1. Jangan tergesa-gesah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tegas mengatakan, َ َكفَى ِب ْال َمرْ ِء َك ِذبًا َأ ْن يُ َح ِّد ث بِ ُك ِّل َما َس ِم َع “Cukuplah seseorang dikatakan sebagai pendusta apabila dia mengatakan semua yang didengar.” (HR. Muslim no.7) Janganlah kita tergesa-gesa menyebarkan berita tersebut, karena sikap seperti ini hanyalah berasal dari setan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, َو ْال َع َجلَةُ ِم َن ال َّش ْيطَا ِن, ِالتََّأنِّي ِم َن هللا “Ketenangan datangnya dari Allah, sedangkan tergesa-gesa datangnya dari setan.” (HR. Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra 10/104 dan Abu Ya’la dalam Musnad-nya 3/1054 2. Periksalah Kebenaran sebuah Berita dengan Cermat Allah Ta’ala pun memerintahkan kepada kita untuk memeriksa suatu berita terlebih dahulu karena belum tentu semua berita itu benar dan valid. Allah Ta’ala berfirman, ِ ُق بِنَبٍَإ فَتَبَيَّنُوا َأ ْن ت صيبُوا قَ ْو ًما بِ َجهَالَ ٍة فَتُصْ بِحُوا َعلَى َما َ يَا َأيُّهَا الَّ ِذ ِ َين آ َمنُوا ِإ ْن َجا َء ُك ْم ف ٌ اس َ فَ َع ْلتُ ْم نَا ِد ِم ين “Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujuraat [49]: 6) Sifat Nilai Informasi dan 3 Kualitas dari Sistem Informasi Nilai informasi ini didasarkan atas 10 (sepuluh) sifat, yaitu : 1. Mudah Diperoleh Sifat ini menunjukan mudahnya dan cepatnya informasi dapat diperoleh. 2. Luas dan Lengkap Sifat ini menunjukan lengkapnya isi informasi. 3. Ketelitian Sifat ini berhubungan dengan tingkat kebebasan dari kesalahan keluaran informasi. 4. Kecocokan Sifat ini menunjukan betapa baik keluaran informasi dalam hubungannya dengan permintaan para pemakai. Isi informasi harus ada hubungannya dengan masalah yang sedang dihadapi. 5. Ketepatan Waktu Sifat ini berhubungan dengan waktu yang dilalui yang lebih pendek dari pada siklus untuk mendapatkan informasi. Masukan, pengolahan, dan pelaporan keluaran kepada para pemakai biasanya tepat waktu. 6. Kejelasan Sifat ini menunjukan tingkat keluaran informasi yang bebas dari istilah- istilah yang tidak jelas. 7. Keluwesan Sifat ini berhubungan dengan dapat disesuaikannya keluaran informasi tidak hanya dengan lebih dari satu keputusan, tetapi juga dengan lebih dari seorang pengambil keputusan. 8. Dapat Dibuktikan Sifat ini menunjukan kemampuan beberapa pemakai informasi untuk menguji keluaran informasi dan sampai pada kesimpulan yang sama. 9. Tidak Ada Prasangka Sifat ini berhubungan dengan tidak adanya keinginan untuk mengubah informasi guna mendapatkan kesimpulan yang telah dipertimbangkan sebelumnya. 10. Dapat Diukur Sifat ini menunjukan hakekat informasi yang dihasilkan dari sistem informasi formal. Kualitas informasi Kualitas dari suatu informasi tergantung dari 3 hal, yaitu informasi harus akurat, tepat waktu, dan relevan. 1. Akurat Berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan dan harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dari sumber informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan yang dapat merubah atau merusak informasi tersebut. 2. Tepat Waktu Berarti informasi yang datang pada si penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi. Karena informasi merupakan landasan di dalam pengambilan keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat, maka dapat berakibat fatal untuk organisasi. Dewasa ini mahalnya nilai informasi disebabkan harus cepatnya informasi 3. Relevan Berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda. Misalnya informasi mengenai sebab-musabab kerusakan mesin produksi kepada akuntan perusahaan adalah kurang relevan dan akan lebih relevan bila ditujukan kepada ahli teknik perusahaan. Sebaliknya informasi mengenai harga pokok produksi untuk nilai teknik merupakan informasi yang kurang lerevan, tetapi releven untuk akuntan. Berita hoax sekelas Siti Aisyah RA pernah terkena berita hoax (selingkuh). Kabar tidak benar ini membuat Rasulullah saw resah sehingga turun wahyu dari Allah : ”Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar” (Surah An-Nur ayat 11). Dalam Al Quran, dinyatakan dengan tegas. ”…Maka jauhilah (penyembahan) berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” (Surah Al-Hajj ayat 30). Kemudian di ayat lainnya, para penyebar berita bohong digolongkan bersama orang-orang munafik dan orang- orang yang di dalam hatinya berpenyakit. Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-orang ynag berpenyakit dalam hatinya dan orang- orang yang menyebarkan berita bohong di Madinah, niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan waktu yang sebentar” (Surah al- Ahzab ayat 60). Penyebar berita bohong juga dibenci Allah SWT. Dari Mughirah bin Syu’bah, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah membenci tiga hal pada kalian : menyebarkan kabar burung, pemborosan harta dan banyak bertanya” (HR. Bukhari). Dalam hadits yang tercantum dalam Bulughul maram (Akbarmedia, 2012), menyebar berita hoax termasuk dosa besar. Dari Abu bakrah RA, “Beliau (Nabi saw) menganggap kesaksian palsu termasuk diantara dosa-dosa yang paling besar” (Muttafaq ‘Alaihi) Lalu pertanyaannya, apa hukuman yang pantas diterima bagi penyebarnya? Dinyatakan dalam pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau Undang-Undang ITE, “Setiap orang yang dengan sengaja dan atau tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan, ancamannya bisa terkena pidana maksimal enam tahun dan denda maksimal Rp 1 miliar.”