ABSTRAK
Persepsi individu berbeda-beda dalam memahami dan menilai suatu obyek termasuk dalam
memahami masalah kesehatan. Persepsi individu tentang kesehatan prima juga dapat berbeda-
beda (persepsinya dapat positif atau negatif), karena hal ini dipengaruhi oleh beberapa factor.
Orang awam mengasumsikan bahwa orang dikatakan sehat lebih diprioritaskan pada dimensi
fisiknya saja, padahal dimensi lain seperti sosial, spiritual juga mengambil andil dalam membangun
kesehatannya.
Tujuan menganalisis hubungan persepsi tentang kesehatan prima dengan aktivitas
kehidupan sehari-hari pada Lansia yang menderita nyeri sendi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Pamolokan Kabupaten Sumenep tahun 2015
Metode Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan dalam beberapa
perspektif atau pendekatan, yaitu : berdasarkan lingkup penelitian termasuk jenis penelitian
korelasi, berdasarkan tempat penelitian termasuk jenis penelitian lapangan, berdasarkan waktu
pengumpulan data termasuk jenis rancangan cross sectional. Berdasarkan cara pengumpulan
data termasuk jenis survey, berdasarkan tujuan penelitian termasuk jenis rancangan analitik dan
berdasarkan sumber data termasuk penelitian dengan sumber data primer.
Sebagian besar Lansia yang menderita nyeri sendi memiliki persepsi positif tentang
kesehatan prima, dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan baik dan
Ada hubungan persepsi tentang kesehatan prima dengan aktivitas kehidupan sehari-hari
pada lansia yang menderita nyeri sendi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pamolokan Tahun
2015.
87
88 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”
sebagian besar memiliki persepsi positif kebutuhan emosional yang muncul terhadap
sebanyak 12 orang (60%) dan hampir kesehatan.
setengahnya memiliki persepsi negatif Tabel 1 dapat diketahui dari 209
sebanyak 8 orang (40%). Sikap respoden yang
responden hampir setengahnya berusia 60-69
menunjukkan persepsi positif tentang
kesehatan kesehatan pada penderita rhematoid tahun sebanyak 102 orang (49%). Angka
artritis ditujang adanya beberapa faktor seperti kesakitan dan kematian dalam hampir semua
informasi, pengalaman dan pengetahuan. keadaan menunjukkan hubungan dengan umur,
Persepsi kesehatan individu tentang kesehatan keadaan itu berkaitan dengan (1) fungsi dari
prima dapat berbeda antara lain suatu keadaan proses umur, perkembangan, immunitas, dan
bebas dari gejala penyakit dan rasa nyeri keadaan fisiologis, (2) Perubahan kebiasaan
apabila memungkinkan, dapat aktif dan
makan dari tiap-tiap golongan umur atau
melakukan sesuatu kegiatan yang diinginkan
sebanyak – banyaknya, dan mempunyai dengan perjalanan waktu, (3) Perubahan daya
semangat yang tinggi. tahan tubuh dan (4) Penyakit-penyakit tertentu
Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang menyerang umur-umur tertentu.
Azwar, S. (2003) bahwa dalam interaksi
sosialnya, individu bereaksi membentuk pola Tabel 3 dapat diketahui dari 209
persepsi tertentu terhadap berbagai objek responden hampir setengahnya tidak bekerja
psikologis yang dihadapinya. Di antara sebanyak 73 orang (34,9%). Jenis pekerjaan
berbagai faktor yang mempengaruhi tertentu akan berakibat terhadap penyakit-
pembentukan persepsi adalah pengalaman penyakit tertentu, antara lain (1) faktor
pribadi, budaya, orang lain yang dianggap lingkungan yg berhubungan dengan penyakit,
penting, media massa, institusi atau lembaga
misalnya benda-benda fisik yang menimbulkan
pendidikan dan lembaga agama, serta faktor
emosi dalam individu. Menurut Middlebrook kecelakaan, (2) situasi pekerjaan yangg penuh
(1974) yang dikutip oleh Azwar, S. (2003). dengan stress dan (3) yang berhubunganm
mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman dengan pekerjaan dan kebiasaan hidup dapat
sama sekali dengan suatu objek psikologis mempengaruhi persepsi responden.
