Evaluasi Saat Pelatihan
9) Pengendalian Mutu Pelatihan
10) Penyusunan Laporan Pelatihan
Output yang dihasilkan dari Pelatihan Calon pembimbing Lapangan Prodi
DLP adalah sebagai berikut:
1) Telah terlatihnya tenaga pendukung Prodi Dokter Layanan Primer di Fakultas
Kedokteran .
2) Dokumen Laporan akhir Pelatihan
i. Pelatihan Sistem Pengendali Internal
Rencana Pelatihan Sistem Pengendali Internal untuk tahun 2017 yang akan
dianggarkan untuk mencapai output meliputi tahapan pelaksanaan sebagai
berikut:
1) Koordinasi dan Persiapan (dengan Badan Diklat Keuangan dan
pertemuan internal Bapelkes Semarang)
2) Pemanggilan Peserta
3) Penyiapan Modul dan Bahan Ajar (pemesanan dari badan diklat
keuangan
4) Pelaksanaan Pelatihan
5) Pengadministrasian aspek keuangan maupun non keuangan
6) Pelaksanaan Evaluasi Saat Pelatihan
7) Pengendalian Mutu Pelatihan oleh Badan Diklat Keuangan
8) Penyusunan Laporan Pelatihan
Output yang dihasilkan dari Pelatihan Sistem Pengendali Internal adalah
sebagai berikut:
1) Tim Satuan Pengendali Internal Pemerintah dari Unit Vertikal Kementrian
Kesehatan RI di wilyah Jateng, DIY, Jatim, Bali, dan NTB Jawa Tengah yang
dilatih untuk meningkatkan mengembangkan system pengendalian internal di
instansinya masing-masing.
2) Dokumen Laporan akhir Pelatihan
j. Pelatihan Tim Pengendali Mutu
Rencana Pelatihan TPM untuk tahun 2017 yang akan dianggarkan untuk
mencapai output meliputi tahapan pelaksanaan sebagai berikut:

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 30


1) Pengajuan Akreditasi Pelatihan
2) Koordinasi dengan Pusdiklat Aparatur dan Lembaga Administrasi Negara
3) Koordinasi dan Persiapan (pertemuan internal Bapelkes Semarang)
4) Pemanggilan Peserta, Nara Sumber, dan Fasilitator
5) Penyiapan Modul dan Bahan Ajar
6) Pelaksanaan Pelatihan
7) Pengadministrasian aspek keuangan maupun non keuangan
8) Pelaksanaan Evaluasi Saat Pelatihan
9) Pengendalian Mutu Pelatihan
10) Penyusunan Laporan Pelatihan
Output yang dihasilkan dari Pelatihan TPM adalah sebagai berikut:
1) Telah terlatihnya aparatur Kementrian Kesehatan pada seksi yang tugasnya
berkaitan dengan pengendalian mutu pelatihan.
2) Dokumen Laporan akhir Pelatihan
k. Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Rencana Pelatihan Barang dan Jasa Pemerintah meliputi tahapan
pelaksanaan sebagai berikut:
1) Koordinasi dan Persiapan (dengan Pusdiklat Aparatur, LKPP, dan
pertemuan persiapan internal Bapelkes Semarang)
2) Pemanggilan Peserta
3) Permohonan Nara Sumber dan Fasilitator Luar
4) Penyiapan Modul dan Bahan Ajar
5) Pelaksanaan Pelatihan
6) Pengadministrasian aspek keuangan maupun non keuangan
7) Pelaksanaan Evaluasi Saat Pelatihan
8) Penyusunan Laporan Pelatihan
Output yang dihasilkan dari Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa adalah
sebagai berikut:
1) Terlatihnya aparatur yang akan terlibat dalam pengadaan barang dan jasa
Unit Vertikal Kementrian Kesehatan RI di wilayah Jawa Tengah, DIY, Jatim,
Bali, dan NTB yang mengikuti Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah di Balai Pelatihan Kesehatan Semarang
2) Dokumen Laporan akhir Pelatihan.

