Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN PERSEPSI KESEHATAN PRIMA DENGAN AKTIVITAS

KEHIDUPAN SEHARI- HARI PADA LANSIA YANG MENDERITA NYERI SENDI


DI UPT PUSKESMAS PAMOLOKAN SUMENEP
Sri Sumarni, Program Studi Ilmu Keperawatan UNIJA Sumenep,
e-mail;sri.sumarni73@yahoo.co.id
Dian Permatasari,Program Studi Ilmu Keperawatan UNIJA Sumenep,
e-mail; Diansari_uwr@gmail.com

ABSTRAK

Persepsi individu berbeda-beda dalam memahami dan menilai suatu obyek termasuk dalam
memahami masalah kesehatan. Persepsi individu tentang kesehatan prima juga dapat berbeda-
beda (persepsinya dapat positif atau negatif), karena hal ini dipengaruhi oleh beberapa factor.
Orang awam mengasumsikan bahwa orang dikatakan sehat lebih diprioritaskan pada dimensi
fisiknya saja, padahal dimensi lain seperti sosial, spiritual juga mengambil andil dalam membangun
kesehatannya.
Tujuan menganalisis hubungan persepsi tentang kesehatan prima dengan aktivitas
kehidupan sehari-hari pada Lansia yang menderita nyeri sendi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Pamolokan Kabupaten Sumenep tahun 2015
Metode Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan dalam beberapa
perspektif atau pendekatan, yaitu : berdasarkan lingkup penelitian termasuk jenis penelitian
korelasi, berdasarkan tempat penelitian termasuk jenis penelitian lapangan, berdasarkan waktu
pengumpulan data termasuk jenis rancangan cross sectional. Berdasarkan cara pengumpulan
data termasuk jenis survey, berdasarkan tujuan penelitian termasuk jenis rancangan analitik dan
berdasarkan sumber data termasuk penelitian dengan sumber data primer.
Sebagian besar Lansia yang menderita nyeri sendi memiliki persepsi positif tentang
kesehatan prima, dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan baik dan
Ada hubungan persepsi tentang kesehatan prima dengan aktivitas kehidupan sehari-hari
pada lansia yang menderita nyeri sendi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pamolokan Tahun
2015.

Kata kunci: Kesehatan Prima, Aktivitas sehari-hari, Lansia

PENDAHULUAN sehat itu mengandung makna paripurna dan


Dalam sistem Kesehatan Nasional komprehensif bio-psiko-sosial-kultural dan
disebutkan bahwa tiap warga Negara berhak spiritual. Kesehatan prima ini meliputi 5 dimensi
memperoleh derajat kesehatan yang optimal yaitu dimensi fisik, dimensi sosial, dimensi
agar dapat bekerja serta hidup layak sesuai emosi , dimensi intelektual dan dimesi spiritual.
dengan martabat manusia tidak terkecuali Pandangan sebagian masyarakat yang
warga Negara yang telah lanjut usia yang menganggap Lansia sebagai manusia yang
diketahui pada periode lanjut usia tersebut tidak mampu, lemah dan sakit-sakitan
telah terjadi proses penuaan. Persepsi individu menyebabkan mereka memperlakukan Lansia
berbeda-beda dalam memahami dan menilai sebagai manusia yang tidak berdaya sehingga
suatu obyek termasuk dalam memahami segala aktivitas sangat dibatasi (Darmojo dkk,
masalah kesehatan. Persepsi individu tentang 2000).
kesehatan prima juga dapat berbeda-beda Struktur kependudukan Lansia di
(persepsinya dapat positif atau negatif), karena Indonesia diperkirakan akan terjadi peningkatan
hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang signifikan, yaitu yang semula di tahun
(Walgito,2002). Orang awam mengasumsikan 2000 berjumlah 4,4 juta orang (7,18 %) maka
bahwa orang dikatakan sehat lebih pada tahun 2020 diperkirakan menjadi 28,8 juta
diprioritaskan pada dimensi fisiknya saja, orang (11,34 %). Peningkatan jumlah
padahal dimensi lain seperti sosial, spiritual penduduk Lansia ini akan membawa
juga mengambil andil dalam membangun permasalahan sosial baru di Indonesia.
kesehatannya. Hal ini perlu diluruskan karena Permasalahan pokok kesejahteraan sosial