cenderung akan membentuk persepsi negatif Tabel 4 dapat diketahui dari 209
terhadap objek. Sedangkan adanya informasi responden adalah sebagian besar
baru mengenai sesuatu hal memberi landasan
berpenghasilan Rp. < 1.000.000,- yaitu
kognitif baru bagi terbentuknya persepsi
terhadap hal tersebut. sebanyak 145 orang (69,4%). Penghasilan
Hasil penelitian dan pembahasan di atas akan erat kaitannya dengan kemampuan orang
maka dapat dikatakan bahwa adanya untuk memenuhi kebutuhan gizi, perumahan
pengalaman serta interaksi manusia dengan yang sehat, pakaian dan kebutuhan lain yang
lingkungan yang terwujud dalan bentuk berkaitan dengan pemeliharaan kesehatannya.
pengetahuan maupun sikap (selain tindakan) Hal tersebut sesuai dengan pendapat Azwar, S.
akan mempengaruhi persepsi seseorang. (2003) bahwa dalam interaksi sosialnya,
Sedangkan respon persepsinya dapat bersifat individu bereaksi membentuk pola persepsi
pasif (tanpa tindakan, berfikir, berpendapat, tertentu terhadap berbagai objek psikologis
bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). yang dihadapinya. Di antara berbagai faktor
Sedangkan sikap yang diperoleh lewat yang mempengaruhi pembentukan persepsi
pengalaman dan pengetahuan akan adalah pengalaman pribadi, budaya, orang lain
menimbulkan pengaruh langsung terhadap yang dianggap penting, media massa, institusi
persepsi berikutnya. Pengaruh langsung atau lembaga pendidikan dan lembaga agama,
tersebut lebih berupa predisposisi persepsi serta faktor emosi dalam individu. Menurut
yang akan direalisasikan hanya apabila kondisi Middlebrook (1974) mengatakan bahwa tidak
dan situasi memungkinkan. Konsep dan adanya pengalaman sama sekali dengan suatu
pemahaman responden yang positif terhadap objek psikologis cenderung akan membentuk
kesehatan prima akan mempengaruhi status persepsi negatif terhadap objek. Sedangkan
kesehatanya sendiri. Pada persepsi terdapat adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberi landasan kognitif baru bagi
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 91
terbentuknya persepsi terhadap hal tersebut, Pola hidup sehat yang dilakukan dapat
hal ini sesuai yang disampaikan oleh Azwar, S. mempengaruhi perubahan-perubahan dasar
(2003). biologis dari proses menua itu sendiri.
Konsumsi makanan yang sehat, cukup gizi dan
Pengaruh langsung tersebut lebih berupa
menghindari faktor-faktor resiko pencetus
predisposisi persepsi yang akan direalisasikan
stress fisik dan pembentuk radikal bebas
hanya apabila kondisi dan situasi
merupakan salah satu upaya untuk mengurangi
memungkinkan. Konsep dan pemahaman
proses menua secara biologis.
responden yang positif terhadap kesehatan
Untuk itu rencana hidup seharusnya
prima akan mempengaruhi status kesehatanya
sudah dirancang jauh sebelum memasuki masa
sendiri dalam beraktivitas kehidupan sehari-
lanjut usia, paling tidak individu sudah
hari. Pada persepsi terdapat kebutuhan
mempunyai bayangan aktivitas apa yang akan
emosional yang muncul terhadap kesehatan.