2. Pelaksanaan Pelatihan Fungsional


a. Pelatihan Jabatan Fungsional Umum
Rencana Pelatihan Jabatan Fungsional Umum 2016 yang akan dianggarkan

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 31


untuk mencapai output, meliputi tahapan pelaksanaan sebagai berikut:
1) Pengajuan Akreditasi Pelatihan
2) Koordinasi dan Persiapan (internal)
3) Pemanggilan Peserta
4) Penyiapan Modul dan Bahan Ajar
5) Pelaksanaan Pelatihan
6) Pengadministrasian aspek keuangan maupun non keuangan
7) Pelaksanaan Evaluasi Saat Pelatihan
8) Penyusunan Laporan Pelatihan
Output yang dihasilkan dari Pelatihan Jabatan Fungsional Epidemiologi
Kesehatan adalah sebagai berikut:
1) Tenaga jabatan fungsional umum (dua jenis JFU) yang mengikuti pelatihan
Jabatan Fungsional Umum di Bapelkes Semarang.
2) Dokumen Laporan akhir Pelatihan
b. Pelatihan Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian Ahli
Rencana Pelatihan Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian Ahli 2017 yang
akan dianggarkan untuk mencapai output meliputi tahapan pelaksanaan
sebagai berikut:
1) Pengajuan Akreditasi Pelatihan
2) Koordinasi dan Persiapan (internal)
3) Pemanggilan Peserta
4) Penyiapan Modul dan Bahan Ajar
5) Pelaksanaan Pelatihan
6) Pengadministrasian aspek keuangan maupun non keuangan
7) Pelaksanaan Evaluasi Saat Pelatihan
8) Penyusunan Laporan Pelatihan
Output yang dihasilkan dari Pelatihan Jabatan Fungsional Analis
Kepegawaian Ahli adalah sebagai berikut:
1) Pemegang jabatan fungsional analis kepegawaian terampil/calon pemegang
jabatan fungsional analis kepegawaian ahli yang mengikuti pelatihan Jabatan
Fungsional analis kepegawaian di Baplekes Semarang.
2) Dokumen Laporan akhir Pelatihan
c. Pelatihan Jabatan Fungsional Fisikawan Medis
Rencana Pelatihan Jabatan Fungsional Fisikawan Medis 2017 yang akan
dianggarkan untuk mencapai output meliputi tahapan pelaksanaan sebagai
berikut:

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 32


1) Pengajuan Akreditasi Pelatihan
2) Koordinasi dan Persiapan
3) Pemanggilan Peserta
4) Penyiapan Modul dan Bahan Ajar
5) Pelaksanaan Pelatihan
6) Pengadministrasian aspek keuangan maupun non keuangan
7) Pelaksanaan Evaluasi Saat Pelatihan
8) Penyusunan Laporan Pelatihan
Output yang dihasilkan dari Pelatihan Jabatan Fisikawan Medis adalah sebagai
berikut:
1) Tenaga calon pemegang jabatan fungsional Fisikawan Medis yang mengikuti
pelatihan Jabatan Fungsional.
2) Dokumen Laporan akhir Pelatihan
d. Pelatihan Jabatan fungsional Psikologis Klinis
Rencana Pelatihan Jabatan Fungsional Psikologi Klinis 2017 yang akan
dianggarkan untuk mencapai output meliputi tahapan pelaksanaan sebagai
berikut:
1) Pengajuan Akreditasi Pelatihan
2) Koordinasi dan Persiapan
3) Pemanggilan Peserta
4) Penyiapan Modul dan Bahan Ajar
5) Pelaksanaan Pelatihan
6) Pengadministrasian aspek keuangan maupun non keuangan
7) Pelaksanaan Evaluasi Saat Pelatihan
8) Penyusunan Laporan Pelatihan
Output yang dihasilkan dari Pelatihan Jabatan Psikologi Klinis adalah sebagai
berikut:
1) Terlatihnya tenaga calon pemegang jabatan fungsional Psikologi Klinis yang
mengikuti pelatihan Jabatan Fungsional.
2) Dokumen Laporan akhir Pelatihan
e. Pelatihan Jabatan Fungsional Okupasi Terapis
Rencana Pelatihan Jabatan Fungsional Okupasi Terapis 2017 yang akan
dianggarkan untuk mencapai output meliputi tahapan pelaksanaan sebagai
berikut:
1) Pengajuan Akreditasi Pelatihan
2) Koordinasi dan Persiapan
3) Pemanggilan Peserta