87
88 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”

tersebut mencakup kesejahteraan perlindungan HASIL PENELITIAN


dan jaminan sosal, pelayanan kesehatan, 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan
dukungan keluarga dan masyarakat, kualitas umur
hidup SDM, ketersediaan prasarana, sarana Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
dan fasilitas bagi lansia (Komnas Lansia Jatim, Berdasarkan Umur Tahun 2015
2008). Sekitar 1% dari populasi dunia
menderita oleh nyeri sendi, wanita tiga kali lebih No Umur Jumlah Prosentase
sering dibandingkan pria. Penyakit ini paling 1 60-69 th 102 49 %
sering antara usia 40 dan 50, tetapi orang- 2 70-90 th 82 39 %
orang dari segala usia bisa terkena. Ini bisa 3 > 90 th 25 12 %
menjadi kondisi menonaktifkan dan Jumlah 209 100 %
menyakitkan, yang dapat menyebabkan Sumber data : Data primer 2015
kerugian besar fungsi dan mobilitas. Umumnya Tabel 1 dapat diketahui dari 209
penyakit ini menyerang pada sendi-sendi responden hampir setengahnya berumur 60-69
bagian jari, pergelangan tangan, bahu, lutut,
tahun sebanyak 102 orang (49%).
dan kaki. Pada penderita stadium lanjut akan
membuat penderita tidak dapat melakukan 2. Karakteristik responden berdasarkan
aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya pendidikan
menurun. Diperkirakan kasus nyeri Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
sendididerita pada usia di atas 18 tahun dan Berdasarkan Pendidikan Tahun 2015
berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% dari jumlah
penduduk Indonesia (Eny Sophia, 2009). No Pendidikan Jumlah Prosentase
Terpenuhinya kebutuhan pokok 1 Tidak Sekolah 70 33,5 %
kesejahteraan sosial dari para Lansia tersebut 2 SD/Setara 108 51,7 %
merupakan hal yang penting dalam mencapai 3 SLTP / setara 12 5,7 %
perkiraan Umur Harapan Hidup (UHH) di 4 SLTA / setara 15 7,2 %
Indonesia pada tahun 2010: 68,4% tahun 2015: 5 PT 4 1,9 %
69%, tahun 2020:71,70%. Karena bisa Jumlah 209 100
dikatakan tolak ukur keberhasilan pelayanan Sumber data : Data primer 2015
keseluruhan Lansia. Dalam hal ini pemerintah Tabel 2. dapat diketahui dari 209
telah membuat kebijakan Regional Propinsi responden sebagian besar berpendidikan
jawa Timur, Nasional, Internasional dan
SD/Setara sebanyak 108 orang (51,7%).
bekerjasama dengan lintas sektor dan swasta
(Yayasan Gerontology Abiyoso Propinsi Jatim, 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan
2009). pekerjaan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden
METODE PENELITIAN Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2015
Rancangan yang digunakan dalam No Pekerjaan Jumlah Prosentase
penelitian ini dijelaskan dalam beberapa
1 Buruh harian 45 21,5%
perspektif atau pendekatan, yaitu : berdasarkan
2 Pensiunan 52 24,9%
lingkup penelitian termasuk jenis penelitian 3 Karyawan
korelasi, berdasarkan tempat penelitian 19 9,1%
swasta
termasuk jenis penelitian lapangan, 4 Tidak bekerja 73 34,9%
berdasarkan waktu pengumpulan data 5 Lainnya 20 9,6%
termasuk jenis rancangan cross sectional. Jumlah 209 100%
Berdasarkan cara pengumpulan data termasuk Sumber data : Data primer 2015
jenis survey, berdasarkan tujuan penelitian Tabel 3 dapat diketahui dari 209
termasuk jenis rancangan analitik dan
responden hampir setengahnya tidak bekerja
berdasarkan sumber data termasuk penelitian
dengan sumber data primer. sebanyak 73 orang (34,9%).
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 89

