Anda di halaman 1dari 13

POLA PEMBINAAN NARAPIDANA TINDAK Journal of Correctional Issues

2018, Vol.1 (1), 14-26


PIDANA KORUPSI DI LEMBAGA Politeknik Ilmu
PEMASYARAKATAN KLAS I SUKAMISKIN Pemasyarakatan

Review
9 Maret 2018

Accepted
Kusmiyanti 28 Juni 2018
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan

Abstract
The purpose of this research is to observe the implementation of the guidance of corruption
criminal prisoners in Sukamiskin Correctional institution. This research uses a qualitative
approach. It concludes that the implementation of guidance in Sukamiskin Correctional
Institution has not been in accordance with the concept of Correctional. The guidance on the
prisoners of corruption is only the guidance of the personality. The strengthening of religious
values conducted by ustadz, priests and other religious leaders. Development of independence
does not fit with the concept of correctional. Therefore correctional officers must have expertise
in the field and also must have a high sense of devotion. Correctional officers must uphold the
concept of correctional based on the principles of Pancasila and continue to view prisoners as
God's creatures, as individuals and as members of society.

Keywords
Guidance, prisoners of corruption.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pelaksanaan pembinaan narapidana tindak pidana
korupsi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembinaan di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin belum sesuai dengan konsep Pemasyarakatan.
Pembinaan yang dilakukan terhadap narapidana tindak pidana korupsi hanya pembinaan
kepribadian. Penguatan nilai-nilai agama yang dilakukan oleh ustadz, pendeta dan pemuka
agama lainnya. Pembinaan kemandirian belum berjalan sesuai dengan konsep pemasyarakatan.
Oleh karena itu petugas pemasyarakatan harus memiliki keahlian dalam bidangnya dan juga
harus memiliki rasa pengabdian yang tinggi. Para petugas pemasyarakatan harus memegang
teguh konsep pemasyarakatan yang didasarkan atas azas Pancasila dan tetap memandang
narapidana sebagai makhluk Tuhan, sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.

Kata kunci
Pembinaan, narapidana tindak pidana korupsi.
15
Kusmiyanti Pola Pembinaan Narapidana Tindak Pidana Korupsi
2. Bupati Pamekasan Achmad Syafi’i
PENDAHULUAN 3. Walikota Tegal Siti Masitha
4. Bupati Batubara OK Arya Zulkarnaen
Tindak pidana korupsi menjadi 5. Walikota Batu Eddy Rumpoko
salah satu trend kejahatan yang sangat Berdasarkan data di atas kita dapat
marak belakangan ini. Banyak yang melihat bahwa sepanjang tahun 2017 ada
tersandung kasus korupsi adalah para 5 kasus kepala daerah ditambah ada 1
pejabat publik yang berdasarkan tingkat lagi kejadian penangkapan Bupati Kutai
pendidikan, mereka adalah orang-orang Kertanegara yang tertangkap Operasi
yang berpendidikan tinggi. Berdasarkan tangkap tangan (OTT) KPK.
berita yang diakses di kompas.com Menurut data dari Laporan
sepanjang 2017 sampai bulan September Tahunan Komisi Pemberantasan Korupsi
ada 5 kepala daerah terjaring Operasi (KPK) bahwa dalam rentang waktu 2004-
Tangkap Tangan (OTT) Komisi 2016 ada 124 orang anggota DPR dan
Pemberantasan Korupsi (KPK) yaitu : DPRD yang terjerat korupsi, 17 orang
1. Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti Kepala Daerah dan 54 orang
Walikota/Bupati dan Wakil.

Sumber : Laporan Tahunan KPK 2016

Berdasarkan data di atas kita dapat rakyat yang seharusnya memperjuangkan


melihat bahwa para pelaku tindak pidana kepentingan rakyat.
korupsi adalah orang-orang Berdasarkan berita yang diakses di
berpendidikan tinggi dan memegang kompas.com sepanjang 2017 sampai
jabatan sebagai pejabat publik. Dari bulan September ada 5 kepala daerah
grafik di atas dapat kita lihat bahwa yang terjaring OTT Komisi Pemberantasan
terbanyak menjadi pelaku tindak pidana Korupsi (KPK) yaitu :
korupsi adalah anggota DPR dan DPRD. 1. Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti
Padahal para anggota DPR dan DPRD itu 2. Bupati Pamekasan Achmad Syafi’i
yang memilih adalah rakyat dengan 3. Walikota Tegal Siti Masitha
berbagai macam janjinya dan yang lebih 4. Bupati Batubara OK Arya Zulkarnaen
menyedihkan mereka itu sebagai wakil 5. Walikota Batu Eddy Rumpoko