. Terakhir, yang perlu dilakukan umat Islam adalah budayakan sikap tabayyun supaya tidak tertipu oleh hoax. “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”(Surah Al-Hujurat: 6). Allah SWT telah mewanti-wanti umat Islam untuk tidak gegabah dalam membenarkan sebuah berita yang disampaikan oleh orang-orang fasik yang termasuk di dalamnya orang-orang yang belum diketahui secara jelas sikap dan perilaku (kejujuran)-nya. ِ ُق بِنَبٍَإ فَتَبَيَّنُوا َأ ْن ت صيبُوا قَ ْو ًما بِ َجهَالَ ٍة فَتُصْ بِحُوا َ يَا َأيُّهَا الَّ ِذ ِ َين آ َمنُوا ِإ ْن َجا َء ُك ْم ف ٌ اس َ َعلَ ٰى َما فَ َع ْلتُ ْم نَا ِد ِم ين “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS al-Hujurat:6) Imam al-Mawardi (beberapa sumber menisbatkan perkataan ini kepada Hasan ibn Sahal) mengatakan bahwa pembuat berita hoaks diibaratkan perbuatan mencuri akal sehat (penerima pesannya): والكذاب يسرق عقلك، الكذاب لص؛ ألن اللص يسرق مالك:وقيل في منثور الحكم Artinya, “Dikatakan dalam Mantsurul Hikam bahwa pendusta adalah ‘pencuri’. Kalau pencuri itu mengambil hartamu, maka pendusta itu mencuri akalmu,” (Lihat Al- Imam Al-Mawardi, Adabud Dunya wad Din, [Beirut: Darul Fikr, 1992 M/1412 H], halaman 191). Selain itu, menurut Imam Al-Mawardi dalam kitab yang sama juga dijelaskan bahwa efek negatif dari pemberitaan hoaks adalah hilangnya rasa aman dan rasa tenteram. Yang ada kecurigaan, waswas, dan ketegangan. Bohong itu pusat kejahatan dan asal segala perilaku tercela karena keburukan konsekuensi dan kekejian dampaknya. Bohong melahirkan adu domba. Adu domba menghasilkan kebencian. Kebencian mengundang permusuhan. Di dalam suasana permusuhan tidak ada rasa aman dan relaksasi,” bagaimana agar kita selamat dari sebaran berita bohong alias hoax? Pertama, tabayyun ِ ُق ِبنَبٍَأ فَتَبَيَّنُوا َأن ت صيبُوا قَ ْوما ً بِ َجهَالَ ٍة فَتُصْ ِبحُوا َعلَى َما َ يَا َأ ُّيهَا الَّ ِذ ِ َين آ َمنُوا ِإن َجاء ُك ْم ف ٌ اس َ فَ َع ْلتُ ْم نَا ِد ِم ين “Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang fasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian.” (QS. Al-Hujurat [49]: 6). Di dalam ayat tersebut ada dua kata kunci, pertama berita. Kemudian, kedua fasiq. Berita dimaksud tentu saja memiliki nilai urgensi dalam sisi kehidupan umat manusia. Dan fasiq menunjukkan bahwa berita itu disampaikan oleh orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah alias telah bermaksiat. Jika demikian, langkah yang mesti diambil ialah tabayyun alias telitilah lebih dulu. Di era perkembangan teknologi komunikasi sudah tidak bisa dipungkiri bahwa pengaruh media sosial pada masyarakat Indonesia sangatlah kuat dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini media sosial seakan-akan menjadi suatu keharusan dalam kehidupan setiap manusia di bumi ini, sangat jelas terlihat bahwa orang orang cenderung lebih individualistis karena lebih memilih sibuk sendiri dengan smartphone atau laptop ketika berada pada tempat umum, yang seharunya menjadi tempat mereka berinteraksi dengan masyarakat lainnya, tetapi lebih asyik untuk mengutak-atik smartphonenya sendiri, dengan aplikasi-aplikasi media sosial yang ada di dalamnya. Dalam masalah menerimainformasi, Islam juga menuntun kita cara menyikapinya. Islammenginginkan umat Islam hanya menyebarkan informasi yang valid dan benar. Oleh karena itu, Islam memerintah pemeluknya untuk tabayyun. Memperjelas informasi yang kita dapat.Apa benar atau hanya berita bohong. Tujuannya agar informasi itu tidak menimbulkan mafsadah di kemudian hari.Sebab, informasi hoax tidak hanya berdampak buruk pada individu tapi kepada ummat dan bangsa. Allah berfirman dalam al-qur'an yang artinya "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasikmembawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidakmenimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahuikeadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." ( QS. AL-HUJURAT (49) : 06) Dalam pandangan dan hukum islam sudah tercantum dalam ayat dan hadits yang melarang penyebaran dan mempercayai berita bohong atau hoax seperti yang tercantum dalam surah An-Nur ayat 11-12. Tak hanya dalah ayat-ayat Al-Qur'an, dalam beberapa hadits juga menerangkan larangan dan akibat menyebarkan berita bohong. Seperti dalam hadits : "Apa yang dikategorikan dosa besar ? Nabi Sholallahu alaihi wasallam menjawab, mempersekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, dan perkataan (persaksian) dusta (palsu)." (HR. Bukhori) "Hai orang-orang yang beriman jika dating kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka priksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu." (HR. Muslim) Bagaimana pandangan Al-qur'an terhadap informasi hoax yang terjadi Indonesia,? .Seperti apa kita menyikapi informasi hoax di Indonesia melalui pandangan Al-qur'an,?