4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan 7. Tabel silang distribusi frekuensi responden


penghasilan hubungan persepsi tentang keseharan prima
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden dengan aktivitas kehidupan sehari-hari
Berdasarkan Penghasilan Tahun 2015 lansia
Tabel 7. Hubungan Persepsi tentang
No Penghasilan Jumlah Prosentase Kesehatan Prima dengan Aktivitas
1 < Rp. 1.000.000,- 145 69,4% Kehidupan Sehari-Hari pada Lansia yang
2 Rp. 1.000.000,- - 32 15,3% Menderita Nyeri Sendi di Tahun 2015
1.250.000,- Persepsi Aktivitas Kehidupan
3 > Rp. 1.250.000,- 32 15,3% Total
tentang Sehari-Hari
Jumlah 209 100% Kesehatan Baik Cukup Kurang
Sumber data : Data primer 2015 Prima f (%) f (%) f (%) f (%)
Tabel 4. dapat diketahui dari 209 Persepsi 105 15 3 123
responden sebagian besar berpenghasilan Rp. Positif (50,2) (7,2) (1,4) (58,9)
Persepsi 39 18 29 86
- < 1.000.000,- yaitu sebanyak 145 orang Negatif (18,7) (8,6) (13,9) (41,1)
(69,4%). Jumlah 144 33 32 209
(68,9) (15,8) (15,3) (100)
5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Uji Rho Spearman’s didapatkan Approx. Sig. =
persepsi tentang kesehatan prima 0,000 dengan α =0,05
Berdasarkan tabel 7 dari 209 responden
Tabel 5. Persepsi tentang Kesehatan Prima
pada Lansia yang Menderita Nyeri Sendi diketahui sebagian besar memiliki persepsi
Tahun 2015 positif tentang kesehatan prima sebanyak 123
No Persepsi Jumlah Prosentase orang (58,9%) dengan aktivitas kehidupan
1 Persepsi positif 123 58,9% sehari-hari baik yaitu sebanyak 105 orang
2 Perpsesi 86 41,1% (50,2%). Hasil uji rho spearman’s didapatkan
negative
Approx. Sig. = 0,000 dengan α =0,05, maka Ho
Jumlah 209 100%
ditolak H1 diterima artinya ada hubungan
Sumber data : Data primer 2015
persepsi tentang kesehatan prima dengan
Berdasarkan tabel 5 diketahui dari 209
aktivitas kehidupan sehari-hari pada Lansia
responden digambarkan sebagian besar
yang menderita Nyeri Sendi di Wilayah Kerja
memiliki persepsi positif sebanyak 123 orang
UPT Puskesmas Pamolokan tahun 2015.
(58,9%).
6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan
aktivitas kehidupan Sehari-hari Lansia PEMBAHASAN
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden 1. Persepsi tentang Kesehatan Prima
Berdasarkan Aktivitas Kehidupan Sehari- Berdasarkan tabel 5 dari 209 responden
Hari pada Lansia yang Menderita Nyeri diketahui bahwa sebagian besar memiliki
Sendi Tahun 2015 persepsi positif sebanyak 123 orang (58,9%).
Aktivitas Responden yang menunjukkan persepsi positif
No Kehidupan Jumlah Prosentase
tentang kesehatan kesehatan pada penderita
Sehari-Hari
1 Baik 144 68,9 nyeri sendi ditunjang adanya beberapa faktor
2 Cukup 33 15,8 seperti informasi, pengalaman dan
3 Kurang 32 15,3 pengetahuan. Persepsi kesehatan individu
Jumlah 209 100 tentang kesehatan prima dapat berbeda antara
Sumber data : Data primer 2015 lain suatu keadaan bebas dari gejala penyakit
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui dari dan rasa nyeri apabila memungkinkan, dapat
209 responden diketahui sebagian besar aktif dan melakukan sesuatu kegiatan yang
dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari- diinginkan sebanyak–banyaknya, dan
hari dengan baik yaitu sebanyak 144 orang mempunyai semangat yang tinggi.
(68,9%). Menurut hasil penelitian Ariswandi (2010)
mengenai gambaran Persepsi Penderita Nyeri
Sendi tentang Kesehatan Prima di Dusun
Palengaan Daya Wilayah Kerja Puskesmas
Palengaan. dari 20 responden didapatkan
90 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”