Journal of Correctional Issues Volume1, No. 1 | 2018


16
Kusmiyanti Pola Pembinaan Narapidana Tindak Pidana Korupsi
Kita dapat melihat fenomena di Pembinaan yang dilakukan petugas
atas bahwa sepanjang tahun 2017 ada 5 pemasyarakatan terhadap narapidana
kasus kepala daerah ditambah ada 1 lagi tindak pidana korupsi seyogyanya adalah
kejadian penangkapan Bupati Kutai sama dengan pembinaan yang dilakukan
Kertanegara yang tertangkap Operasi terhadap narapidana yang lain. Namun
Tangkap Tangan (OTT) KPK. Hal ini dapat apakah semua itu dapat berjalan sesuai
kita cermati bahwa orang-orang yang dengan apa yang sudah ditetapkan atau
akan masuk ke Lembaga Pemasyarakatan tidak. Kita akan melihat bahwa tingkat
adalah orang-orang yang intelektual dan pendidikan petugas yang melakukan
memiliki pengaruh karena sebagai pembinaan terhadap para narapidana
seorang pimpinan atau kepala di daerah tindak pidana korupsi adalah rata-rata
baik kabupaten atau kota. lulusan S1 sedangkan yang dibina adalah
Pemasyarakatan merupakan bagian narapidana yang tingkat pendidikannya
akhir dari Integrated Criminal Justice tinggi.
System (Sistem Peradilan Pidana
Terpadu). Lembaga pemasyarakatan
merupakan tempat yang akan melakukan Rumusan Masalah
pembinaan bagi para narapidana. Selama
menjalani pidana di Lembaga Berdasarkan latar belakang
pemasyarakatan para narapidana ini tersebut dapat dirumuskan pertanyaan
memperoleh pembinaan kemandirian penelitiannya itu : (1) Bagaimana pola
dan pembinaan kepribadian yang pembinaan narapidana tindak pidana
dilakukan oleh para petugas korupsi di Lembaga Pemasyarakatan
pemasyarakatan. Kelas I Sukamiskin?
Pada tahun 2012 Wakil Menteri
Hukum dan HAM Bapak Denny Indrayana
membuat kebijakan bahwa Lembaga Tujuan Penelitian
Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin
dijadikan sebagai lembaga Penelitian ini bertujuan untuk
pemasyarakatan khusus untuk menganalisis pola pembinaan narapidana
narapidana tindak pidana korupsi. Sesuai tindak pidana korupsi di Lembaga
dengan kebijakan itu mulai dilakukan Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin.
pemindahan para narapidana dari
berbagai provinsi untuk dijadikan satu di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I LITERATURE REVIEW
Sukamiskin. Salah satu alasan menjadikan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Menurut P.A.F Lamintang, pidana
Sukamiskin sebagai lembaga penjara adalah suatu pidana berupa
pemasyarakatan khusus untuk pembatasan kebebasan bergerak dari
narapidana tindak pidana korupsi karena seseorang terpidana yang dilakukan
pertimbangannya untuk membina para dengan menutup orang tersebut dalam
narapidana tindak pidana korupsi itu sebuah lembaga pemasyarakatan dengan
berbeda dengan membina narapidana kewajiban menaati semua peraturan atau
yan lain. Narapidana tindak pidana tata tertib yang berlaku di lembaga
korupsi adalah narapidana yang memiliki pemasyarakatan yang dikaitkan dengan
tingkat pendidikan yang tinggi. suatu tindakan jika melanggar peraturan

Journal of Correctional Issues Volume1, No. 1 | 2018


17
Kusmiyanti Pola Pembinaan Narapidana Tindak Pidana Korupsi
tersebut (Lamintang P.A.F., di penjara amatlah mulia “Tiap orang
1984).Menurut R.A. Koesnoen, diantara adalah manusia dan harus diperlakukan
beberapa macam pidana yang yang ada, sebagi manusia meskipun ia telah
yang paling penting adalah pidana hilang tersesat, tidak boleh ditunjukkan pada
kemerdekaan yang dilaksanakan di dalam narapidana bahwa ia dipandang dan
penjara. Sebab dengan cara pidana hilang diperlukan sebagai manusia”.
kemerdekaan ini narapidana harus Gagasan tentang pemasyarakatan
berada dalam penjara dalam jangka tersebut mencapai puncaknya pada
waktu tertentu hingga negara tanggal 27 April 1964 pada Konferensi
mempunyai kesempatan penuh untuk Nasional Kepenjaraan di Grand Hotel
memperbaikinya (R.A. Koesnoen, 1961). Lembang. Dalam konferensi Lembang
Menurut Djisman Samosir, Pidana dirumuskan prinsip-prinsip pokok yang
penjara adalah salah satu pidana pokok menyangkut perlakuan terhadap
yang membatasi kebebasan bergerak dari Narapidana. Sepuluh prinsip
narapidana dan pelaksanaannya dengan pemasyarakatan yang disepakati sebagai
memasukkan narapidana tersebut ke pedoman pembinaan terhadap
lembaga pemasyarakatan . Dengan narapidana di Indonesia sebagai berikut :
memasukkan narapidana ke lembaga 1. Ayomi dan berikan bekal hidup agar
pemasyarakatan terkandung maksud mereka dapat menjalankan
agar orang lain tidak terpengaruh oleh peranannya sebagai warga masyarakat
sifat jahat dari narapidana; agar petugas yang baik dan berguna.
lembaga pemasyarakatan mudah 2. Penjatuhan pidana bukan tindakan
melakukan pembinaan terhadap balas dendam negara.
narapidan itu sendiri; serta agar 3. Berikan bimbingan bukan penyiksaan
narapidana jangan mengulangi supaya mereka bertaubat.
perbuatannya setelah keluar (Samosir C. 4. Negara tidak berhak membuat mereka
D., 2009). menjadi lebih buruk atau jahat
Perubahan Kepenjaraan menjadi daripada sebelum dijatuhi pidana.
Pemasyarakatan diawali oleh DR.Saharjo, 5. Selama kehilangan kemerdekaan
S.H. yang menjabat sebagai Menteri bergerak, para narapidana dan anak
Kehakiman pada saat itu. Pada tanggal 5 didik harus dikenalkan dan tidak boleh
Juli 1963 di Istana Negara RI dalam diasingkan dari masyarakat.
penganugerahan gelar Doktor Honoris 6. Pekerja yang diberikan kepada
Causa bidang Hukum dengan pidatonya narapidana dan anak didik tidak boleh
“Pohon Beringin Pengayoman”; yang bersifat sekedar mengisi waktu, juga
antara lain dinyatakan bahwa tujuan dari tidak diberikan pekerjaan untuk
pidana penjara adalah “Pemasyarakatan” memenuhi kebutuhan dinas atau
dan juga mengemukakan konsepsi kepentingan negara sewaktu-waktu
tentang hukum nasional yang ia saja. Pekerjaan yang diberikan harus
gambarkan sebagai sebuah “Pohon satu dengan pekerjaan di masyarakat
Beringin” untuk melambangkan “Tugas dan yang menunjang usaha
hukum memberi pengayoman agar cita- peningkatan produksi.
cita luhur bangsa tercapai dan 7. Bimbingan dan didikan yang diberikan
terpelihara. Pendapat DR. Sahardjo, S.H. kepada narapidana dan anak didik
tentang mereka yang pernah mendekam harus berdasarkan Pancasila.