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 33


4) Penyiapan Modul dan Bahan Ajar
5) Pelaksanaan Pelatihan
6) Pengadministrasian aspek keuangan maupun non keuangan
7) Pelaksanaan Evaluasi Saat Pelatihan
8) Penyusunan Laporan Pelatihan
Output yang dihasilkan dari Pelatihan Jabatan Okupasi Terapis adalah sebagai
berikut:
1) Terlatihnya tenaga calon pemegang jabatan fungsional Okupasi Terapis yang
mengikuti pelatihan Jabatan Fungsional.
2) Dokumen Laporan akhir Pelatihan

3. Pelaksanaan Pelatihan Penjenjangan


a. Pelatihan Kepemimpinan Tk IV
Rencana Diklatpim IV Tahun 2017 yang akan dianggarkan untuk mencapai
output meliputi tahapan pelaksanaan sebagai berikut:
1) Pengajuan Akreditasi Pelatihan ke Lembaga Administrasi Negara
2) Koordinasi dan Persiapan dengan Biro Kepegawaian Kemenkes RI
3) Pemanggilan Peserta (oleh Biro Kepegawaian Kemenkes RI)
4) Penyiapan Modul dan Bahan Ajar (Pemesanan melalui LAN)
5) Pelaksanaan Pelatihan
6) Pengadministrasian aspek keuangan maupun non keuangan
7) Pelaksanaan Evaluasi (Ujian dan Evaluasi Penyelenggaraan oleh
LAN dan Pusdiklat Aparatur Kemenkes RI)
8) Pengendalian Mutu Pelatihan (oleh Pusdiklat Aparatur Kemenkes RI)
9) Penyusunan Laporan Pelatihan
Output yang dihasilkan dari Diklatpim IV adalah sebagai berikut:
1) CPNS Kemenkes RI yang mengikuti Diklatpim IV
2) Dokumen Laporan akhir Pelatihan
3) Dokumen Pengendalian Mutu Pelatihan untuk dilaporkan
Kepala sebagai tindak lanjut perbaikan pelatihan
berikutnya.
b. Pelatihan Prajabatan Gol II dan III
Rencana Diklat Prajabatan Golongan II dan III Tahun 2017 yang akan
dianggarkan untuk mencapai output meliputi tahapan pelaksanaan sebagai
berikut:
1) Pengajuan Akreditasi Pelatihan ke Lembaga Administrasi
Negara

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 34


2) Koordinasi dan Persiapan dengan Biro Kepegawaian Kemenkes
RI
3) Pemanggilan Peserta (oleh Biro Kepegawaian Kemenkes RI)
4) Penyiapan Modul dan Bahan Ajar (Pemesanan melalui LAN)
5) Pelaksanaan Pelatihan
6) Pengadministrasian aspek keuangan maupun non keuangan
7) Pelaksanaan Evaluasi (Ujian dan Evaluasi Penyelenggaraan oleh LAN
dan Pusdiklat Aparatur Kemenkes RI)
8) Pengendalian Mutu Pelatihan (oleh Pusdiklat Aparatur Kemenkes RI)
9) Penyusunan Laporan Pelatihan
Output yang dihasilkan dari Diklat Prajabatan Gol II dan III adalah sebagai
berikut:
1) CPNS Kemenkes RI yang mengikuti Diklat Prajabatan Golongan II dan III
2) Dokumen Laporan akhir Pelatihan
3) Dokumen Pengendalian Mutu Pelatihan untuk dilaporkan Kepala
sebagai tindak lanjut perbaikan pelatihan berikutnya.

D. Rencana Anggaran Kegiatan Tahun 2017

Tabel 3.
Rencana Anggaran Bapelkes Sem arang Tahun 2017

Kode Kegiatan Jumlah


2076 Pelatihan SDM Kesehatan Rp 23.759.288.000,00
Pelatihan Teknis dan Fungsional Bagi SDM
2076.501 Rp. 12.366.163.000,00
Kesehatan
2076.601 Pelatihan Penjenjangan Bagi Aparatur Rp. 1.183.246.000,00
2076.951 Layanan Internal Rp. 2.053.882.000,00
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya pada Program
2079 Rp. 19.726.805.000,00
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan
2079.603 Sarana dan Prasarana Rp. 735.276.000,00
2076.604 Gedung/Bangunan Rp. 4.550.843.000,00
2079.994 Layanan Perkantoran Rp 13,702.121.000,00
Jumlah Rp 43.486.093.000,00