sebagian besar memiliki persepsi positif kebutuhan emosional yang muncul terhadap
sebanyak 12 orang (60%) dan hampir kesehatan.
setengahnya memiliki persepsi negatif Tabel 1 dapat diketahui dari 209
sebanyak 8 orang (40%). Sikap respoden yang
responden hampir setengahnya berusia 60-69
menunjukkan persepsi positif tentang
kesehatan kesehatan pada penderita rhematoid tahun sebanyak 102 orang (49%). Angka
artritis ditujang adanya beberapa faktor seperti kesakitan dan kematian dalam hampir semua
informasi, pengalaman dan pengetahuan. keadaan menunjukkan hubungan dengan umur,
Persepsi kesehatan individu tentang kesehatan keadaan itu berkaitan dengan (1) fungsi dari
prima dapat berbeda antara lain suatu keadaan proses umur, perkembangan, immunitas, dan
bebas dari gejala penyakit dan rasa nyeri keadaan fisiologis, (2) Perubahan kebiasaan
apabila memungkinkan, dapat aktif dan
makan dari tiap-tiap golongan umur atau
melakukan sesuatu kegiatan yang diinginkan
sebanyak – banyaknya, dan mempunyai dengan perjalanan waktu, (3) Perubahan daya
semangat yang tinggi. tahan tubuh dan (4) Penyakit-penyakit tertentu
Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang menyerang umur-umur tertentu.
Azwar, S. (2003) bahwa dalam interaksi
sosialnya, individu bereaksi membentuk pola Tabel 3 dapat diketahui dari 209
persepsi tertentu terhadap berbagai objek responden hampir setengahnya tidak bekerja
psikologis yang dihadapinya. Di antara sebanyak 73 orang (34,9%). Jenis pekerjaan
berbagai faktor yang mempengaruhi tertentu akan berakibat terhadap penyakit-
pembentukan persepsi adalah pengalaman penyakit tertentu, antara lain (1) faktor
pribadi, budaya, orang lain yang dianggap lingkungan yg berhubungan dengan penyakit,
penting, media massa, institusi atau lembaga
misalnya benda-benda fisik yang menimbulkan
pendidikan dan lembaga agama, serta faktor
emosi dalam individu. Menurut Middlebrook kecelakaan, (2) situasi pekerjaan yangg penuh
(1974) yang dikutip oleh Azwar, S. (2003). dengan stress dan (3) yang berhubunganm
mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman dengan pekerjaan dan kebiasaan hidup dapat