Journal of Correctional Issues Volume1, No. 1 | 2018


18
Kusmiyanti Pola Pembinaan Narapidana Tindak Pidana Korupsi
8. Narapidana dan anak didik sebagi secara signifikan sangat menentukan
orang-orang yang tersesat adalah keberhasilan dari proses itu sendiri
manusia dan mereka harus (Simon J. A., Hal. 30).
diperlakukan sebagai manusia. Tahap-tahap pembinaan adalah
9. Narapidana dan anak didik hanya sebagai berikut :
dijatuhi pidana hilang kemerdekaan 1) Admisi Orientasi
sebagai salah satu derita yang 2) Penentuan program permulaan
dialaminya. melalui sidang
10. Disediakan dan dipupuk sarana- 3) Pelaksanaan program permulaan dan
sarana yang dapat mendukung fungsi evaluasinya
rehabilitatif, korektif dan edukatif Pelaksanaan proses-proses
dalam sistem pemasyarakatan. pemasyarakatan diatur di dalam
Pemasyarakatan sebagai tujuan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun
pidana harus bebas dari pandangan- 1999 tentang pembinaan dan
pandangan yang liberal individualisme pembimbingan Warga Binaan
dan sehubungan dengan itu Pemasyarakatan. Tahap pembinaan
“Pemasyarakatan” sebagai tujuan pidana meliputi :
diartikan sebagai “Pemulihan kesatuan 1) Pembinaan Tahap Awal
hubungan hidup, kehidupan dan 2) Pembinaan Tahap Lanjutan
penghidupan” yang hakiki, yang terjadi 3) Pembinaan Tahap Akhir
antara individu pelanggar hukum
bersangkutan dengan masyarakat dan
METODE
lingkungan kehidupannya, dibawah
kesatuan hubungan dengan Tuhan Yang
Metode penelitian ini adalah suatu
Maha Esa dengan Pancasila (Re-Integrasi
cara untuk memecahkan masalah sebagai
Sosial).
pedoman untuk memperoleh
Sistem Pemasyarakatan memiliki
pengetahuan lebih mendalam tentang
strategi pembinaan terutama yang
suatu objek yang diteliti dengan cara
menyangkut proses dan program
mengumpulkan, menyusun dan
pembinaan. Proses pembinaan diartikan
menginterpretasikan data-data untuk
sebagai tahapan pembinaan yang dimulai
menemukan, mengembangkan dan
dari tahapan pembinaan intramural dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan
bergerak secara bertahap, sesuai dengan
yang kemudian hasilnya dimasukkan
kemajuan hasil pembinaannya, menuju
kedalam penulisan ilmiah, dimana
pembinaan yang dilaksanakan ditengah-
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan
tengah masyarakat masyarakat
secara ilmiah. Penelitian ini
(extramural) tahapan proses pembinaan
menggunakan pendekatan metode
ini dimaksud agar dapat dieliminir sekecil
kualitatif, dimana teori tidak menjadi titik
mungkin dampak destruktif dari
tolak utama. Data yang diperoleh di
“pemenjaraan” yang berupa stigmatisasi,
lapangan akan disandingkan dengan teori
prisonisasi dan residivisme. Dalam
untuk membangun suatu penafsiran
pelaksanaannya, tahapan proses
umum komprehensif.
pembinaan ini membutuhkan partisipasi,
dukungan dan kontrol masyarakat, yang