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 35


Rencana Anggaran Bapelkes Semarang sebesar Rp.43.486.093.000,00.
Anggaran ini untuk membiayai dua kegiatan besar yaitu Kegiatan Pendidikan dan
Pelatihan Aparatur sebesar Rp. 23.759.288.000,00 dan Kegiatan Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pada Program
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan sebesar
Rp. 19.726.805.000,00

E. Kesenjangan Rencana Kegiatan dengan Rencana Kerja Tahun 2017


Rencana kerja Bapelkes Semarang yang berkaitan dengan indikator kinerja
Bapelkes Semarang diupayakan bersesuaian dengan rencana kegiatan yang disusun.
Meski demikian, rencana kerja dibuat untuk mempertimbangkan berbagai aspek yang
mungkin berbeda dengan harapan dari penyusunan rencana kegiatan. Koordinasi yang
luas mencakup koordinasi dengan instansi pembina, LAN, pihak ketiga penyelenggara
diklat sangat teknis, dan Bapelkes Mitra merupakan salah satu alternatif mengatasi
kesesenjangan yang mungkin timbul dari rencana kegiatan dan rencana kerja. Baik
rencana kegiatan maupun rencana kerja tahun 2017 bersifat sentralisasi pusat sebagai
dampak kebijakan Kementrian Kesehatan tahun tersebut.
Sentralisasi kegiatan Bapelkes Semarang memunculkan potensi perubahan-
perubahan pada rencana kerja yang telah disusun. Karena itu, rencana kerja yang
disusun bersifat terbuka dan fleksibel. Tahapan dalam rencana kerja memungkinkan
dilakukan penyesuaian dalam pelaksanaannya.
Dalam hal penyusunan rencana kerja berkaitan dengan penganggaran
terdapat beberapa kelemahan yang muncul dan memungkinkan timbul ketidaksesuaian
dengan rencana kegiatan. Pertama, rencana kegiatan yang telah tersusun merupakan
instruksi pusat yang belum memiliki pedoman baku dalam penyelenggaraan kegiatan
(ketidaktersediaan kurikulum, ketidakjelasan lama pelatihan, siapa yang berkompeten
memfasilitasi, ketidakjelasan kebutuhan spesifik untuk pelatihan tertentu, dan
sebagainya). Hal ini berimbas pada penyusunan anggaran yang kurang akurat sesuai
kebutuhan meskipun telah diminimalisir tingkat kekurangtepatannya. Anggaran pelatihan
yang belum didukung pedoman penyelenggaraan diklat tersebut diantisipasi dengan
mendasarkan diri pada anggaran yang pelatihan yang dianggap sejenis pada tahun
sebelumnya. Kedua, mempertimbangkan fakta pada tahun anggaran sebelumnya,
kebijakan diklat cukup rentan mengalami perubahan. Hal ini berdampak pada
kemungkinan perubahan kegiatan dan revisi anggaran. Karena itu penyusunan rencana
kerja berkaitan dengan anggaran dibangun dengan mempersiapkan alternatif kegiatan
lain yang tidak terlalu berbeda besaran anggarannya. Ini menjadi tugas dari seksi
penyelenggaraan diklat untuk mempersiapkan rencana alternatif tersebut.