sama sekali dengan suatu objek psikologis mempengaruhi persepsi responden.
cenderung akan membentuk persepsi negatif Tabel 4 dapat diketahui dari 209
terhadap objek. Sedangkan adanya informasi responden adalah sebagian besar
baru mengenai sesuatu hal memberi landasan
berpenghasilan Rp. < 1.000.000,- yaitu
kognitif baru bagi terbentuknya persepsi
terhadap hal tersebut. sebanyak 145 orang (69,4%). Penghasilan
Hasil penelitian dan pembahasan di atas akan erat kaitannya dengan kemampuan orang
maka dapat dikatakan bahwa adanya untuk memenuhi kebutuhan gizi, perumahan
pengalaman serta interaksi manusia dengan yang sehat, pakaian dan kebutuhan lain yang
lingkungan yang terwujud dalan bentuk berkaitan dengan pemeliharaan kesehatannya.
pengetahuan maupun sikap (selain tindakan) Hal tersebut sesuai dengan pendapat Azwar, S.
akan mempengaruhi persepsi seseorang. (2003) bahwa dalam interaksi sosialnya,
Sedangkan respon persepsinya dapat bersifat individu bereaksi membentuk pola persepsi
pasif (tanpa tindakan, berfikir, berpendapat, tertentu terhadap berbagai objek psikologis
bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). yang dihadapinya. Di antara berbagai faktor
Sedangkan sikap yang diperoleh lewat yang mempengaruhi pembentukan persepsi
pengalaman dan pengetahuan akan adalah pengalaman pribadi, budaya, orang lain
menimbulkan pengaruh langsung terhadap yang dianggap penting, media massa, institusi
persepsi berikutnya. Pengaruh langsung atau lembaga pendidikan dan lembaga agama,
tersebut lebih berupa predisposisi persepsi serta faktor emosi dalam individu. Menurut
yang akan direalisasikan hanya apabila kondisi Middlebrook (1974) mengatakan bahwa tidak
dan situasi memungkinkan. Konsep dan adanya pengalaman sama sekali dengan suatu
pemahaman responden yang positif terhadap objek psikologis cenderung akan membentuk
kesehatan prima akan mempengaruhi status persepsi negatif terhadap objek. Sedangkan
kesehatanya sendiri. Pada persepsi terdapat adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberi landasan kognitif baru bagi
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 91

