Dari kisah hadisful ifki saya mengambil tema “sikap yang harus dilakukan saat
mendengar berita yang belum jelas kebenarannya”
Pertama saat mendengarkan berita yang belum jelas kebenrannya jangan pernah menyebarkannya atau
mengiyakan berita tersebut begitu firman Allah subahanahu wata’ala
1. “Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas
berita bohong itu? Jika mereka tidak mendatangkan saksi-saksi, maka mereka itulah
pada sisi Allah orang- orang yang dusta.” (QS. An-Nur: 13)
Tentu semua mukmin tidak mau divonis sebagai “pembohong” oleh Allah. Dan cara
menuju tidak divonisnya kita sebagai pembohong oleh Allah itu adalah dengan cara
tunggu dulu sampai suatu kasus telah selesai prosesnya secara hokum, yakni
mendatangkan saksi yang kemudian saksi itu dibenarkan di pengadilan. Jika hal itu
belum terjadi, namun kita telah menyebarkan isu tersebut, berarti kita telah bermain-
main dengan label vonis pembohong dari Allah subhanahu wata’ala.
Kedua Jangan sampai nafsu seorang mukmin mengalahkan sikap objektif yang harus
dilakukannya sebagai hamba Allah yang beriman.
“Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-
lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman.”
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
maka periksalah (kebenarannya) dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu”.
(Terj. Q.S. Al-Hujurat:6)