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 36


BAB IV.
RENCANA PENGEMBANGAN TAHUN 2017

Pada Tahun 2017 Bapelkes Semarang merencanakan beberapa


pengembangan dalam mendukung kinerjanya. Beberapa fokus yang akan
dilaksanakan pada tahun 2017 adalah:
1. Pelaksanaan pelatihan teknis, jabatan fungsional, penjenjangan, dan prajabatan
bagi aparatur kesehatan bersifat terpusat sesuai program nasional Kementrian
Kesehatan. Seluruh pelaksanaan direncanakan akan dikoordinasikan dengan
Pusdiklat Aparatur, Biro Kepegawaian, Biro Perencanaan dan Anggaran, Lembaga
Administrasi Negara, Pihak Ketiga Penyelenggara Diklat, dan Balai Pelatihan
Kesehatan Daerah mitra Bapelkes Semarang.
2. Pelaksanaan pengembangan diklat kesehatan berupa kajian kebutuhan pelatihan
(TNA), kurikulum pelatihan yang disusun, dan modul pelatihan yang disusun
direncanakan tersentralisasi oleh Pusdiklat Aparatur dan Unit Pelaksana Teknis
(UPT) PPSDM Kesehatan sebagai eksekutor kegiatan. Sebagai salah satu UPT,
Bapelkes Semarang akan menjadi pelaksana kegiatan dengan konsep dan desain
dikembangkan oleh Pusdiklat Aparatur.
3. Pelaksanaan pengendalian mutu diklat diarahkan pada pengajuan akreditasi
pelatihan kesehatan kepada Pusdiklat Aparatur yang telah habis masa berlakunya,
akreditasi diklat non kesehatan pada Lembaga Administrasi Negara (LAN), Evaluasi
Paska Pelatihan. Untuk kegiatan evaluasi paska pelatihan (EPP) direncanakan akan
terkoordinir dengan Pusdiklat Aparatur.
4. Peningkatan Prasarana kantor berupa gedung/bangunan Asrama, pembangunan
sumur artesis, penambahan lokasi/tempat parkir kendaraan serta peningkatan
fasilitas layanan olah raga bagi peserta dan karyawan Bapelkes Semarang.
5. Dukungan terhadap kinerja Bapelkes Semarang juga diwujudkan dalam
perencanaaan berupa rencana pengadaan AC untuk Auditorium, sarata komunikasi
berupa telp PABX dan televisi untuk setiap kamar asrama serta pengadaan
dispenser sebagai penggantian fasilitas kantor.

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 37


BAB V
EVALUASI RENCANA KINERJA TAHUNAN

Sesuai Permen PAN & RB Nomor 25 Tahun 2012 tentang Petunjuk


Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), ditentukan
bahwa RKT merupakan salah satu materi evaluasi AKIP. Komponen-komponen
evaluasi RKT adalah: a) pemenuhan RKT, b) kualitas RKT dan c) implementasi RKT.
Evaluasi RKT diperlukan karena merupakan komponen penilaian dalam
pelaksanaan evaluasi AKIP. Tujuan evaluasi RKT adalah untuk memberikan informasi
mengenai capaian indikator pemenuhan, kualitas, dan implementasi RKT.
Implementasi evaluasi RKT disesuaikan dengan kondisi Balai Pelatihan
Kesehatan Semarang. Pelaksana evaluasi RKT di Balai Pelatihan Kesehatan
Semarang adalah Sub. Bagian Tata Usaha. Instrumen yang digunakan untuk
mengevaluasi RKT sesuai Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4.
Instrumen Evaluasi RKT

Komponen Penjelasan Jadwal Keterangan


Pemenuhan RKT
a) Dokumen RKT Dokumen RKT adalah Minggu II
telah ada dokumen rencana kinerja Januari TA
tahunan yang isinya berjalan
minimal sesuaidengan
formulir RKT. Penilaian
dilakukan terhadap
keberadaan dokumen
RKT dengan ya/tidak.
b) Dokumen RKT RKT telah memuat
telah memuat keseluruhan substansi
sasaran program, komponen tersebut
indikator kinerja
sasaran, dan target
kinerja tahunan
c) Dokumen Penetapan kinerja Minggu I
Penetapan Kinerja ditunjukkan dengan Februari
(PK) telah ada keberadaan dokumen tahun
berjalan
d) Dokumen PK Penilaian dilakukan
disusun segera dengan menjawab
setelah anggaran ya/tidak
disetujui

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 38


e) Dokumen PK telah PK telah memuat
memuat sasaran, keseluruhan subtansi
program, indikator komponen tersebut.
kinerja, dan target Bobot penilaian a/b/c/d/e
jangka pendek didasarkan pada %
pemenuhan
subtansi komponen tersebut
dalam dokumen RKT
f) PK telah PK telah memuat
menyajikan keseluruhan subtansi
indikator kinerja komponen tersebut.
keluaran/yang Bobot penilaian a/b/c/d/e
dipersamakan didasarkan pada %
pemenuhan
subtansi komponen
tersebut dalam dokumen
RKT
Kualitas RKT

a) Sasaran telah Sasaran telah


berorientasi berkualitas keluaran
keluaran (output) (output). Bobot
penilaian a/b/c/d/e
didasarkan pada % target
tahunan
b) Kegiatan Kegiatan yang
merupakan cara direncanakan dalam RKT
untuk mencapai memiliki hubungan sebab
sasaran akibat secara logis dengan
sasaran dalam RKT.
Bobot penilaian a/b/c/d/e
didasarkan pada %
kegiatan yang memiliki
c) Indikator kinerja Kualitas
hubungan indikator
sebab akibat
sasaran telah kinerja sasaran
dengan sasarannya.dalam
memenuhi kriteria RKT telah memenuhi
indikator kinerja kriteria SMART. Bobot
yang baik penilaian a/b/c/d/e
didasarkan pada %
indikator
kinerja sasaran yang
berkualitas baik (SMART).
d) Target kinerja Target kinerja telah
ditetapkan dengan disesuaikan dengan
baik target jangka
menengah dalam RAK