Journal of Correctional Issues Volume1, No. 1 | 2018


19
Kusmiyanti Pola Pembinaan Narapidana Tindak Pidana Korupsi
1. Pendekatan Penelitian ketentuan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pemasyarakatan.
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Menurut
John.W.Creswell “qualitative research is 4. Data Primer
an inquiry of understanding based on
distrinct methodological traditions of 1) Data primer dikumpulkan melalui
inquiry that explore social or human penelitian lapangan yaitu dengan
problem. The researcher buid a complex, cara melakukan pendekatan
holistic picture, analyze words, reports persuasif langsung dengan para
detealed views of informants, and narapidana tindak pidana korupsi di
conducts the study in natural setting Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
(Creswell J. W., 2016). Penelitian Sukamiskin dan juga kepada para
kualitatif merupakan metode-metode petugas pemasyarakatan di
untuk mengeksplorasi dan memahami Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
makna yang oleh sejumlah individu atau Sukamiskin.
sekelompok orang – dianggap berasal 2) Buku-buku ilmiah yang terkait
dari masalah sosial atau kemanusiaan. dengan pemasyarakatan guna
Proses penelitian kualitatif ini melibatkan menunjang data yang ada.
upaya-upaya penting, seperti
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
prosedur-prosedur, mengumpulkan data 5. Lokasi Penelitian
yang spesifik dari para partisipan,
menganalisis data secara induktif mulai Penelitian dilakukan di Lembaga
dari tema-tema yang khusus ke tema- Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin
tema umum, dan menafsirkan makna Bandung, Jawa Barat
data.. Suatu proses penyelidikan
pemahaman berdasar pada tradisi
metodologis terpisah yang mengekplorasi HASIL DAN DISKUSI
suatu masalah sosial atau manusia.
1. Pembinaan di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin
2. Sifat Penelitian
Ketika saya memasuki Lembaga
Sifat penelitian ini adalah penelitian Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin
deskriptif (descriptive research) yang banyak hal yang berubah mulai dari
ditujukan untuk menggambarkan suatu kunjungan dan banyaknya saung-saung
fenomena dengan cara menelaah secara yang ada di dalam. Terbersit dalam benak
teratur, mengutamakan obyektivitas, dan saya untuk apakah saung-saung itu?.
dilakukan secara cermat. Kemudian saya mulai mengamati
kegiatan para WBP disana mulai pagi hari
sebagian narapidana banyak memenuhi
3. Data Sekunder mesjid karena ada jadwal pengajian rutin
setiap pagi dan para WBP juga terbiasa
Data yang dikumpulkan dari studi melaksanakan sholat Dhuha di Mesjid.
literatur dengan mempelajari berbagai Para WBP melaksanakan sholat lima

Journal of Correctional Issues Volume1, No. 1 | 2018


20
Kusmiyanti Pola Pembinaan Narapidana Tindak Pidana Korupsi
waktu selalu di Mesjid. Kajian yang pengajaran untuk petugas. Dengan
dilaksanakan itu beragam mulai dari masyarakat memberikan bimbingan
kajian Fiqih, Akidah, tahsin dan masih belajar untuk masyarakat sekitar karena
banyak lagi programya. Kebetulan ketika potensi yang dimiliki para WBP. Tahapan
saya ke Lembaga Pemasyarakatan Kelas I pembinaan seperti asimilasi akan
Sukamiskin bertepatan dengan kegiatan terbentur aturan yang baku karena harus
ESQ untuk narapidana yang merupakan menjalani 2/3 pidananya. Ada aspek
angkatan ke 4 yang sudah dilaksanakan psikologis yang harus dihindari adalah
oleh ESQ korwil Jawa Barat. Pada saaat ketidaknyamanan seorang siswa untuk
penulis melaksanakan penelitian masuk ke dalam Lapas untuk
kebetulan ada kegiatan ESQ yang mendapatkan ilmu di kegiatan bimbel.
mengikuti ESQ adalah sebagian WBP Akhirnya dibuat diluar untuk melakukan
tipikor, WBP pidana umum dan pegawai bimbel. WBP harus bisa
ada yang mengikuti kegiatan tersebut. mengaktualisasikan diri, WBP melakukan
Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Lembaga pelatihan susu kedelai dan pelatihan
Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin dan pembuatan roti terhadap WBP lainnya.
kegiatannya berlangsung selama 2 hari. Akhirnya dibuat pembuatan susu kedelai
Saya perhatikan sangat banyak dan pembuatan roti. Dengan modal
sekali kegiatan pembinaan kepribadian dibawah 10 juta dapat dilaksanakan dan
yang dilaksanakan disana. Adapun menjadi pos kegiatan. Seiap bulan ada
kegiatannya meliputi : kegiatan forum diskusi yang menjadi
1. Kajian Tauhid pembicaranya adalah dari internal dan
2. Kajian Fiqih dari luar. Pos kegiatan yang sudah ada
3. Kajian Tasawuf harus dapat ditingkatkan.
4. Kajian Alquran Kegiatan pembinaan yang
Kegiatan yang dilaksanakan di dilaksanakan disesuaikan dengan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I kebutuhan WBP. Pembinaan kepribadian
Sukamiskin dilaksanakan mulai dari pagi dan pembinaan kemandirian yang ada di
sampai dengan sore menjelang maghrib. Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Kegiatannya padat oleh kegiatan Sukamiskin menjadi bias. Kegiatan-
pembinaan kepribadian. Pembinaan kegiatan yang dilakukan pembinaan
untuk pidana umum sudah ada bentuk kemandirian adalah melakukan
pembinaan sesuai dengan peminatan. pelatihan-pelatihan. Di Lembaga
Pembinaan untuk napi tipikor tidak dapat Pemasyarakatan Kelas IIA Narkotika
dilakukan perlakuan yang sama dengan Jelekong WBP melakukan pelatihan
narapidana pidana umum. dengan memberikan pembinaan
Pramuka yang ada di Lembaga kepribadian, pelatihan konveksi.
Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin Kebetulan WBP melaksanakan dengan
adalah Gugus Dharma yang memiliki LPK Yani memberikan pelatihan di Lapas
fungsi melakukan pembinaan terhadap Jelekong selama dua hari. Setelah
gugus depan yang ada. Contohnya Gugus dilakukan ketrampilan selama 10 hari
Dharma melakukan pembinaan terhadap kemudian mendapatkan hibah mesin
LPKA dan LPP. Ketika ke LPKA melihat jahit dari BJB. Kegiatan konveksi di
kebutuhan pengajaran, sementara Jelekong masih berjalan sampai dengan
kompetensi petugas belum memenuhi. sekarang. Pola pembinaan yang ada
Bentuk yang dilakukan adalah pelatihan adalah semua inisiatif dari WBP. Tujuan