terbentuknya persepsi terhadap hal tersebut, Pola hidup sehat yang dilakukan dapat
hal ini sesuai yang disampaikan oleh Azwar, S. mempengaruhi perubahan-perubahan dasar
(2003). biologis dari proses menua itu sendiri.
Konsumsi makanan yang sehat, cukup gizi dan
Pengaruh langsung tersebut lebih berupa
menghindari faktor-faktor resiko pencetus
predisposisi persepsi yang akan direalisasikan
stress fisik dan pembentuk radikal bebas
hanya apabila kondisi dan situasi
merupakan salah satu upaya untuk mengurangi
memungkinkan. Konsep dan pemahaman
proses menua secara biologis.
responden yang positif terhadap kesehatan
Untuk itu rencana hidup seharusnya
prima akan mempengaruhi status kesehatanya
sudah dirancang jauh sebelum memasuki masa
sendiri dalam beraktivitas kehidupan sehari-
lanjut usia, paling tidak individu sudah
hari. Pada persepsi terdapat kebutuhan
mempunyai bayangan aktivitas apa yang akan
emosional yang muncul terhadap kesehatan.
dilakukan kelak sesuai dengan kemampuan
Peningkatan jumlah Lansia akan
dan minatnya. Diharapkan para lanjut usia
berpengaruh terhadap berbagai aspek
melakukan pola hidup sehat dengan
kehidupan baik secara fisik, psikologis, sosial
mengkonsumsi makanan bergizi seimbang,
juga ekonomi. Oleh karena itu diperlukan
melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara
perhatian serta penanganan yang tepat agar
benar dan teratur serta tidak merokok (Brunner
kelompok Lannsia tersebut juga dapat hidup
dan Suddarth, 2002). Melakukan kehidupan
sehat prima di hari tua. Kesehatan prima
dengan melakukan kerja seimbang dan
merupakan suatu keadaan yang sejahtera
pemenuhan kebutuhan seimbang mampu
meliputi sikap dan perilaku yang mencerminkan
memberikan kontribusi yang positif dalam
kualitas hidup yang tinggi serta adanya tingkat
peningkatkan performens individu itu sendiri.
potensial maksimal dari individu. Kesehatan
Menghindari lingkungan dengan tingkat resiko
prima juga diartikan sebagai keputusan pada
radiasi atau polutan yang tinggi merupakan
suatu pilihan untuk dapat mencapai kesehatan
langkah yang beda ditempuh untuk
optimal, dengan cara mengubah gaya hidup
menghindari cepatnya proses menua secara
guna mencapai potensial tertinggi untuk
biologis. Pada sebagian Lansia yang
kesehatan dan kesejahteraan sehingga dapat
aktivitasnya cukup dan kurang baik kadang-
hidup sehat dan berbahagia (Sumijatun, 2006).
kadang sebagian Lansia yang terjatuh tidak
Menurut anspaugh, dkk yang dikutip oleh
sampai menyebabkan kematian atau gangguan
(Sumijatun, dkk, 2005) ada lima dimensi dalam
fisik yang berat, tetapi kejadian ini haruslah
sehat optimal yang mewujudkan adanya
dianggap bukan merupakan peristiwa yang
ksehatan dan kesejahteraan prima yaitu
ringan (Handono dan Isbagyo, 2005). Nyeri
dimensi fisik, sosial, emosional, intelektual dan
akut akibat cedera dan penyakit yang baru
spiritual.
dialami dapat menghalangi kerja, olah raga,
dan mengganggu berbagai aktivitas normal
2. Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari
Berdasarkan tabel 6 dari 209 responden sehari-hari.
diketahui bahwa sebagian besar dapat Nyeri dan rasa sakit saya terus menerus.
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari baik Tak ada pengobatan untuknya. Satu-satunya
yaitu sebanyak 144 orang (68,9%). Aktivitas pilihan adalah bergantung pada obat
(kegiatan) sehari-hari merupakan salah satu penghilang rasa sakit, suntikan, dan
bagian dari perilaku kehidupan normal yang operasi/bedah. Lansia telah mencoba untuk
tidak perlu dibatasi secara berlebihan, tetapi beristirahat, fisioterapi, dan pengobatan
lebih cenderung untuk memodifikasi perilaku alternatif, dan saya masih merasa sakit. Tak
sebagai akibat perubahan fisik dari manula itu ada obat untuk rasa sakit ini. Lansia harus
sendiri. Perilaku hidup sehari-hari diperlukan belajar untuk hidup berdampingan dengannya.
untuk menjaga kondisi fisik tetap dalam batas Untuk nyeri karena ‘keausan’, lanjut usia,
normal dan mengoptimalkan kemampuan diri. degenerasi, tak banyak yang dapat dilakukan
seiring nyeri tersebut semakin memburuk.
92 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”

penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa persepsi positif tentang kesehatan prima
faktor intrinsik (hal-hal yang berkaitan dengan sebanyak 123 orang (58,9%) dengan aktivitas
keadaan tubuh penderita) baik karena proses kehidupan sehari-hari baik yaitu sebanyak 105
menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal- orang (50,2%). Hasil uji rho spearman’s
hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat- didapatkan Approx. Sig. = 0,000 dengan α
obat tertentu dan faktor lingkungan, terjatuh =0,05, maka Ho ditolak H1 diterima artinya ada
menyebabkan Lansia tersebut sangat hubungan persepsi tentang kesehatan prima
membatasi pergerakannya. Proses menjadi tua dengan aktivitas kehidupan sehari-hari pada
berlangsung secara alamiah terus menerus dan Lansia yang menderita nyeri sendi di Wilayah
berkesinambungan, yang selanjutnya akan Kerja UPT Puskesmas Pamolokan tahun 2015.
menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, Lansia yang mempunyai persepsi positif
dan biokemis pada jaringan tubuh dan akhirnya ini karena menganggap bahwa kesehatan
akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan prima ini tidak dapat dilihat secara fisik saja
tubuh secara keseluruhan (Depkes RI, 2001). tetapi aspek lain sperti psikologis dan pikiran
Ketidakmampuan yang dialami menimbulkan positif dalam menyingkapi kehidupann sehari-
masalah baru untuk keluarga seperti gangguan harinya. Pada aspek fisk dengan melalui
mobilitas, ketidakmampuan fisik, dan penanganan yang tepat pada rasa sakit yang
menurunya kemampuan melakukan perawatan berkelanjutan, Lansia akan mampu menikmati
diri sehingga dibutuhkan tingkat kemandirian pekerjaannya, berolah raga, dan berbagai hal
yang baik untuk Lansia (Handono dan Isbagyo, lainnya dalam kehidupannya dengan lebih
2005). efektif. Aktivitas tidur juga akan menjadi jauh
Setelah orang memasuki masa lansia lebih tenang, yang dapat menghasilkan hari-
umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik hari yang lebih bertenaga dan suasana hati
yang bersifat patologis berganda (multiple yang lebih baik.
pathology), misalnya tenaga berkurang, energi Usia tua identik dengan penurunan fungsi
menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tubuh dan berisiko berbagai macam penyakit.
tulang makin rapuh, dan sebagainya. Secara Tapi studi terkini justru menemukan rata-rata
umum kondisi fisik seseorang yang sudah orang yang berusia 60 tahun lebih bugar dan
memasuki masa lansia mengalami penurunan sehat dibanding usia 20-an tahun. Studi
secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menemukan orang yang berusia 60 tahun
menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi terlihat lebih bugar dan sehat karena Lansia
fisik, psikologik maupun sosial, yang menuai manfaat dari pola makan yang lebih
selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan baik, banyak melakukan olahraga serta
ketergantungan kepada orang lain. Dalam memiliki waktu luang yang meningkat. Laporan
kehidupan Lansia agar dapat tetap menjaga yang ditemukan dalam studi ini adalah sekitar 1
kondisi fisik yang sehat, maka perlu dari 5 orang berusia 50-an tahun merasa lebih
menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik energik dan menikmati hidupnya dengan
dengan kondisi psikologik maupun sosial, semangat daripada saat ia berusia 20-an tahun.
sehingga mau tidak mau harus ada usaha Dan lebih dari 70 persen orang usia 50-an
untuk mengurangi kegiatan yang bersifat tahun merasa lebih fit. "Sangat menyenangkan
memforsir fisiknya. Seorang lansia harus bahwa begitu banyak orang yang merasa lebih
mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, bugar dan fit saat ia berusia 60 tahun ke atas,"
misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja menurut Louise Withy. Withy menjelaskan
secara seimbang. bahwa usia 60-an tahun bisa menjadi waktu
untuk merefleksikan kesehatan. Anak-anak
3. Hubungan Persepsi tentang Keseharan mulai meninggalkan rumah sehingga
Prima dengan Aktivitas Kehidupan menyediakan ruang lebih banyak untuk
Sehari-Hari Lansia memenuhi kebutuhan sendiri sehingga bisa
Berdasarkan tabel 7 dari 209 responden
menjadi babak baru. "Ini bisa menjadi
diketahui bahwa sebagian besar memiliki
tantangan terhadap persepsi seputar penuaan
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 93