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 39


e) Dokumen PK telah PK telah memuat
selaras dengan sasaran, indikator kinerja
dokumen PK dan target tahunan yang
atasannya dan ada dalam Rencana Aksi
dokumen RAK Kegiatan. Bobot penilaian
a/b/c/d/e didasarkan pada
% sasaran, indikator kinerja
kegiatan dan target dalam
PK relevan dengan
Rencana Aksi Kegiatan.
f) Dokumen PK telah PK telah menetapkan hal-hal
menetapkan hal-hal yang perlu ditetapkan dalam
yang seharusnya kontrak kinerja/tugas fungsi.
ditetapkan (dalam
kontrak
kinerja/tugas fungsi)

Implementasi RKT
a) Target kinerja yang Keberhasilan kinerja
diperjanjikan telah dihitung berdasarkan
digunakan untuk pencapaian kinerja
mengukur dibandingkan dengan
keberhasilan target kinerja. Bobot
penilaian a/b/c/d/e
didasarkan pada %
realisasi capaian kinerja
dibandingkan target
kinerja
b) Rencana aksi atas Monitoring rencana aksi Minggu II Juni
kinerja telah atas kinerja dilakukan dan Minggu II
dimonitor secara berkala satu Desember tahun
pencapaiannya semester sekali. berjalan
secara berkala
c) Rencana aksi atas Rencana aksi atas kinerja
kinerja telah digunakan dalam
dimanfaatkan dalam pengarahan dan
pengarahan dan pengorganisasian. Bobot
pengorganisasian penilaian a/b/c/d/e
kegiatan didasarkan % indikator
kinerja kegiatan dan
luaran (output) dalam
RKA.

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 40


Keterangan bobot penilaian:

Jawaban Kriteria Nilai

A Memenuhi hampir semua kriteria (lebih dari 80% s/d 100% ) 1

B Memenuhi sebagian besar kriteria (lebih dari 60% s/d 80% ) 0,75

C Memenuhi sebagian kriteria (lebih dari 40% s/d 60%) 0,5

D Memenuhi sebagian kecil kriteria (lebih dari 20% s/d 40%) 0,25

E Sangat kurang memenuhi kriteria (kurang dari 20% ) 0

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 41


BAB VI
PENUTUP

Rencana Kinerja Tahunan merupakan penjabaran lebih konkrit dan


operasional dari Rencana Aksi Kegiatan Bapelkes Semarang dan Rencana Aksi
Program Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan. Maksud disusunnya Rencana Kinerja Tahunan adalah menjaga
konsistensi dan keterpaduan dalam perencanaan, pelaksanaan, penganggaran
maupun pengawasan. RKT Balai Pelatihan Kesehatan Semarang memuat sasaran,
indikator kinerja dan target capaian tahun 2017.
Kegiatan yang dikelola Balai Pelatihan Kesehatan Semarang memerlukan
proses dan waktu yang tidak singkat, sumber daya yang memadai serta partisipasi
seluruh komponen di Lingkungan Balai Pelatihan Kesehatan Semarang.
Pada prinsipnya setiap kegiatan mungkin akan menghadapi kendala yang
bisa terjadi pada input, proses dan output. Evaluasi kondisi capaian kinerja pada tahun
2016 dapat menjadi masukan terhadap antisipasi kendala yang mungkin muncul pada
tahun 2017. Prediksi terhadap arah kebijakan dimanfaatkan untuk mengoptimalkan
sumber daya yang tersedia dan mengurangi potensi permasalahan di tahun 2017.
Dengan demikian, diharapkan seluruh kegiatan yang ditargetkan akan dapat dicapai
optimal.

Rencana Kinerja Tahunan Bapelkes Semarang Tahun 2017 42


31

Anda mungkin juga menyukai