Journal of Correctional Issues Volume1, No. 1 | 2018


21
Kusmiyanti Pola Pembinaan Narapidana Tindak Pidana Korupsi
dan akhir dari kegiatan yang dilaksanakan pemasyarakatan dalam melakukan
hasilnya baik. Ketika pindah dari tahan pembinaan harus memenuhi Sepuluh
KPK pasti ada beban psikologis yang luar prinsip pemasyarakatan yang disepakati
biasa, sehingga sebagai petugas harus sebagai pedoman pembinaan terhadap
mampu melakukan pembinaan dengan narapidana di Indonesia sebagai berikut :
cara mendekatinya dan mengajak bicara 1. Ayomi dan berikan bekal hidup agar
dengan menggunakan misalnya pak mereka dapat menjalankan
gubernur, pak menteri. Sesungguhnya peranannya sebagai warga masyarakat
manusia itu ketika mendapatkan cobaan yang baik dan berguna.
mereka akan merasa bahwa ada keluarga 2. Penjatuhan pidana bukan tindakan
baru. Lembaga Pemasyarakatan Kelas I balas dendam negara.
Sukamiskin belum memiliki psikolog, 3. Berikan bimbingan bukan penyiksaan
yang dilakukan sekarang adalah supaya mereka bertaubat.
kerjasama dengan Universitas Padjajaran 4. Negara tidak berhak membuat mereka
Fakultas Psikologi untuk membantu menjadi lebih buruk atau jahat
sebagai mengatasi gangguan secara daripada sebelum dijatuhi pidana.
psikologis. Pembinaan yang dilakukan di 5. Selama kehilangan kemerdekaan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I bergerak, para narapidana dan anak
Sukamiskin adalah pramuka, DKM, setiap didik harus dikenalkan dan tidak boleh
hari WBP belajar Al-Quran, Lembaga diasingkan dari masyarakat.
Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin hanya 6. Pekerja yang diberikan kepada
memfasilitasi tempat, yang narapidana dan anak didik tidak boleh
merencanakan kegiatan semuanya bersifat sekedar mengisi waktu, juga
adalah WBP. Setiap sore ada pengajian tidak diberikan pekerjaan untuk
dari mereka oleh mereka dan untuk memenuhi kebutuhan dinas atau
mereka. Kegiatan yang dilaksanakan kepentingan negara sewaktu-waktu
adalah kegiatan yang merencanakan saja. Pekerjaan yang diberikan harus
adalah para WBP. Pembinaan satu dengan pekerjaan di masyarakat
kepribadian sudah berjalan dengan baik dan yang menunjang usaha
dan menguatkan WBP yang mampu peningkatan produksi.
meredam secara emosional. Dampak 7. Bimbingan dan didikan yang diberikan
secara psikologis para WBP sangat. kepada narapidana dan anak didik
Jumlah Napi tipikor kurang lebih 400 dan harus berdasarkan Pancasila.
pidum 50. Proposal kegiatan-kegiatan 8. Narapidana dan anak didik sebagi
yang dilakukan dalam melakukan orang-orang yang tersesat adalah
pembinaan kepribadian adalah manusia dan mereka harus harus
bersumber dan merupakan inisiatif dari diperlakukan sebagai manusia.
para WBP. Salah satu bentuk inisiatif 9. Narapidana dan anak didik hanya
yang dilakukan oleh WBP adalah dijatuhi pidana hilang kemerdekaan
pelatihan literasi yang kemudian hasil sebagai salah satu derita yang
pelatihannya dituangkan dalam buku dialaminya.
yang mereka cetak sendiri. Buku-buku 10. Disediakan dan dipupuk sarana-
yang sudah diterbitkan adalah Secercah sarana yang dapat mendukung fungsi
Cahaya di Langit Sukamiskin. rehabilitatif, korektif dan edukatif
Salah satu informan berinisial DR dalam sistem pemasyarakatan.
menyampaikan bahwa sesungguhnya