sekaligus berita baik yang patut DAFTAR PUSTAKA


dipertimbangkan dalam meningkatkan harapan Arikunto, Suharsini. 2003. Prosedur Penelitian
hidup karena sebagian besar masyarakat Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta :
PT. Rineka Cipta.
menghabiskan waktunya lebih dari 60 tahun,".
Jika seseorang memiliki tubuh yang bugar dan Darmojo, Boedhi dan Martono Hadi. 2000.
sehat, maka hal ini bisa menurunkan risiko Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
terhadap berbagai penyakit terutama yang Lanjut). Jakarta: FKUI.
berkaitan dengan usia lanjut sehingga kualitas
hidupnya bisa lebih meningkat. Davidoff .2001. Pengantar Psikologi. Bandung :
Seorang Lansia harus mampu eksis dan PT. Refika Aditama.
aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai
Dep.Kes.RI. .2006. Pedoman Tata Laksana
kesuksesan dalam kehidupan di hari tua. Gizi Usia Lanjut untuk Tenaga
Menurut Havigurst dan Albrech (1963) yang Kesehatan. Jakarta.
dikutip oleh Nugroho, (2003) bahwa aktivitas
dipandang sebagai sesuatu yang vital untuk Dinkes Prop. Jatim. .2006.. Pedoman
mempertahankan rasa kepuasan pribadi dan Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi
konsep diri yang positif. Teori ini berdasar pada Petugas Kesehatan. Surabaya.
asumsi bahwa (1) aktif lebih baik daripada
Fawzi. Kesehatan Masyarakat. Jakarta :EGC.
pasif, (2) Gembira lebih baik daripada tidak
gembira, dan (3) orang tua adalah orang yang Komnas Lansia Jatim, 2008. Kesejahteraan
baik untuk mencapai sukses dan akan memilih Lansia.
alternatif pilihan aktif dan bergembira.
Sebaliknya pada Lansia yang berpersepsi Kozier, Barbara. (2002). Fundamental of
Nursing : Concepts, Process & Practice.
negatif memandang bahwa gangguan fisik,
California : Redwood City.
jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan
Lansia kurang bergerak. Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran
edisi V. Jakarta : Rineka Cipta.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan Mansjoer, Arief. (2001). Kapita Selekta
pembahasan dapat disimpulkan bahwa : Kedokteran Edisi III dan Jilid II. Jakarta :
1. Sebagian besar Lansia yang menderita nyeri Media Aesculapius FKUI.
sendi memiliki persepsi positif tentang
kesehatan prima. Munandar Ashar Sunyoto. 2004. Kecerdasan
2. Sebagian besar Lansia yang menderita nyeri Pada Usia Lanjut dan Demensia.
sendi dapat melakukan aktivitas kehidupan Jakarta: FKUI.
sehari-hari dengan baik.
3. Ada hubungan persepsi tentang kesehatan Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan
prima dengan aktivitas kehidupan sehari-hari Masyarakat : Prinsip-prinsip Dasar.
pada lansia yang menderita nyeri sendi di Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pamolokan
Tahun 2015. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
SARAN
Notoatmodjo, S. 2002. Pendidikan Kesehatan.
Dapat melakukan penelitian kepada
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
aspek yang lebih luas lagi, dan
mengembangkan variabel-variabel yang belum
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik.
diteliti, dan metode yang lebih lengkap untuk
Gramedia. Jakarta.
lebih menyempurnakan penelitian ini.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
94 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”

Sampeoerna D,. 2002 .Keperawatan


Komunitas. Jakarta : EGC. Walgito, (2001), Ilmu Pengetahuan Sebuah
Tinjauan Filosofi, Jogjakarta, Camisius.
Setiabudhi, Tony, dan Hardywinoto 1999.
Panduan Gerontologi; Tinjauan dari Walgito, 2002. Psikologi Sosial.. Andi Offset :
Berbagai Aspek. Jakarta: PT Gramedia Yogyakarta.
Pustaka Utama.
WHO.2003. National Old People’s Welfare
Sumijatun, dkk, 2006 Persepsi Kader Council.
Kesehatan terhadap Kebutuhan Fisik
pada Usia Lanjut di Keluarhan Cawang, Yayasan Gerontology Abiyoso Propinsi Jatim,
Prodi Keperawatan Anestesi Poltekes 2009. Kesejahteraan Lansia.
Jakarta III.

Anda mungkin juga menyukai