dilakukan kelak sesuai dengan kemampuan
Peningkatan jumlah Lansia akan
dan minatnya. Diharapkan para lanjut usia
berpengaruh terhadap berbagai aspek
melakukan pola hidup sehat dengan
kehidupan baik secara fisik, psikologis, sosial
mengkonsumsi makanan bergizi seimbang,
juga ekonomi. Oleh karena itu diperlukan
melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara
perhatian serta penanganan yang tepat agar
benar dan teratur serta tidak merokok (Brunner
kelompok Lannsia tersebut juga dapat hidup
dan Suddarth, 2002). Melakukan kehidupan
sehat prima di hari tua. Kesehatan prima
dengan melakukan kerja seimbang dan
merupakan suatu keadaan yang sejahtera
pemenuhan kebutuhan seimbang mampu
meliputi sikap dan perilaku yang mencerminkan
memberikan kontribusi yang positif dalam
kualitas hidup yang tinggi serta adanya tingkat
peningkatkan performens individu itu sendiri.
potensial maksimal dari individu. Kesehatan
Menghindari lingkungan dengan tingkat resiko
prima juga diartikan sebagai keputusan pada
radiasi atau polutan yang tinggi merupakan
suatu pilihan untuk dapat mencapai kesehatan
langkah yang beda ditempuh untuk
optimal, dengan cara mengubah gaya hidup
menghindari cepatnya proses menua secara
guna mencapai potensial tertinggi untuk
biologis. Pada sebagian Lansia yang
kesehatan dan kesejahteraan sehingga dapat
aktivitasnya cukup dan kurang baik kadang-
hidup sehat dan berbahagia (Sumijatun, 2006).
kadang sebagian Lansia yang terjatuh tidak
Menurut anspaugh, dkk yang dikutip oleh
sampai menyebabkan kematian atau gangguan
(Sumijatun, dkk, 2005) ada lima dimensi dalam
fisik yang berat, tetapi kejadian ini haruslah
sehat optimal yang mewujudkan adanya
dianggap bukan merupakan peristiwa yang
ksehatan dan kesejahteraan prima yaitu
ringan (Handono dan Isbagyo, 2005). Nyeri
dimensi fisik, sosial, emosional, intelektual dan
akut akibat cedera dan penyakit yang baru
spiritual.
dialami dapat menghalangi kerja, olah raga,
dan mengganggu berbagai aktivitas normal
2. Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari
Berdasarkan tabel 6 dari 209 responden sehari-hari.
diketahui bahwa sebagian besar dapat Nyeri dan rasa sakit saya terus menerus.
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari baik Tak ada pengobatan untuknya. Satu-satunya
yaitu sebanyak 144 orang (68,9%). Aktivitas pilihan adalah bergantung pada obat
(kegiatan) sehari-hari merupakan salah satu penghilang rasa sakit, suntikan, dan
bagian dari perilaku kehidupan normal yang operasi/bedah. Lansia telah mencoba untuk
tidak perlu dibatasi secara berlebihan, tetapi beristirahat, fisioterapi, dan pengobatan
lebih cenderung untuk memodifikasi perilaku alternatif, dan saya masih merasa sakit. Tak
sebagai akibat perubahan fisik dari manula itu ada obat untuk rasa sakit ini. Lansia harus
sendiri. Perilaku hidup sehari-hari diperlukan belajar untuk hidup berdampingan dengannya.
untuk menjaga kondisi fisik tetap dalam batas Untuk nyeri karena ‘keausan’, lanjut usia,
normal dan mengoptimalkan kemampuan diri. degenerasi, tak banyak yang dapat dilakukan
seiring nyeri tersebut semakin memburuk.