Journal of Correctional Issues Volume1, No. 1 | 2018


22
Kusmiyanti Pola Pembinaan Narapidana Tindak Pidana Korupsi
2. Peran petugas dalam melakukan Ketika ini sudah menjadi program maka
pembinaan harus disertai dengan ilmunya,
pemberontakan terjadi karena
Petugas pemasyarakatan yang ada ketidaksadaran apa yang harus dilakukan.
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Sukamiskin adalah bukan petugas yang
ditempatkan berdasarkan hasil 3. Tingkat pendidikan petugas
assesment, namun mereka adalah dibandingkan dengan penghuni
petugas lama yang dari dulu bekerja
disana. Seyogyanya ketika Lembaga Lapas itu memiliki 3 pilar yaitu
Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin masyarakat, WBP dan petugas .
berubah menjadi lembaga Pembinaan harus mengikuti kompetensi
pemasyarakatan khusus tindak pidana WBP. Ada Prof. Rudini sebagai guru besar
korupsi maka peran petugas menjadi hal dan masih membimbing Skripsi, Tesis dan
yang sangat penting. Terutama integritas Desertasi. Jangan dilihat kesalahannya
petugas menjadi hal penting selain tetapi punya kompetensi juga. Ada
kompetensi lain yang harus dimiliki oleh kegiatan pemeriksaan bibir sumbing yang
petugas pemasyarakatan. Petugas yang dilakukan diluar. Unpas ada FISIP
ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan mahasiswa punya frame secara teori dan
Kelas I Sukamiskin adalah petugas yang praktek. Pemasyarakatan sudah konsep
benar-benar pilihan dan berdasarkan pembinaan namun berbeda dengan KPK
hasil seleksi . Indikator keberhasilan dan ICW yang masih menginginkan
pembinaan salah satunya ditentukan oleh penjeraan. Perlunya dilakukan sosialisasi
peran petugas pemasyarakatan. Hal yang mengenai pemasyarakatan yang
harus diantisipasi adalah petugas di dikte merupakan konsep pembinaan.
oleh WBP dan hal ini sangat mungkin Masyarakat masih menganggap bahwa di
terjadi mengingat sebagian besar isi dalam Lapas itu masih berlaku penjeraan.
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I ESQ dilaksanakan, akademi dakwah, dari
Sukamiskin adalah orang-orang dulunya segi kerohanian sudah bagus.
sangat berpengaruh di negeri ini yang Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
terlibat di dalam pemerintahan maupun Sukamiskin sejak tahun 2012 ditetapkan
partai politik.. Petugas seharusnya sebagai Lembaga Pemasyarakatan
diberikan pelatihan bagaimana membina Khusus untuk Narapidana Tindak Pidana
para WBP. Harus dilakukan pemahaman Korupsi. Dasar penunjukan Lembaga
yang sama untuk petugas Pemasyarakatan Kelas I Sukamiski
pemasyarakatan. sebagai Lembaga Pemasyarakatan
Petugas memiliki peran sangat Khusus Tindak Pidana Korupsi adalah
besar dalam masa Admisi Orientasi (AO) hanya statement yang diucapkan oleh
yang memberikan penjelasan mengenai Denny Indrayana sebagai Wakil Menteri
hak dan keajibannya selama di lapas, Hukum dan HAM pada saat itu.
sampaikan materi mengenai penyadaran Pertimbangannya bahwa untuk
dilakukan oleh orang yang ahlinya dan melakukan pembinaan terhadap
juga masuk ada nilai-nilai agama. narapidana kasus tindak pidana korupsi
Pembinaan yang ada sudah sangat bagus berbeda dengan pembinaan untuk
namun harus lebih dikuatkan bagaimana narapidana kasus lain. Narapidana tindak
untuk meningkatkan pembinaan ini. pidana korupsi memiliki tingkat

Journal of Correctional Issues Volume1, No. 1 | 2018


23
Kusmiyanti Pola Pembinaan Narapidana Tindak Pidana Korupsi
pendidikan yang tinggi makanya biasa bagaimana pola pembinaan bagi
disebut dengan white collar crime. narapidana Tipikor.
Menurut Hazel Croall bahwa White Collar Apabila kita perhatikan bahwa
Crime is defined as the abuse of a jumlah pembinaan kepribadian ini luar
legitimate occupational role which is biasa banyaknya , sehingga membuat
regulated by law.The term white collar saya ingin menanyakan terkai tSaya
crime with fraud, embezzlement and melihat suatu fenomena yang berbeda
other of fences associated with high ketika masuk ke Lembaga
status employees (Baharuddin L., Hal. Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin,
35). dimana para Warga Binaan
Apabila kita hitung mundur dari Pemasyarakatan (WBP) tidak mau
tahun 2012 dan pada saat penelitian menyebutnya dengan WBP namun
2017 bahwa selama kurang lebih 5 tahun mereka membuat akronim sendiri
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I WARNA (Warga Binaan). Secara tidak
Sukamiskin sudah menjalankan tugas dan langsung kita dapat menangkap bahwa
fungsinya sebagai Lembaga mereka itu tidak mau disamakan dengan
Pemasyarakatan Khusus Tindak Pidana narapidana tindak pidana yang lain. Kita
Korupsi namun sampai saat ini belum dapat melihat tabel dibawah ini jumlah
memiliki peraturan yang mengatur narapidana tindak pidana korupsi
berdasarkan tingkat pendidikan :

Tabel 1. Jumlah Narapidana Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Pendidikan

Narapidana Tingkat Pendidikan Jumlah


S3 S2 S1 D3 SMA SMP SD
Pidana - 92 223 - 73 - - 388
Khusus

Sumber : Seksi Registrasi, 30 Agustus 2017


artinya bahwa pendidikan terendah
Berdasarkan tabel di atas kita dapat mereka adalah SMA dan lebih sedikit bila
melihat bahwa pendidikan yang paling kita bandingkan dengan S1 dan S2.
tinggi adalah S2 sebanyak 92 orang Melakukan pembinaan terhadap mereka
narapidana, ini menerangkan kepada kita itu bukan hal yang mudah namun
bahwa tingkat pendidikan mereka itu memerlukan seni dan teknik tersendiri
sudah tinggi. Pendidikan S1 sebanyak 223 supaya petugas dapat masuk ke
orang artinya menunjukkan kepada kita lingkungannya mereka. Pembinaan yang
bahwa tingkat pendidikan S1 adalah yang dilakukan harus benar-benar menyentuh
terbanyak. Pendidikan terendah para hatinya.
narapidana tindak pidana korupsi adalah
SMA, artinya menerangkan kepada kita

Journal of Correctional Issues Volume1, No. 1 | 2018


24
Kusmiyanti Pola Pembinaan Narapidana Tindak Pidana Korupsi

Tabel 2. Tingkat Pendidikan Petugas Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin

No. Tingkat Pendidikan Jumlah


1. S2 12
2. S1 41
3. D3 2
4. SMA 42
Total 97
Sumber : Sub Bagian Kepegawaian, 30 Agustus 2017

Berdasarkan tabel di atas kita dapat ketrampilan mendukung usaha-usaha


melihat bahwa tingkat pendidikan mandiri, ketrampilan mendukung usaha-
pegawai Lembaga Pemasyarakatan kelas I usaha industri kecil. Pembinaan yang
Sukamiskin yang paling banyak adalah sekarang dilaksanakan oleh petugas
yang berpendidikan SMA dengan jumlah pemasyarakatan untuk para narapidana
pegawai 42 orang. Jumlah pegawai yang tindak pidana korupsi adalah pembinaan
berpendidikan S1 sebanyak 41 orang. kepribadian berupa penguatan
Jumlah pegawai yang berpendidikan S2 pembinaan mental agama dengan
sebanyak 12 orang. Jadi kita dapat memperdalam agama.
melihat bagaimana kompetensi para Proses pembinaan itu sudah diatur
petugas pemasyarakatan yang ada di sesuai dengan alur yang seharusnya
Lembaga pemasyarakatan kelas I dilakukan oleh para petugas
Sukamiskin. Data ini menunjukkan bahwa pemasyarakatan mulai dari tahap awal,
petugas pemasyarakatan memiliki peran tahap lanjutan dan tahap akhir. Proses
yang sangat kuat dalam meakukan dari tahap awal ke tahap lanjutan
pembinaan. dilakukan dengan melakukan sidang Tim
Pembinaan yang dilakukan di Pengamat Pemasyarakatan (TPP) yang
lembaga pemasyarakatan itu terbagi Petugas pemasyarakatan memiliki
menjadi dua yaitu: pembinaan peran yang sangat besar dalam
kepribadian dan pembinaan kemandirian. melakukan pembinaan terhadap
Pembinaan kepribadian itu terkait narapidana. Dimana petugas
pemulihan hubungan hidup narapidana pemasyarakatan harus dapat
dengan masyarakat. Pembinaan menjalankan berbagai peran dan
kepribadian mencakup pembinaan memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
kesadaran beragama, pembinaan a. Sebagai guru, berarti harus tahu
kesadaran berbangsa dan bernegara, tentang pengetahuan sistem
pembinaan kemampuan intelektual, pemasyarakatan, ilmu jiwa, budi
pembinaan kesadaran hukum.Sedangkan pekerti (tingkah laku sehari-hari) baik.
program kemandirian erat kaitannya b. Sebagai orang tua, berarti harus
dengan pemulihan penghidupan, memberikan perlindungan,
hubungan penghidupan narapidana memberikan pengayoman, bertindak
dengan masyarakat yaitu hubungan tenang dalam menghadapi persoalan,
narapidana dengan pekerjaannya. bertindak adil terhadap narapidana,
Pembinaan kemandirian mencakup menjaga kewibawaan, dan lain-lain.
pemberian program-program seperti