92 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”
penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa persepsi positif tentang kesehatan prima
faktor intrinsik (hal-hal yang berkaitan dengan sebanyak 123 orang (58,9%) dengan aktivitas
keadaan tubuh penderita) baik karena proses kehidupan sehari-hari baik yaitu sebanyak 105
menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal- orang (50,2%). Hasil uji rho spearman’s
hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat- didapatkan Approx. Sig. = 0,000 dengan α
obat tertentu dan faktor lingkungan, terjatuh =0,05, maka Ho ditolak H1 diterima artinya ada
menyebabkan Lansia tersebut sangat hubungan persepsi tentang kesehatan prima
membatasi pergerakannya. Proses menjadi tua dengan aktivitas kehidupan sehari-hari pada
berlangsung secara alamiah terus menerus dan Lansia yang menderita nyeri sendi di Wilayah
berkesinambungan, yang selanjutnya akan Kerja UPT Puskesmas Pamolokan tahun 2015.
menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, Lansia yang mempunyai persepsi positif
dan biokemis pada jaringan tubuh dan akhirnya ini karena menganggap bahwa kesehatan
akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan prima ini tidak dapat dilihat secara fisik saja
tubuh secara keseluruhan (Depkes RI, 2001). tetapi aspek lain sperti psikologis dan pikiran
Ketidakmampuan yang dialami menimbulkan positif dalam menyingkapi kehidupann sehari-
masalah baru untuk keluarga seperti gangguan harinya. Pada aspek fisk dengan melalui
mobilitas, ketidakmampuan fisik, dan penanganan yang tepat pada rasa sakit yang
menurunya kemampuan melakukan perawatan berkelanjutan, Lansia akan mampu menikmati
diri sehingga dibutuhkan tingkat kemandirian pekerjaannya, berolah raga, dan berbagai hal
yang baik untuk Lansia (Handono dan Isbagyo, lainnya dalam kehidupannya dengan lebih
2005). efektif. Aktivitas tidur juga akan menjadi jauh
Setelah orang memasuki masa lansia lebih tenang, yang dapat menghasilkan hari-
umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik hari yang lebih bertenaga dan suasana hati
yang bersifat patologis berganda (multiple yang lebih baik.
pathology), misalnya tenaga berkurang, energi Usia tua identik dengan penurunan fungsi
menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tubuh dan berisiko berbagai macam penyakit.
tulang makin rapuh, dan sebagainya. Secara Tapi studi terkini justru menemukan rata-rata
umum kondisi fisik seseorang yang sudah orang yang berusia 60 tahun lebih bugar dan
memasuki masa lansia mengalami penurunan sehat dibanding usia 20-an tahun. Studi
secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menemukan orang yang berusia 60 tahun
menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi terlihat lebih bugar dan sehat karena Lansia
fisik, psikologik maupun sosial, yang menuai manfaat dari pola makan yang lebih
selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan baik, banyak melakukan olahraga serta
ketergantungan kepada orang lain. Dalam memiliki waktu luang yang meningkat. Laporan
kehidupan Lansia agar dapat tetap menjaga yang ditemukan dalam studi ini adalah sekitar 1
kondisi fisik yang sehat, maka perlu dari 5 orang berusia 50-an tahun merasa lebih
menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik energik dan menikmati hidupnya dengan
dengan kondisi psikologik maupun sosial, semangat daripada saat ia berusia 20-an tahun.
sehingga mau tidak mau harus ada usaha Dan lebih dari 70 persen orang usia 50-an
untuk mengurangi kegiatan yang bersifat tahun merasa lebih fit. "Sangat menyenangkan
memforsir fisiknya. Seorang lansia harus bahwa begitu banyak orang yang merasa lebih
mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, bugar dan fit saat ia berusia 60 tahun ke atas,"
misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja menurut Louise Withy. Withy menjelaskan
secara seimbang. bahwa usia 60-an tahun bisa menjadi waktu
untuk merefleksikan kesehatan. Anak-anak
3. Hubungan Persepsi tentang Keseharan mulai meninggalkan rumah sehingga
Prima dengan Aktivitas Kehidupan menyediakan ruang lebih banyak untuk
Sehari-Hari Lansia memenuhi kebutuhan sendiri sehingga bisa
Berdasarkan tabel 7 dari 209 responden
menjadi babak baru. "Ini bisa menjadi
diketahui bahwa sebagian besar memiliki
tantangan terhadap persepsi seputar penuaan
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 93