Journal of Correctional Issues Volume1, No. 1 | 2018


25
Kusmiyanti Pola Pembinaan Narapidana Tindak Pidana Korupsi
c. Sebagai pembina, berarti harus dapat
bertindak menimbulkan semangat 4. Assesment untuk petugas dan
kerja dan kemampuan melihat hari asessment untuk WBP
depan pada diri narapidana (sehingga
lahirlah kesadaran atas kekurangan- Asesmen menjadi hal yang penting
kekurangan dan kekeliruannya), baik bagi petugas maupun WBP. Bagi
kesadaran atas tugas sucinya petugas menjadi hal yang penting bahwa
walaupun berat harus selalu yang menjadi petugas pemasyarakatan di
didasarkan pada rasa pengabdian. Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
d. Sebagai penjaga, harus mempunyai Sukamiskin adalah orang-orang melalui
fisik sehat serta memiliki kemampuan eleksi dan pilih petugas-petugas yang
bela diri yang sempurna dan berguna, berintegritas, berpendidikan tinggi dan
selain untuk mengatasi kejadian- merupakan orang-orang yang memiliki
kejadian fisik di lembaga komitmen yang kuat. Sedangakan
pemasyarakatan juga untuk asesmen untuk WBP sangat penting
menanamkan rasa harga diri yang karena akan menentukan program
tinggi sehingga senantiasa bermental pembinaan apa yang tepat bagi mereka.
tinggi. Sehingga pembinaan yang dilakukan
Dalam melakukan pembinaan tepat dan ketika kembali mereka dapat
narapidana tindak pidana korupsi harus menjadi orang-orang yang lebih baik.
ada nilai-nilai baik yang dikuatkan. Rasa
penyesalan yang seharusnya ada dalam
diri para narapidana karena sudah KESIMPULAN
merugikan masyarakat. Para narapidana
tidak memikirkan kepentingan Kesimpulan penelitian ini adalah
masyarakat umum dan hanya pelaksanaan pembinaan narapidana
memperkaya diri sendiri. Walaupun tindak pidana korupsi di Lembaga
mereka sekarang sebagai narapidana Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin
namun mereka masih memposisikan belum berjalan sesuai dengan konsep
dirinya sebagai kelas atas yang memiliki pemasyarakatan. Petugas
uang banyak. Mereka dapat membeli apa pemasyarakatan seharusnya memegang
pun yang mereka inginkan. Secara peranan penting dalam melakukan
perlahan harus mulai dikikis pemikiran pembinaan. Oleh karena itu petugas
seperti ini dan mereka harus benar-benar pemasyarakatan harus memiliki keahlian
menyesali perbuatannya. Petugas dalam bidangnya dan juga harus memiliki
pemasyarakatan harus menjadikan para rasa pengabdian dan integritas yang
narapidana tindak pidana korupsi benar- tinggi. Para petugas pemasyarakatan
benar menyadari kesalahnnya dan harus memegang teguh konsep
mereka berubah menjadi manusia yang pemasyarakatan yang didasarkan atas
lebih baik. Seperti yang tertuang dalam azas Pancasila dan tetap memandang
10 prinsip pemasyarakatan salah satunya narapidana sebagai mahluk Tuhan
“ayomi dan berikan bekal hidup agar sebagai individu dan sebagai anggota
mereka dapat menjalankan peranannya masyarakat.
sebagai warga masyarakat yang baik dan
berguna.”

Journal of Correctional Issues Volume1, No. 1 | 2018


26
Kusmiyanti Pola Pembinaan Narapidana Tindak Pidana Korupsi
Saran Panjaitan P. I. & Chairijah. (2009). Pidana
Penjara Dalam Perspektif Penegak
Saran yang direkomendasikan Hukum, Masyarakat dan
adalah seharusnya petugas Narapidana. Jakarta : IHC.
pemasyarakatan yang membina para
narapidana tindak pidana korupsi adalah P.A.F. Lamintang. (1984). Hukum
para petugas pemasyarakatan yang Penitensier Indonesia. Bandung :
berpendidikan tinggi, berintegritas dan Armico.
petugas-petugas pilihan yang sudah
diseleksi melalui asesmen. Pembinaan R.A. Koesnoen. (1961). Politik Penjara
yang dilakukan harus menguatkan nilai- Nasional. Bandung : Sumur Bandung
nilai kebaikan bahwa tindakan korupsi
yang dilakukannya membawa dampak Samosir C. D. (2009). Sekelumit Tentang
yang besar dan merugikan masyarakat Penologi dan Pemasyarakatan.
banyak. Bandung : Nuansa Aulia.

DAFTAR PUSTAKA Simon A. J. & Thomas Sunaryo. (2012).


Studi Kebudayaan Lembaga
Baharuddin Lopa. (2005). Kejahatan Pemasyarakatan di Indonesia.
Korupsi dan Penegakan Hukum. Bandung : Lubuk Agung.
Jakarta : Kompas.
Internet/Artikel
Creswell, John W. (2016). Research
Design, Pendekatan Metode https://www.kpk.go.id/id/publikasi/lapor
Kualitatif, Kuantitatif dan Campuran an-tahunan, (diakses pada tanggal 8
Edisi Keempat. Yogyakarta : Pustaka September 2017)
Pelajar. https://acch.kpk.go.id/id/statistik/tindak-
pidana-korupsi, (diakses pada
Eva Achjani & Indriyanto Seno Adji. tanggal 8 September 2017)
(2012). Pergeseran Paradigma http://bola.kompas.com/read/2012/12/2
Pemidanaan. Bandung : Lubuk 8/15295078/koruptor.secara.berta
Agung. hap.dikirim.ke.sukamiskin, (diakses
pada tanggal 9 September 2017)
M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur. http://www.antaranews.com/berita/353
(2012). Metodologi Penelitian 929/43-napi-korupsi-jateng-
Kualitatif. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. dipindahkan-ke-sukamiskin,
(diakses pada tanggal 9 September
2017)

Journal of Correctional Issues Volume1, No. 1 | 2018

Anda mungkin juga menyukai